Professional Documents
Culture Documents
(HEREDITY)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian IPA 3
Dosen pengampu : Prof. Dr Djukri
Disusun oleh :
Triyono
(14708259012)
(14708259016)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya hingga paper dengan judul Pewarisan Sifat (Hereditas) ini
dapat diselesaikan. Penulisan paper ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Djukri, selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian IPA 3.
2. Teman-teman kelas PSN P2TK Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2014
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dapat menyempurnakan paper di waktu berikutnya.
Akhir kata, semoga paper Pewarisan Sifat (Hereditas) ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I
...................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan 2
BAB II ...................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A.
1.
Gen.........................................................................................................3
2.
Kromosom.............................................................................................4
3.
Lingkungan............................................................................................7
B.
C.
10
1.
2.
3.
4.
D.
19
1.
2.
Kriptomeri............................................................................................20
3.
Polimeri................................................................................................21
4.
E.
Pautan..................................................................................................22
2.
3.
Pautan Sex...........................................................................................23
4.
5.
Determinasi sex...................................................................................25
6.
Gen Lethal...........................................................................................26
F.
Golongan Darah...................................................................................27
2.
3.
4.
G.
33
H.
Simpulan
B.
Saran 36
35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................37
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gen dan kromosom................................................................................4
Gambar 2. Kucing Siam...........................................................................................8
Gambar 3. Sifat beda kacang ercis dari percobaan Mendel...................................11
iv
DAFTAR TABEL
Table 1. Hubungan antara Jumlah Sifat Beda dengan Banyaknya Macam Gamet
F1 dan Perbandingan F2.........................................................................17
Table 2. Hubungan Golongan Darah dan Kombinasi Genotipe Serta Antigen
dalam Eritrosit.........................................................................................27
Table 4. fenotipe dan genotipe golongan darah sistem Rhesus..............................28
Table 5. Genotype buta warna sebagai berikut:.....................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya kiranya peribahasa ini benar adanya,
seorang anak akan mewarisi karakteristik atau sifat dari kedua orang tuannya.
Seorang laki-laki yang memiliki rambut hitam keriting menikah dengan seorang
perempuan berambut hitam lurus maka kemungkinan anak-anaknya juga memiliki
rambut hitam keriting, rambut hitam lurus dan rambut ikal. Contoh lain, seorang
laki-laki yang bergolongan darah B menikah dengan perempuan golongan darah
O maka kemungkinan anak-anak mereka bergolongan darah B atau O. Penting
untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa sifat-sifat tersebut dapat diturunkan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dimasa mendatang.
Penerusan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya disebut pewarisansifat atau hereditas (heredity, dari kata latin here, pewaris). Bidang sains yang
mempelajari tentang hereditas dan variansinya disebut dengan Genetika. Prinsip
tentang pewarisan sifat pertama kali dikemukakan oleh Gregor Johnn Mendel
Mendel (1822 1884) dari Austria. Karena jasanya itu beliau dijuluki sebagai
Bapak Genetika. Mendel mempelajari sifat yang diturunkan pada tanaman buncis
dan menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen. Teori tersebut
menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari gengen dari kedua orang tuanya.
Pada paper ini akan kami bahas faktor-faktor apa saja yang membawa sifatsifat yang turunkan dari induk kepada anakannya, bagaimana pola-pola hereditas
terbentuk dan bagaimana suatu penyakit dapat diturunkan.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka tujuan dalam pembuatan paper
ini adalah sebagai berikut:
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dahulu orang beranggapan bahwa sifat seseorang diwariskan kepada
keturunannya melalui darah yang mengandung tunas-tunas dari berbagai alat
tubuh (teori pangenensis). Teori ini dikeluarkan oleh Charles Darwin (18091882). Oleh karena itu, seseorang disebut berdarah Belanda untuk menunjukkan
bahwa dia adalah keturunan orang Belanda. Ternyata, pendapat itu tidak benar
sejak Galton (1822-1911) melalui eksperimennya membuktikan bahwa darah
kelinci putih yang dipindahkan ke tubuh kelinci hitam dan sebaliknya, ternyata
tidak memunculkan kelinci belang (hitam-putih). Contoh lain yang bisa kita
cermati pada masa sekarang ini bahwa pernyataan atau pendapat itu salah, orang
yang menerima transfusi darah dari orang lain, sifatnya tidak menampakkan sifat
baru sesuai dengan sifat orang yang mendonorkan darahnya. Akhirnya teori ini
pun gugur.
