You are on page 1of 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar
2.1.1

Pengertian
Proses

belajar

adalah

suatu

proses

dimana

seseorang

merenungkan, mengingat atau berusaha menjadi lebih baik atas


kesadaran diri sendiri, sedangkan pembelajaran merupakan suatu
kegiatan

yang

melibatkan

berbagai

komponen

yang

saling

berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain guru, siswa,


materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya (Asrori, 2008).
Menurut Suprihatiningrum (2013), Belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh
perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai
pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat
dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan
menghasil kanperubahan dalam pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan serta nilai- nilai, dan sikap. Belajar merupakan proses
aktif pelajar mengkonstruksi entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan
lain- lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan

pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya


dikembangkan (Suparno, 2012).
Menurut Sugiharto dkk (2007) belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar sebagai
perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Menurut Hamalik (2003), pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan
bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar,
yaitu : (1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan
untuk

menciptakan

kondisi

belajar

para

peserta

didik;

(2)

pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi


warga masyarakat yang baik; dan (3) pembelajaran adalah suatu
proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat seharihari.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami
dan menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses
atau cara yang dilakukan tenaga pengajar, peserta didik, dan
komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan, yaitu mendapatkan pemahaman materi ajar.

Sedangkan peserta didik dituntut untuk memiliki sikap kemandirian


belajar yang tinggi dan aktif.
Menurut Slameto (2010) setiap perilaku belajar selalu ditandai
oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti dikemukakan
berikut ini :
1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan
telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.
Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia
akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi
dapat menulis.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan

itu

senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu


yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin
banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan itu diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif
artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha orang bersangkutan.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat
menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak

dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu


saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan terus
berkembang kalau terus dilatih atau dipergunakan.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena
ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada
perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu
proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
2.1.2

keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.


Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
1. Faktor intern
Faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Terdiri
dari tiga faktor yaitu:
a. Faktor jasmaniah meliputi: faktor kesehatan, cacat tubuh.
b. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kemandirian belajar, kematangan dan
kesiapan.
c. Faktor kelelahan
2. Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor
ekstern dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu:
a. Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum,


relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,
tugas rumah.
c. Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam
masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat.

2.2 Hasil Belajar


2.2.1 Pengertian
Hasil belajar diberikan berupa nilai kepada peserta didik.
Menurut Sudjana (2011) dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada
beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian
diagnostic, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.
1. Penilaian Formatif
Penilaian yang dilaksanankan pada akhir program belajar
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif
berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penialaian
formatif

diharapkan

guru

dapat

memperbaiki

program

pengajaran dan strategi pelaksanaannya.


2. Penilaian Sumatif
Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program,
yaitu akhir catur wulan, UAS, dan akhir tahun. Tujuannya
adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni

seberapa jauh tujuan- tujuan kurikuler dikuasai para siswa.


Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.
3. Penilaian Diagnostik
Penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahankelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini
dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran
remedial (remedial teaching), menemukan kasus- kasus, dll.
Soal- soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan
belajar yang dihadapi oleh para siswa.
4. Penilaian Selektif
Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi,
misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
5. Penilaian Penempatan
Penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan
prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai
kegiatan belajar untuk program itu.
Dengan kata lain, penilaian ini berorientasi pada kesiapan siswa
untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar
2.2.2

dengan kemampuan siswa.


Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor Internal
a. Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh).
b. Faktor psikologi, terdiri atas :
1) Faktor intelektif : Faktor potensial, yaitu kecerdasan
dan bakat.

2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah


dimiliki.
3) Faktor non-intelektif

yaitu

unsur

kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

a.

motivasi, emosi dan lain-lain.


2. Faktor Eksternal
Faktor sosial yang terdiri atas : Lingkungan keluarga, Lingkungan

b.

sekolah/kampus, masyarakat, dan kelompok.


Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan

c.
d.

kesenian.
Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan
2.2.3 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar di perguruan tinggi dilakukan secara
berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan
pengamatan oleh dosen. Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian
tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir program studi, ujian
skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi. Penilaian hasil belajar
dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masing- masing
bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0 (Kepmen, 2000).
Penilaian pencapaian kompetensi dasar mahasiswa dilakukan
berdasar indikator, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penilaian adalah:
1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
2. Penilaian menggunakan acuan kriteria, berdasarkan apa yang
bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
3. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran, program remidi atau pengayaan
(BSNP, 2007).

Hasil belajar menurut Gagne & Briggs adalah kemampuankemampuan yang dimiliki mahasiswa sebagai akibat perbuatan belajar
dan dapat diamati melalui penampilan mahasiswa (learners
performance). Dalam dunia pendidikan, terdapat bermacam-macam
tipe hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli antara lain
mengemukakan lima tipe hasil belajar, yaitu: intellectual skill,
cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude
(Suprihatiningrum, 2013).
Reigeluth (1983) berpendapat bahwa hasil belajar atau
pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan
suatu ukuran nilai dan metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang
berbeda. Secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja
(performance)

yang

diindikasikan

sebagai

suatu

kapabilitas

(kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan


dalam

bentuk

tujuan

(khusus)

perilaku

(unjuk

kerja)

(Suprihatiningrum, 2013).
Ada aspek dalam hasil belajar, yaitu menurut Uno (2006), tujuan
pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari
taksonomi pembelajaran. Krathwohl, Bloom, & Masia (1973)
memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni kawasan
kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotorik. Sesuai dengan
taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan dalam tiga
aspek, yaitu (Suprihatiningrum, 2013).
1. Aspek Kognitif

