You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon


dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam
rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi
pelumas bagi gerakan paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal
rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan (1).
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan
menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat
mengembang

dengan maksimal

sebagaimana biasanya

ketika bernapas.

Pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks


spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks
traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik(2).
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang
tidak diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa
yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan
perbandingan 5 : 1 (2) . Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat
pada perokok berat dibanding non perokok.Pneumothorax spontan sering
terjadi pada usia muda, dengan insidensi puncak pada dekadeketiga kehidupan
(20-40 tahun). Sementara itu, pneumothorax traumatik dapat disebabkan oleh
trauma langsung maupun tidak langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan
menjadi iatrogenik maupun non-iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik merupakan
tipe pneumothorax yangsangat sering terjadiSesuai perkembangan di bidang
pulmonologi telah banyak dikerjakan pendekatan baru berupa tindakan
torakostomi disertai video (VATS = video assisted thoracoscopy surgery), ternyata

1
PNEUMOTHORAK

memberikan

banyak

keuntungan

pada

pasien-pasien

yang

mengalami

pneumotoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di rumah sakit (2).

2
PNEUMOTHORAK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas
dalam rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara
sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.(3)
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang
melapisi paru-paru dan rongga dada.(4)
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di
dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena (5). Tersering
disebabkan oleh ruptur spontan pleura visceralis yang menimbulkan
kebocoran udarake rongga torak. Pneumotorak dapat terjadi berulang kali
(6).

Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :


a) Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang
berasal dari alveolus akanmemasuki kavum pleura. Pneumothorax
jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax. Apabila kebocoran
pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk
saatinspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat
ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak
sehingga

mendorong

mediastinum

kearah

kontralateral

danmenyebabkan terjadinya tension pneumothorax


b) Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat
hubungan antara kavumpleura dengan dunia luar. Apabila lubang
yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea,maka udara
cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus
respiratorius yangseharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam
rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum
pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsi
lateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya
udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi
ini disebut sebagai open pneumothorax (3,6,7,9)
3
PNEUMOTHORAK

Klasifikasi

Menurut

penyebabnya,

pneumotoraks

dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu (2,5) :


1. Pneumotoraks spontan Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara
tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam
dua jenis, yaitu:
a) Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang
terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya atau tanpa
penyakit dasar yang jelas. Lebih sering pada laki-laki muda
sehat dibandingkan wanita. Timbul akibat ruptur bulla kecil
(12 cm) subpleural, terutama di bagian puncak paru.
b) Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang
terjadi dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang
telah dimiliki sebelumnya.
Tersering pada pasien bronkitis dan emfisema yang
mengalami ruptur emfisema subpleura atau bulla. Penyakit
dasar lain: Tb paru, asma lanjut, pneumonia, abses paruatau
Ca paru, fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis
(PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik, Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat
adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang
menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru (2,5).
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua
jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks

traumatik

non-iatrogenik,

yaitu

pneumotoraks yang terjadi karena jejas kecelakaan,


misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks
yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis.
Pneumotoraks jenis ini pun masih dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental Adalah
suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis

4
PNEUMOTHORAK

karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut,


misalnya pada parasentesis dada, biopsi pleura.
2. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan
dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura.
Biasanya

tindakan

ini

dilakukan

untuk

tujuan

pengobatan, misalnya pada pengobatan tuberkulosis


sebelum

era

antibiotik,

maupun

untuk

menilai

permukaan paru. (2,5)


Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu (8) :
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax) Pada tipe ini,
pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun
lambat laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan
paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami reekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di
dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan
pernapasan, tekanan udara di rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax), Yaitu pneumotoraks
dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus
yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada
dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan
udara luar. Pada pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar
nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang
disebabkan oleh gerakan pernapasan (8). Pada saat inspirasi tekanan
menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif
(8)

. Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan

normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah


sisi dinding dada yang terluka (sucking wound) (2).

