Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi (AKB) di Dunia tahun 2010 adalah sebesar 63/1000
kelahiran hidup. Imtiaz menyebutkan di dalam Jornal of Public Health and
Safety bahwa penyebab utama kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia
intrapartum sebesar 21%. Menurut World Health Organization (WHO) di
dunia setiap tahunnya 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia
neonatorum, dan hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal dunia.1
1
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32/1.000
kelahiran hidup, sedangkan di Provinsi Lampung angka kematian bayi
mencapai 30/1000 kelahiran hidup atau lebih rendah di bandingkan dengan
jumlah AKB di Dunia dan Indonesia. Data SDKI menunjukan kejadian
asfiksia neonatorum kurang lebih 40/1000 kelahiran hidup dan secara
keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia.2,3
Bayi dengan usia di bawah 28 hari yang meninggal jumlahnya mencapai
50 persen dari angka kasus kematian bayi secara keseluruhan dan umumnya
disebabkan karena kesulitan bernapas saat lahir (asfiksia), infeksi, dan
komplikasi lahir dini serta berat badan lahir rendah.5
Bayi dengan asfiksia dapat mengganggu fungsi organ tubuhnya.
Keadaan hipoksia dan iskemia yang terjadi akibat asfiksia akan menimbulkan
gangguan pada berbagai fungsi organ. Proses terjadinya gangguan
bergantung pada berat dan lamanya hipoksia terjadi dan berkaitan dengan
proses reoksigenisasi jaringan setelah proses hipoksia tersebut berlangsung.5
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kejadian
asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi asfiksia neonatorum pada bayi
baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Tahun Provinsi Lampung 2013
b. Untuk mengetahui hubungan umur kehamilan dengan asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013
c. Untuk mengetahui hubungan lama persalinan dengan asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013
d. Untuk mengetahui hubungan ketuban pecah dini dengan asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013
e. Untuk mengetahui hubungan preeklamsi dan eklamsi dengan asfiksia
neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013
4. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui dengan jelas mengenai faktor-faktor yang dapat
berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir.
Sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
faktor-faktor
apa
sajakah
yang
menyebabkan
asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2
Klasifikasi Asfiksia
0
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
Refleks
Tidak ada
Warna kulit
Biru/pucat
Skor APGAR
1
2
< 100 x/menit
> 100 x/menit
7
Menangis kuat
Gerakan aktif
Gerakan
kuat/melawan
Seluruh tubuh
kemerahan
menyebabkan
insufisiensi
plasenta
sehingga
dapat
Perdarahan
antepartum
merupakan
perdarahan
pada
10
bius/kokain.
Faktor
predisposisi
lain:
infeksi
akan
menambah
saluran
kemih,
11
otak
yang
imatur
sehingga
kurang
darah
yang
kurang,
makin
rentan
terhadap
kehilangan darah.
h) Jaringan imatur, yang mudah rusak akibat kekurangan
oksigen.