Keturunan merupakan hasil perkembangbiakan secara generatif yang
didahului oleh peristiwa peleburan inti gamet jantan dengan inti gamet betina. Di
dalam inti sel terdapat kromosom, dan di dalam kromosom terdapat gen. Dengan
demikian, individu baru hasil perkembangbiakan generatif membawa sifat-sifat
kedua induknya. Gen dan kromosom inilah yang membawa sifat yang diturunkan.
Selain dipengaruhi faktor genetik sifat suatu organisme juga dipengaruhi oleh
faktor luar yaitu lingkungan.
A. Faktor Penentu Sifat Organisme
1. Gen
Gen adalah unit hereditas yang mengontrol sifat-sifat suatu organisme.
Ada juga yang menyatakan gen adalah substansi hereditas penentu sifat-sifat
individu yang menyusun kromosom. Di lain pihak gen adalah suatu unit
keturunan (pembawa sifat) berupa suatu segmen tertentu dari molekul ADN
(Asam Dioksiribo Nukleat), umumnya terletak di kromosom, dan memperlihatkan
ekspresinya berupa penampakan luar yang bisa diamati dan dirasakan, biasanya
dinyatakan dengan simbol huruf tunggal. Bisa ditulis dengan huruf kapital untuk
gen yang bersifat dominan dan huruf kecil untuk gen yang bersifat resesif.
Misalnya gen untuk sifat batang tinggi (dominan) ditulis dengan huruf (T) dan
sifat untuk batang rendah (resesif) ditulis dengan (t). Jumlah gen pada satu
makhluk hidup sangat banyak, sesuai dengan jumlah sifat yang dimilikinya.
Masing-masing sifat ditentukan oleh satu gen. Gen menempati lokasi tertentu
pada kromosom. Letak gen dalam kromosom seolah-olah berderetan pada tempat
yang disebut dengan lokus.
Sumber : http://www.fhi.no/tema/gener-og-dna/fakta-om-gener-og-dna
2. Kromosom
Dalam tahun 1879 Walter Flemming (1843-1915), seorang profesor pada
suatu perguruan tinggi di Praha dan Kiel, memperkenalkan istilah kromatid untuk
mendeskripsikan materi yang tampak serupa benang (serabut) di dalam nukleus.
Ketika diwarnai, benang-benang tersebut nampak dengan jelas (bahasa Yunani:
kroma = warna).
Sementara untuk istilah kromosom, baru diperkenalkan pada tahun 1888
oleh W. Waldeyer (1836-1921). Istilah nama kromosom berasal dari bahasa Yunani
yaitu terdiri dari kata kroma yang artinya warna, dan kata soma yang berarti
benda. Jadi dapat disimpulkan bahwa kromosom adalah suatu badan atau benda
yang mudah menyerap warna ketika dilakukan pewarnaan sel.
4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah Kromosom
Sel
Sel Kelamin
Tubuh
(n)
(2n)
46 buah
23 buah
48 buah
24 buah
48 buah
24 buah
78 buah
39 buah
38 buah
19 buah
64 buah
32 buah
36 buah
18 buah
8 buah
4 buah
12 buah
6 buah
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti nutrisi dan olahraga. Sebuah Contoh
umum dari interaksi keturunan dan lingkungan adalah warna yang dimiliki oleh
kucing Siam. Kucing ini mewarisi gen untuk enzim yang menghasilkan pigmen
gelap di bulu mereka. Enzim ini berfungsi terbaik di suhu di bawah suhu tubuh
normal kucing. Kucing Siam memiliki tanda gelap pada mereka telinga, hidung,
kaki, dan ekor, semua bidang dengan rendah temperatur. Jika perut kucing yang
dicukur dan kompres es diterapkan, pengganti rambut akan gelap. Demikian juga,
ekor yang terus hangat oleh kain pembungkus akan segera ditutupi dengan bulu
berwarna terang. Perubahan ini bersifat sementara, namun, kecuali paket es atau
pembungkus disimpan di tempat. Contoh ini menunjukkan bahwa lingkungan
memiliki dampak yang kuat pada gen ekspresi.
