You are on page 1of 14

A.

JUDUL
KAJIAN

TEKNIS

TERHADAP

SISTEM

PENIMBUNAN

DAN

PEMBONGKARAN BATUBARA PADA ROM STOCKPILE PT. ADARO


KALIMANTAN SELATAN
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
PT. Adaro merupakan suatu perusahaan batubara yang memproduksi
keperluan akan batubara, di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan industri dalam
negeri maupun untuk eksport kebutuhan konsumen luar negeri. Untuk memenuhi
kebutuhan para konsumen tersebut, batubara yang diproduksi harus sesuai dengan
permintaan maupun prasyarat yang diinginkan konsumen. Dalam hal ini terutama
adalah kualitas batubara harus sesuai dengan standart kualitas yang telah disepakati.
Untuk menjaga kualitas dari batubara setelah ditambang, maka harus
diperhatikan teknis penimbunannya. Permasalahan yang timbul dari penimbunan
batubara antara lain adalah; adanya gejala swabakar pada timbunan batubara yang
sudah terlalu lama dan terjadi genangan air asam pada musim hujan ROM
Stockpile.
C. TUJUAN PENELITIAN
Melakukan kajian untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai faktorfaktor penyebab terjadinya perubahan kualitas batubara pada timbunan batubara di
Rom Stockpile.
D. PERUMUSAN MASALAH
ROM Stockpile adalah suatu tempat penimbunan sementara untuk
menampung batubara hasil pembongkaran dari tambang. Permasalahan yang timbul
dari penimbunan batubara antara lain adalah; adanya gejala swabakar pada timbunan
batubara yang sudah terlalu lama dan terjadi genangan air asam pada musim hujan
pada ROM Stockpile. Selain itu efek potensial yang ditimbulkan dari penimbunan
tersebut juga harus diperhatikan, antara lain :
1. Swabakar dan faktor swabakar timbunan batubara;
a. Lamanya Penimbunan

b. Metode Penimbunan
c. Kondisi Penimbunan
d. Parameter Kualitas Batubara
e. Suhu Swabakar
2. Degradasi Ukuran
3. Pembentukan Genangan Air Asam
E. DASAR TEORI
1. Parameter Kualitas Batubara
Batubara merupakan bahan galian fosil padat yang terdiri dari komponen
kandungan air total, kandungan abu, zat terbang dan karbon padat, dimana
kandungan di dalam komponen batubara tersebut akan menentukan besarnya
nilai panas yang dihasilkan. Kualitas batubara ditentukan oleh beberapa
parameter yang terkandung dalam batubara, yaitu :
a. Kandungan air total (Total Moisture)
Merupakan banyaknya kandungan air yang terdapat pada batubara sesuai
dengan kondisi di lapangan, terdiri atas :
a.1 Kandungan air bebas (free moisture), merupakan kandungan air yang
terdapat pada permukaan batubara akibat pengaruh dari luar.
a.2 Kandungan air bawaan (inherent moisture), merupakan kandungan air
yang ada pada batubara saat pembentukan batubara tersebut.
b. Analisa proximate
Analisa ini meliputi :
b.1 Air bawaan (inherent moisture), merupakan kandungan air yang ada
pada batubara saat pembentukan batubara tersebut.
b.2 Zat terbang (volatile matter), merupakan zat aktif yang terdapat pada
batubara, terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti; methan
(CH4), hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), dan zat-zat yang tidak
mudah terbakar seperti: uap air (H2O), karbon dioksida (CO2).
b.3 Karbon tertambat (fixed carbon), merupakan karbon yang tertinggal
setelah dilakukan pembakaran pada batubara sesudah penguapan
volatilematter.