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan


dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti
pengetahuan komperehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan
pengetahuan evaluatif. Kawasan kognitif adalah kawasan yang
membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental
yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang
lebih tinggi, yakni evaluasi (Suprihatiningrum, 2013).
Anderson & Krathwohl (1973) membedakan aspek
kognitif dalam dua dimensi, yaitu the knowledge (dimensi
pengetahuan) dan the cognitive process dimension (dimensi
proses kognitif).
a. The Knowledge Dimension (Dimensi Pengetahuan)
1) Factual knowledge (pengetahuan fakta)
2) Knowledge of terminology (pengetahuan tentang
istilah)
3) Knowledge

of

specific

details

and

elements

(pengetahuan tentang unsur-unsur khusus dan detail)


b. Conceptual knowledge (pengetahuan tentang konsep)
1) Knowledge of classifications and categories
(pengetahuan tentang penggolongan dan kategori)
2) Knowledge of principles and generalizations
(pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi)
3) Knowledge of theories, model, and structure
(pengetahuan tentag teori, model, dan struktur)
c. Procedural knowledge (pengetahuan tentang prosedur)
1) Knowledge of subject-specific skills and algorithms
(pengetahuan tentang subjek keterampilan khusus
dan algoritma)

2) Knowledge of subject-specific techniques and


methods (pengetahuan tentang subjek teknik dan
metode khusus)
3) Knowledge of criteria for determining when to use
appropriate

procedures

(pengetahuan

tentang

kriteria untuk menentukan penggunaan prosedur


yang sesuai)
d. Metacognitive knowledge (pengetahuan metakognitif)
1) Strategic knowledge (pengetahuan tentang strategi)
2) Knowledge about cognitive tasks, including
appropriate contextual and conditional knowledge
(pengetahuan tentang tugas

kognitif termasuk

pengetahuan kontekstual dan kondisional yang


sesuai)
3) Self-knowledge (pengetahuan pribadi)
e. The Cognitive Process Dimension (Dimensi Proses
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kognitif)
Remember (mengingat)
Understand (memahami)
Apply (menerapkan)
Analyze (menganalisis)
Evaluate (mengevaluasi)
Create (menciptakan)
2. Aspek Afektif
Menurut Uno (2006), ada lima tingkat afeksi dari yang
paling sederhana ke yang kompleks, yaitu kemauan menerima,
kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta
ketekunan dan ketelitian. Kemauan menerima merupakan
keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan
tertentu. Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang

merujuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu.


Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem
nilai tertentu pada diri individu. Penerapan berkarya berkenaan
dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbedabeda berdasarkan pada suatu sistem nilaiyang lebih tinggi.
Ketekunan dan ketelitian yaitu individu yang sudah memilikki
sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan
sistem nilai yang dipegangnya.
Menurut Depdiknas (2007), aspek afektif yang bisa dinilai
di sekolah, yaitu sikap, minat, nilai, dan konsep diri, yang akan
dijabarkan sebagai berikut:
a. Sikap
Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu
objek, bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran.
b. Minat
Minat bertujuan umtuk memperoleh informasi tentang
minat

siswa terhadap suatu mata

pelajaran yang

selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa


terhadap suatu mata pelajaran.
c. Nilai
Nilai adalah keyakinan tentang keadaan suatu objek atau
kegiatan. Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap,
dan kepuasan.
d. Konsep Diri
Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier
siswa, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan
diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif karier yang tepat
bagi diri siswa.

Winkel (2007) mengemukakan salah satu ciri belajar


afektif adalah belajar menghayati nilai dari suatu objek yang
dihadapi melalui alam perasaan, baik berupa objek tersebut
berupa orang, benda atau kejadian/peristiwa, ciri yang lain
terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk
ekspresi yang wajar. Menurut Krathwohl, Bloom, & Masia
(1973), tingkat afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana
ke yang kompleks, yaitu:
a. Receiving (penerimaan)
Penerimaan mencakup kepekaan adanya suatu perangsang
dan kesediaan untuk memerhatikan rangsangan tersebut.
Namun perhatian itu masih pasif.
b. Responding (partisipasi)
Partisipasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara
aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan
tersebut dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi
terhadap rangsangan yang disajikan.
c. Valuing (penilaian/ penentuan sikap)
Penilaian / penentuan sikap mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri
sesuai dengan penilaian tersebut. Mulai dibentuk suatu
sikap: menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap itu
dinyatakan dalam tingkahlaku yang sesuai dan konsisten
dengan sikap dan batin. Kemampuan tersebut dinyatakan
dalam suatu perkataan atau tindakan. Perkataan atau
tindakan itu tidak hanya sekali saja, tetapi diulang kembali

bila kesempatannya timbul. Dengan demikian, tampaklah


adanya suatu sikap tertentu.
d. Organization (organisasi)
Organisasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara
aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan
itu dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi terhadap
rangsangan yang disajikan.
e. Characterization by value or value value complex
(pembentukan pola hidup)
Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan sedimikian rupa agar
menjadi

milik

pribadi

(internalisasi)

dan

menjadi

pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya


sendiri. Orang telah memilikki suatu perangkat nilai yang
jelas hubungannya satu sama lain, yang menjadi pedoman
dalam bertindak dan konsisten dalam kurun waktu cukup
lama. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup
diberbagai bidang.
3. Aspek Psikomotorik
Kawasan psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan
dengan ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik
dan mempunyai berbagai tingkatan (Suprihatiningrum, 2013).
Urutan paling sederhana ke yang kompleks, yaitu persepsi,
kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons
terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.
Persepsi berkenaan dengan dengan penggunaan indra
dalam melakukan kegiatan. Kesiapan berkenaan dengan

melakukan sesuatu kegiatan, termasuk di dalamnya mental set


(kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik), atau emitional
set (kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu tindakan.
Mekanisme berkenaan dengan penampilan respons yang sudah
dipelajari dan menjadi kebiasaan sehingga gerakan yang
ditampilkan menunjukkan pada suatu kemahiran. Respon
terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi
perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh oranglain,
dan melakukan kegiatan coba-coba (trial and error). Kemahiran
adalah penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan penuh,
yang dipertunjukkan cepat dengan hasil yang baik tetapi
menggunakan sedikit tenaga. Adaptasi berkenaan dengan
ketrampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga
yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan)
pada pola gerakan sesuai situasi dan kondisi tertentu. Organisasi
menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk
disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Hal ini dapat
dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi
(Suprihatiningrum, 2013).
Menurut klasifikasi Simpon (Winkel, 2007), ranah
psikomotor

mencakup

tujuan

yang

berkaitan

dengan

ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik dan juga


mempunyai berbagai tingkatan.

