Professional Documents
Culture Documents
MTU
PT. Multi Tambangjaya Utama (PT. MTU) adalah perusahaan pemegang Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi III dengan kode wilayah KW 04
PB 0134. Wilayah perjanjiannya terletak di daerah Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara
dan Barito Timur, Propinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral nomor :
321.K/30/DJB/2009 tanggal 26 Juni 2009 tentang permulaan tahap kegiatan operasi
produksi pada wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT Multi
Tambangjaya Utama seluas 24.970 Ha untuk selama 30 (tiga puluh) tahun yang berlaku
mulai tanggal 4 Mei 2009 sampai dengan tanggal 3 Mei 2039.
Penambangan di blok Kananai merupakan awal penambangan saat memasuki periode
eksploitasi. Luas area yang telah dibuka sejak awal produksi Mei 2009 sampai akhir
September 2012 kuranglebih 534 hektar.
sebesar
350.000
ton
ROM
batubara
sampai
akhir
Desember
2009
Daerah PKP2B PT. Multi Tambangjaya Utama (PT. MTU) terletak di Kecamatan
GunungBintang Awai, Gunung Pureidan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Selatan, Barito
Utara dan Barito Timur, Propinsi Kalimantan Tengah. Setelah mengalami penciutan wilayah
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor :
214.K/40.00/DJG/2004, tanggal 3 September 2004 dan diperpanjang dengan Surat
Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 321.K/40.00/DJG/2005 tanggal
13 Juni 2005.
Wilayah PKP2B PT. MTU memiliki luas sekitar 24.970 Ha, yaitu terdiri dari Blok malintut 1,
Malintut 2, Kananai 1, Kananai 2, KananaiTimur 1, KananaiTimur 2, SiungMalopot,
TawoKarau, Lumuh, Swalang, dan Muntok.(lihatGambar 1.1).
ditempuh melalui jalan air kearah Muara Bambanen dan selanjutnya dari Muara Bambanen
perjalanan dilanjutkan dengan melewati jalan logging kayu yang sudah ada menuju ke Blok1
sejauh 60 km.
Gambar 1.2. Peta Lokasi dan Kesampaian daerah lokasi PKP2B PT. MTU
Keadaan Lingkungan
Morfologi Umum Daerah Penyelidikan
Morfologi daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua satuan Morfologi, yaitu satuan
morfologi perbukitan dan satuan morfologi dataran. Satuan morfologi perbukitan terdapat di
bagian timur meliputi daerah Kananai, Lumuh, Malopot, dan Swalang Mea. Satuan morfologi
dataran umumnya berada di sebelah barat daerah penelitian kearah bantaran sungai barito.
Iklim
Daerah penelitian beriklim tropis kering panas, mempunyai dua musim yaitu musim
penghujan yang umumnya jatuh setiap akhir bulan NovemberApril, sedangkan musim
kering dari bulan Mei sampai bulan Oktober.
Temperatur rata-rata tahunan 26,92o C, curah hujan tahunan di daerah telitian kisaran
sedang antara 1.817,8 mm sampai 3.082 mm. Sedangkan kelembaban relatif rata-rata
adalah 79,63%.
Data curah hujan untuk periode bulan 2009 April 2013, dapat dilihat pada Tabel 1-1.
Tabel 1.1
Data Curah Hujan PT. MTU ( mm)
Blok 1.
Tataguna lahan PPKP2B menurut Peta Kawasan Hutan termasuk kedalam Kawasan Hutan
Produksi (40 %), Kawasan Hutan Produksi Terbatas (30%), Areal Penggunaan Lain (20%),
Hutan Produksi Konversi (5%), dan Kawasan Hutan Lindung (5%).
Vegetasi di daerah penelitian dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu tumbuhan alam
dan tumbuhan yang ditanam. Tumbuhan alam terdiri atas tumbuhan yang membentuk hutan
belukar, baik primer maupun sekunder, terutama menempati daerah perbukitan, seperti ulin,
meranti, balau, kayu kapur dan bangkirai. Sedangkan tumbuhan yang ditanam dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu tanaman musiman dan tanaman tahunan. Tanaman musiman
umunya berupa padi gunung, jagung dan ketela pohon yang ditanam dengan cara lahan
berpindah. Tanaman tahunan umumnya berupa tanaman karet, baik yang ditanam secara
tradisional oleh masyarakat maupun oleh perkebunan milik negara.
Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan eksplorasi detil sebelumnya telah dilakukan oleh PT. MTU, dan telah mendapatkan
persetujuan dengan mengembangkan eksplorasi tingkat lanjut yang meliputi pemetaan
geologi detil, pengambilan contoh batubara dan pemboran detil dengan interval tertentu
sesuai dengan standar SNI yang berlaku.