b.4 Kandungan abu (ash content), merupakan hasil akhir setelah


dilakukan pembakaran terhadap batubara dan diperoleh nilai inherent
moisture, volatile matter dan fixed carbon. Kandungan abu tersebut
adalah sisa-sisa zat organik yang terkandung dalam batubara berasal
dari pengotor bawaan saat terbentuk batubara maupun saat
penambangan.
c. Analisa ultimate
Untuk mengetahui kadar unsur-unsur seperti karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), nitrogen (N), sulfur(S).
d. Analisa abu
Analisa yang bertujuan untuk mengetahui kandungan abu yang terdapat
pada batubara yaitu apabila dilakukan pembakaran tehadap batubara, maka
batubara akan meninggalkan sisa pembakaran berupa abu. Abu batubara ini
terdiri dari senyawa-senyawa seperti : SiO 2, Al2O3, TiO2, Fe2O3, Mn3O4, MgO,
CaO, Na2O, K2O, P2O5.
e. Total sulfur
Digunakan untuk mengetahui kandungan belerang total yang terdapat
pada batubara dengan membakar conto batubara pada suhu tinggi (1350C).
f. Indeks ketergerusan (Hardgrove Grindability Index = HGI)
Adalah suatu nilai yang menunjukkan kemudahan batubara untuk digerus.
Makin tinggi harga HGI makin mudah batubara tersebut digerus. Adapun
harga HGI batubara dapat dicari dengan rumus :
HGI = 13,6 + 6,93 W
Dimana harga W adalah berat dalam gram batubara lembut ukuran 200 mesh.
g. Nilai kalor
Adalah besarnya panas yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara.
Harga nilai kalori yang dilaporkan dalam bentuk :
g.1 Gross Calorific Value (GCV) adalah nilai kalori kotor sebagai nilai
kalor hasil dari pembakaran batubara dengan semua air dihitung
dalam keadaan wujud gas.
g.2 Net Calorific Value (NCV) adalah nilai kalori bersih hasil pembakaran
batubara dimana kalori yang dihasilkan merupakan nilai kalor. Harga

nilai kalori bersih ini dapat dicari setelah nilai kalori kotor batubara
diketahui dengan menggunakan rumus :
100 TM

NCV GCVx
49,2H 5,5W
100 M1

Dimana :
TM

= total moisture

M1

= inherent moisture

= kadar hidrogen

= jumlah total moisture + total moisture pengganti abu


(tiap 10% abu ~ 1% air)

2. Efek Potensial Penimbunan Batubara


Efek penimbunan batubara bervariasi pada berbagai jenis batubara,
tergantung dari metode penimbunan (penyimpanan). Beberapa efek penimbunan
yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
a. Swabakar dan faktor swabakar timbunan batubara
Swabakar timbunan batubara merupakan hal yang sering terjadi dan perlu
mendapatkan perhatian khususnya pada timbunan batubara dalam jumlah
besar. Batubara akan teroksidasi saat tersingkap dipermukaan sewaktu
penambangan, demikian pada saat batubara ditimbun proses oksidasi ini terus
berlangsung. Akibat dari reaksi oksidasi antara oksigen dengan gas-gas yang
mudah terbakar dari komponen zat terbang akan menghasilkan panas.
Bila reaksi oksidasi berlangsung terus-menerus, maka panas yang
dihasilkan juga akan meningkat, sehingga dalam timbunan batubara juga
akan mengalami peningkatan. Peningkatan suhu ini juga disebabkan oleh
sirkulasi udara dan panas dalam timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam
timbunan akan terakumulasi dan naik sampai mencapai suhu titik
pembakaran, yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya proses swabakar
pada timbunan tersebut.
Faktor-faktor penyebab terjadinya proses swabakar, antara lain :
a.1. Lamanya Penimbunan
Semakin lama batubara tertimbun akan semakin banyak panas yang
tersimpan di dalam timbunan, karena volume udara yang terkandung

dalam timbunan semakin besar, sehingga kecepatan oksidasi menjadi


semakin tinggi.
a.2. Metode Penimbunan dan Pembongkaran
Dalam timbunan batubara perlu mendapatkan pemadatan. Dengan
adanya pemadatan ini akan dapat menghambat proses terjadinya
swabakar batubara, karena ruang antar butir diantara material batubara
berkurang. Adapun alat yang digunakan untuk pemadatan adalah Track
dozer.
a.3. Kondisi Penimbunan
Pengaruh kondisi penimbunan terhadap proses swabakar batubara,
yaitu :
i)

