Professional Documents
Culture Documents
Pengertian
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Tak
heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja
sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia,
menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a
series of Is. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence
(inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and
hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia
(ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung
dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat
berbagai keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif,
keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala
kemuduran fisik, antara lain :
1.
Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2.
3.
4.
5.
6.
Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi
3.
4.
4.
Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna
Prostat Hiperplasia
5.
6.
7.
8.
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari
jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa
katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi
pada usia lanjut. Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular lebih
luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup
aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga menyebabkan penebalan katup
mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran,
penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup mitral yang sering
ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin katup. Katup menjadi
kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.
b. Pembuluh Darah Otak
Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan a.vertebralis. Pembentukan plak
ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal arteri karotis interna, Sirkulus willisii
dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan
ateromatus termasuk fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari
berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral
pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi
30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah degenerasi
discus veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada
mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer mendorong periost yang meliputinya dan
lig.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan mengalami
klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis sehingga degenerasi
diskus dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis servikalis
berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1) Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapat mengakibatkan
oklusi pembuluh arteri ini.
2) Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi berkelok-kelok. Pada posisi
tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti telah diuraikan
diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahanperubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi otak
c.
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
c.
1)
2)
Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung. Selain itu pada
katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup menebal.
Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama jantung. Sel-sel
dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari
nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan
kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.
Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang
dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan.
Pengisian darah ke jantung juga melambat.
Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan karena menurunnya
perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah
Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan meningkatnya resistensi
ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan
berakhir dengan yang disebut Isolated aortic incompetence. Selain itu akan terjadi juga penurunan
dalam tekanan diastolik.
Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor -adrenergik. Selain itu reaksi terhadap
perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons terhadap
baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.
Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah
Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.
Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit
yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap
infeksi menurun.
E. Penyakit Kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia
1.
Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada
proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh
darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
2.
3.
Disritmia
Insidensi disritmia atrial dan ventrikuler maningkat pada lansia karena perubahan struktural dan
fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak terkoordinasinya jantung sering
dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuh
4.
Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada saat
aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit semakin berkembang, nyeri tidak lagi
dapat hilang dengan istirahat. Jika klien mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini
mungkin telah berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain yaitu ekstremitas dingin,
perubahan trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang, deformitas kuku, atrofi jari-jari dari
anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut nadi, dan mati rasa.
5.
D.
Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Studi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler di
antara lansia. Peningkatan kerangka penelitian mendukung keefektifan suatu pendekatan yang agresif
untuk mengurangi faktor resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler dalam kelompok usia ini. Peningkatan kualitas hidup
telah ditunjukkan melaui upaya-upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi
merokok.
a. Merokok
Merokok temabakau mempunyai efek berbahaya bagi jantung dengan menurunkan kadar HDL,
meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen pada molekul hemoglobin
dengan karbondioksida, meningkatkn konsumsioksigen miokardium, dan menurunkan ambang batas
fibrilasi ventrikel selama infark miokardium. Oleh karena itu, semua pemberi pelayanan kesehatan harus
memberikan pendidikan tentang aspek membahayakan dari merokok dan keuntungan yang diperoleh
dengan berhenti merokok pada usia berapapun
b.
Hiperlipidemia
Kadar kolesterol total meningkat secara bertahap seiring bertambahnya usia. Bukti peningkatan tingginya
kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL adalah prediktor yang penting untuk penyakit
arteri koroner baik pada pria ataupun wanita yang berusia di atas 65 tahun. Untuk lansia denagn penyakit
koroner, peningkatan kolesterol pada dasarnya meningkatkan resiko terjadinya kembali infark miokardium
atau kematian. Penurunan kadar kolesterol melalui diet rendah lemak telah terbukti efektif pada lansia.
Bagi mereka yang tidak memperoleh efek yang diinginkan melalui penatalaksanaan diet, terapi obat
direkomendasikan
c.
d.
e.
Hipertensi
Pencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri atas mempertahankan berat badan ideal, dietrendah
garam, pengurangan stress dan latihan aerobik secara teratur. Deteksi dini dan penatalaksanaan
hipertensi yang efektif penting untuk mencegah terjadinya penyakit jantung hipertensif
f.
a.
perlu. Memberikan perhatian ketat terhadap detail ukuran manset dan terhadap aktivitas sebelum
pengukuran dan mempertahankan teknik yang konsisten sangat penting untuk memperoleh hasil yang
akurat.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mengurangi Beban Kerja Jantung
Berbagai upaya keperawatan dapt turut berperan dalam mengurangi beban krja jantung dan sistem
kardiovaskuler. Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas dapat membentu mempertahankan tonus otot
dan penggunaan oksigen secara efisien, yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan terhadap darah
yang mengandung oksigen.Untuk mencapai keseimbangan ini aktivitas harus terjadwal sepanjang hari.
