You are on page 1of 12

TUMOR TIROID

A. Pengertian
Tumor tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran
kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian
besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Tumor tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan
membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup
banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme. Kanker tiroid terjadi pada sel-sel
kelenjar tiroid (organ berbentuk mirip kupu-kupu terletak di pangkal leher), yang
berfungsi memproduksi hormon untuk mengatur kecepatan jantung berdetak, tekanan
darah, suhu tubuh dan berat badan.
B. Klasifikasi
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi :
1. Karsinoma Folikuler.
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama
mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian
menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian
menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai The Recurrent Laringeal
Nerves, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit
pada saat diagnosa ditetapkan.
2. Karsinoma Papilar.
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau
kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang
perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah
nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila
dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.

3. Karsinoma Medular.
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 10 % dari seluruh
karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun.
Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini
sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II
yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari
kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker
jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala
seperti:
a. Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
b. Suara serak.
c. Disfagia
Stadium Cancer Thyroid :
Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional
dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah
sebagai berikut:
Tipe dan stadium
Papiler

<45 tahun

> 45 tahun

Stadium I

Setiap T, setiap N, M0

T1, N1, M0

Stadium II

Setiap T, setiap N, M1

T2-4, N1, M0

Stadium III

Setiap T, N0, M0,

Stadium IV

Setiap T, setiap N, M0

Tipe dan stadium


Folikuler

<45 tahun

>45 tahun

Stadium I

Setiap T, setiap N, M0

T1, N0, M0

Stadium II

Setiap T, setiap N, M1

T2-4, N0, M0

Stadium III

Setiap T, N1, M0

Stadium IV
Meduler

Setiap T, setiap N, M0

Stadium I

T1, N0, M0

Stadium II

setiap T, setiap N, M0

T2-4, N0, M0

Stadium III

Setiap T, N1, M0

Stadium IV
Tdk

setiap T, setiap N, M1

Setiap T, setiap N, M1

Stadium I

Stadium II

Stadium III

setiap T, setiap N, etiap M

setiap T, setiap N, setiap M

dapat

dikalsifikasikn

Stadium IV
Catatan :
Tx : tumor tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak ada tumor
T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
T3 : fikus intraglanduler multiple
T4 : tumor primer terfiksasi
C. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well
differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis
meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk
kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari

perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan
jenis folikuler dua kali lebih besar. Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker
tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala
dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi
rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi
kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita
kanker tiroid dan gondok menahun.
D. Tanda dan Gejala
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi,
sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
Pertumbuhan tumor cepat.
Nodul teraba keras.
Fiksasi daerah sekitar.
Paralisis pita suara.
Pembesaran kelenjar limpa regional.
Adanya metastasis jauh
Kecurigaan sedang adalah:
Usia <> 60 tahun.
Riwayat radiasi leher.
Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Skin test : menggunakan radio isotop


Lab : pemeriksaan T3& T4
Kadar kalsitonin
USG : menentukan kadar nodul padat, keras, dan kistis
MRI
Pemeriksaan fungsi tiroid

7.

Pemeriksaan potongan beku : untuk membedakan tumor ganas atau jinak sebelum

dilakukan pembedahaan.
8. SGOT & SGPT
9. Foto X-Ray
10. Ultrasound
11. CT-Scan : melihat perluasan tumor
12. Biopsy aspirasi
13. Pemeriksaan sidik tiroid
14. Pemeriksaan Histopatologi