2) Persalinan post term adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih (>249 hari),
istilah lainnya yaitu serotinus. Menentukan kehamilan post
term dengan menggunakan rumus Neagle dihitung dari HPHT dan
berdasarkan taksiran persalinan (280 hari atau 40 minggu) dari
12
HPHT. Pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan
melebihi 42 minggu kejadian asfiksia bisa disebabkan oleh fungsi
plasenta yang tidak maksimal lagi akibat proses penuaan
mengakibatkan transportasi oksigen dari ibu ke janin terganggu.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu
dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini
dapat dibuktikan dengan menurunya kadar estriol dan plasental
laktogen.10
2.3.2 Faktor plasenta
Plasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu
dalm bentuk O2, asam amino, vitamin, mineral dan zat lain dan
membuang sisa metabolisme janin dan O2. Pertukaran gas antara ibu
dan janin dipengaruhi oleh luas kondisi plasenta. Gangguan pertukaran
gas di plasenta yang akan menyebabkan asfiksia janin. Fungsi plasenta
akan berkurang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan O2 dan
menutrisi metabolisme janin. Asfiksia janin terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta.Kemampuan untuk transportasi O2
dan membuang CO2 tidak cukup sehingga metabolisme janin berubah
menjadi anaerob dan akhirnya asidosis dan PH darah turun. Dapat
terjadi pada bentuk: lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali
pusat.6
13
a. Bayi Prematur
Kriteria untuk bayi prematur adalah yang lahir sebelum 37 minggu
dengan berat lahir dibawah 2500 gram. Bayi lahir kurang bulan
mempunyai organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal
untuk bertahan hidup diluar rahim. Makin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga
semakin buruk. Karena masih belum berfungsinya organ-organ tubuh
secara sempurna seperti sistem pernafasan maka terjadilah asfiksia.9
b. BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah
satu akibat tidak tumbuh sempurnanya pertumbuhan
janin intrauterin. BBLR adalah bayi yang mempunyai
berat lahir < 2.500 gram. BBLR mempunyai resiko
mortalitas yang tinggi maupun kecenderungan untuk
menderita penyakit seperti infeksi saluran pernafasan,
diare,
respon
imunitas
yang
rendah,
dan
14
sungsang
(total
breech
extraction),
janin
janin
berkurang
dan
penurunan
oksigenasi
dapat
15
16
paru
karena
konstriksi
pembuluh
darah
janin,
17
Arteri
dan
menurunkan
vena
umbilikalis
tahanan
pada
akan
menutup
sirkulasi
sehingga
plasenta
dan
pada
duktus
arteriosus
menurun.
Oksigen
yang
baru
lahir.
Pada
kebanyakan
keadaan,
udara
18
mendorong
cairan
dari
jalan
napasnya.
Oksigen
dan
peningkatan
tekanan
darah
(hipotensi
di
paru-paru
tetap
konstriksi
sehingga
terjadi
19
atau
oksigen
(Persisten
Pulmonary
Hypertension
Newborn).10
c. Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi
normal
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup
udara ke dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan
paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di paru
sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan
menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu
maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap
terisi cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak
mendapat oksigen. Pada saat pasokan oksigen berkurang,
akan terjadi konstriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal,
otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan
otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan
pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan
menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun
demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka
terjadi
kegagalan
fungsi
miokardium
dan
kegagalan
akibat
dari
kekurangan
perfusi
oksigen
dan
20
Keadaan
bayi
yang
membahayakan
akan
21
22
1) Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh
penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel
jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan
untuk menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir dengan:
a) Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
23
24
25
Dampak atau komplikasi dari asfiksia berat pada organ atau sistem
adalah sebagai akibat dari vasokontriksi setempat untuk mengurangi aliran
darah ke organ yang kurang vital seperti saluran cerna, ginjal, otot, dan kulit
agar penggunaan oksigen berkurang, dan aliran darah untuk organ vital seperti
otak dan jantung meningkat. Organ atau sistem yang dapat mengalami
kerusakan adalah sebagai berikut:4
a. Sistem Susunan Saraf Pusat
Pada keadaan hipoksia aliran darah ke otak dan jantung
lebih dipertahankan dari pada ke organ tubuh lainnya,
namun
terjadi
perubahan
hemodinamik
di
otak
dan
kerusakan
sel
otak.