Sumber : http://wawashahab.blogspot.com/2012/02/kucing-siamase-siam.html
B. Istilah-istilah dalam Hereditas
1. Sel Haploid dan Diploid
Yaitu sel yang memiliki kromosom dalam keadaan berpasangan atau sel yang
memiliki dua set atau dua perangkat kromosom. Misalnya sel tubuh manusia
memiliki 46 buah kromosom yang selalu dalam keadaan berpasangan
sehingga disebut diploid (2n) (di berarti dua, ploid berarti set/ perangkat).
Sedangkan sel kelamin manusia memiliki kromosom tidak berpasangan . Hal
ini terjadi karena pada saat pembentukan sel kelamin, sel induk yang bersifat
diploid membelah secara meiosis, sehingga sel kelamin anaknya hanya
mewarisi setengah dari kromosom induknya. Maka dalam sel kelamin
(gamet) manusia terdapat 23 kromosom yang tidak berpasangan atau hanya
memiliki seperangkat atau satu set kromosom saja, disebut haploid (n).
2. Genotip
Genotipe adalah susunan gen yang menentukan sifat dasar suatu makhluk
hidup dan bersifat tetap. Dalam genetika genotip ditulis dengan menggunakan
simbol huruf dari huruf paling depan dari sifat yang dimiliki oleh individu.
Setiap karakter sifat yang dimiliki oleh suatu individu dikendalikan oleh
sepasang gen yang membentuk alel. Sehingga dalam genetika simbol genotip
ditulis dengan dua huruf. Jika sifat tersebut dominan, maka penulisannya
menggunakan huruf kapital dan jika sifatnya resesif ditulis dengan huruf
kecil. Genotip yang memiliki pasangan alel sama, misalnya BB atau bb,
merupakan pasangan alel yang homozigot. Individu dengan genotip BB
disebut homozigot dominan, sedangkan individu dengan genotip bb disebut
10
Sumber : http://nicoutomo99.blogspot.com/2013/03/hukum-mendeli.html#.VUZvTPmWrIU
1. Persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid)
Persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda disebut
persilangan monohibrid. Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak penuh
(kodominan). Masing-masing dominasi ini menghasilkan bentuk keturunan
pertama (F1) yang berbeda. Persilangan monohibrid akan menghasilkan
individu F1 yang seragam, apabila salah satu induk mempunyai sifat dominan
penuh dan induk yang lain bersifat resesif. Apabila dilanjutkan dengan
menyilangkan individu sesama F1, akan menghasilkan keturunan (individu F2)
dengan tiga macam genotipe dan dua macam fenotipe.
Sebaliknya, apabila salah satu induknya mempunyai sifat dominan tak
penuh (intermediate), maka persilangan individu sesama F1 akan menghasilkan
tiga macam genotipe dan tiga macam fenotipe. Contoh persilangan monohibrid
dominan penuh terjadi pada persilangan antara kacang ercis berbunga merah
dengan kacang ercis berbunga putih. Mendel menyilangkan kacang ercis
berbunga merah (MM) dengan kacang ercis berbunga putih (mm) dan
dihasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu macam genotipe (Mm) dan
11
satu macam fenotipe (berbunga merah). Pada waktu F2, dihasilkan tiga macam
genotipe dengan perbandingan 25% MM: 50% Mm : 25% Mm atau 1 : 2 : 1
dan dua macam fenotipe dengan perbandingan 75% berbunga merah : 25%
berbunga putih atau merah : putih = 3 : 1. Pada individu F2 ini, yang
berfenotipe merah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 2/3
bergenotipe heterozigot (Mm) dan 1/3 homozigot dominan (MM). Persilangan
antara kacang ercis berbunga merah dominan dengan kacang ercis berwarna
putih resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut:
12
merah
muda
25%
berbunga
putih
atau
merah
gamet hanya menerima sebuah gen saja. Misalnya pada tanaman yang
bergenotipe Mm, pada saat pembentukan gamet, gen M memisahkan diri
dengan gen m, sehingga gamet yang terbentuk memiliki gen M atau gen m
saja. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel I (Hukum Pemisahan Gen
yang Sealel) yang menyatakan bahwa Selama meiosis, terjadi pemisahan
pasangan gen secara bebas sehingga setiap gamet memperoleh satu gen dari
alelnya.