Plastik Sample
Alat-alat tulis
Meter ukur
GPS, Garmin (76 CSx)
3. Survei Topografi dilakukan dengan menggunkan metode Lidar (Light Detection and
Ranging), alat yang digunakan, yaitu:
Akibat tektonik mengangkat Kuching High selama Oligocene Akhir yang mengakibatkan
deposisi regresiv delta berurutan ke dalam Kutai Basin, yang diikuti di bagian barat sampai
timur migrasi dari garis pantai, dan juga migrasi dari pusat deposisi utama. Pegunungan
Meratus mengalami pengangkatan selama Miocene Akhir dan hal itu merupakan kontribusi
sedimen klastik ke dalam Barito Sub-basin di bagian barat dan Asam Asam dan Pasir Subbasin di timur.
timur dan selatan dari Barito Sub-basin terdiri dari dataran tinggi curam dimana
kemungkinan tersingkap batuan Pre-Tertier dan Awal Tersier.
Sungai Barito yang mengalir ke arah selatan sangat mempengaruhi situasi dari bagian
tengah dari Barito Sub-basin.Hampir semua anak - anak cabang sungainya mengalir paralel
masuk ke dalam sungai Barito, tetapi makin ke arah hulu membentuk pola dendritik.Pola
pengaliran trelis mendominasi searah dengan punggungan yang berada di bagian tepi dari
basin ini.
Stratigrafi Regional
Wilayah perjanjian teletak di bagian tengah dari Barito Sub-basindi Kalimantan Tengah,
secara garis besar proses sedimentasinya terbentuk selama Tersier. Peta geologi lembar
Buntok skala 1 : 250.000 meliputi seluruh wilayah perjanjian dan interpretasi awal telah
disusun oleh Soetrisno, S.Supriatna, E. Rustandi, P. Sanyoto, K.Hasank (tahun 1994).
Stratigrafi regional penyusun Blok PKP2B PT.MTU berdasarkan Peta Geologi Regional
adalah satuan Granit Kapur (Kgr), Batuan Vulkanik Kasale (Kvh), Formasi Pitap (Ksp),
Formasi tanjung (Tet), Formasi Montalat (Tomm), Formasi berai (Tomb), Formasi Warukin
(Tomw), dimana Formasi pembawa batubaranya adalah Formasi Tanju
ng (Tet), Formasi Montalat (Tomm), Formasi Warukin (Tomw).
Di bagian utara ditemukan di bagian atas dari Kapuas dekat Kualakurun, terdiri dari
konglomerat di bagian bawah diikuti oleh batupasir, lempung
batubara dan sering andesitic agglomerat dan diendapkan pada lingkungan terrestrial
sampai paralic.
Di bagian hilir dari sungai Kahayan dekat pulau Pisau, terdiri dari Batupasir kasar,
batulempung pasiran, batubara dan batugamping tipis yang ditutupi oleh serpih dengan
kandungan Discocyclina.
Di daerah utara perbatasan antara Barito Kutai cross high, di daerah Pararawen antiklin,
Formasi Tanjung mencapai ketebalan 2250 meter terdiri dari batupasir, lempung dan
batubara. Konglomerat basal di tempat ini tidak dijumpai. Ketebalannya semakin berkurang
ke arah barat, mencapai sekitar 950 meter di sungai Lemu. Semakin ke arah barat
Kualakurun ketebalannya bervariasi tetapi secara umum berkurang sekitar 500 meter.
Gambar 2.3. Stratigrafi regional daerah PKP2B PT. MTU (lembar Buntok, 1994)
Selama Oligocene sampai Awal Miocene seluruh area sudah stabil pada kondisi laut
dangkal.Hasil pengendapannya berupa Formasi Berai yang didominasi oleh paparan
batugamping dengan pertumbuhan lokal. Secara intensif menyebar dari Pater Noster bagian
timur dan hampir semua dari Kraton dari paparan Sunda di sebelah barat, dan dari sisi
bagian selatan Pater Noster melewati selatan sampai laut Jawa.
Pada akhir Miocene Tengah mengalami pengangkatan blok Meratus yang mengakibatkan
Barito Basin terisolasi dari laut terbuka ke arah timur. Kecepatan penurunan basin juga
diikuti dengan pengangkatan di bagian barat yang diikuti aktivitas erosi.Fase erosi ini
menyumbangkan material pengendapan yang cukup tebal pada lingkungan paralic berupa
Formasi Warukin dan Dahor.
Orogin pada Plio-Pleistocene menyebabkan pergerakan ke arah barat dari blok Meratus,
pelipatan dan antiklin seri yang mungkin dikontrol oleh kenampakan pada basement.
2.1.
Ada perbedaan antara peta geologi lembar Buntok skala 1 : 250.000, oleh Supriatna dkk.
1981 dengan Laporan Pertamina Petroleum Geologists, 1980 (Depositional Environment
and Hydrocarbon Prospects, Tanjung Formation, Barito Basin, Kalimantan).
Urutan stratigrafi yang disusun oleh Pertamina didasarkan atas eksplorasi intensif, seismic,
dan drilling yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga hasil penelitian Pertamina
lebih dipercaya sebagai acuan.
