You are on page 1of 12

SEPTUM DEVIASI

Oleh : Simon Sani Kleden


A. Pengertian
Dikatakan septum deviasi jika terdapat penyimpangan dari media spenoidalis oleh
adanya perubahan struktur mukosa tulang rawan
Septum deviasi dikatan juga hidung bengkok karena adanya penyimpangan garis
tengah disertai obstruksi Nasi yang belum tahu penyebabnya.
B. Etiologi Dan Faktor Penyebab
1. Trauma baik langsung maupun tidak langsung
Trauma langsung bila terjadi cidera pada wajah ( hidung), sedangkan trauma tidak
langsung yang biasa terjadi pada saat bayi yaitu mukosa tulang rawan palatum yang
tidak terdeteksi dini.
2. Patologi
Terjadi pertumbuhan dan perubahan struktur mukosa tulang rawan palatum.
C. Anatomi dan Fisiologi
Hidung berbentuk piramide, kira kita 2/5 bagian atas terdiri dari tulang dan 3/5
bagioan bawahnya terdiri dari tulang rawan, ujung atasnya yang sempit bertemu dengan
dahi diglabela dan disebut radiksnasi atau pangkal hidung. Pangkal hidung dan sudut
bebas diujung bawahnya disebut puncak hidung atau apeks nasi., dipisahkan satu dengan
yang lainnya oleh sekat tulang rawan kulit yang disebut kolumela. Permukaan lateral
hidung membentuk dorsum pada pertemua digaris tengah, permukaan lateral berakhir
membulat dibawah membentuk alanasi.
Bagian tulang terdiri daru dua tulang Nasal yang dibatasi oleh procecus nasalis os
frontal diatas, procecus nasalis ofs maxila di lateral dan lamina perdikuloris os ethmoid
dan septum dibawahnya.
Bagian tulang rawan terdiri dari terdiri dari dua kartilago lateralis superior, yang
bentuknya mirip segi tiga dan bersatu dengan septum digaris tengah tepi atasnya bertemu
dengan permukaan bawah os nasal dan procecus frontal os maxilla perlektannya di
tunjang oleh adanya jaringa ikat.

Bagian bawah tulang rawan terdiri dari dua kartilago lateralis inferior yang bentuknya
bervariasi dan kurang lebih membingkai nares dan membentuk kala nasi.
Septum mempunyai unsur tulang dan tulang rawan. Kartilago adalah sekeping tulang
rawan tunggal yang berbentuk kuadrilateral, merupakan bagian anterior septum.
D. Pathofisiologi
Trauma yang terus menerus pada tulang rawan hidung secara langsung ataupun tidak
langsung menyebabkan perubahan dan pertumbuhan struktur mukosa tulang rawan
sehingga drainage dar sekret terganggu dan hal inilah yang membuat hidung bebrau dan
dirasa buntu.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengumpulan Data.
1. Ciri Ciri Umum (berisi identitas pasien).
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama
Tidak dapat bernafas melalui hidung, ada sesuatu yang mengganjal.
b. Riwayat Penyakit sekarang.
Adanya keluhan tidak dapat bernafas melalui hidung, hidung terasa nyeri, tidak
dapat makan karena takut tersedak.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pilek terus menerus, biasanya lebih dari satu tahun dan tidak ada perubahan
meskipun diberi obat.
3. Pemeriksaan Fisik
Hidung : Ada luka operasi, terdapat tampon + 1,5 mm yang tampak dari luar,
pernapasan pindah ke mulut.
4. Pemeriksaan Penunjang.
a. Radiologi
Foto waters adanya kelainan tulang hidung
Pemeriksaan laboratorium meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis.

b. Penatalasanaan medis.
Konservatif (Obat dekongestan)
Operatif
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Pola Nafas Sehubungan dengan Tampon Pada Hidung
2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka operasi.
3. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan intake
yang kurang
C. Perencanaan
1. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung
Tujuan : Perubahan pola nafas teratasi dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-

Tampon di lepas

Klien dapat ber5nafas melalui hidung.

Intervensi :
-

jelaskan tentang perubahan pola nafas dan bernafas melalui mulut.

Anjurkan klien untuk tidur duduk (semi fowler) dan nafas melalui mulut.

Beri tindakan perawatan untuk :

Oral hygiene

Rawat luka dengan BWC dan H2O2 dan xylocain/LA

Nebulizer tanpa obat.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian kalmethason dan


bronchodilator.

Monitor vital sign.

Rasional:
-

Klien / keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola nafas.

Membuat paru mengembang dengan baik.

Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi.

Fungsi interdependent untuk mengencerkan sekret dan melonggarkan pernafasan.

Mengetahui kelainan dini.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi


Tujuan : nyeri berkurang dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-

klien bisa tidur

klien merasa tenang, T 110/80 mmHg, N 88 x/menit.

Intervensi :
-

Kaji faktor faktor yang mempengaruhi nyeri, misal takut / posisi yang salah.

Kaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.

Anjurkan klien untuk menggunakan teknik :distraksi, relaksasi progresif, cutaneus


stimulation.

Monitor vital sign.

Rasional :
-

Ketakutan / posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.

Menentukan tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan nyeri.

