Professional Documents
Culture Documents
CASE REPORT
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD ABDUL MOELOEK
LAPORAN KASUS
CEPHALGIA & DISSINERGIA ET CAUSA ABSES CEREBRI
Oleh :
Ni Made Agusuriyani Diana Putri, S.Ked
1018011019
Preceptor
dr. RA. Neilan A., Sp.S., M.Kes
KATA PENGANTAR
Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. karena
atas anugrah-Nya
Cephalgia & Dissinergia et causa Abses Cerebri tepat pada waktunya. Adapun
tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSUD
Abdul Moeloek.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. RA Neilan A., Sp.S., M.Kes
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam pembuatan
laporan kasus ini. Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan kasus
ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................
22
25
BAB V KESIMPULAN.................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
45
I.
PENDAHULUAN
dihubungkan
dengan
kelainan
jantung
bawaan
sianotik. Mikroorganisme penyebab abses otak meliputi bakteri, jamur dan parasit
tertentu. Mikroorganisme tersebut mencapai substansia otak melalui aliran darah,
perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan
kardiopulmoner.Pada beberapa kasus tidak diketahui sumber infeksinya.1
Walaupun teknologi kedokteran diagnostik dan perkembangan antibiotika
saat ini telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses otak tetap
masih tinggi yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%.Penyakit ini sudah jarang
dijumpai terutama di negara-negara maju, namun karena resiko kematiiannya
tinggi, abses otak termasuk golongan penyakit infeksi yang mengancam
kehidupan masyarakat (life threatening infection).Abses serebri dapat terjadi di
dua hemisfer, dan kira-kira 80% kasus dapat terjadi di lobus frontal, parietal, dan
temporal.Abses serebri di lobus occipital, serebelum dan batang otak terjadi pada
sekitar 20% kasus.1
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi
oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering
pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum
biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.
Abses otak bersifat soliter atau multipel. Yang multipel biasanya ditemukan
pada penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan
menyebabkan darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi
polisitemia. Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli.2
Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi dan
malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala neurologik fokal sesuai
lokalisasi
abses.Terapi
AO
terdiri
dari
pemberian
antibiotik
dan
II.
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. M
Umur
: 28 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: tidak bekerja
Status
: belum menikah
Suku Bangsa
: Jawa
Tanggal Masuk
: 30 Maret 2015
Tanggal pemeriksaan
: 1 April 2015
Dirawat ke
: 1
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Sebelumnya pasien sering mengkonsumsi obat warung untuk nyeri kepala tetapi
keluhan dirasakan tidak ada perbaikan.
dan dianjurkan CT Scan di RSAM.
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4M6V5 = 15
Vital sign
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 o C
Gizi
: cukup
Status Generalis
-
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
-
Leher
Pembesaran KGB
JVP
: 5+2cm H20
Trakhea
: di tengah
Toraks
(Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: redup
Auskultasi
(Pulmo)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor / sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: datar, simetris
Palpasi
Perkusi
: timpani (+)
Auskultasi
Extremitas
Superior
Inferior
Status Neurologis
-
Saraf Cranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung
: normosmia/ normosmia
N.Opticus (N.II)
Tajam penglihatan
Lapang penglihatan
Tes warna
tidak dilakukan
Fundus oculi
