Professional Documents
Culture Documents
PERCOBAAN I
ISOLASI PIPERIN DARI Piperis nigri ATAU Piperis albi FRUCTUS DAN
IDENTIFIKASI DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Nama Anggota:
Ismi Fadilah
(G1F013022)
Ahmad Faruq
(G1F013024)
(G1F013026)
Niken Permatasari
(G1F013028)
(G1F013030)
Kelompok :
Asisten :
LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
PERCOBAAN I
ISOLASI PIPERIN DARI Piperis nigri ATAU Piperis albi FRUCTUS DAN
IDENTIFIKASI DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari Piperis nigri atau
Piperis albi Fructus beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode
kromatografi lapis tipis.
II.
PENDAHULUAN
Piperin (rumus molekul CHNO ), ialah suatu komponen dari lada hitam
(Piper nigrum) telah digunakan dalam pengobatan tradisional dan juga digunakan
sebagai insektisida (Septiatin, 2008). Rasa pedas dari buah lada hitam, 90 95 %
disebabkan oleh adanya komponen trans piperin, yang di dalam buah kering
kadarnya 2 5 % dan terdiri atas senyawa asam amida piperin dan asam piperinat.
Rasa pedas piperin masih ada walaupun diencerkan sampai 1 : 200.000 (Anonim,
1980).
Kromatografi Lapis Tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat dengan
menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada
lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai kolom kromatografi
terbuka dan pemisahan didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya.
Silika gel GF254 P. Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau
beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena
ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan,bila
diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimun tiga komponen. Angka banding
campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume total
100, misalnya, benzene-kloroform-asam asetat 96% (50:40:10) (Stahl, 1985).
III.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu serbuk buah Piper nigrum
(lada hitam), Piper album (lada putih), etanol 96%, KOH-etanolik 10%, silika gel
GF254, diklorometan, etil aetat, reagen anisaldehida-asam sulfat, piperin standar.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu seperangkat alat penyari (soxhlet dengan
volume ekstraktor 100 mL), heating mantle, glass wool, kertas saring, batang
pengaduk, cawan porselin, corong, penangas air, oven, almari pendingin, mikroskop,
eksikator yang dilengkapi kapur tohor, chamber KLT, pipa kapiler, alat penyemprot,
oven, lampu UV254 nm dan UV366 nm.
IV.
SKEMA KERJA
- Ditimbang 30 gram
Serbuk lada
- Dibungkus menggunakan kertas saring dan dijahit rapat
-
Rangkai alat
sokletasialat penyari sokhlet di atas labu alas bulat
- Dipasang
-
Hasil
Lempeng KLT
- Diaktifkan dalam oven pada suhu 500C selama 10 menit
-
Eluen
Warna bercak
Diamati di bawah sinar tampak (visible)
berhasil mengenali dua jenis lada, yaitu lada hitam (Piper nigrum) dan lada panjang
(Piperis longum). Di pasaran, lada atau biasa yang kita sebut merica dapat diperoleh
sebagai merica hitam (Piperis nigri fructus) dan merica putih (Piperis albi fructur).
Keduanya berasal dari spesies yang sama. Perlakuan pasca panen yang berbedalah
yang membuat kedua jenis lada tersebut menjadi berbeda. Lada hitam merupakan
buah lada putih yang belum dimasak, yang dikeringkan bersama dengan kulitnya
hingga keriput dan berwarna kehitam-hitaman (Anonim, 1977).
Kandungan Kimia yang terdapat pada buah merica hitam mengandung
minyak atsiri, piperin, kariofilen, limonen, filandren, alkaloid piperin, kavisin,
piperitin, piperidin, zat pahit, dan minyak lemak (Anonim, 1977). Kandungan lada
yang telah diketahui adalah berasal dari golongan safonin, flavonoid, alkaloid dan
juga sedikit minyak atsiri. Minyak atsiri dari lada diperoleh dengan cara menyuling
buahnya. Baunya tidak menyengat sehingga digunakan sebagai bahan pembuat
parfum (Ikan, 1969).
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan faktor seperti sifat bahan mentah obat
dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat bahan
mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih
metode ekstraksi (Ansel, 1989).
menghidrolisis piperin yang akan menghasilkan kalium piperinat dan piperidin. Oleh
karena itu pemberian KOH etanolik pada isolasi tidak boleh berlebihan. Setelah
mengendap, sari dipisahkan dari bagian yang tidak larut melalui glasss wool. Sari
jernih yang didapat didiamkan dalam almari es sampai 12 jam (semalam) atau sampai
pembentukan kristal optimal. Kristal yang timbul atau terbentuk dipisahkan, dicuci
dengan etanol 96% (dingin) dan dikeringkan dalam almari (oven) pengering pada
suhu 400 C selama 30-45 menit kemudian disimpan dalam eksikator yang dilengkapi
kapur tohor (Anonim. 1977).