2. Persilangan dengan dua sifat beda (Dihibrid)
Persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda disebut juga
persilangan dihibrid. Pada persilangan tersebut Mendel menyilangkan tanaman
ercis dengan biji yang mempunyai dua sifat beda, yaitu bentuk dan warna biji.
Kedua sifat beda tersebut ditentukan oleh gen-gen sebagai berikut:
B
dengan kapri yang berbiji keriput hijau (bbkk), semua tanaman F1 berbiji bulat
kuning. Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, F2
memperlihatkan 16 kombinasi yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu
tanaman berbiji bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau.
Dalam percobaan ini Mendel mendapatkan 315 tananman berbiji bulat kuning,
100 tanaman berbiji bulat hijau, 101 tanaman berbiji keriput kuning, dan 32
tanaman keriput hijau. Angka-angka tersebut menujukkan suatu perbandingan
fenotipe yang mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis) anggota dari
sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh karena
itu, pada persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam pengelompokan
dari dua pasang gen, yaitu:
a. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK
b. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk
14
memperjelas
pemahaman
tentang
persilangan
dihibrid,
perhatikan bagan persilangan antara kapri (ercis) biji bulat warna kuning
dengan kapri biji keriput warna hijau yang menghasilkan F1 berupa kapri
berbiji bulat warna kuning.
15
tidak
sealel.
Inilah
yang
disebut
dengan
Hukum Asortasi
Bebas atau Hukum Mendel II. Gen B bisa mengelompok dengan gen K,
membentuk gamet tipe BK. Gen B bisa pula mengelompok dengan gen k,
membentuk gamet tipe Bk. Gen b bisa mengelompok dengan gen K,
membentuk gamet tipe bK. Gen b bisa mengelompok dengan gen k,
membentuk gamet tipe bk
3. Persilangan dengan lebih dari dua sifat beda
Jika kita perhatikan, kemungkinan genotipe dan fenotipe pada F2 dalam
persilangan monohibrid gamet yang terbentuk pada F1 ada 2 macam dan
fenotipenya ada 2 macam dengan perbandingan 3 : 1. Pada perbandingan
dihibrida gamet yang terbentuk pada F1 sebanyak 4 macam dan fenotipe
sebanyak 4 macam dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Jika kita melakukan
persilangan dengan tiga sifat beda (trihibrid), misalnya AABBCC disilangkan
dengan individu tersebut yang bergenotipe aabbcc maka F1 nya adalah
AaBbCc. P2 akan menghasilkan gamet sebanyak 8 macam yaitu ABC, ABc,
AbC, Abc, aBC, aBc, abC, dan abc. Dengan demikian F2 akan menghasilkan
sebanyak 64 keturunan atau 82. Bagaimana dengan persilangan trihibrida dan
16
17
c. Persilangan Testcross
Apabila Anda mengawinkan F1 (keturunan pertama) dengan induk yang
homozigot resesif, persilangan ini disebut sebagai persilangan testcross.
Testcross bertujuan untuk mengetahui jenis individu yang diuji, tergolong
homozigot atau heterozigot. Jika hasil persilangan ini mempunyai hasil
perbandingan fenotipe keturunan memisah, maka individu yang diuji
adalah heterozigot, tetapi jika uji silangnya 100% berfenotipe sama maka
individu yang diuji adalah homozigot. Perhatikan contoh berikut agar lebih
jelas!