tidak dilakukan
: (-/-)
- Endophtalmus
: (-/-)
- Exopthalmus
: (-/-)
Pupil
10
- Ukuran
: (3mm/3mm)
- Bentuk
: (Bulat / Bulat)
- Isokor/anisokor
: (isokor / isokor)
- Posisi
: (Sentral / Sentral)
: (+/+)
: (+/+)
: ( baik / baik )
- Lateral
: ( baik / baik )
- Superior
: ( baik / baik )
- Inferior
: ( baik / baik )
- Obliqus superior
: ( baik / baik )
- Obliqus inferior
: ( baik / baik )
: (+/+)
: (+)
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus
: ( normal / normal )
- Ramus maksilaris
: ( normal / normal )
- Ramus mandibularis
: ( normal / normal )
Motorik
- M. masseter
: ( baik / baik )
- M. temporalis
: ( baik / baik )
- M. pterygoideus
: ( baik / baik )
Refleks
- Refleks kornea
: (+/+)
- Refleks bersin
: (+)
N.Fascialis (N.VII)
11
: simetris
- Tertawa
: simetris
- Meringis
: simetris
- Bersiul
: simetris
- Menutup mata
: simetris
: simetris
: simetris
- Mengangkat alis
: simetris
Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah
: baik
N. Vestibulocochlearis/ N. Acusticus(N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran
: (+/+)
- Tinitus
: (-/-)
N.vestibularis
- Test vertigo
: (-)
- Nistagmus
: (-)
- Test Romberg
: (+)
: (+)
- Test gait
: (+)
12
- Suara bindeng/nasal
: -
- Posisi uvula
: istirahat : simetris
bersuara : terangkat
- Palatum mole
: istirahat : simetris
bersuara : terangkat
- Arcus palatoglossus
: istirahat : simetris
bersuara : terangkat
- Arcus palatoparingeus
: istirahat : simetris
bersuara : terangkat
- Refleks batuk
: (+)
- Refleks muntah
: (+)
- Peristaltik usus
: Normal
- Bradikardi
: (-)
- Takikardi
: (-)
N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus
: ( normal / normal )
- M.Trapezius
: ( normal / normal )
N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi
: (-)
- Fasikulasi
: (-)
- Deviasi
: (-)
: (-)
Kernig test
: (-)
Laseque test
: (-)
Brudzinsky I
: (-)
Brudzinsky II
: (-)
Sistem Motorik
Superior ka/ki
Inferior ka/ki
13
Gerak
(aktif/aktif)
Kekuatan otot
Tonus
(aktif/aktif)
5/5
(Normotonus/Normotonus)
5/5
(normotonus /normotonus)
Klonus
(-/-)
(-/-)
Atropi
(-/-)
(-/-)
Biceps (+/+)
Pattela ( +/+)
Triceps (+/+)
Achiles (+/+)
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-)
Schaefer (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba
: (+/+)
- Rasa nyeri
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
- Rasa getar
: (+/+)
: (+/+)
: (-/-)
Koordinasi
Tes telunjuk hidung
: disdiadokinesia ( + / + )
tremor intensi ( + / + )
14
: disdiadokinesia ( + / + )
: ataksia ( + / + )
: normal
Defekasi
: normal
Salivasi
: normal
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa
: Baik
Fungsi orientasi
: Baik
Fungsi memori
: Baik
Fungsi emosi
: Baik
D. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium (26 Maret 2015)
Ureum
Creatinine
Kalium
Calsium
Clorida
14 mg/dL
0,5 mg/dL
4,3 mmo/L
9,6 mg/dL
103 mmo/L
1,53 nmol/L
107,67 nmol/L
1,26 uIU/mL
15
- CT Scan Kepala tanpa dan dengan injeksi bahan kontras iv (30 Maret 2015)
16
Hasil :
Kesan :
Abses cerebri suspek e.c. Tb dengan meningeal enhancement di pericalvarial ala
osis sphenoidalis dextra
E. Resume
17
beraktivitas dan berkurang bila pasien beristirahat. Keluhan nyeri kepala disertai
kedua tangan sering gemetar dan sulit berjalan. Pasien juga kadang mengeluh
demam yang tidak terlalu tinggi.
: Cephalgia, dissinergia
Topis
: Cerebellum
Etiologi
G. Diagnosis Banding
18
Observasi klinis
Tirah baring
2. Diet :
- Pemberian nutrisi peroral sesuai kebutuhan kalori pasien
3.
Medikamentosa
Quo ad vitam
= dubia ad bonam
Quo ad functionam
= dubia ad malam
Quo ad sanationam
= dubia ad malam
19
FOLLOW UP
30 Maret 2015
S
O
: nyeri kepala
gemetar
:
GCS
TTV
Saraf kranialis
: E4M5V6 = 15
: TD :100/70mmHg
T : 36,8 o C
RR : 20x/menit
Nadi : 92 x/menit
tes romberg (+)
Tes romberg dipertajam (+)
Tes gait (+)
Motorik
Sensibilitas
Koordinasi
Saraf otonom
Fungsi luhur
Diagnosis
Cephalgia + dissinergia e.c. ?