Praktikum identifikasi
piperin
dengan
kromatografi
lapis
tipis
ini
menggunakan fase diam berupa silika gel GF254 yang bersifat polar dan fase gerak
yang digunakan diklorometan : kloroform = 75 : 25. Fase diam silika gel GF254 yang
mana G adalah Gypsum (pengikat) biasanya pengikat yang digunakan adalah kalsium
sulfat, F adalah senyawa flor yang dapat berfluoresensi dan 254 adalah panjang
gelombang yang digunakan yaitu 254 nm. Jadi arti GF254 adalah penjerap silika gel
dengan pengikat kalsium sulfat dengan ditambahkan indikator senyawa flor yang
dapat berfluoresensi jika dideteksi pada sinar ultraviolet dengan panjang gelombang
254 nm. Indikator fluoresensi adalah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar ultraviolet (Gritter, 1991).
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengaktifan lempeng KLT pada
suhu 500C selama 10 menit, pengaktifan plat ini bertuuan untuk menjaga kelembaban
plat (Gritter, 1991). Kemudian dilakukan penjenuhan eluen dalam bejana atau
chamber dengan cara memasukan kertas saring sepanjang bejana dan ditunggu
sampai eluen naik sampai batas tutup bejana. Penjenuhan perlu dilakukan agar
tekanan uap eluen dalam chamber dapat merata sehingga jumlah lempeng teoritis
meningkat dan pengelusian dapat seragam kecepatannya dan untuk mengoptimalkan
proses pengembangan fase gerak.
Sambil menunggu chamber jenuh, dilakukan penotolan sampel KLT. Pada
proses penotolan sampel sebaiknya digunakan ukuran sebesar 10 l karena ukuran
tersebut merupakan rekomendasi terbaik untuk penotolan manual baik data KLT
kualitatif dan kuantitatif (Dekker, 2003). Plat yang sudah ditotolkan dengan cuplikan
atau sampel dimasukan ke dalam chamber yang telah selesai di jenuhkan kemudian
ditunggu dan dilihat sampai fase gerak mencapai batas pengembangan pada lempeng
silika. Fase gerak dalam chamber harus dibawah plat yang berisi totolan sampel dan
volume fase gerak dibuat sedikit mungkin namun dapat mengelusi lempeng sampai
pada batas jarak pengembangan. Hal ini bertujuan agar tidak terjasi kontaminan
selama proses elusi dan sampel tidak terendam kemudian merembet apabila tinggi
fase gerak lebih tinggi dari sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).
Plat dikeluarkan dari chamber dan diangin-anginkan. Selanjutnya dideteksi
dibawah sinar UV 254 nm dan UV 366 nm. Hasil fluoresensi menampakan adanya
spot hasil totolan. Karena, praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi
senyawa piperin, maka harga Rf dari spot yang mendekati pustaka yaitu berwarna
biru diamati dibawah sinar UV 366 nm (Stahl, 1985) ataupun spot berwarna hijau
dengan HRf 27.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, ketika dilihat dibawah sinar UV didapatkan
hasil bahwa Rf untuk kristal lada hitam sebesar 0,815 dan Rf untuk cairan lada hitam
adalah sebesar 0,938, hasil yang didapatkan kurang sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa nilai Rf untuk piperin adalah sebesar 0,42 0,03 (Vyas et all,
2011).
Warna : Coklat keputihan
Bau
: Khas aromatik
Rasa
5,3 cm
6,5 cm
= 0,815
Rf caian lada hitam
6,1cm
6,5 cm
= 0,938
Kesalahan yang terjadi pada praktikum ini disebabkan karena beberapa hal
diantaranya perhitungan dan pengukuran dietilasetat dan kloroform yang digunakan
sebagai eluen sehingga polaritas campuran berbeda. Saat memasukan campuran
eluenm kemungkinan pelarut kurang homogen, serta saat memasukkan pelarut
kedalam chamber kurang hati-hati sehingga sebelum chamber ditutup pelarut ada
yang menguap terlebih dahulu. Selain itu standar piperin yang digunakan
kemungkinan tidak murni akibat kontaminasi sehingga polaritas piperinpun berbeda.
Kontaminasi dapat pula terjadi akibat pembilasan pipa kapiler yang kurang sempurna,
disamping itu, saat menotolkan standar tidak dalam kondisi yang benar-benar tegak
sehingga terjadi hasil noda berbentuk lonjong yang seharusnya bulat. Hal tersebut
dapat mempengaruhi nilai Rf yang didapatkan.
VI.
KESIMPULAN
1. Kromatografi Lapis Tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat dengan
menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada
lempeng kaca.
2. Hasil dari isolasi piperin dari Piperis nigri diperoleh rendemen sebesar 0,1584 %
3. Hasil piperin kristal berwarna coklat keputihan, bau khas aromatik, rasa pedas dan
sedikit asin.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Edisi Indonesia Jilid IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid 1. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim.1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta : Depkes RI
Ansel, Howard,C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Dekker, 2003, Handbook of Foodborne Pathogens, Inc, New York.
Gandjar., I., G dan Rohman., A, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Gritter, Roy J, dkk. 1991, Pengantar Kromatografi, Bandung: Penerbit ITB.
Ikan,R. 1969. Natural Products. London and New York : Academic Press.
Septiatin, E. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan
Tanaman Liar. Bandung : CV.yrama widya.
Stahl, E. 1973. Drug Analysis by Chromatography and Microscopy. Ann Arbor
Science Publisher Inc.
Vyas et al, 2011, TLC Densitometric Method for the Estimation of Piperine in
Ayurvedic, Formulation Trikatu Churna, Vol. 27 (1) : 301-304.