18
Contoh:
tentang
adanya
interaksi
gen
ini
ditemukan
oleh
William Bateson (1861-1926) dan R.C. Punnet. Pada interaksi gen ini, suatu sifat
tidak ditentukan oleh satu gen tunggal pada autosom tetapi alel-alel dari gen yang
berbeda dapat berinteraksi atau saling memengaruhi dalam memunculkan sifat
fenotip. Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger),antara
lain: jengger berbentuk ercis atau biji (pea) dengan genotip rrP-; jengger dengan
belah atau tunggal (single) dengan genotip rrpp, jengger berbentuk mawar atau
gerigi (rose) dengan genotip R-pp, dan jengger berbentuk sumpel (walnut),
dengan genotip R-P-.
Pada
persilangan
semua
ayam
keturunan
dengan
ayam
Dari
persilangan tersebut dihasilkan fenotip baru yaitu walnut atau sumpel. Apa yang
menyebabkan terbentuknya pial walnut? Pial walnut muncul karena interaksi 2
pasang alel (gen) yang dominan. Sementara itu, persilangan antara sesama ayam
berpial walnut dihasilkan 4 macam pial yaitu walnut, rose, pea, dan 1 pial yang
baru yaitu single dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi karena
adanya 2 pasang alel (gen) yang resesif.
2. Kriptomeri
Kriptos (Yunani) berarti tersembunyi, sehingga kriptomeri dikatakan
sebagai gen dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan akan
tampak pengaruhnya apabila bersama-sama dengan gen dominan yang lainnya.
20
Peristiwa kriptomeri ini pertama kali ditemukan oleh Correns (Tahun 1912)
setelah menyilangkan bunga Linaria marocannaberwarna merah (Aabb), dengan
bunga Linaria maroccana berwarna putih (aaBB). Keturunan F1nya adalah bunga
berwarna ungu (AaBb) yang berbeda dengan warna dari bunga kedua induknya
(yaitu merah dan putih). Rasio fenotip F2nya adalah 9 ungu: 3 merah: 4 putih.
Lantas dari manakah warna ungu tersebut timbul? Dari hasil penelitian
plasma sel, ternyata warna merah disebabkan oleh adanya pigmen antosianin
dalam lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, pigmen ini akan memberikan
warna ungu. Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, baik di dalam
lingkungan asam atau basa, maka akan terbentuk warna putih. Faktor A, apabila
mengandung pigmen antosianin dalam plasma sel dan faktor a jika tidak ada
antosianin dalam plasma sel. Faktor B, apabila kondisi basa dan b dalam kondisi
asam. Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap sifat b. Oleh
karena itu, tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan Aabb atau AAbb,
sedangkan tanaman yang berbunga putih disimbolkan dengan aaBB atau aabb.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bunga merah memiliki
antosianin di mana dalam lingkungan plasma sel bersifat asam. Sedangkan bunga
putih tidak memiliki antosianin di mana lingkungan plasma sel bersifat basa.
3. Polimeri
Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling
menambah). Gen yang menumbuhkan suatu karakter polimeri biasanya lebih dari
dua, sehingga disebut karakter gen ganda. Polimeri pertama kali dikemukakan
oleh H. Nilson Ehle pada tahun 1813 di Swedia dalam percobaannya dengan
menyilangkan Triticum
vulgare berbiji
merah
homozigot
dengan Triticum
21
Epistasis dominan
Pada epistasis dominan terdapat satu gen dominan yang bersifat epistasis.
Misalnya warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.). A merupakan gen untuk
umbi merah dan B merupakan gen untuk umbi kuning. Gen merah dan kuning
dominan terhadap putih. Perkawinan antara tanaman bawang berumbi lapis
kuning homozigot dengan yang merah homozigot menghasilkan tanaman F1
22
5. Gen-gen Komplementer
Gen-gen komplementer adalah interaksi antara gen-gen dominan yang
berbeda, untuk saling melengkapi. Saat kedua gen tersebut terdapat bersama-sama
dalam genotip, maka akan saling membantu membentuk fenotip. Namun saat
salah satu gen tidak ada, maka pemunculan fenotip menjadi terhalang.