Therapi
-
Lanjutkan OAT
CT scan kepala
31 Maret 2015
S
O
: nyeri kepala
gemetar
:
GCS
TTV
: E4M5V6 = 15
: TD :100/70mmHg
T : 36,8 o C
: ataksia ( + / + )
20
RR : 20x/menit
Nadi : 96 x/menit
Saraf kranialis
Motorik
Sensibilitas
Koordinasi
Saraf otonom
Fungsi luhur
: ataksia ( + / + )
Diagnosis
Cephalgia + dissinergia e.c. abses cerebri
Therapi
-
Lanjutkan OAT
Konsul Sp.S : saran konsul bedah saraf
1 April 2015
S
O
: nyeri kepala
gemetar
:
GCS
TTV
Saraf kranialis
: E4M5V6 = 15
: TD :100/70mmHg
T : 36,7 o C
RR : 20x/menit
Nadi : 96 x/menit
tes romberg (+)
Tes romberg dipertajam (+)
21
Sensibilitas
Koordinasi
Saraf otonom
Fungsi luhur
: ataksia ( + / + )
Diagnosis
Cephalgia + dissinergia e.c. abses cerebri
Therapi
-
III.
III.1
ANALISA KASUS
Dasar Diagnosis
Nyeri kepala
memberat saat beraktivitas dan berkurang bila pasien beristirahat. Keluhan nyeri
kepala disertai kedua tangan sering gemetar dan sulit berjalan.
Pasien juga
kadang mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi. Pasien sedang terapi TB Paru
bulan ke-3.
Penderita abses otak lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada
perempuan dengan perbandingan 3:1 yang umumnya masih usia produktif yaitu
22
sekitar 20-50 tahun. Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat
gejala-gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan gejalagejala peninggian
tekanan intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang. Dengan semakin
besarnya abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari
gejala infeksi(demam, leukositosis), peninggian tekanan intracranial(sakit
kepala, muntah proyektil, papil edema) dan gejala neurologik fokal(kejang,
paresis, ataksia, afaksia).
Abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga tengah, sinusitis
(paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries), penyebaran secara
hematogen dari infeksi paru sistemik (empyema, abses paru, bronkiektas,
pneumonia), endokarditis bakterial akut dan subakut dan pada penyakit jantung
bawaan, dan pada penderita penyakit immunologik seperti AIDS, penderita
penyakit kronis yang mendapat kemoterapi/steroid yang dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6 = 15. Tanda vital didapatkan tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 86x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,7oC. Pada status
generalis didapatkan pemeriksaan dalam batas normal. Pada pemeriksaan saraf
kranialis, didapatkan tes romberg (+), tes romberg yang dipertajam (+), dan tes
gait (+). Pada pemeriksaan tanda perangsangan selaput otak didapatkan hasil
negatif. Pada pemeriksaan motorik, sensibilitas, saraf otonom, dan fungsi luhur
dalam batas normal. Pada pemeriksaan koordinasi didapatkan tes telunjuk hidung
disdiadokinesia ( + / + ) dan tremor intensi ( + / + ), tes pronasi supinasi
disdiadokinesia ( + / + ) dan tes tumit lutut ataksia ( + / + ). Pemeriksaan
laboratorium darah dalam batas normal. Pemeriksaan hormon tiroid dalam batas
normal.
Pada pemeriksaan status neurologis didapatkan kesan gangguan koordinasi.
Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan menyebabkan
gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus.
Pemeriksaan CT scan kepala didapatkan
23
III.2
Penatalaksanaan
24
IV.
TINJAUAN PUSTAKA
IV.1Definisi
Abses serebri merupakan infeksi intraserebral fokal yang dimulai sebagai
serebritis yang lokalisatorik dan berkembang menjadi kumpulan pus yang
dikelilingi oleh kapsul otak disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri,
fungus dan protozoa.1
4.2 Epidemiologi
Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun paling
sering terjadi pada anak berusia 4 sampai 8 tahun. Penyebab abses otak yaitu,
embolisasi oleh penyakit jantung kongenital dengan pintas atrioventrikuler
25
26
serta
untuk
mengarahkan
informasi
sensorik
di
seluruh
tubuh. Ada tiga divisi utama otak, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak
belakang.1
27
darah serebral dan ruang subarachnoid serta membrane araknoid yang menutupi
ruang subaraknoid.Semua tempat sawar dibentuk oleh sel-sel yang bersambung
satu dengan yang lain dengan tight junction, yang membatasi difus intraseluler.
