Professional Documents
Culture Documents
saling bergesekan.
3) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior
abdomen.
4) Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi.
5) Membawa pembuluh darah, limfatik dan saraf ke organ.
3. Etiologi
Etiologi dari peritonitis terdiri dari 2 tipe (Luckman and Sorensens,1996:1637) diantaranya :
a. Peritonitis Primer
Peritonotis primer biasanya disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan kelenjar getah
bening, peritonitis tipe ini sangat jarang ditemukan, insidennya + 1 % dari semua penyebab
peritonitis.
b. Peritonitis Sekunder
Peritonitis skunder biasanya terjadi akibat infeksi bakteri, organisme berasal dari penyakit
saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduksi internal. Selain itu juga dapat
terjadi dari sumber eksternal seperti cedera atau trauma (Misal : luka tembak / tusuk).
Bakteri yang biasanya menyebabkan peritonitis ialah E. Coli, Klebsiella, Proteus dan
Pseudomonas. Inflamasi dan Ileus Paralitik adalah efek langsung dari infeksi. Penyebab umum
lain dari peritonitis adalah apendisitis, ulkus periforasi, divertikulitis dan perforasi usus.
4. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga abdomen
biasanya sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi usus (Brunner &
Suddarth, 2002 : 1103).
Reaksi awal peritonium terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi
satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi (Price, 2001 : 402).
Peritonitis menimbulkan beberapa efek sistemik, perubahan sirkulasi, perpindahan cairan dan
masalah pernafasan dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit kritis. Sistem
sirkulasi mengalami stres besar dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah
ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan
tekanan dan meningkatkan sekresi cairan ke dalam usus, proses inflamasi meningkatkan
kebutuhan O2 pada waktu kemampuan klien untuk ventilasi telah berkurang. Klien mengalami
kesulitan ventilasi karena nyeri abdomen dan peningkatan tekanan abdomen, yang meninggikan
diafragma (Ester, 2002 : 81).
5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah inflamasi tidak lokal dan seluruh rongga abdomen
menjadi terkena pada sepsis umum. Sepsis adalah penyebab umum dari kematian pada
peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau hipovolemik. Proses inflamasi dapat
menyebabkan obstruksi usus, yang terutama berhubungan dengan terjadinya perlekatan usus
(Brunner & Suddarth, 2002 : 1104).
Menurut Corwin (2000 : 528) komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah sepsis dan kegagalan
multiorgan.
Dua komplikasi pasca operatif paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukan abses. Luka
f. Sistem Neurologi
Nyeri dirasakan pada awalnya menyebar dan sangat terasa, menjadi cenderung konstan,
terlokalisasi, lebih terasa didekat sisi inflamasi dan biasanya diperberat oleh gerakan. Nyeri
dirasakan lebih apabila ditekan (Brunner & Suddarth, 2002 : 1103).
B. Proses Keperawatan
Proses Keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat bersama klien
menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan Asuhan Keperawatan, membuat
perencanaan dan implementasi serta mengevaluasi hasil Asuhan Keperawatan (Gaffar, 1999 :
54).
Proses keperawatan menurut Yura dan Walsh (1967) yang dikutip oleh Gaffar dalam buku
Asuhan Keperawatan Profesional terdiri dari 5 tahap yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang klien yang dibutuhkan
dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan (Gaffar, 1999 : 57).
Tahap pengkajian keperawatan pada klien dengan post laparatomi sama seperti pada kasus
keperawatan lainnya yaitu terdiri dari dua tahap :
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien dan penanggung jawab
a) Identitas klien
Identitas klien terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian.
b) Penanggung jawab
Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan Klien.
a) Alasan Masuk Perawatan
Menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan pasien dibawa ke Rumah Sakit dan dirawat.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama ini diambil dari data subjektif atau objektif yang paling menonjol yang dialami
oleh klien. Keluhan utama pada klien peritonitis ialah nyeri di daerah abdomen, mual, muntah,
demam (Brunner & Suddarth, 2002 : 1104).