Urutan tingkat yang paling sederhana sampai ke yang


paling kompleks, sebagai berikut:
a. Perception (Persepsi)
Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih
berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan untuk
dinyatakan dalam suatu rekasi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan
perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.
b. Set (kesiapan)
Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan
dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau
rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
bentuk kesiapan jasmani dan mental.
c. Guided response (gerakan terbimbing)
Gerakan terbimbing mencakup kemampuan

untuk

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan


contoh

yang

diberikan

(imitasi).

Kemampuan

ini

dinyatakan dalam menggerakan anggota tubuh, menurut


contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.
d. Mechanical response (gerakan yang terbiasa)
Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar,
karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memerhatikan lagi
contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam

menggerakan anggota tubuh/ bagian tubuh, sesuai dengan


prosedur yang tepat.
e. Complex response (gerakan yang kompleks)
Gerakan yang kompleks mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas
beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian
perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa
subketerampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik
yang teratur.
f. Adjustment (penyesuaian pada gerakan)
Penyesuaian pada gerakan mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakgerik dengan kondisi ditempat atau dengan menunjukkan
suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
g. Creativity (kreativitas)
Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan
aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar
prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya sosok orang yang
berketerampilan tinggi dan berani berfikir kreatif, akan
mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.
Klasifikasi ini mengandung suatu urutan dalam taraf
keterampilan dan pada umumnya cenderung mengikuti urutan
dari fase dalam proses belajar motorik.
Tetapi dalam penelitian ini, hasil belajar merupakan nilai akhir mata
kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) yang dibagai menjadi dua kategori,
yaitu:
1. Tinggi, jika nilai akhir lebih dari 80

2. Sedang, jika nilai akhir kurang dari atau sama dengan 80 dan lebih
dari 60
3. Rendah, jika nilai akhir kurang dari atau sama dengan 60
2.3 Minat
2.3.1 Pengertian Minat Belajar
Minat biasanya tumbuh dari suatu keinginan atau yang disukai
seseorang, minat akan tumbuh dengan sendirinya bila seseorang
menemukan sesuatu hal yang mereka suka. Minat dapat membawa
hasil yang baik atau buruk. Dalam hal ini minat yang dimaksud adalah
minat belajar pada peserta didik, minat dapat dikatagorikan pada
peserta didik sebagai suatu dorongan dan kemauan terutama dalam hal
pelajaran. Secara lain minat merupakan suatu pengertian dari adanya
suatu rasa dan keinginan yang kuat di dalam menyukai suatu hal.
Minat memiliki suatu kecenderungan di dalam hal kegiatan yang akan
dilakukan atau dilaksanakan, yang lebih singkatnya minat memiliki
rasa dan perhatian yang khusus di dalam hal atau kegiatan yang ingin
dilakukan.

Minat

adalah

kecenderungan

yang

tetap

untuk

memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan. Kegiatan yang


diminati seseorang (Slameto, 2010).
Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
Dengan begitu minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan
seseorang aktif dalam suatu pekerjaan atau dengan kata lain minat
dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan (Hamalik, 2011).
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di


luar diri (Djali, 2008).
Dari uraian pengertian minat di atas dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan adanya suatu rasa dan kesukaan disetiap hal atau
kegiatan yang disukai, minat juga mempunyai suatu keterkaitan baik
2.3.2

berupa aktivitas maupun kegiatan yang dapat diterima dengan baik.


Jenis-Jenis Minat
Dalam minat belajar siswa juga memiliki jenis-jenis belajar
yang merupakan suatu karekter siswa didalam dunia pendidikan.
Minat mempunyai jenis-jenis minat yang digunakan dalam proses
belajar. Dalam buku Psikologi Pendidikan dikemukakan bahwa, minat
dapat dibagi kedalam enam jenis, yaitu : (Djali, 2008).
1.
Realistis
Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik
kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang
baik dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan
medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan
2.

berkomunikasi dengan orang lain.


Investigatif
Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi
keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, intropektif,
dan asosioal, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada
melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami
alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka
bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan
akademik dan intelektualnya menyatakan diri sendiri sebagai

analisis, selalu ingin tahu, bebas, dan bersyarat, dan kurang


3.

menyukai pekerjaan yang berulang.


Artistik
Orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur,
bebas, memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan
suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual,

4.

sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.


Sosial
Tipe
ini
dapat
bergaul,
bertanggung

jawab,

berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok,


senang

menjadi

pusat

perhatian

kelompok,

memiliki

kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan


masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada
kaitannya
5.

dengan

perasaan;

menyukai

kegiatan

mengginformasikan, melatih, dan mengajar.


Enterprising
Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain,
memiliki keterampilan verbal untuk bergadang, memiliki
kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya

6.

diri, dan umumnya sangat aktif.