Contoh gen komplementer terdapat pada jagung. Menurut E.M East dan
H.K. Hayes (1913), ekspresi sifat warna biji jagung merupakan hasil interaksi 2
gen dominan C dan R. Saat C bersama-sama dengan R, akan mengekspresikan
warna pada kulit biji jagung. Namun saat C atau R berdiri sendiri atau sama sekali
tidak ada, tidak terbentuk warna pada kulit biji jagung.
C gen penumbuh bahan mentah pigmen
c gen tidak mampu menumbuhkan bahan mentah pigmen
23
25
tidak memiliki klorofil pada daunnya. Setelah 14 hari, tanaman tersebut akan
segera mati.
E. Pola Pola Hereditas
Pola-pola hereditas mempelajari berbagai macam cara pewarisan sifat, yang
meliputi: Pautan (linkage), Pindahsilang (crossing over), Pautan sex (sex linkage),
Gagal berpisah (non disjunction), Determinasi sex dan Gen letal
1. Pautan
Pautan/Tautan (linkage) adalah suatu keadaan dimana terdapat banyak gen
dalam satu kromosom. Pengertian ini biasanya mengacu pada kromosom tubuh
(autosom). Akibatnya bila kromosom memisah dari kromosom homolognya, gengen yang berpautan tersebut selalu bersama. Semisal suatu genotif AaBb
mengalami pautan antar gen dominan dan antar gen resesif, maka A dan B
terdapat dalam satu kromosom, sedangkan a dan b terdapat pada kromosom
homolognya. Bila terjadi pembelahan meiosis maka gamet yang terbentuk ada dua
macam, yaitu AB dan ab.
Ciri Pautan:
- semisal pada AaBb, gamet hanya 2 macam
- jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1
Prosentase terbentuknya kombinasi baru saat terjadi pindah silang disebut Nilai
Pindah Silang (NPS) yang dapat dihitung dengan rumus berikut:
XmY
F1 :
XMY
XMXm
P2 :
XMY
XMXm
FZ :
XMY
XmY
XMXM
XMXm
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa gen yang menyebabkan warna mata pada
lalat terdapat pada kromosom X. Mata merah disebabkan gen dominan M, dan
mata putih disebabkan gen resesif m. Hasil persilangan pada F, induk jantan yang
27
bermata putih mewariskan gen m pada anak betina, sedangkan induk betina yang
bermata merah mewariskan gen M pada anak jantan.
Ingat ,
Pada anak jantan, X berasal dari induk betina
Pada anak betina, X berasal dari kedua induk
Inilah yang disebut konsep pewarisan sifat menyilang (criss cross inheritance)
4. Gagal Berpisah (non disjunction)
Gagal berpisah (non disjunction) merupakan kegagalan kromosom homolog untuk
memisahkan diri saat pembelahan meiosis. Akibatnya terdapat gamet yang lebih
atau kurang jumlah kromosomnya.
Contohnya persilangan antara Drosophilla melanogaster dimana lalat betina
mengalami gagal berpisah. Lalat betina yang mengalami gagal berpisah
membentuk tiga macam kemungkinan gamet yaitu X, XX, dan 0. Bila lalat jantan
yang mengalami gagal berpisah kemungkinan gametnya adalah X, Y, XX, YY,
dan 0.
P
XY
XX (gagal berpisah)
: X
XX
0
XX
XY
: betina normal
: jantan normal
XXX
XXY
: betina (fertil)
XO
: jantan (steril)
YO
: jantan (lethal)
28
Contoh:
AAXX
IK = 2X/2A = 1
lalat betina
AAXY
IK = X/2A
AAXXX
AAXXY
IK = 2X/2A = 1
AAXO
IK = X/2A
AAAXX
Pada makhluk hidup lain penentuan jenis kelaminnya seperti pada tabel berikut:
6. Gen Lethal
Gen lethal merupakan gen yang menyebabkan kematian individu yang
memilikinya bila dalam keadaan homozigot. Ada dua jenis gen lethal, yaitu
lethal dominan dan lethal resesif.