5
PNEUMOTHORAK

3. Pneumotoraks

Ventil

(Tension

Pneumothorax)

Adalah

pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin


lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis
yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui
trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju
pleura melalui fistel yang terbuka(8). Waktu ekspirasi udara di dalam
rongga pleura tidak dapat keluar . Akibatnya tekanan di dalam
rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan
atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat
menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas (2).
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka
pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (8) :
A. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan
pada sebagian kecil paru (< 50% volume paru).
B. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai
sebagian besar paru (> 50% volume paru)

B. Etiologi
Etiologi Trauma thorax kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan
lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama
disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Trauma pada bagian ini juga
sering disertai dengan cedera pada tempat lain misalnya abdomen, kepala,
dan ekstremitas sehingga merupakan cedera majemuk. Kelainan yang

6
PNEUMOTHORAK

sering timbul secara umum pada setiap trauma thorax baik tajam maupun
tumpul yaitu(3):
a. Kulit

dan jaringan lunak : luka, memar, dan emfisema

subkutis
b. Tulang
: fraktur costa, sternum, pernapasan paradoksal.
c. Pleura : Pneumothorax, hemothorax, hemopneumothorax,
kilothorax, serothorax
d. Jaringan paru: traumatic wet lug
e. Mediastinum: pneumomediastinum, robekan esofagus, robekan
bronkus
f. Jantung: hemoperikardium, luka jantung(3).
C. Patofisiologi
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Di
antara pleura parietalis danvisceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura
normal berisi sedikit cairan serous jaringan.Tekanan intrapleura selalu
berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam
proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : fase inspirasi dan
fase eksprasi. Padafase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O;
sedangkan pada fase ekspirasi tekananintrapleura: -3 s/d -6 cmH2O.
Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada
cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak
terbentuk. Sehingga akan mengganggu padaproses respirasi.

Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya (6,7,9) :


1. Pneumotorak spontan, oleh karena : primer (ruptur bleb),
sekunder (infeksi, keganasan), neonatal
2. Pneumotorak yang didapat, oleh karena : iatrogenik,
barotrauma, trauma
Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis:
1. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau preshock
7
PNEUMOTHORAK

2. Tension Pneumotorak : diikuti gejala shock atau preschock.


Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya dengan
hubungan luar menjadi :
1. Open pneumotorak
2. Closed pneumotorak

Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai


dasar patofisiologi yang hampir sama.
Pneumotorak

spontan,

closed

pneumotorak,

simple

pneumotorak, tension pneumotorak, dan open pneumotorak.


Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus
dan pleura visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura viceralis
yang lemah ini pecah, maka akan ada fistel yang menyebabkan
udara masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada saat
inspirasi rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum
pleura

yang

kemudian

menyebabkan

paru

dipaksa

ikut

mengembang, seperti balon yang dihisap. Pengembangan paru


menyebabkan tekanan intraalveolar menjadi negatif sehingga udara
luar masuk. Pada pneumotorak spontan,paru-paru kolpas, udara
inspirasi ini bocor masuk ke cavum pleura sehingga tekanan
intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi
hiperekspansi cavum pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi
yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi
semula.Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter
(6,7,9).
Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga
respirasi paru sisi sebaliknya masihbisa menerima udara secara
maksimal dan bekerja dengan sempurna.
Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala
pre-shock atau shock dikenal dengan simple pneumotorak.
8
PNEUMOTHORAK

Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya


hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan closed
pneumotorak. Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan
balik secara maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak
bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin
berlanjut, hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi menekan
mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak
pada paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup
tertutup terjadilah penekanan vena cava,shunting udara ke paru
yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah
gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava.
Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak(6,7,9).
Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum
pleura dengan lingkunga luar. Open pneumotorak dikarenakan
trauma penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas pleura
parietalis)atau komplit (pleura parietalis dan visceralis). Bilamana
terjadi open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi udara luar
akan masuk ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat
mengembang karena tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya
akan terjadi hiperekspansi cavumpleura yang menekan mediastinal
ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser
kemediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter. Bilamana
open pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi
hiperekspansi cavum pleura mendesak mediastinal ke sisi paru
yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura
dan paru karena luka yang bersifat katup tertutup. Selanjutnya
terjadilah penekanan vena cava,shunting udara ke paru yang sehat,
dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala preshock atau shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian
inidikenal dengan tension pneumotorak (6,7,9).
D. Diagnosis
9
PNEUMOTHORAK

Dari anamnesis sulit bernafas yang timbul mendadak dengan disertai


nyeri dada yang terkadang dirasakan menjalar ke bahu. Dapat disertai batuk
dan terkadang terjadi hemoptisis. Perlu ditanyakan adanya penyakit paru atau
pleura lain yang mendasari pneumotorak, dan menyingkirkan adanya penyakit
jantung.
E. Gejala
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk
ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps
(mengempis) (10).
Gejalanya bisa berupa:
-Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri
jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.


Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi) (10).
Pemeriksaan Fisik sesak nafas dan takikardi yang dapat disertai sianosis
pada pneumotorak ventil atau ada penyakit dasar paru.

Inspeksi : Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper


ekspansi dinding dada), Pada waktu respirasi, bagian yang sakit

10
PNEUMOTHORAK

gerakannya tertinggal, Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang

sehat , deviasi trakhea, ruang interkostal melebar,


Palpasi : Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau
melebar, Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat ,

Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit


Perkusi : Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani
dan tidak menggetar, Batas jantung terdorong ke arah toraks yang
sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi, Pada tingkat yang berat

terdapat gangguan respirasi/sianosis, gangguanvaskuler/syok.


Auskultasi : Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai
menghilang, Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta
bronkofoni negative (5,8).

Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rntgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rntgen
kasus pneumotoraks antara lain (11):
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadangkadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi
berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio
opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan
kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu
berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat,
spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan
ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah
paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks
ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi
keadaan sebagai berikut (5) :
Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam
pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal
ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati

11
PNEUMOTHORAK

hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di

mediastinum.
Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga
hitam dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan
kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang
tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan
bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah
leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat
yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah
udara yang terjebak cukup banyak maka dapat
mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke

daerah dada depan dan belakang.


Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,
maka akan tampak permukaan cairan sebagai garis datar
di atas diafragma Foto R pneumotoraks (PA), bagian
yang ditunjukkan dengan anak panah merupakan bagian
paru yang kolaps.

2. Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi


meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada
pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan
mortalitas sebesar 10%.
3. CT-scan thorax, CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan
antara emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara
dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara
pneumotoraks spontan primer dan sekunder.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Umum)
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan
kecenderungan

untuk

kambuh

lagi.

Pada

penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :


12
PNEUMOTHORAK

prinsipnya,

Primary Survey
Airway
Assessment :
perhatikan patensi airway
dengar suara napas
perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan
dinding dada
Management :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan
chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi

jalan napas
Observasi dan Pemberian O2
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan
rongga pleura telah menutup, maka udara yang berada
didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju
resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan
tambahan O2

(2)

. Observasi dilakukan dalam beberapa hari

dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2


hari. Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks

tertutup dan terbuka (8).


re-posisi kepala, pasang collar-neck
lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi.

Breathing
Assesment
Periksa frekwensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest
Circulation
Assesment
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oxymetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
13
PNEUMOTHORAK

Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines


Torakotomi emergency bila diperlukan
Operasi Eksplorasi vaskular emergency
Tindakan Bedah Emergency
1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vascular
2. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Spesifik)
a. Pneumotoraks Simpel
Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan
tekanan intra toraks yang progresif.
Ciri:
Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
Tidak ada mediastinal shift
PF: bunyi napas , hyperresonance (perkusi),
pengembangan dada
Penatalaksanaan: WSD
b. Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks

yang

disertai

peningkatan

tekanan intra toraks yang semakin lama semakin bertambah


(progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme
ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat
keluar).
Ciri:
Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga
terjadi : kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan
mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea , venous

return hipotensi & respiratory distress berat.


Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan

cepat, takipneu, hipotensi, JVP , asimetris statis & dinamis


Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro

Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II,
linea mid-klavikula)
2. WSD
14
PNEUMOTHORAK

c. Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada
sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks
dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan
udara luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound . Terjadi kolaps
total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan
mekanisme ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau
organ intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)
Penatalaksanaan WSD
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum
pleura ( rongga pleura).
Tujuan:
Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan

tekanan

negatif

rongga

tersebut

Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan


hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Indikasi Pemasangan WSD:
Hemotoraks, efusi pleura
Pneumotoraks ( > 25 % )
Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

15
PNEUMOTHORAK

Kontra Indikasi Pemasangan :