Konvensional
Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat
tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang
berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas
yang berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak menentu,
menyatakan diri orang setia, patuh, praktis, tenang, tertib,

efesien; mereka mengindentifikasikan diri dengan kekuasan dan


materi.
Jenis-jenis minat menentukan bagaimana ciri-ciri seseorang di
dalam menyukai suatu hal kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki,
dimana mempunyai keinginan tinggi di dalam suatu keadaan atau
kegiatan apapun.
2.3.3 Fungsi Minat
Minat peserta didik di dalam belajar merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi kegiatan di dalam pembelajaran. Minat akan
tumbuh dari diri seseorang jika mereka menyukai suatu hal yang
membuat ketertarikan tersendiri. Sama halnya dengan minat seorang
peserta didik di dalam belajar, jika seorang peserta didik memiliki
minat di dalam belajar maka akan memiliki rasa ingin belajar yang
tinggi, peserta didik akan cepat dapat mengerti dan memahami di
dalam proses belajar. Fungsi minat bagi kehidupan adalah sebagai
berikut :
1. Minat sebagai pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal
yang disukai.
2. Minat juga berpengaruh terhadap intensitas cita-cita.
3. Minat dipengaruhi juga oleh jenis intensitas dan prestasi.
4. Minat terbentuk dari dini hingga dewasa karena membawa
kepuasaan tersendiri.
5. Penentuan seseorang di dalam mengambil suatu hal.
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Minat memiliki kecenderungan yang tercemin dari adanya
ketertarikan seseorang, yang mempunyai keinginan yang kuat untuk
mempelajari lebih mendalam disertai oleh perasaan senang. Dalam hal
ini diharapkan minat siswa di dalam mempelajari mata kuliah Asuhan

Kebidanan I (Kehamilan) semakin besar dan tekun. Dalam minat


belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Intern
Faktor Intern terdapat faktor yang mempengaruhi minat
belajar yaitu meliputi :
a.
Faktor Kesehatan
Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam
hidup, dimana kesehatan merupakan faktor terpenting dari
segala kegiatan yang akan kita ambil. Kesehatan jasmani
dan rohani sangat berpengaruh besar dalam kegiatan
belajar, kesehatan yang baik akan membantu dan
memudahkan kita di dalam belajar, begitu pula sebaliknya
jika kesehatan kita buruk akan mengganggu di dalam
proses

kegiatan

belajar.

Maka

dari

karena

itu,

pemeliharaan kesehatan sangat penting untuk semua orang


terutama peserta didik di dalam melakukan kegiatan
belajar. Pikiran, mental, maupun fisik harus dijaga dengan
benar-benar menjaga kesehatan agar dengan mudah di
b.

dalam melakukan semua kegiatan.


Cacat Tubuh
Cacat tubuh yang diartikan disini adalah sesuatu
yang menyababkan kurang baiknya bagian tubuh yang
dimiliki. Cacat tubuh dapat juga meliputi : patah tangan,
buta, tuli, tidak bisa berjalan, dan sebagainya ini

merupakan hal yang dapat mempengaruhi minat belajar


siswa.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis tedapat berbagai banyak hal yang
termasuk didalamnya, tetapi dalam skripsi ini hanya beberapa
yang di bahas atau pembahasan. Berikut faktor-faktor yang
termasuk dalam faktor psikologis yaitu meliputi :
a.

Perhatian
Dalam proses belajar peserta didik harus memiliki
suatu perhatian khusus terhadap pelajaran dan bahan
pelajaran di dalam kegiatan belajar. Peserta didik yang
tidak memiliki suatu perhatian khusus terhadap suatu mata
pelajaran akan menggangu di dalam minat belajar peserta
didik tersebut. Karena hal itu menyebabkan rendahnya
minat belajar, bosan di dalam pelajaran, dan tidak ada
perhatian sama sekali di dalam mengikuti proses belajar
itu sendiri. Agar dapat menumbuhkan perhatian peserta
didik di dalam proses belajar mengajar haruslah
menggunakan

beberapa

cara

dan

variasi

gaya

pembelajaran yang baru dan yang dapat diterima dengan


mudah oleh peserta didik itu sendiri. Maka dalam hal ini
akan dengan mudah untuk membangkitkan perhatian
b.

peserta didik di dalam mengikuti proses belajar itu sendiri.


Kesiapan atau Kematangan

Dalam hal minat belajar peserta didik, kesiapan di


dalam menerima suatu perkuliahan haruslah memiliki
kesiapan yang baik untuk dapat menerima perkuliahan
yang akan dilakukan. Kesiapan yang matang harus ada
dalam diri setiap siswa sebelum menerima dan mengikuti
mata pelajaran tersebut, terutamanya di dalam mata kuliah
Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Dan dalam hal ini juga
kematangan dalam mengikuti proses belajar haruslah
dengan sungguh-sungguh dan benar agar perkuliahan yang
dilakukan dapat terelosasi dengan baik dan dengan
kesiapan yang matang. Kematangan dapat diartikan dalam
hal kesiapan di dalam mengikuti pelajaran, kesiapan di
dalam prasarana pelajaran, dan tentunya kesiapan mental
c.

untuk menerima pelajaran dengan baik dan benar.