Pembahasan stratigrafi wilayah perjanjian secara detil didasarkan atas aturan penamaan
satuan litostratigraf tidak resmi dari Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia (1972), yaitu
mengelompokan lapisan-lapisan batuan secara bersistem menjadi satuan bernama yang
bersendikan pada ciri litologi yang dapat diamati di lapangan termasuk jenis batuan,
kombinasi serta keseragaman litologi dan gejala gelogi lainnya di lapangan. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas maka stratigrafi lokal wilayah perjanjian dapat dikelompokan menjadi
enam satuan batuan, dengan urut-urutan dari yang paling tua hingga yang paling muda
adalah sebagai berikut :
Satuan batubasal
Satuan batugranit
Satuan batulempung
Satuan batugamping
Satuan batupasir
Satuan batubasal.
Singkapan batuan atau penyebarannya satuan batuan batubasal menempati bagian selatan
daerah Tawo.Satuan ini membentuk punggungan kecil dan biasanya dilintasi oleh jalan
perusahaan kayu yang pernah beroperasi sebelumnya.Umumnya batuannya sudah lapuk
dan warna pelapukannya sangat khas yaitu berwarna merah tua.
Satuan batugranit.
Satuan batugranit ini mempunyai penyebaran lateral di daerah sebelah timur Malintut dan
membentuk morphologi yang cukup curam. Di lapangan bongkahan batugranit ini tersebar
sudah lepas-lepas dari batuan induknya.Tingkat pelapukannya sangat intensif dengan
warna pelapukan berwarna merah.Satuan batugranit ini juga muncul di sebelah timur sungai
Monyo di sebelah selatan kananai.Satuan batugranit ini berumur Pra-Tersier.
Satuan batulempung.
Satuan ini mendominasi penyebarannya baik di Blok 1 maupun Blok 2 dan merupakan
pembawa utama lapisan batubara yang berumur Eocene dari Formasi Tanjung.Satuan ini
menyebar dari barat di daerah Kanani sampai daerah timur di Swalang Mea.
Satuan batugamping.
Umumnya penyebaran batugamping ini tidak merata atau setempat-setempat.Satuan
batugamping ini membentuk pola penyebaran menjari dengan satuan batupasir.Penyebaran
batugamping ini dapat dijumpai di daerah Bintang Ara, Desa Lima dan secara setempatsetempat di sekitar aliran sungai Rui. Satuan batugamping ini dapat dikorelasikan dengan
Formasi Berai yang berumur Oligocene.
Satuan batupasir.
Dinamakan satuan batupasir karena ditinjau dari penyebarannya didominasi oleh lapisan
batupasir.Penyebarannya ditemukan di bagian barat Malintut dan umumnya tidak
mengandung lapisan batubara.Penyebarannya membentuk pola menjari dengan satuan
batugamping dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Berai yang berumur Oligocene.
Dari data-data dan korelasi hasil survey dan pemetaan geologi di lokasi PKP2B MTU yang
dilakukan di tahun 2012, menghasilkan peta interpretasi geologi detil meliputi lithologi dan
struktur geologi yang berkembang di lokasi PKP2B PT. MTU.
Blok PKP2B PT. MTU lithologinya didominasi oleh batulempung dengan perselingan
batupasir dan disisipi oleh batubara untuk di bagian utara blok 1 dan blok 2 (Swalang), untuk
daerah selatan diblok Siung Malopot dan Tawo Karau terdapat batuan beku berupa andesit
dan granit, dengan sedikit batugamping berada di pinggir blok PKP2B PT.MTU. (Peta
Terlampir).
membentuk struktur antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan umumnya berarah sama
dengan struktur regional yaitu bervariasi arah utara ke selatan sampai timurlaut ke
baratdaya. Jenis lipatannya baik yang berbentuk antiklin maupun sinklin berupa lipatan tidak
simetris.Sesar yang ada umumnya sesar normal dan sesar geser normal yang sejajar
dengan sumbu lipatan.
Lipatan.
Lipatan utama di bagian tengah dari Blok 1 terdiri dari antiklin Kananai dan sinklin
Kananai.Sumbu lipatannya berarah timur laut barat daya.Sumberdaya batubara Kananai
berada di bagian barat dari antiklin Kananai.Sedangkan batubara Swalang Mea berada
pada sayap barat dari antiklin Swalang Mea.
Sesar.
Sesar normal, sesar naik dan sesar geser menyebar di wilayah perjanjian.Sesar-sesar ini
umumnya sejajar dengan sumbu lipatan.Sesar utama mengarah timur laut barat laut
sejajar dengan antiklin Kananai.
Stratigrafi PKP2B PT. Multi Tambangjaya Utama didominasi oleh perselingan antara
batupasir dengan batulempung dan disisipi oleh batubara, tertindih selaras oleh
batugamping yang merupakan ciri dari Formasi Berai (Tomb) dan tidak selaras dengan
batuan beku.
Batupasir dengan warna lapuk abu-abu kemerahan, warna segar abu-abu, halus sampai
sangat halus, kompak, keras; untuk batulempung berwarna abu-abu, lunak, menyerpih,
untuk batubara berwarna hitam, gores hitam, mengkilap, brittle dan batuan beku yang
ditemukan di lokasi PKP2B PT. MTU berupa andesit dan granit.