F. Penatalaksanaan
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul
tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna. Bila nodul tersebut suspek maligna
dibedakan atas apakah kasus tersebut operabel atau inoperabel. Bila kasus yang
dihadapi inoperabel maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan
histopatologi secara blok parafin. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi
eksterna atau khemoradioterapi. Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel
dilakukan tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC ). Bila nodul
tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB ( Biopsi Jarum Halus ).
Ada 2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu :
Hasil FNAB suspek maligna, foliculare Pattern dan Hurthle Cell. Dilakukan
tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas. Dilakukan
terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama 6 bulan kemudian dievaluasi, bila
nodul tersebut mengecil diikuti dengan tindakan observasi dan apabila nodul tersebut
tidak ada perubahan atau bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan
isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metastasis Regional.
Dipastikan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi operabel atau inoperabel.
Bila inoperabel tindakan yang dipilih adalah dengan radioterapi eksterna atau dengan
khemoradioterapi dengan memakai Adriamicin. Dosis 50-60mg/m2 luas permukaan
tubuh ( LPT ). Bila kasus tersebut operabel dilakukan penilaian infiltrasi kelenjar getah
bening terhadap jaringan sekitar. Bila tidak ada infiltrasi dilakukan tiroidektomi
total( TT) dan Functional RND. Bila ada infiltrasi pada n.Ascesorius dilakukan TT +

RND standar. Bila ada infiltrasi pada vena Jugularis interna tanpa infiltrasi pada n.
Ascesorius dilakukan TT + RND modifikasi 1. Bila ada infiltrasi hanya pada m.
Sternocleidomastoideus dilakukan TT + RND modifikasi 2.
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metasasis Jauh
Dibedakan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi berdiferensiasi baik atau
buruk. Bila berdiferensiasi buruk dilakukan khemoterapi dengan adriamicin. Bila
berdiferensiasi baik dilakukan TT + radiasi interna dengan I 131 kemudian dinilai dengan
sidik seluruh tubuh, bila respon (+) dilanjutkan dengan terapi supresi / subtitusi. Syarat
untuk melakukan radiasi interna adalah : tidak boleh ada jaringan tiroid normal yang
akan bersaing dalam afinitas terhadap jaringan radioaktif. Ablatio jaringan tiroid itu bisa
dilakukan dengan pembedahan atau radio ablatio dengan jaringan radioaktif . Bila respon
(-) diberikan khemoterapi adriamicin. Pada lesi metastasisnya, bila operabel dilakukan
eksisi luas. Empat minggu setelah tindakan TT dilakukan pemeriksaan sidik seluruh
tubuh.

Bila masih ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan ablasio dengan I131
kemudian dilanjutkan dengan terapi substitusi /supresi dengan Thyrax sampai
kadar TSHs 0,1

Bila tidak ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan terapi substitusi/supresi.
Setelah

6 bulan terapi substitusi / supresi dilakukan pemeriksaan

sidik

seluruh tubuh dengan terlebih dahulu menghentikan terapi substitusi selama


4 minggu sebelum pemeriksaan.

Bila terdapat metastasis jauh, dilakukan radiasi interna I131 dilanjutkan terapi
substitusi/supresi.

Bila tidak ada metastasis terapi substistusi /supresi dilanjutkan dan pemeriksaan
sidik seluruh tubuh diulang setiap tahun selama 2 -3 tahun dan bila 2 tahun
berturut turut hasilnya tetap negatif maka evaluasi cukup dilakukan 3-5
tahun sekali.

Dalam follow up KT diferensiasi baik, pemeriksaan kadar human tiroglobulin


dapat dipakai sebagai petanda tumor untuk mendeteksi kemungkinan adanya residif
tumor. Tiga bulan setelah tindakan tiroidektomi total atau tiroidektomi total + diseksi
leher sentral, dilakukan pemeriksaan kalsitonin.

Bila kadar kalsitonin rendah atau 0 ng/ml dilanjutkan dengan observasi,

Bila kadar kalsitonin 10 ng/ml dilakukan pemeriksaan CT scan, MRI untuk


mencari rekurensi lokal atau dilakukan SVC ( Selecture Versus Catheterition )
pada tempat-tempat yang dicurigai metastasis jauh yaitu paru-paru dan hati.