Aplikasi langsung dari penambahan oksigen juga menurunkan beban kerja jantung dengan meningkatkan
jumlah oksigen yang dibawa oleh molekul hemoglobin. Tindakan-tindakan untuk menurunkan ansietas
membantu menghentikan pelepasan katekolamin yang bersikulasi yang dapat meningkatkan tuntutan
kebutuhan jantung. Dengan mengurangi sirkulasi volume klien melalui pembatasan cairan atau
pembatasan natrium atau keduanya atau melalui pemberian diuretik, volume darah totl yang harus
dipompa oleh jantung telah berkurang. Tindakan keperawatan dependen untuk mengurangi beban kerja
jantung terdiri dari pemberian agens penghambat adrenergik untuk menurunkan kebutuhan oksigen
miokardium dan obat-obatan seperti vasodilator untuk mengurangi resistensi pembuluh darah perifer dari
sistem arteri.
2)
Peningkatan Fungsi
Fungsi jantung yang efektif memerlukan keseimbangan yang baik antara kontraktilitas serta
kecepatan dan irama yang teratur. Upaya-upaya keperawatan untuk meningkatkan kontraktilitas
termasuk memantau keseimbangan elektrolit dan memberikan suplemen yang diperlukan, memastikan
keadekuatan aliran balik darah vena melalui pemantauan tekanan darsh dan keseimbangan darah dan
keseimbangan cairan secara hati-hati, dan memberikan obat-obat kardiotonik seperti preparat digitalis.
Tindakan keperawatan yang kritis untuk populasi ini adalah pengkajian secara hati-hati pada efek
samping atau efek yang lain yang tidak diinginkan dari preparat digitalis. Karena lansia secara spesifik
sangat sensitif terhadp efek toksik dari obat-obatan ini, mereka memerlukan pengkajian yang
berkelanjutan. Ahli genetik sering memberikan digoksin dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan
dosis satu kali sehari tanpa memicu keracunan. Obat-obat yang mungkin diresepkan bersama digoksin
(misalnya quanidin, verapamil, dan pada tingkatan yang lebih sedikit, nifidepin) meningkatkan kadar
serum digitalis. oleh karena itu, lansia yang menerima obat-obatan kombinasi tersebut harus sering
diobservasi
untuk
mengetahui
adanya
gejala-gejala
overdosis.
Kecepatan dari irama jantung yang teratur sangat penting untuk fungsi yang efektif. Lansia sering
memerlukan agens antidisritmia untuk menstabilkan denyut dan irama jantungnya karena hilangnya selsel pace-maker dalam nodus sinoatrial atau nodus attrioventrikular. Walaupun obat-obatan ini umumnya
diresepkan, kebutuhan klien akan obat-obatan tersebut harus ditinjau ulang secara teratur karena adanya
efek samping yang terjadi dengan penggunaan dalam waktu yang lama. Selain itu, penggunaan alat pacu
jantingkatkan kemampuan jantung secara keseluruhan pada lansia yang mengalami sick sinus syndrome
atau gejala bradikardia dan meningkatkan toleransi mereka terhadap aktivitas. Biasanya lansia,
beradaptasi dengan baik terhadap penggunaan alat-alat ini dengan bantuan dan dukungan minimal.
Elemen kuci untuk pendokumentasian termasuk perkembangan dan resolusi tanda dan gejala dari
gangguan dan respons klien terhadap terapi. Perubahan yang menyertai dalam mentasi atau
peningkatan napas yang pendek selama aktivitas dapat mengindikasikan efek obat yang tidak diinginkan
atau lebih memburuknya kondisi jantung. Bunyi nafas harus diauskultasi dan dicatat secara teratur.
Keseimbangan cairan selama 24 jam adalah indikator awal dan sensitif terhadap perubahan status
jantung (pada keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan karenanya harus dipanta secara teratur,
karena hubungan nilai-nilai tersebut terhadap berfungsinya sistem kardiovaskular secara efktif.