Infeksi pada tempat pemasangan
Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol (6,7,9)
Tindakan Dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada
kasuspneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan
inibertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan
membuathubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan cara :
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga
pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga
pleura akan berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar
melalui jarum tersebut (2,8).
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1. Dapat memakai infus set Jarum ditusukkan ke dinding dada
sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telah
dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol
yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak
gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada
di dalam botol (8).
2. Jarum abbocath Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri
dari gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan
pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke
rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula
ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa
infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air.
Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara
yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol (8).
3. Pipa water sealed drainage (WSD) Pipa khusus (toraks kateter)
steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan troakar
atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat
dilakukan melalui celah yang telah dibuatdengan bantuan insisi
kulit di sela iga ke-4 pada lineamid aksilaris atau pada linea
16
PNEUMOTHORAK

aksilaris posterior. Selainitu dapat pula melalui sela iga ke-2 di


garis midklavikula. Setelah troakar masuk, maka toraks kateter
segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar
dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di
rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di
dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik
lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya
berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung
udaradapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan
tersebut

(5,8)

. Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila

tekanan intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan


dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O,
dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah
mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah negative
kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan ujicoba
terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24
jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi
positif maka pipa belum bias dicabut. Pencabutan WSD
dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal
(2)

Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan
ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB
paru diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran
napas diberi antibiotik dan bronkodilator (8).
2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat .
3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah
dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi,
seperti emfisema (5).
4. Rehabilitasi (8) .
a. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus
dilakukan pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.
17
PNEUMOTHORAK

b. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk


atau bersin terlalu keras.
c. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif,
berilah laksan ringan.
d. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada
keluhan batuk, sesak napas.

BAB III
KESIMPULAN
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura
terisi oleh udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan
paru yang menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap
rongga dada saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering
mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri dada. Berdasarkan
penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun
traumatik.
Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan
sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatic dapat bersifat iatrogenik dan
18
PNEUMOTHORAK

non iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka pneumotoraks


dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil(tension).
Dalam

menentukan

diagnosa

pneumotoraks

seringkali

didasarkanpada hasil foto rntgen berupa gambaran translusen tanpa


adanyacorakan bronkovaskuler pada lapang paru yang terkena, disertai
adanyagaris putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil
rntgenjuga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui
luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.
Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa observasi dan
pemberian O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi.
Untuk pneumotoraks yang berat dapat dilakukan tindakan
pembedahan. Sedangkan untuk proses medikasi disesuaikan dengan
penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan
agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.


Jakarta : EGC; 1997. p. 598.
2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus,
Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1063.
3. Prabowo, A.Y.(2010, Desember 20). Water Seal Drainage Pada
Pneumothorax Post Trauma Dinding Thorax. Bagian Ilmu Penykit Dalam.
RSUD Panembahan Senopati Bantul; 2010. Diakses 22 Maret 2011.
http://www.fkumycase.net/.
4. Anonim, Medicastore. Kolaps Paru-Paru (Pneumothorax). Diakses 22
Maret 2011. http://www.medicastore.com

19
PNEUMOTHORAK

5. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Updated:


2010

May

27;

cited

2011

January

10.

http://emedicine.medscape.com/article/827551.
6. Srillian, Vera (2011). Pneumothorax. Diakses

Available
22

maret

from
2011.

http://ad.z5x.net/...,http://scribd.com/doc/48405598/pneumotorax,
7. Fajrin (2008, Agustus 23), Pneumothorax. Diakses 22 Maret 2011 dari The
Power

of

Muslim

Doctors

http://dokterkharisma.blogspot.com/2008/08/pneumothorax.html

:
Alsagaff,

Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :


Airlangga University Press; 2009. p. 162-179.
8. Anonim, Nefrology Ners (2010 November 3), Pneumothorax, Diakses 22
Maret 2011 dari Perhimpunan Perawat Ginjal Intensif Indonesia :
http://nefrologyners.wordpress.com/2010/11/03/pneumothorax-2/
9. Fahmi (2010, Februari 02). Kolaps Paru-Paru (Pneumothorax), Diakses 21
Maret

2011

Universitas

Negeri

Malang

http://forum.um.ac.id/...7ed4eed11a474&topic=9843.msg9932#msg9932
10. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka
Cendekia Press; 2007. p. 56.

20
PNEUMOTHORAK

You might also like