Ada 3 rangkaian yang diteruskan :


1. Tidak didapatkan tanda-tanda residif, maka cukup di observasi untuk 3 bulan
kemudian diperkirakan kadar kalsitenin.
2. Terdapat residif lokal, maka harus dilakukan re eksisi
3. Terdapat metastasis jauh harus dinilai apakah operabel atau inoperabel. Bila operabel
dilakukan eksisi, bila inoperbel tindakan yang dilanjutkan hanya paliatif
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian perawatan
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit
tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti Pola makan, Pola tidur (klien menghabiskan
banyak waktu untuk tidur), Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
1) Sistem pulmonary
2) Sistem pencernaan

3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem musculoskeletal
5) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
6) Sistem reproduksi
7) Metabolik
e. Pemeriksaan fisik mencakup.
1) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar
leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher.
2) Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik.
3) Parastesia dan reflek tendon menurun.
4) Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara.
5) Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas.
f. Pengkajian psikososial
1) Klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya,
mengurung diri/bahkan mania.
2) Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang
hari.
3) Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
g. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme
2. Diagnosa Keperawatan
a.

Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trachea akibat desakan massa

b.
c.
d.
e.
f.
g.

tumor
Nyeri berhubungan dengan adanya desakan / pembengkakan oleh nodule tumor
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara
Gangguan kenyamanan berhubungan dengan kesulitan menelan
Ansietas berhubungan dengan perubahan kesehatan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan menelan
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka insisi sekunder akibat operasi

kanker tiroid
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
No
1.

Diagnosa

Tujuan

Keperawatan
Hasil
Bersihan
jalan Setelah

&

Kriteria Intervensi
Tindakan
dilakukan1.

Pantau

Rasional
frekuensi
1.

Untuk mengetahui

nafas berhubungan tindakan keperawatan pernafasan, kedalaman adanya komplikasi


dengan
trachea
desakan

obstruksi selama

3x24

jam, dan kerja pernafasan


secara dini
2.
Auskultasi
suara
2. Untek mengetahui
akibat diharapkan
jalan
nafas, catat adanya adanya ronchi atau
massa nafas efektif dengan

tumor

kriteria hasil :

ronchi
tidak
3. Kaji adanya dyspneu,
3.
Mengetahui
1. Tidak ada kesulitan
stridor dan cianosis
pernafasan klien
pernafasan
4. Perhatikan kualitas
4.
Mencegah
2. Secret mudah keluar
3.
Tidak mengeluh pernafasan
terjadinya dispnea
4.

2.

sesak nafas
Respirasi

5. Kolaborasi pemberian
5.
Membantu
dalam
therapi Ogsigen bila pernafasan klien
batas normal (16-20)
perlu

Nyeri berhubungan Setelah


dengan

dilakukan
1.

Observasi

adanya
1. Mengantisipasi jika

adanya tindakan keperawatan tanda-tanda nyeri baik timbu nyeri

desakan

/ selama

3x24

pembengkakan

diharapkan

oleh nodule tumor

berkurang
kriteria hasil :
1.

jam, verbal

maupun
2.

Memberikan

nyeri nonverbal
kenyamanan
2. Ajarkan dan anjurkan
dengan
klien
pasien
untuk

Melaporkan

nyeri

menggunakan

tehnik
3.

pada

Untuk mengurangi

relaksasi
hilang / berkurang
nyeri.
3. Kolaborasi pemberian
2. Skala nyeri 0-2
3. Tampak relax
analgetik
4.
Tak ada keluhan
menelan
3.

Kerusakan

Setelah

dilakukan
1. Kaji

fungsi

bicara
1.

Untuk

komunikasi verbal tindakan keperawatan secara periodic.


2.
Pertahankan
berhubungan
selama 3x24 jam,
komunikasi sederhana
dengan cedera pita diharapkan kerusakan
2.
3.
Memberikan metode
suara
komunikasi
verbal
komunikasi alternative
teratasi
dengan
yang sesuai.
kriteria hasil :
3.

mengetahui kondisi
klien
Agar tidak terlalu
memaksa

untuk berbicara
Menyesuaikan

Mampu menciptakan

dengan

metode

komunikasi

klien

dimana

kebutuhan

dapat dipahami

klien

kondisi

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, Pedoman Asuhan
Keperawatan, Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Long Barbara C, 1996, Medical Bedah 2 Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 Patifosiologi, Edisi ke-4 Buku ke II, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/39526176/Presentasi-Kasus-Tumor-Tiroid

You might also like