Bakat atau Intelegensi
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang
merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau
dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan
keterampilan khususnya, misalnya kemampuan berbahasa,
bermain musik, melukis, dan lain-lain (Ambarjaya, 2012).
Bakat
adalah
kemampuan
untuk
belajar.
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih (Slameto, 2010).
Bakat merupakan suatu kemilikan seseorang dalam
suatu bidang yang disukai. Bakat yang dimaksud disini

adalah suatu keinginan dan kemauan seseorang dalam


melakukan suatu kegiatan yang dapat menunjukkan suatu
bakat orang itu sendiri. Bakat itu biasanya mempengaruhi
proses belajar dimana jika bakat yang dimiliki sesuai
dengan bidang yang ditekuni akan dengan mudah
menumbuhkan minat seseorang di dalam belajar. Begitu
pula dengan intelegensi merupakan suatu pengertian
kemampuan sesorang dalam bidang dan hal apapun yang
dilakukan. Seseorang yang memiliki intelegensi (IQ)
tinggi akan dengan mudah menemukan hasil yang baik
sedangkan intelegensi (IQ) yang rendah akan tidak mudah
untuk mendapatkan yang baik atau dapat dikatakan
mengalami kesulitan dalam kegiatan yang dilakukan.
Intelegensi adalah suatu kesanggupan atau kemampuan
untuk melaksanakan pekerjaan dengan cepat, mudah, dan
tepat (memadai) (Baharuddin, 2007). Intelegensi adalah
salah satu faktor diantara faktor yang lainnya. jika faktor
lain itu bersifat menghambat / berpengaruh negatif
terhadap belajar, akhirnya peserta didik gagal dalam
belajarnya (Slameto, 2010). Jadi bakat dan intelegensi
memiliki suatu kesamaan dan pengaruh di dalam minat
belajar dan keberhasilan seseorang dalam belajar.
3. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang mempengaruhi minat belajar peserta


didik adalah sebagai berikut :
a.

Faktor Keluarga
Faktor keluarga merupakan dimana tempat siswa
mengembangkan minat belajar secara positif atau negatif.
Dimana faktor keluarga mempunyai kelemahan dan
keunggulan masing-masing terutama pada perhatian dan
keadaan ekonomi keluarga dapat mematahkan dan
meningkatkan semangat belajar peserta didik.
Keluarga, dimana akan diasuh dan dibesarkan
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya (Dalyono,
2010). Faktor keluarga yang mempengaruhi minat belajar

2.

peserta didik seperti :


a.
Cara orang tua mendidik
b.
Suasana lingkungan rumah
c.
Keadaan ekonomi keluarga
Faktor Institusi Pendidikan
Faktor-faktor yang termasuk di dalam faktor institusi
pendidikan yaitu meliputi : lingkungan belajar, metode
mengajar, dan pekerjaan rumah.

Dalam penelitian ini, peneliti membagi indikator minat dalam dua


kategori, yaitu:
1. Ya, jika menyukai mata kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).
2. Tidak, jika tidak menyukai mata kuliah Asuhan Kebidanan I
(Kehamilan).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Era Revika (2012) dengan
judul Hubungan Minat Mengikuti Pendidikan D III Kebidanan dengan

Prestasi Belajar Mahasiswa Semester IV Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Respati Yogyakarta, minat mengikuti pendidikan D III
Kebidanan tinggi yaitu sebanyak 38 orang responden (55,9%), prestasi
belajar mahasiswa dalam kategori tinggi sebanyak 37 responden (54,4%),
hasil uji statistik dengan chi-square diperoleh hasil chi-square hitung =
12,897 dan chi-square tabel = 3,84 sehingga chi-square hitung > chi-square
tabel. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara minat mengikuti
pendidikan D III Kebidanan dengan prestasi belajar mahasiswa semester IV
Fakultas lmu Kesehatan Respati Yogyakarta dengan keeratan hubungan
sedang.
2.4 Motivasi
2.4.1 Pengertian
Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan
sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, aktif pada
saat-saat tertentu untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendekat/
terdesak (Sardiman, 2012).
2.4.2

Kebutuhan dan Teori


Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia
hidup dengan memilikki berbagai kebutuhan (Sardiman, 2012):
1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas

Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri


itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan
konsep ini, bagi orangtua yang memaksa anak untuk diam di
rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities
in it self is a pleasure. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu
kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil
kalau disertai dengan rasa gembira.
2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki
motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan
oranglain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil
tidaknya usaha memberikan kesenangan pada oranglain. Hal ini
sudah barang tentu merupakan kepuasan dan kebahagiaan
tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut. Konsep
ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak
itu rela bekerja atau para siswa itu rajin/ rela belajar apabila
diberi motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk
orang yang disukainya.
3. Kebutuhan untuk mencapai hasil
Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil
baik, kalau disertai dengan pujian. Aspek pujian ini
merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar
dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak
dihiraukan orang lain / guru atau orang tua misalnya, boleh jadi

kegiatan anak menjadi berkurang. Anak-anak harus diberi


kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan
hasil yang optimal, sehingga ada sense of succes. Pujian atau
reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang
baik.
4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Suatu kesulitan dan hambatan, mungkin cacat, mungkin
menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan
untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar
biasa, sehingga tercapai kelebihan / keunggulan dalam bidang
tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini
sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap
lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi
sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi
tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar
memperoleh keunggulan. Teori tentang motivasi yang selalu
bergayut dengan soal kebutuhan (Sardiman, 2012), yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk
istirahat, dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman,
bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima
dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah,
kelompok).

d. Kebutuhan

untuk

mewujudkan

diri

sendiri,

yakni

mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil


dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.
Teori-teori tentang motivasi (Sardiman, 2012):
a. Teori insting
Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia
diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan
manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau
pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya
kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori
ini adalah Mc. Dougall.
b. Teori fisiologis
Teori ini juga disebutnya Behaviour theories.
Menurut teori ini semua tindakan manusia berakar pada
usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau
kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai
kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan,
minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk
kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul
perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan
hidup, struggle for survival.
c. Teori psikoanalitik

Teori ini mirip denga teori insting, tetapi lebih


ditekankan pada unsur-unsur kejiwaa yang ada pada diri
manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya
unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori
ini adalah Freud.
2.4.3 Macam-macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motifmotif yang aktif itu sangat bervariasi (Sardiman, 2012), yaitu:
1.

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya


a.