Sel- sel tersebut adalah endothelium pembuluh darah, epithelium pleksus
korioideus dan sel-sel membran araknoid serta perineurium.4
Sawar darah otak mengalami perubahan jika terjadi beberapa proses
patologis, seperti anoksia daniskemia, lesi destruktif dan proliferative, reaksi
peradangan dan imunologik, dan juga jika terdapat autoregulasi akibat sirkulasi
serebral tang terganggu. 4
28
junction dapat
tunggal,
terletak
superficial
di
otak,
dekat
dengan
sumber
ethmoidalis
dapat
menyebabkan
abses
pada
lobus
29
frontalis.Infeksi
pada
telinga
tengah
dapat
pula
menyebar
ke
lobus
basil
aerob
gram-negatif
(enteric
aeruginosa, Citrobacter
rods,
diversus,
30
4.5 Histopatologi
4.5.1 Abses Piogenis disebabkan bakteri
Jaringanotak rentan terhadap infeksi dan tidak mempunyai mekanisme
pertahanan yang baik, pembentukan kapsul kolagen merupakan rspon yang
terpenting dalam membatasi penyebaran abses.Untuk terjadinya abses otak harus
ada daerah yang nekrosis terlebih dahulu dalam jaringan otak.1
Pada penderita meningitis bacteria tidak selalu terjadi abses otak, hal ini
dipengaruhioleh faktor-faktor:1
1.Virulensi bakteri
Komponen
permukaa
subkapsular
bakteri
(dinding
sel
dan
fosfat
ribitol)
menyebabkan
timbulnya
peradangan.H.
influenza
31
4.6 Patofisiologi
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi
oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering
pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum
biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.4
Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak
dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak,
kadang-kadang disertai bintik perdarahan.Setelah beberapa hari sampai beberapa
minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu
rongga abses.Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang
nekrotikan.Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan
fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris.Tebal
kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. 4
32
dari
pembuluh
darah
dan
mengelilingi
daerah
nekrosis
33
Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-sel radang.
Daerah tepi dari sel radang, makrofag, dan fibroblast.
Kapsul kolagen yang tebal.
Lapisan neurovaskular sehubungan dengan serebritis yang berlanjut.
Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar kapsul.
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke
arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis.
Infeksi
jaringan
fasial,
selulitis
orbita,
sinusitis
etmoidalis,
amputasi
34
berbeda dengan proses infeksi di luar otak, infeksi di otak cenderung menjadi
sangat virulen dan destruktif.2
4.7 Manifestasi Klinis
Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat gejala-gejala
infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan gejalagejala peninggian tekanan
intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya
abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari gejala
infeksi(demam, leukositosis), peninggian tekanan intracranial(sakit kepala,
muntah proyektil, papil edema) dan gejala neurologik fokal(kejang, paresis,
ataksia, afaksia)1
Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala
neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia homonim disertai
kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis yang kurang baik karena
biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam kavum ventrikel.1
Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan pendengaran dan
mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan kwadran alas kontralateral dan
hemianopsi komplit.Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas
dapat terjadi bila perluasan abses ke dalam lobus frontalis relatif asimptomatik,
berlokasi terutama di daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala
sensorimotorik. Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan
menyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan
nistagmus.Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen
dan berakibat fatal.1
4.8 Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
gambaran
klinik,
35
onset, faktor resiko yang mungkin ada, riwayat kelahiran, imunisasi, penyakit
yang pernah diderita, sehingga dapat dipastikan diagnosisnya.4
Pada pemeriksaan neurologis dapat dimulai dengan mengevaluasi status
mental, derajat kesadaran, fungsi saraf kranialis, refleks fisiologis, refleks
patologis, dan juga tanda rangsang meningeal untuk memastikan keterlibatan
meningen.4
Pemeriksaan motorik sendiri melibatkan penilaian dari integritas sistem
musculoskeletal dan kemungkinan terdapatnya gerakan abnormal dari anggota
gerak, ataupun kelumpuhan yang sifatnya bilateral atau tunggal.4
Pada pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan darah perifer yaitu
pemeriksaan lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju
endap darah.Pemeriksaan cairan serebrospinal pada umumnya memperlihatkan
gambaran yang normal. Bisa didapatkan kadar protein yang sedikit meninggi dan
sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang, kecuali
bila terjadi perforasi dalam ruangan ventrikel.