Lethal dominan menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot dominan.
Contoh: persilangan antara tikus kuning dengan sesamanya
p
tikus kuning
Kk
tikus kuning
Kk
29
KK
2Kk
: tikus kuning
kk
: normal
Rasio fenotif yang hidup antara tikus kuning : normal = 2 : 1 karena tikus kuning
homozigot dominan selalu lethal.
Lethal resesif menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot resesif.
Contoh: persilangan antara jagung berdaun hijau dengan sesamanya
p
HH
: berdaun hijau
Dari pesilangan di atas hanya tiga yang kemungkinannya dapat hidup yaitu yang
bergenotif HH dan Hh. Sedangkan yang bergenotif hh mati karena tidak dapat
membentuk klorofil.
Golongan Darah
Antigen
Genotipe
A
A
IAIA dan IAIO
B
B
IBIB dan IBIO
AB
A dan B
IAIB
O
IOIO
Dalam hal ini, antara IA dengan IB tidak ada yang lebih dominan, sehingga
antara orang yang bergenotipe IAIB bergolongan darah AB atau kedua alel
tersebut bersifat kodominan. Sedangkan alel IA > IO dan IB > IO
b. Golongan Darah Sistem MN
Sistem golongan darah MN terjadi berdasarkan adanya
perbedaan jenis antigen glikoprotein pada membran sel
darah merah (glikoforin A). Reaksi imunologis -> antigen
glikoforin dengan antibodi. Maka terdapat dua macam
antigen glikoforin : M dan N. Untuk menghasilkan antigen
atau
kombinasi
antigen,
golongan
darah
MN
perlu
Golongan Darah
Fenotipe
Genotipe
1.
2.
3.
Eritrosit
M
N
MN
M
N
MN
IMIM
ININ
IMIN
31
No.
Fenotipe
Genotipe
1.
Rhesus
IRhIRh, IRhIrh
Macam
Gamet
Rh
I dan Irh
2.
positif
Rhesus
Irh Irh
Irh
nehatif
2. Penentuan Jenis Kelamin
Manusia memiliki 46 kromosom (23 pasang kromosom). Kromosom tersebut
terdiri atas 22 pasang kromosom tubuh dan 1 pasang kromosom kelamin (seks).
Laki-laki memiliki sepasang kromosong seks yang diberi simbol XY,
sedangkan perempuan memiliki sepasang kromosom yang diberi simbol XX.
Laki-laki menghasilkan sperma yang mengandung gamet X atau Y. perempuan
menghasilkan sel telur yang menghasilkan sel telur yang mengandung gamet
X. pada wktu terjadi pembuahan, pertemuan gamet Y dari sel sperma dan
gamet X pada sel telur akan mebentuk individu XY (laki-laki). Adapun
pertemuan gamet X dari sel sperma dan gamet X pada sel telur akan
membentuk individu XX (perempuan). Jadi kemungkinan anak yang akan
dilahirkan itu laki-laki atau perempuan adalah 50%.
3. Cacat dan Penyakit yang Menurun yang Terpaut Kromosom seks
a. Hemofilia
Hemophilia adalah penyakit keturunan yang yang mengakibatkan darah
seseorang sukar membeku. Penderita hemophilia jika terluka, darahnya
akan membeku sekitar 50 menit hingga 2 jam. Hal ini dapat
mengakibatkan penderita mengalami kehilangan banyak darah dan dapat
menyebabkan kematian.
32
Penyakit ini dikendalikan oleh gen resesif (h) yang terpaut kromosom X.
