Professional Documents
Culture Documents
dinamis selama embriogenesis dan berlanjut sampai beberapa waktu setelah lahir.
Duktus biliaris ekstrahepatik muncul dari aspek kaudal divertikulum hepatik.
Selama stadium pemanjangan, duktus ekstrahepatik nantinya akan menjadi,
seperti duodenum, sebuah jalinan sel-sel padat. Pembentukan kembali lumen
dimulai dengan duktus komunis dan berkembang secara distal seringkali
mengakibatkan 2 atau 3 lumen untuk sementara, yang nantinya akan bersatu.
Komponen intrahepatik selanjutnya bergabung dengan sistem duktus ekstrahepatik
dalam daerah hilus.
Patogenesis atresia bilier tetap tidak jelas meskipun terdapat beberapa teori etiologi
dan investigasi. Telah diusulkan bahwa penyakit ini disebabkan oleh: (a) kegagalan
rekanalisasi, (b) faktor genetik, (c) iskemia, (d) virus, atau (e) toksin. Saat ini,
teori yang paling membangkitkan minat adalah bahwa atresia bilier merupakan
hasil akhir satu atau beberapa dari cemooh-cemooh ini yang nantinya
menyebabkan epitel bilier menjadi peningkatan susunan untuk mengekspresikan
antigen pada permukaan sel (Dillon). Pengenalan oleh sel T yang beredar kemudian
memulai respon imun dimediasi-sel, mengakibatkan cedera fibrosklerotik yang
terlihat pada atresia bilier. Tampaknya terdapat dua kelompok terpisaah pasien
dengan atresia bilier: bentuk embrionik awal dihubungkan dengan kemunculan
berbagai anomali lainnya dan bentuk janin kelak/perinatal yang biasanya terlihat
terisolasi. Etiologi masing-masingnya mungkin berbeda.
Temuan patologis pada atresia bilier ditandai dengan sklerotik inflamasi yang
kehilangan semua atau sebagian percabangan bilier ekstrahepatik juga sistem bilier
intrahepatik. Tidak seperti atresia traktus gastrointestinal lainnya yang memiliki
batasan tempat obstruksi jelas dengan dilatasi proksimal, dalam varian atresia
bilier yang paling umum, duktus biliaris diwakili oleh jalinan fibrosa tanpa dilatasi
apapun di proksimalnya. Sedangkan varian lainnya memiliki sisa nyata distal, dari
kandung empedu, duktus sistikus dan duktus komunis, atau proksimal, dengan
hilus kista (Gambar 69.1).
Pengobatan
Satu-satunya terapi yang memberikan harapan kesembuhan bagi atresia bilier
adalah pembedahan. Secara historis, berbagai operasi telah disusun, termasuk
reseksi hepatik parsial dengan drainase luka permukaan, penusukan hepar dengan
tabung hampa, dan pengalihan duktus limfatik torasikus kedalam rongga mulut.
Prosedur satu-satunya yang memberikan keberhasilan jangka-panjang adalah
portoenterostomi dan transplantasi hati.
Portoenterostomi hepatik
Prosedur portoenterostomi diawali dengan mobilisasi kandung empedu dari hati dan
diseksi duktus sistikus ke sisa serabut duktus biliaris komunis (Gambar 69.4).
Peritoneum superfisial diatas ligamentum hepatoduodenal dibuka untuk
memperlihatkan arteri hepatika dan struktur biliaris. Alat pembesar dan
pencahayaan sempurna tidak memiliki arti. Duktus komunis fibrosa secara hati-hati
dipotong dan dibelah di distal pada batas atas duodenum. Sisa duktal digunakan
untuk traksi dan diseksi berlanjut ke proksimal. Arteri sistikus diligasi. (berhatihatilah untuk menghindari kesalahan a. hepatika kanan untuk kistik). Duktus
biliaris fibrosa meluas menjadi massa berbentuk kerucut dan memasuki hepar
diantara bifurkasi dan vena porta (Gambar 69.5). Vena kecil bercabang harus
dibagi dengan cermat. Kerucut fibrosa dipotong sama persis dengan substansi
hepar (Gambar 69.6). Tidak ada kauter yang digunakan pada pemotongan hilus.
Pembalutan dengan kasa ketika Roux-en-Y tersumbat akan memberikan hemostasis
yang cukup.
Portokolesistotomi
Pada kira-kira 20% pasien, kenyataan kandung empedu, duktus sistikus, dan
duktus biliaris komunis distal membolehkan penggunaan untuk rekonstruksi.