Foto polos kepala memperlihatkan tanda peninggian tekanan intrakranial,
dapat pula menunjukkan adanya fokus infeksi ekstraserebral; tetapi dengan
pemeriksaan ini tidak dapat diidentifikasi adanya abses.Pemeriksaan EEG
terutama penting untuk mengetahui lokalisasi abses dalam hemisfer.EEG
memperlihatkan perlambatan fokal yaitu gelombang lambat delta dengan
frekuensi 13 siklus/detik pada lokasi abses. Pnemoensefalografi penting terutama
untuk diagnostik abses serebelum.Dengan arteriografi dapat diketahui lokasi abses
di hemisfer.Saat ini, pemeriksaan angiografi mulai ditinggalkan setelah digunakan
pemeriksaan yang relatif noninvasif seperti CT scan.Dan scanning otak
menggunakan radioisotop tehnetium dapat diketahui lokasi abses; daerah abses
memperlihatkan bayangan yang hipodens daripada daerah otak yang normal dan
biasanya dikelilingi oleh lapisan hiperderns.CT scan selain mengetahui lokasi
abses juga dapat membedakan suatu serebritis dengan abses. Magnetic Resonance
Imaging saat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang lebih cepat
juga lebih akurat.1
Gambar CT Scan Normal
36
Gambaran CT-Scan :
Pada hari pertama terlihat daerah yang hipodens dengan sebagian
gambaran seperti cincin.Pada hari ketiga gambaran cincin lebih jelas sesuai
dengan diameter serebritisnya.Didapati mengelilingi pusat nekrosis.
37
Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi meluas dan terdapat nekrosis
Early
capsule
stage (hari
10-14):
gliosis
post
infeksi,
fibrosis,
hipervaskularisasi pada batas pinggir daerah yang terinfeksi. Pada stadium ini
dapat terlihat gambaran ring enhancement.
Gambaran CT-Scan :
Hampir sama dengan fase cerebritis, tetapi pusat nekrosis lebih kecil dan
kapsul terlihat lebih tebal.
Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah sentral yang hipodens
(sentral abses) yang dikelilingi dengan kontras - ring enhancement (kapsul abses)
Gambaran CT-Scan :
Gambaran kapsul dari abses jelas terlihat, sedangkan daerah nekrosis tidak
diisi oleh kontras.
Pemeriksaan CT scan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan prosedur
diagnostik, dikarenakan sensitifitasnya dapat mencapai 90% untuk mendiagnosis
abses serebri. Yang perlu dipertimbangkan adalah walaupun gambaran CT tipikal
untuk suatu abses, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk didiagnosis banding
dengan tumor (glioblastoma), infark, metastasis, hematom yang diserap dan
granuloma.1
Walaupun sukar membedakan antara abses dan tumor (glioblastoma,
metastasis) dari CT scan, ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk
membedakan keduanya antara lain : umur penderita, ketebalan ring (cicin tipis
hanya 3-6 mm) dan biasanya uniform, diameter ring, rasio lesi dan ring. Pada
kasus, kapsul bagian medial lebih tipis dari kapsul subkortikal. Hal ini
menunjukkan sedikitnya vaskularisasi dari massa putih dan menjelaskan mengapa
daughter abscess biasanya berkembang di medial.1
Abses serebri yang hematogen ditandai dengan adanya fokus infeksi (yang
tersering dari paru), lokasi pada daerah yang diperdarahi oleh arteri serebri media
38
di daerah perbatasan massa putih dan abu-abu dengan tingkat mortalitas yang
tinggi.1
Sedangkan gambaran glioblastoma pada CT scan adalah adanya mixed
density tumor, ring enhancement yang berlekuk-lekuk disertai perifokal edema
yang luas.1
4.9 Penatalaksanaan
Terapi definitif untuk abses melibatkan :2
1. Penatalaksanaan
terhadap
dan
edema)
yang
dapat
mengancam jiwa
2. Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material abses
3. Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)
4. Pengobatan terhadap infeksi primer
5. Pencegahan kejang
6. Neurorehabilitasi
Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis yang tepat dan