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah pengembangan dari keluhan utama dan data yang menyertai
menggunakan pendekatan PQRST (Priharjo, 1996 : 10).
P (Paliatif) : Faktor pencetus / penyebab yang dapat memperingan dan memperberat keluhan
klien.
Q (Qualitas) : Menggambarkan seperti apa keluhan dirasakan.
R (Region) : Mengetahui lokasi dari keluhan yang dirasakan, apakah keluhan itu menyebar atau
mempengaruhi area lain.
S (Severity) : Merupakan skala / intensitas keluhan.
T (Time) : Waktu dimana keluhan itu dirasakan.
d) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang faktor resiko penyebab masalah kesehatan sekarang
serta jenis penyakit dan kesehatan masa lalu. Pada klien post operasi akibat peritonitis, perlu
dikaji mengenai riwayat penyakit saluran pencernaan (seperti Typhoid, Apendicitis, dll) dan
riwayat pembedahan sebelumnya.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang penyakit yang menular atau penyakit menurun
yang ada dalam keluarga.
3) Pola Aktivitas Harian
Pengkajian pada pola aktivitas ini adalah membandingkan antara kebiasaan selama di rumah
sakit sebelum sakit dan selama sakit di rumah sakit meliputi :
a) Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, pantangan makanan, alergi terhadap
makanan dan nafsu makan. Biasanya pada klien post operasi akibat peritonitis terdapat mual,
muntah dan anoreksia.
b) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi yang harus dikaji meliputi frekuensi buang air besar, konsistensinya dan
keluhan selama buang air besar. Frekuensi buang air kecil, warna, jumlah urine tiap buang air
kecil. Pada klien dengan post operasi biasanya dijumpai penurunan jumlah urine akibat intake
cairan yang tidak adekuat akibat pembedahan.
c) Pola Istirahat dan Tidur
Pada pola istirahat tidur yang harus dikaji adalah lama tidur dalam sehari, kebiasaan pada waktu
tidur. Pada klien post operasi bisa ditemukan gangguan pola tidur karena nyeri.
d) Pola Personal Hygiene
Pola personal hygiene yang harus dikaji adalah kemampuan klien perawatan diri seperti mandi,
gosok gigi, keramas, gunting kuku, dll. Pada klien dengan post operasi biasanya klien tidak dapat
melakukan personal hygiene secara mandiri karena keterbatasan gerak akibat pembedahan dan
nyeri.
e) Pola Aktivitas
Pada pola aktivitas meliputi kebiasaan aktivitas sehari-hari. Pada klien dengan post operasi
biasanya ditemukan keterbatasan gerak akibat nyeri.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan Umum
Penampilan umum klien setelah dilakukan pembedahan biasanya tampak lemah, gelisah,
meringis (Doengoes, 2000 : 514).
b) Pemeriksaan Fisik Persistem
(1) Sistem Pernafasan
Kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi dan karakter pernafasan, sifat dan bunyi nafas
merupakan hal yang harus dikaji pada klien dengan post operasi (Brunner & Suddarth, 2002 :
468).
Pernafasan cepat dan pendek sering terjadi mungkin akibat nyeri. Pernafasan yang bising karena
obstruksi oleh lidah dan auskultasi dada didapatkan bunyi krekels (Brunner & Suddarth, 2002 :
468).
(2) Sistem Kardiovaskuler
Pada klien post operasi biasanya ditemukan tanda-tanda syok seperti takikardi, berkeringat,
pucat, hipotensi dan penurunan
suhu tubuh.
Kriteria Evaluasi :
Menetapkan pola nafas yang normal / efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia
lainnya.
Intervensi dan Rasional
Tindakan / Intervensi
Rasional
Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara
faringeal oral.
Auskultasi suara nafas. Dengarkan adanya kumur-kumur, mengi, crow dan atau keheningan
setelah ekstubasi.
Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernafasan
cuping hidung,
Mencegah obstruksi jalan nafas.