Genotipe wanita hemophilia:
HH = XHXH = homozigot dominan
= normal
Hh = XHXh = heterozigot
= (carrier) pembawa sifat
hh = XhXh = homozigot resesif
= penderita hemophilia
Genotype laki-laki hemophilia:
HY = laki-laki normal
h = laki-lakihemofilia
X Y
Normal
Wanita
Pria
Buta Warna
CXC, XCXc
CY
c c
X X
X Y
= laki-laki normal
Xcb Y
33
P:
XCB Y
(normal)
XCB, Xcb
XCB, Y
c. Anodontia
Anodontia adalah kelainan yang dibawa koomosom x dan muncul dalam
keadaan resesif. Kelainan ini mengakibatkan penderita tidak memiliki gigi
(ompong)
d. Hypertrichosis
Hypertrichosis merupakan sifat keturunan berupa tumbuhnya rambut di
bagian tertentu dari daun telinga, wajah, dan anggota tubuh lainnya.
Penyebabnya adalah gen-gen resesif (h)yang terpaut pada kromosom Y.
kelainan ini hanya dimiliki oleh laki-laki.
4. Cacat dan Penyakit yang Menurun yang Terpaut Kromosom Autosom
a. Albino
Albino merupakan kenainan yang disebabkan tubuh seseorang tidak
mampu memproduksi pigmen melanin. Sehingga rambut dan badannya
putih. Cacat albino memiliki penglihatan yang peka terhadap cahaya. Hal
ini disebabkan irisnya tidak memiliki pigmen.
Albino disebabkan oleh gen resesif a. orang normal memiliki genotipe Aa,
atau AA. Sedangkan orang albino memiliki genotipe aa.
b. Polidaktili
Polidaktili merupakan kelainan memiliki kelebihan jumlah jari tangan dan
kaki. Cacat enurun ini di wariskan oleh gen autosom dominan P.
sedangkan gen p untuk normal.orang normal memiliki genotipe pp,
sedangkan orang polodaktili genotipenya PP ataupun P.
34
c. Fenilketonuria
Fenilketonuria marupakan kelainan pada manusia yang tidak mampu
melakukan metabolisme fenilanin. Akibatnya fenilanin tertimbun di darah
dan akibatnya dibuang melalui ginjal.
d. Cystinuria
Cystinuria adalah kondisi dimana dalam tubuh seseorang kelebihan asam
amino sistein yang sukar larut, diekskresikan dan ditimbun menjadi batu
ginjal. Kelainan ini disebabkan adanya gen dominan homozigot (CC).
e. Brahidaktili
Brachidaktili merupakan kelainan pada ruas-ruas jari yang memendek
pada anusia. Kelainan ini disebabkan leh gen dominan B yang bersifat
letal jika dalam keadaan homozigot dominan (BB).
Dalam keadaan heterozigot (Bb), individumenderita kelainan brahidaktil,
sedangkan genotipe bb, individu dalam keadaan normal.
f. Talasemia
Talasemia
merupakan
kelainan
genetik
(penyakit
genetik)
yang
35
36
38
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
39
7. Manfaat pewarisan sifat dalam kehidupan dapat dilihat dalam bidang pertanian
dan peternakan adalah dihasilkannya bibit unggul. Pada manusia digunaka
untuk memperbaiki kehidupan dan melestarikan jenisnya.
B. Saran
Dalam membelajaran materi hereditas kepada siswa, guru harus menggunakan
alat dan media yang tepat sehingga dapat membantu dalam proses belajar
mengajar, mengingat dalam materi hereditas atau genetika ini memerlukan
penjelasan yang lebih kongrit misalkan dengan menggunakan benik genetika, atau
pemberian tugas membuat pedigree dari silsilah keluarga masing-masing siswa,
sehingga memudahkan mengetahui sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua
kepada anak-anaknya.
40
DAFTAR PUSTAKA
CPO. 2007. Focus On Live Science. USA: Delta Education LLC
Glencoe. 2006. Biology A Molecular Approach. America: BSCS
Neil A. Campbell & Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi 8 (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga
http://www.fhi.no/tema/gener-og-dna/fakta-om-gener-og-dna
Sumber : http://wawashahab.blogspot.com/2012/02/kucing-siamase-siam.html
Sumber
http://nicoutomo99.blogspot.com/2013/03/hukum-mendel-
i.html#.VUZvTPmWrIU
41