Motif-motif bawaan
Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,
jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh
misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum,
dorongan untuk beristirahat. Motif ini seringkali disebut
motif yang diisyaratkan secara biologis. Arden N.
Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives.
b. Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya

motif-motif

yang

timbul

karena

dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu


cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar
sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini seringkali disebut

dengan motif yang diisyaratkan secara sosial. Frandsen


mengistilahkan dengan affiliative needs.
Disamping itu, Frandsen masih menambahkan jenis-jenis
motif berikut ini:
a. Cognitive motives
Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni
menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual
yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud
proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat
primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang
berkaitan dengan pengembangan intelektual.
b. Self-expression
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku
manusia, yang penting kebutuhan individu itu tidak
sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi,
tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini
memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi
dalam hal ini seseorang memilikki keinginan untuk
aktualisasi diri.
c. Self-enhancement
Melalui

aktualisasi

diri

dan

pengembangan

kompetensi akan meningkatkan kamjuan diri seseorang.


Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu

keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat


diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik
untuk mencapai suatu prestasi.
2.

Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodmarth dan Marquis


a.

Motif

atau

kebutuhan

organis,

meliputi

misalnya:

kebutuhan untuk minum, makan, bernafas,seksual berbuat


dan kebutuhan untuk beristirahat. Sesuai dengan jenis
Physiological drives dari Frandsen.
b.

Motif-motif darurat. Jenis motif darurat ini, antara lain:


dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk
membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi
jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

c.

Motif-motif
kebutuhan

objektif.
untuk

Dalam

melakukan

hal

ini

menyangkut

eksplorasi,

melakukan

manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul


karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar
secara efektif.
3.

Motivasi jasmaniah dan rohaniah


Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu
menjadi dua, yakni: motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.
Motivasi jasmani seperti misalnya: refleks, insting otomatis,
nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan.

4.

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a.

Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk

melakukan

sesuatu.

Sebagai

contoh

adalah

seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang


menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari
buku-buku untuk dibacanya.
Perilaku yang disebabkan atau muncul tanpa perlu
adanya ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman
untuk tidak melakukannya. Motif yang demikian biasanya
disebut motif intrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
dan berfungsi adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh
adalah seorang itu belajar karena tahu besok pagi akan
ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga
akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.
Perilaku individu yang hanya muncul karena adanya
hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif
yang menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar
(ganjaran atau hukuman). Motif semacam itu disebut motif
ekstrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

2.4.4 Fungsi Motivasi


Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak
itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang secara umum
dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk
melakukan suatu kegiatan / pekerjaan. Sehubungan dengan hal
tersebut, ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2012):
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan. Motivasi dapat memberikan arah
dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya yang hendak dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Menurut Sardiman (2001) indikator motivasi belajar adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tekun menghadapi tugas.


Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
Menunjukkan minat.
Lebih senang bekerja mandiri.
Cepat bosan pada tugas tugas rutin
Dapat mempertahankan pendapatnya.

Dalam penelitian ini, peneliti membagi indikator motivasi dalam dua


kategori, yaitu:

1. Ya, jika ada motivasi dalam mempelajari mata kuliah Asuhan


Kebidanan I (Kehamilan).
2. Tidak, jika tidak ada motivasi dalam mempelajari mata kuliah
Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Okta Kuswaningrum dengan
judul Hubungan Motivasi Belajar Mahasiswa dengan Hasil Belajar
Semester V Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri Tahun 2014
dengan menggunakan analisis korelasi sederhana dalam menguji hubungan
antara motivasi belajar mahasiswa dengan hasil belajar semester V Akademi
Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri, hasil penelitian dengan
menggunakan 35 responden tersebut didapatkan bahwa nilai r (koefisien
korelasi) adalah sebesar 0,02 atau 2% dan koefisien determinasi sebesar
0,03%, maka hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa pemberian
motivasi belajar berpengaruh sangat kecil terhadap hasil belajar mahasiswa,
artinya jika motivasi belajar meningkat maka hasil belajar juga meningkat.
Dan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, selain
motivasi belajar, adalah sebesar 0,97%.
2.5 Fasilitas Belajar
2.5.1 Pengertian
Bafadal (2004), mendefinisikan sarana atau fasilitas belajar
adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses belajar di sekolah. Dari pengertian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas belajar adalah semua
kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk

memudahkan, melancarkan, dan menunjang pelaksanaan kegiatan


belajar di sekolah.
Menurut Djamarah (2006), fasilitas adalah segala sesuatu yang
memudahkan anak didik. Fasilitas belajar yang mendukung kegiatan
belajar peserta didik akan menyebabkan proses belajar mengajar
menyenangkan dan memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Oleh
karena itu fasilitas belajar yang memadai sangat penting demi
pencapaian hasil belajar siswa yang memuaskan. Dalam pengertian
diatas fasilitas belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Fasilitas
yang dapat memudahkan tersebut berupa benda-benda atau alat-alat.
Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Fasilitas
yang dimaksud adalah sarana sekolah yang meliputi semua peralatan
serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan
2.5.2

di sekolah.
Macam-Macam Fasilitas Belajar
Gie (2002) menjelaskan macam-macam fasilitas belajar sebagai
berikut:
1.
Ruang atau tempat belajar yang baik
Salah satu syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya
adalah tersedianya ruang atau tempat belajar, inilah yang
digunakan oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar. Dengan ruang atau tempat belajar yang memadai dan
nyaman untuk belajar maka siswa akan memperoleh hasil
belajar

yang

baik.