Tinggi timbunan

Tinggi timbunan yang teralu tinggi akan menyebabkan semakin


banyak panas yang terserap, hal ini dikarenakan sisi miring yang
terbentuk akan semakin panjang, sehingga daerah yang tak
terpadatkan akan semakin luas dan akan mengakibatkan permukaan
yang teroksidasi semakin besar.
ii)

Ukuran butir

Pada dasarnya semakin besar luas permukaan yang berhubungan


langsung dengan udara luar, semakin cepat proses pembakaran
dengan sendirinya berlangsung. Sebaliknya semakin besar ukuran
bongkah batubara, semakin lambat proses swabakar. Ukuran butir
batubara juga mempengaruhi kecepatan dari proses oksidasi yang
mana proses ini berhubungan langsung dengan akar pangkat tiga dari
luas permukaan. Semakin seragam besar ukuran butir dalam suatu
timbunan batubara, semakin besar pula porositas yang dihasilkan dan
akibatnya semakin besar permeabilitas udara luar untuk dapat
beredar di dalam timbunan batubara.
a.4. Parameter Batubara
Parameter dari batubara mempengaruhi proses terjadinya swabakar
adalah seperti dijelaskan diawal dasar teori ini.

a.5. Suhu Swabakar


Semua jenis batubara mempunyai kemampuan untuk terjadinya
proses swabakar, tetapi waktu yang diperlukan dan besarnya suhu yang
dibutuhkan untuk proses swabakar batubara ini tidak sama. Untuk
batubara yang mempunyai rank rendah memerlukan waktu yang lebih
pendek dan suhu yang lebih rendah bila dibandingkan dengan batubara
yang mempunyai rank yang tinggi.
Perkembangan panas batubara yang disebabkan oleh proses
oksidasi yang dapat mengakibatkan proses swabakar dapat diringkas
sebagai berikut :
1. Batubara dalam timbunan mulai teroksidasi secara perlahanlahan sampai suhu timbunan 50C.
2. Proses oksidasi akan meningkat sesuai kecepatan kenaikan suhu
batubara hingga suhu 100C - 140C.
3. Karbon dioksida dan uap air akan terurai pada suhu 140C.
4. Karbondioksida akan terurai dengan cepat sampai dicapai suhu
230C dimana hal ini untuk tahap swabakar terjadi.
5. Suhu diatas 350C, batubara akan menyala dan terjadi proses
swabakar batubara.
Secara umum suhu kritis batubara untuk rank rendah di tempat
penimbunan/penyimpanan berkisar 50C.
b. Degradasi Ukuran
Proses penguapan kandungan air akan mengakibatkan partikel-partikel
batubara pecah, sehingga luas permukaan total batubara akan menjadi lebih
besar. Dengan kondisi yang demikian maka kesempatan udara luar (oksigen)
untuk mempengaruhi luas permukaan butir batubara terhadap proses oksidasi
semakin besar.
c. Pembentukan Genangan Air Asam
Air rembesan dari tumpukan batubara biasanya bersifat asam karena
terbentuknya asam-asam sulfat dan sulfit, juga asam hidrolik oleh reaksi air,
sulfat piritik dan klorin (garam-garaman). Air yang asam mempunyai sifat

korosif

terhadap

fasilitas

pengangkutan,

terutama

bila

temperatur

lingkungannya mengalami kenaikkan.


F. METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggabungkan antara studi
pustaka dengan data-data/observasi lapangan. Sehingga dari keduanya didapat
pendekatan penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu :
1. Studi Literatur
Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang
diperoleh dari :
-

Perpustakaan

Brosur-brosur

Informasi-informasi

2. Penelitian di lapangan
Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan ini akan dilakukan beberapa tahap,
yaitu:
-

Pengamatan lapangan, dengan melakukan pengamatan secara langsung


terhadap keadaan di sekitar daerah pertambangan.

Penentuan lokasi pengamatan, dengan menentukan lokasi yang akan


diamati dan mengambil data-data yang diperlukan.

Mencocokkan dengan perumusan masalah, yang bertujuan agar penelitian


yang dilakukan tidak meluas. Data yang diambil dapat digunakan secara
efektif.