Kurangnya suara nafas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat
dibenahi dengan mengubah posisi ataupun penghisapan.
Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernafasan sehingga upaya memperbaiki-nya dapat
segera dilakukan.
warna kulit dan aliran udara.
Pantau tanda-tanda vital secara terus menerus.
Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada periode
pasca operasi.
Kolaborasi : Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan.
Meningkatnya pernafasan, takikardia dan atau bradikardi menunjukkan kemungkin-an terjadinya
hipoksia.
Ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, mening-katkan
pengangkutan oksigen, membuang gas anestesi, batuk membantu pengeluaran sekresi dari sistem
pernafasan.
Dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen.
b. Diagnosa Keperawatan :
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal seperti melalui kateter, selang, jalur
normal seperti muntah.
Tujuan :
Tujuan :
Nyeri teratasi.
Kriteria Evaluasi :
Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / dihilangkan.
Tampak santai, dapat beristirahat / tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi dan Rasional
Tindakan / Intervensi
Rasional
Evaluasi rasa sakit secara reguler, mencatat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0 5)
Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan peningkatan pernafasan, bahkan jika
pasien menyangkal adanya rasa sakit.
Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektivitas intervensi.
Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
Pahami penyebab ketidaknyamanan.
Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi-fowler, miring.
Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan nafas dalam, bimbingan imajinasi,
visualisasi.
Kolaborasi : Berikan obat sesuai petunjuk : Analgesik IV.
Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi.
Lepaskan tegangan emosional dan otot, tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat
meningkatkan kemampuan koping.
Analgesik IV akan dengan segera mencapaui pusat rasa sakit, menimbulkan penghilangan yang
lebih efektif dengan obat dosis kecil.
d. Diagnosa Keperawatan :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, disfungsi
usus, abnormalitas metabolik, peningkatan kebutuhan metabolik dan pembedahan.
Tujuan :
Perubahan nutrisi teratasi.
Kriteria Evaluasi :
Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen positif.
Intervensi dan Rasional
Tindakan / Intervensi
Rasional
Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada / hiperaktif
Inflamasi / iritasi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus
Timbang berat badan dengan teratur
Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi yang lembut, penampilan bising usus
normal dan kelancaran flatus
Kolaborasi : Tambahkan diet sesuai toleransi, contoh cairan jernih sampai lembut
Kehilangan / peningkatan dini menunjukan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada
defisit nutrisi
Menunjukan kembalinya fungsi usus ke normal dan kemampuan untuk memulai masukan
peroral
Kemajuan diet yang hati-hati saat masukan nutrisi dimulai lagi menurunkan risiko iritasi gaster
e. Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi, efek-efek yang
ditimbulkan oleh medikasi, akumulasi drein, perubahan status metabolis.
Tujuan :
Integritas kulit kembali normal.
Kriteria Evaluasi :
Mencapai penyembuhan luka.
Mendemonstrasikan tingkah laku / teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk
mencegah komplikasi.
Intervensi dan Rasional
Tindakan / Intervensi
Rasional
Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang
ketat.
Periksa luka secara teratur, catat karekteristik dan integritas kulit.
Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Pertahankan ketepatan saluran pengeluaran cairan pada drain / insisi yang mengalami
pengeluaran cairan yang berbau.
Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi, ekskoriasi.
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap Asuhan Keperawatan. Hal-hal yang
dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data. Teratasi atau tidaknya masalah
klien serta pencapaian tujuan serta ketepatan pada praktek (Gaffar, 1999 : 67).
Menurut Brunner & Suddarth (2002 : 468) mengemukakan bahwa hasil yang diharapkan dari
masing-masing diagnosa adalah :
a. Fungsi pernafasan optimal dan pola nafas efektif.
b. Volume cairan terpenuhi.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.
d. Intake nutrisi adekuat.
e. Integritas kulit dan jaringan kembali normal.
f. Perfusi jaringan teratasi.
g. Klien memahami tentang proses penyakitnya.