Pemotongan proksimal berada pada tingkat identik. Kandung empedu harus
dimobilisasi dengan hati-hati untuk melindungi pasokan darah dari arteri sistikus.
Kandung empedu dibuka secara longitudinal dan secara langsung di-anastomosiskan ke porta yang ditranseksi (Gambar 69.8). Duktus sistikus hipoplastik dan
duktus biliaris komunis mungkin tidak mampu menerima volume penuh drainase
bilier pada awalnya. Oleh karena itu, dekompresi sementara dengan sebuah
tabung silastic yang ditempatkan melalui fundus kandung empedu membiarkan
penyembuhan anastomotik dan dilatasi bertahap duktus distal. Jika kandung
empedu berhasil digunakan untuk drainase, resiko kolangitis paska operasi hampir
dihilangkan.
Transplantasi Hati
Kemajuan dalam teknik dan imunosupresi pada tahun 1980 menambahkan
transplantasi hati ke pilihan yang tersedia untuk mengobati anak dengan atresia
bilier. Meskipun telah diusulkan bahwa transplantasi hati menggantikan
portoenterostomi sebagai terapi primer, beberapa argumen yang bertentangan
dapat dibuat. Persentase pasien yang signifikan mencapai kelangsungan hidup
jangka panjang dengan hanya portoenterostomi (50% kelangsungan hidup 5 tahun
dan 25% kelangsungan hidup ke masa remaja). Imunosupresi pada bayi
mengekspos anak pada resiko infeksi dan malignansi yang lebih besar. Biaya
operasi, pemeliharaan imunosupresi, pemantauan, dan tindakan lanjutan jauh lebih
besar pada penerima transplantasi. Lambat laun, beberapa telah menyatakan
bahwa operasi Kasai berpengaruh negatif pada hasil dari prosedur transplantasi;
namun studi banding tidak mampu memperlihatkan efek. Karenanya, kita meyakini
bahwa transplantasi tidak seharusnya menggantikan operasi Kasai namun harus
Domes
Comments (4)
Like
Be the first to like this post.
4 Comments
1.
dooch palin9 nda te9a klu liat bayi ato anak piyik di operasi
Comment by wi3nd March 9, 2010 @ 12:36 pm | Reply
kalau harus dan demi kebaikan, kan ndak apa-apa wi3nd cay
Comment by ningrum March 10, 2010 @ 5:45 pm | Reply
2.
iyah nda papa,namanya ju9a demi kesehatan..
tapi aku tetep ajah nda te9a,kasihaan
[anak kecilkan susah didiemin klu nan9is,apal9i klu la9i n9rasains
akiit..]
Comment by wi3nd March 11, 2010 @ 12:53 pm | Reply
susah memang wi3nd.. ning aja dulu ngeliat anak kecil dioperasi
kasian banget.. pas dioperasi mah dibius, tapi pas udah sadar,
nahan sakitnya itu
Comment by ningrum March 12, 2010 @ 6:06 pm | Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website
You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr
title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del
datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>
Post Comment
HOME
HALAMAN DEPAN
Pages
Award
ningrum
insan biasa
ningrum
kalender
jam
Archives
Recent Posts
adil
*****
selintas
convergence paralysis
Categories
catatan (50)
Anestesi (3)
Bedah (20)
Forensik (5)
Interna (2)
Mata (5)
Neuro (5)
ObGyn (3)
Pediatri (2)
PH (1)
Psikiatri (1)
Pulmo (2)
THT (7)
Uncategorized (2)
1kepinghati
abibakarblog
abuabdirrahman
alamendah
Anoraga
anthi
any
ara
ayoe
ayu
Bening
Bhirawa
Bintang Satu
BlogCamp
bunda lily
bundo
fazs
Gus Kar
hadipunya
hajar
haris
ismi
ivan rusty
kiosTe
liza
marshmallow
mbak dhiena
melvi
mimi allz
nDa
ney
pak isro
rayya
ridwan
shafa
sinopi
Tanti
te2h
thia tami
wi3nd
widhieko
yuan
zev
Blog Stats
90,641 hits
Search for:
Search
Recent Comments
Medicalera.com onningrum
arif onGlaukoma Neovaskuler
felixkusmanto onHumaniora
astrid onGlaukoma Neovaskuler
Che on Ikterus Obstruktif (obstructiv
lit onCystosarcoma Phyllodes
aulia onBronkopneumonia
debby on bersin-bersin dan rinitis
rina on Anestesi pada Obstetri dan
zaza onBronkopneumonia
Theme: Rubric. Blog at WordPress.com.