Tempat

belajar

yang

baik

harus

mempertimbangkan penerangan dan sirkulasi udara yang baik.

b. Penerangan cahaya suatu tempat belajar yang baik harus


memiliki penerangan cahaya yang cukup. Penerangan
yang baik adalah penerangan yang tidak berlebihan dan
tidak kurang, melainkan memadai untuk dapat belajar
sebaik-baiknya.
c. Sirkulasi udara tempat belajar hendaknya di usahakan
memiliki sirkulasi udara yang baik, yaitu bisa keluar dan
masuk dari dua arah. Karena dengan tanpa adanya
sirkulasi udara yang baik maka akan membuat tempat
belajar pengab dan akan membuat siswa kurang maksimal
2.

dalam kegiatan balajar mengajar.


Perabotan belajar yang lengkap
Dalam hal ini perabotan yang dibutuhkan untuk kegiatan
belajar mengajar yang baik, diantanya yaitu meja belajar, kursi
belajar, dan lemari buku serta kemungkinan perabotan lain yang

3.

dperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.


Perlengkapan belajar yang efisien
Perlengkapan belajar adalah sebagai bagian dari sistem
yang harus ada agar kesatuan sistem kegiatan dapat terlaksana
dengan sempurna dan terarah ketujuan yang dilakukan.
Kekurangan alat, ketiadaan atau kurang tepat alat yang
dipergunakan akan mengurangi sempurnannya efisiensi maupun
efektifitas kegiatan atau bahkan berhenti sama sekali.
Syarat yang lain dalam kegiatan belajar mengajar yaitu buku-

buku pegangan. Buku-buku pegangan yang dimaksud di sini adalah


buku-buku pelajaran yang dapat menunjang pemahaman siswa dalam

menerima materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Bafadal


(2004), fasilitas dapat dikelompokan menjadi dua yaitu sarana
pendidikan dan prasarana pendidikan.
1.

Sarana pendidikan
Sarana pendidikan dapat dikelompokan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
a.
Ditinjau dari habis tidaknya dipakai
1) Sarana pendidikan yang habis dipakai, yaitu segala
bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis
dalam waktu relatif singkat. Misalnya kapur tulis,
2)

bahan kimia untuk percobaan kertas dan sebagainya.


Sarana pendidikan yang tahan lama, yaitu
keseluruhan alat atau bahan yang dapat digunakan
secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama.
Misalnya bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe,

b.

dan alat olah raga.


Ditinjau dari bergerak tidaknya
1) Sarana pendidikan yang bergerak, yaitu sarana
pendidikan yang bisa digerakan atau dipindah sesuai
dengan kebutuhan pemakainya. Misalnya lemari
2)

arsip, bangku.
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak, yaitu
semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif
sangat sulit untuk dipindahkan. Misalnya sekolah
yang sudah menggunakan PDAM, pipanya tidak

c.

dapat dipindah-pindahkan.
Ditinjau dari hubungan dengan proses belajar mengajar

1)

Sarana pendidikan yang secara langsung digunakan


dalam proses belajar mengajar. Misalnya kapur tulis,
atlas,

2)

dan

sarana

pendidikan

lainnya

yang

diguanakan guru dalam mengajar.


Sarana pendidikan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan proses belajar mengajar.

2.

Misalnya lemari arsip di kantor sekolah.


Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan ini dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam:
a.
Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan
untuk proses belajar mengajar, seperti ruang belajar, ruang
perpustakaan,
b.

ruang

praktik,

ketrampilan,

ruang

laboraturium dan lain-lain.


Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan
dalam proses belajar mengajar, tetapi secara langsung
dapat menunjang terjadinya proses belajar mengajar.
Misalnya ruang kantor, kantin, jalan menuju sekolah,

kamar kecil, ruang direktur, dan tempat parkir.


2.5.3 Pentingnya Fasilitas Belajar dalam Pembelajaran
Dalam pengertian fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha. Yang
dapat memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa bendabenda maupun uang. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang
optimal, dalam proses pembelajaran perlu adanya dukungan dari
berbagai faktor, salah satunya adalah fasilitas belajar. Dapat dikatakan

bahwa fasilitas belajar merupakan segala sesuatu yang dapat


mempermudah dalam kegiatan pembelajaran.
Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil indikator fasilitas
belajar dalam dua kategori, yaitu:
1. Ya, jika fasilitas belajar lengkap.
2. Tidak, jika fasilitas belajar tidak lengkap.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Warno Saskoro dengan judul
Hubungan Persepsi Mahasiswa tentang Ketersediaan Fasilitas Belajar
dengan Semangat Belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan
Tahun 2011, hasil penelitian dengan menggunakan 76 responden
menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa tentang ketersediaan fasilitas
belajar mayoritas dalam kategori cukup (63,2%). Semangat belajar
mahasiswa mayoritas dalam kategori cukup (60,5%). Terdapat hubungan
yang signifikan antara persepsi mahasiswa tentang ketersediaan fasilitas
belajar dengan semangat belajar mahasiswa. Uji statistik menggunakan
korelasi product moment diperoleh bahwa r hitung (0,608), secara kualitatif
dapat dinyatakan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan yang kuat.
Sumbangan persepsi mahasiswa tentang ketersediaan fasilitas belajar
terhadap semangat belajar mahasiswa sebesar 36,97% sedangkan 63,03%
sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Kesimpulannya, persepsi
mahasiswa tentang ketersediaan fasilitas belajar berhubungan signifikan
dengan semangat belajar mahasiswa. Diharapkan untuk melengkapi fasilitas
belajar yang belum ada dan menambah fasilitas belajar yang masih kurang
sehingga akan menimbulkan semangat belajar dalam diri mahasiswa.