Pendokumentasian respons klien terhadap aktivitas sangat penting. Denyut jantung dan tekanan
darah dicatat sebelum, selama dan setelah aktivitas. Jumlah aktivitas harus dihitung (yaitu dalam menit
atau jumlah langkah-langkah yang dilakukan) untuk memberikan kesempatan dalam pengkajian dari
kemajuan klien selama beberapa waktu. Selain itu, persepsi klien terhadap tingkat aktifitas, dari yang
ringan sampai yang paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Diagnosa keperawatan utama yang dihubungkan dengan sistem kardiovaskular adalah penurunan
jantung
Hasil yang diharapkan
Kecepatan dan irama jantun teratur
Tanda-tanda vital berada dalam batas normal
Suara paru bersih
Denyut nadi perifer teraba
Pengisian kapiler cepat
Kesadaran dan orientasi terhadap lingkungan sekitarnya
Tidak ada edema
Nilai-nilai laboratorium normal
Haluaran urin sebanding asupan cairan (dikurangi kehilangan cairan yang tidk dirasakan)
Tidak ada nyeri dada atau dispnea pada aktifitas minimal
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
6.
Tindakan keperawatan
Kaji secara teratur bukti-bukti untuk mengetahui hasil yang diharapkan
Seimbangkan istirahat dan aktivitas
Dukung klien untuk melakukan AKS sesuai kemampuan (bantu klien sesuai kebutuhan)
Pantau respons terhadap program latihan awal dan lanjutan
Berikan oksigen tambahan (jika diperlukan)
Kurangi ansietas dengan cara:
Gunakan dengan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan
Berikan informasi ketika klien menunjukan kesiapannya
Hilangkan nyeri secepatnya
Gunakan sentuhan dan kontak mata
Berikan tindakan-tindakan yang memberikan rasa nyaman
Pertahankan sirkulasi volume darah yang adekuat dengan cara:
a.
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia Medika
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Lanjut usia
adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari dari usia manusia sebagai makhluk hidup
yang terbatas oleh suatu putaran alam dengan batas usia 55 tahun / lebih.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah
yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih
dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
makin meningkatnya tekanan darah.
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur
hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia. Pada lansia
hipertensi menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh
kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara
nyata kematian akibat stroke dan morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan
pengobatan hipertensi
B.
1.
2.
3.
Tujuan
Mengetahui definisi dari hipertensi pada lansia
Dapat menjelaskan penyebab terjadinya hipertensi pada lansia.
Mampu menjelaskan patofisiologi hipertensi pada lansia
Manfaat
Memahami definisi dari hipertensi pada lansia
Memahami penyebab terjadinya hipertensi pada lansia.
Memahami patofisiologi hipertensi pada lansia
Memahami askep lansia dengan hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan sistolik >140
mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001). Menurut WHO
(1978), tekanan darah 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
2.
Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
3.
Etiologi
Hipertensi pada lansia dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor, antara
lain:
o Kelelahan
o Proses penuaan
o Keturunan
o Diet yang tidak seimbang
o Stress
o Sosial budaya
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan
pada :
Elastisitas dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun.
Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Menurut data dari statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a) Glomerulonefritis
b) Pielonefritis
c) Nekrosis tubular akut
d) Tumor
e) Vascular
f) Aterosklerosis
g) Hiperplasia
h) Trombosis
i) Aneurisma
j) Emboli kolestrol
k) Vaskulitis
l) Kelainan endokrin
m) DM
n) Hipertiroidisme
o) Hipotiroidisme
p)
q)
r)
s)
t)
u)
v)
Saraf
Stroke
Ensepalitis
SGB
Obatobatan
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid
4.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
a)
b)
5.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
6.
Komplikasi
Akibat atau komplikasi dari penyakit hipertensi yang dapat terjadi pada lansia adalah :
gagal jantung
gagal ginjal
stroke (kerusakan otak)
kelumpuhan.
7.
1.
2.
3.
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari selsel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktorfaktor resiko seperti hiperkoagulabilitas dan anemia
BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal
Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
4.
Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal/ureter.
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
14. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada
anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakantindakan seperti pada pencegahan primer.
Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
Batasi aktivitas.
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan.
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama.
Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
Step 3 :
Alternatif yang bisa ditempuh :
Obat ke-2 diganti
9. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi jantung
murmur, distensi vena jugularis
Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress
multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak,
otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal ),
obstruksi.
Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah,
perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.
Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
B. Pemeriksaan Diagnostik
Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
Kalsium serum
Kalium serum
Kolesterol dan trygliserid
Urin analisa
Foto dada
CT Scan
EKG
C. Kemungkinan Diagosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat
2. G3 pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Klien menunjukkan peningkatan berat badan
Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi :
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
R/
Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan
garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi.
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir..
Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana
makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
R/
Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat
makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan.
Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak
tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,
produk kalengan,jeroan).
R/
Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah
perkembangan aterogenesis.
Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20
x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan
berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat
pengaruh kelebihan kerja jantung.
Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil,
frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
R/
Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja
jantung.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut
dengan duduk dan sebagainya.
R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
R/
Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat palpasi. Denyut
pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan
S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat
mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
R/
Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung.
Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan, batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal.
R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.