Penelitian
Yu,
26
berkaitan
sebagai
penyebab
perdarahan
terjadi
peninggian
menimbulkan
aliran
darah
vasodilatasi
serebral.
serebral
Keadaan
dan
tersebut
kapiler
di
daerah
matriks
germinal
yang
perdarahan
yang
akan
memperberat
keadaan
27
sistem
urogenital,
hipoksia
bayi
dapat
28
Faktor Ibu
Faktor Plasenta
Faktor Persalinan
Waktu persalinan terjadi
pengurangan aliran oksigen
ke plasenta sebagai akibat
kontraksi dinding uterus
sehingga kekurangan
oksigen yang sudah terjadi
akan bertambah berat
Insufisiensi
uteroplasent
a
Aspirasi
Hipoksia
Mekonium
Janin
29
Atelektasis
Paru
Kolaps
Hipoksia
Asfiksia
Neonatorum
m
30
Asfiksia
2.12
Hipotesis
a. Ada hubungan umur kehamilan dengan asfiksia neonatorum pada bayi
baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013.
b. Ada hubungan lama persalinan dengan asfiksia neonatorum pada bayi
baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013.
c. Ada hubungan ketuban pecah dini dengan asfiksia neonatorum pada
bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013.
d. Ada hubungan preeklamsi dan eklamsi dengan asfiksia neonatorum
pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung Tahun 2013.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
32
N
1+N (d2)
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
30
33
n=
1472
1 + 1472 (0,05)2
Kriteria Inklusi:
a Semua bayi baru lahir di rumah sakit umum daerah pringsewu
kabupaten pringsewu provinsi lampung pada bulan januari
b
desember 2013
Bayi dengan asfiksia neonatorum di rumah sakit umum daerah
pringsewu kabupaten pringsewu provinsi lampung pada bulan
34
Variabel
Definisi Operasional
Cara
Ukur
Observasi
rekam
medis
Alat
Ukur
Lembar
Check
list
Asfiksia
Neonatorum
Usia
Kehamilan
Observasi
rekam
medis
Lembar
Check
list
Lama
Persalinan
Observasi
rekam
medis
Ketuban
Pecah Dini
Observasi
rekam
medis
Hasil Ukur
Skala
1. Asfiksia (jika
APGAR
SKORE < 7)
0. Tidak Asfiksia
(jika APGAR
SKORE 10)
1. Normal
0. Prematur
Nominal
Lembar
Check
list
1. Normal
0. Persalinan lama
Nominal
Lembar
Check
list
1. KPD
0. Tidak KPD
Nominal
Nominal
35
Preeklamsi
dan Eklamsi
Preeklampsia merupakan
timbulnya hipertensi
(>160/110 mmHg) disertai
proteinuria (>5 g dalam
spoesimen urin 24 jam atau
+3) dan edema akibat
kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan
Eklampsia merupakan
preeklamsi yang disertai
dengan kejang dan atau
koma yang timbul bukan
akibat kelainan neurologi
Observasi
rekam
medis
Lembar
Check
list
1. Preeklamsi dan
Eklamsi
0. Tidak
Preeklamsi dan
Eklamsi
Nominal
Pendarahan
Antepartum
Perdarahan antepartum
merupakan perdarahan pada
kehamilan diatas 22 minggu
hingga menjelang persalinan
yaitu sebelum bayi
dilahirkan
Observasi
rekam
medis
Lembar
Check
list
1. Pendarahan
Antepartum
0. Tidak
Pendarahan
Antepartum
Nominal
Berat Bayi
Lahir
Rendah
Observasi
rekam
medis
Lembar
Check
list
1. BBLR
0. Tidak BBLR
Nominal
Infeksi Berat
Pada
Gravidarum
Observasi
rekam
medis
Lembar
Check
list
1. Infeksi
0. Tidak Infeksi
Nominal
Persalinan
Sulit
(Distosia)
Observasi
rekam
medis
Lembar
Check
list
1. Persalinan Sulit
0. Persalinan
Normal
Nominal
36
Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan
editing
dengan
cara
memeriksa
kelengkapan,
kesalahan
pengisian.17
3.7.2
Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik pada data
yang terdiri atas beberapa kategori. 17
3.7.3
Entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer.17
3.7.4
yang
telah
di
entry
diperiksa
kelengkapan
dan
kebenarannya.17
37
baik
mendapatkan
variabel
gambaran
bebas
maupun
jawaban
variabel
responden,
terikat,
dan
untuk
menjelaskan