2.6

Kebiasaan Belajar
2.6.1 Pengertian
Kebiasaan

belajar

merupakan

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi prestasi belajar. Siswa yang mempunyai kebiasaan


belajar baik maka prestasi belajarnya juga akan baik. Setiap siswa
yang telah mengalami proses belajar, kebiasaannya akan berubah.
Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses
penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi
yang berulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi
pengurangan perilaku yang tidak diperlukan (Syah, 2012).
Kebiasaan adalah reaksi otomatis terhadap situasi khusus yang
biasanya diperoleh sebagai suatu hasil dari ulangan atau belajar.
Menurut Eysenk (1975) menjelaskan bahwa kebiasaan adalah pola
tingkah laku, kondisi atau situasi tertentu yang terbentuk melalui
proses belajar (Yusuf dan Legowo, 2007). Kebiasaan juga dapat
diartikan sebagai bentuk tingkah laku yang tetap dan usaha
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur
afektif perasaan (Nasution, 2005).
2.6.2 Jenis-Jenis Kebiasaan Belajar
Brown dan Holzman (1967) mengelompokkan kebiasaan belajar
ke dalam konsep dasar Delay Avoidance (DA) dan Work Method
(WM). Kedua konsep dasar tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Delay Avoidance (DA)
Delay Avoidance yang dimaksud adalah kebiasaan tingkah
laku akademik yang berhubungan dengan ketepatan waktu
dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar, penundaan-penundaan
dan hal-hal lain yang mengganggu atau mengalihkan perhatian

belajar. Masalah penggunaan waktu dalam belajar berkaitan


dengan masalah perencanaan dan kedisiplinan (Yusuf dan
Legowo, 2007).
2. Work Method (WM)
Menurut Brown dan Holzman, Work Method digambarkan
sebagai tingkah laku akademik yang berhubungan dengan
prosedur belajar, ketrampilan belajar dan strategi belajar yang
digunakan. Apabila ketiga unsur yang digunakan dari Work
Method ini dapat diterapkan secara tepat oleh setiap anak maka
hasil belajar dimungkinkan dapat menjadi optimal.
a.
Prosedur belajar
Prosedur belajar dimaksudkan adalah cara yang ditempuh
anak dalam mempelajari sesuatu, misalnya cara dalam
mempelajari materi pelajaran, dalam mengikuti pelajaran,
membaca buku pelajaran, cara belajar di perpustakaan,
b.

cara menggunakan internet untuk belajar dan sebagainya.


Ketrampilan Belajar
Ketrampilan belajar yang dimaksudkan adalah tingkat
kecepatan dalam belajar yang unik pada siswa, dapat
menampak pada saat mempelajari hal-hal yang khas,
seperti membaca tabel, angka, grafik atau diagram,
membaca buku-buku yang baru, menyelesaikan tugas
mengarang

atau

meneliti,

membuat

catatan

dan

mempelajari materi yang sulit.


d. Strategi Belajar
Strategi belajar yang dimaksudkan adalah cara yang
ditempuh agar belajar berlangsung efisien. Strategi belajar

menekankan pada cara atau metode seseorang dalam


mengadakan pendekatan terhadap suatu masalah, hal atau
tugas (Yusuf dan Legowo, 2007).
2.6.3 Penanaman Kebiasaan Belajar yang Baik
Dalam kebiasaan belajar perlu ditanamkan suatu kebiasaan yang
baik dan benar kepada peserta didik karena kebiasaan yang baik
sangat dapat mempengaruhi peserta didik di dalam menerima proses
belajar. Penanaman kebiasaan belajar bukan hanya untuk memberikan
hal yang positif tetapi juga untuk mengingatkan peserta didik di dalam
kegiatan belajar sehari-hari karena kebiasaan belajar akan sangat
berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Maka dari disinilah
peserta didik perlu ditanamkan kebiasaan belajar yang baik. Dalam
Slameto (2010), kebiasaan belajar yang mempengaruhi belajar terdiri
dari:
1. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya
2. Membaca dan membuat catatan memerlukan
3. Mengulangi bahan pelajaran
4. Konsentrasi
5. Mengerjakan tugas
Dalam penelitian ini, peneliti membagi indikator kebiasaan belajar
dalam empat kategori, yaitu:
1. Selalu, jika selalu menerapkan kebiasaan belajar yang baik.
2. Sering, jika sering menerapkan kebiasaan belajar yang baik.
3. Kadang-kadang, jika kadang-kadang menerapkan kebiasaan
belajar yang baik.
4. Tidak pernah, jika tidak pernah menerapkan kebiasaan belajar
yang baik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah Risa Wahyuningsih
(2009) dengan judul Hubungan antara Kebiasaan Belajar dengan Prestasi
Belajar Mahasiswa Reguler Semester IV D IV Kebidanan UNS dengan

menggunakan analisis Product Moment diperoleh nilai r hitung sebesar


0,649 (0,649>0,254) dan p = 0,000 (p<0,05) sehingga menunjukkan bahwa
ada hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa
reguler semester IV D IV Kebidanan UNS. Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah terdapat hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
mahasiswa reguler semester IV D IV Kebidanan UNS. Hasil analisis
tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi yang diperoleh bertanda
positif, berarti ada hubungan positif antara kebiasaan belajar dengan prestasi
belajar. Artinya semakin baik kebiasaan belajar mahasiswa akan semakin
baik nilai prestasi belajarnya.
2.6 Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) merupakan mata
kuliah yang membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
pendekatan manajemen kebidanan pada setiap tahap kehamilan, yaitu
konsep dasar asuhan kehamilan pra konsepsi, proses konsepsi, proses
adaptasi psikologi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, kebutuhan ibu hamil,
deteksi dini terhadap komplikasi ibu dan janin, asuhan kehamilan pada
kunjungan awal dan ulangan serta sistem dokumentasi asuhan (STIKES
Aisyiyah Surakarta, 2007).
Hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) adalah
suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang mahasiswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya pada mata kuliah Asuhan Kebidanan
I (Kehamilan).

You might also like