pemilihan antibiotik didasarkan pada pathogenesis dan organisme yang
memungkinkan terjadinya abses.Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat
digunakan kombinasi dari sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole.Jika
terdapat riwayat cedera kepala dan pembedahan kepala, maka dapat digunakan
kombinasi dari napciline atau vancomycine dengan sephalosforin generasi ketiga
dan juga metronidazole. Antibiotik terpilih dapat digunakan ketika hasil kultur
dan tes sentivitas telah tersedia.2
Tabel 1. Prinsip Pemilihan Antibiotik pada Abses Otak
Etiologi
Antibiotik
Infeksi bakteri gram negatif, bakteri Meropenem
39
anaerob,
stafilokokkus
stretokokkus
Penyakit jantung sianotik
Post VP-Shunt
Otitis
media,
sinusitis,
mastoiditis
Infeksi meningitis citrobacter
dan
Penissilin dan metronidazole
Vancomycin dan ceptazidine
atau Vancomycin
Sefalosporin generasi ketiga,
yang
mg/KgBBt/Hari
Ceftriaxone (Rocephin)
IV
2-3 kali per hari,
50-100 mg/KgBBt/Hari
Metronidazole (Flagyl)
IV
3 kali per hari,
40
35-50 mg/KgBB/Hari
Nafcillin (Unipen, Nafcil)
IV
setiap 4 jam,
2 grams
Vancomycin
IV
setiap 12 jam,
15 mg/KgBB/Hari
IV
41
terletak di fosa posterior, atau jamur yang berhubungan dengan proses infeksi,
seperti mastoiditis, sinusitis, dan abses periorbita, dapat pula dilakukan
pembedahan drainase. Terapi kombinasi antibiotik bergantung pada organisme
dan respon terhadap penatalaksanaan awal.Tetapi, efek yang nyata terlihat 4-6
minggu.4
Penggunaan antikonvulsan dipengaruhi juga oleh lokasi abses dan
posisinya terhadap korteks. Oleh karena itu kapan antikonvulsan dihentikan
tergantung dari kasus per kasus (ditetapkan berdasarkan durasi bebas kejang, ada
tidaknya abnormalitas pemeriksaan neurologis, EEG dan neuroimaging).
4.10 Diagnosis Banding
Sebagai suatu lesi desak ruang (space-occupying lesion), abses otak dapat
bermanifestasi
klinis
hamper
sama
dengan
suatu
neoplasma
maupun
Abscess
Smooth, thin, regular
Thinner on inner aspect
If present, in inner border
Hyperintense rim
Hypointense rim
Favours
enhancement
Diffusion Imaging
High signal
Perfusion imaging Normal signal
dynamic
due
Tumor
Thick, irregular
Thinner on outer aspect
Outer border
Not seen
Low signal
to Low signal
due
high
4.11 Komplikasi
Abses otak menyebabkan komplikasi:5
1. Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang subarachnoid
42
43
V.
KESIMPULAN
Abses otak adalah suatu proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir
diantara jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri,
fungus, dan protozoa, dimana kasusnya jarang dijumpai tetapi angka kematiannya
tinggi (rata-rata 40%) sehingga tergolong kelompok penyakit life threaqtening
infection. Sebagian besar penderita abses otak adalah laki-laki, dibandingkan
perempuan (3:1) yang berusia produktif (20-50) tahun.
Proses pembentukan abses otak memakan waktu 2 minggu dan terdiri dari 4
tahap.Dengan semakinbesarnya abses otak gejalamenjadi khas berupa trias abses
otak yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian tekanan intracranial, dan gejala
neurologic fokal.Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan fisik, rontgen, CTScan dan pemeriksaan laboratorium.
Terapi definitive untuk abse melibatkan penatalaksanaan terhadap efek
massa (abses dan edema) yang dapat mengancam jiwa, terapi antibiotic dan test
sensitifitas dari kultur material abses, terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi),
pengobatan terhadap infeksi primer, pencegahan kejang, dan neurorehabilitasi.
Prognosis dari abses otak ini tergantung dari cepatnya diagnosis ditegakkan,
derajat perubahan patologis, soliter atau multiple, penegakan yang adekuat.
44
DAFTAR PUSTAKA