3. Pengambilan data
Data data yang akan diambil, meliputi :
-

Curah hujan

Jumlah cadangan dan analisa batubara

Dimensi timbunan

Besar penimbunan dan pembongkaran harian

Spesifikasi dan jumlah batubara yang diminta pasar

Spesifikasi batubara pada timbunan

Komposisi campuran batubara

Selisih kumulatif penimbunan dan pembongkaran

Koefisien berbagai kondisi daerah

Data waktu edar alat muat dan alat angkut

4. Akuisisi data
-

Pengelompokkan data dari lapangan beserta data yang sudah ada


disesuaikan dengan obyek yang mewakili permasalahan.

Pengecekan keakuratan data, agar kerja lebih efisien.

5. Pengolahan data
Dilakukan dengan beberapa perhitungan maupun penggambaran yang
selanjutnya akan direalisasikan dalam bentuk perhitungan, grafik-grafik, tabel
yang menuju perumusan penyelesaian masalah.
6. Analisa hasil pengolahan data
Hasil dari pengolahan data akan digunakan sebagai kesimpulan sementara.
Selanjutnya kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut dalam bagian
pembahasan.
7. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah
dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

G. RENCANA JADUAL KEGIATAN


AKTIFITAS KEGIATAN BULAN I BULAN II BULAN III
Dalam Mingguan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi literatur
Orientasi lapangan
Pengambilan data
Akuisisi data
Pengolahan data
Pembuatan draf
H. RENCANA DAFTAR ISI
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I.

PENDAHULAN

II.

TINJAUAN UMUM
A. Lokasi
B. Topografi dan Geologi
C. Iklim dan Curah Hujan
D. Cadangan Batubara
E. Kegiatan Penambangan
F. Situasi ROM Stockpile
G. Pemasaran

III.

KUALITAS

BATUBARA

DAN

EFEK

POTENSIAL

PADA

PENIMBUNAN DAN PEMBONGKARAN


A. Parameter Kualitas Batubara
B. Klasifikasi Batubara
C. Efek Potensial Penimbunan Batubara
D. Syarat Teknis Penimbunan
IV.

PENIMBUNAN DAN PENANGANAN BATUBARA DI ROM


STOCKPILE SAAT INI
A. Tujuan Penimbunan
B. Kondisi ROM Stockpile
C. Cara Penimbunan dan Pembongkaran Batubara
D. Efek Penimbunan

V.

PEMBAHASAN
A. Rancangan Teknis ROM Stockpile
B. Penimbunan dan Pembongkaran Batubara
C. Pencampuran
D. Pencegahan Efek Penimbunan

VI.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

H.

RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. American Standrt for Tsting and Material, Gaseous Fuels, Coal and Coke,
Atmosperic Analysis, 1979.
2. Gerard Widodo, Upaya Menghindari Kebakaran Tumpukan Batubara, Berita
PPTM, No. 11 dan 12, Tahun IX, Bandung.
3. I Nengah Budha dan Witoro S, Penimbunan Batubara, Direktorat Teknologi
Petambangan, DJPU, 1990.
Bulletin PPTM, Volume 7, No. 1, Maret 1995

KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN


BATUBARA PADA ROM STOCKPILE BATUBARA PT.ADARO
KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Di susun oleh :
DIANA IRMAWATI PRADANI
112.090.088/TA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2012

Kepada
Yth. HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT
PT. KITADIN
VENTURA BUILDING 3 rd FLOOR
Jl. R.A. KARTINI NO. 26
CILANDAK
JAKARTA 12430

Kepada
Yth. MINE MANAGER
PT. KITADIN
DESA EMBALUT, KEC. TENGGARONG
KABUPATEN KUTAI
KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN


BATUBARA PADA ROM STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA
BATUBARA PT. ARUTMIN INDONESIA
KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Di susun oleh :

ACHMAD RAIS ALFITRI


95.126/TA

Mengetahui
Dosen Wali

( Ir Sudaryanto. MT)

Disetujui
Dosen pembimbing

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2002

You might also like