Mengurangi nyeri

Mengetahui kelainan dini terhadap respon nyeri

3. Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang


Tujuan : pemenuhan nutrisi teratasi dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil :
-

Klien mau menghabiskan makanannya.

BB dalam batas normal, turgor baik.

Intervensi :
-

jelaskan pada klien untuk boleh dan tetap makan secara hati hati dan sedikit
sedikit.

Monitor makan tiap hari.

Beri diet halus dan lunak.

Kontrol berat badan tiap 2 hari.

Rasional :
-

Klien tetap mau makan tanpa takut tersedak.

Mengetahui seberapa banyak makanan yang masuk.

Memudahkan pencernaan dan mencegah perdarahan

Perkembangan asupan yang adekuat.

D. Pelaksanaan
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan dengan tujuan agar terpenuhnya kebutuhan klien secara optimal.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan dalam
perencanaan

LAPORAN KASUS DI RUANG THT


PENGKAJIAN
a. Ciri ciri Umum
Klien adalah kariawan swasta PT.Asahi Mas, dan berumur 37 tahun, beragama islam,
belum menikah, suku jawa, beralamatkan di balong bendo RT 14, RW II, dengan
diagnosa medis Septum Deviasi dan MRS tanggal 27 April - 2001 Reg. 210199.
b. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan tidak dapat bernafas lewat hidung
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk rumah sakit tanggal 27 April 2001dengan keluhan : Hidung
buntu, sukar bernafas, Pilek, Pusing, dan sebelumnya klien datang ke poli THT
dan oleh dokter yang merawat hanya di beri obat dan untuk selanjutnya klien
harus operasi.
Tanggal 20 April 2001 jam 16.00 klien di operasi, klien mengeluh tidak bisa
bernafas melalui hidung dan hidung terasa nyeri.
3. Riwayat penyakit dahulu
+ 6 bulan klien sering polek, dari orang tua klien sewaktu kecil di pukul
temannya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dari keluarga hanya klien yang menderita Septum Deviasi dan dari keluarga
tidak ada yang menderita penyakit keturunan (misal : DM).
5. Kebutuhan sehari hari:
-

Nutrisi
Makan 3x/hari di rumah, di sukai yang pedas pedas. Di RS klien hanya
makan 2 sendok bubur halus, di rumah minumnya + 1 liter/hari air putih,
di RS klien hanya minum teh persendok 1 gelas dan aqua 1 liter.

Eliminasi

BAK : 6 7 x/ hari, sehari sebelum operasi klien tidak bisa tidur karena
sakit pada hidungnya. Tanggal 20 April 2001 jam 17.00 : Klien tampak
lemah, pada lengan kiri terpasang infus RL 28 tetes/ menit, T 11/80
mmHg, suhu 37,2oc, RR 28 x/menit, n 92 x/menit, pada hidung terdapat
tampon + 1,5 meter, klien bernafas melalui mulut.
c. Pemeriksaan Fisik
Kepala

: rambut hitam, tidak ada cacat pada kulit kepala.

Mata

: simetris, tidak ada tanda anemis, sklera tidak icterus.

Hidung:

: Ada luka operasi, terdapat tanpon + 1,5 m yang tampak


dari luar, pernafasan pindah ke mulut.

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar thiroid ekstrimitas atas atau


bawah ; tidak ada fraktur, kontraktur tidak ada.

ANALISA DAN SINTESA DATA


Setelah di lakukan pengumpulan data, kemudian di kelompokan dan dilakukan analisa
data maka di dapatkan data sebagai berikut :
1. Kelompok Data I
Data subyektif :
Klien mengatakan tidak bisa bernafas seperti biasa, klien mengatakan ada sesuatu
yang mengganjal pada hidungnya.
Data Obyektif :
Klien benafas melalui mulut, ada pita tampon + 1,5 m pada hidung, mulut berbau
tidak enak.
Masalah : Perubahan pola nafas.
Kemungkinan penyebab : tampon adalah benda asing yang menyumbat jalan nafas
sehinga proses nafas terganggu.
2. Kelompok Data II
Data Subyektif :
Klien mengatakan tidak tidur semalaman, klien mengatakan hidung terasa sakit.
Data Obyektif :

Klien menyeringai kesakitan, klien memegangi hidung yang sakit, T 120/90 mmHg,
N 100 x/menit, RR 28 x/menit, suhu 37,2 oc.
Masalah : nyaman (nyeri)
Kemungkinan penyebab : luka operasi
Rasional : terpotongnya jaringan (kontinuitas dari tulang hidung)
3. Kelompok data III
Data Subyektif :
Klien mengatakan hanya makan 2 sendok. Klien mengatakan takut tersedak.
Data Obyektif :
Porsi makan yang tersedia hanya di makan 2 sendok, keadaan umum lemah, turgor
dalam batas normal, tidak terjadi penurunan BB.
Masalah : Potensial gangguan pemenuhan nutrisi.
Kemungkinan penyebab : adanya tampo hidung yang merupakan benda asing yang
menyebabkan reflek menelan dan bernafas bersamaan, menyebabkan klien takut
tersedak dan tidak mau makan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari analisa data di atas maka dapat dirumuskan beberapa diag nosa keperawatan sebagai
berikut :
d. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung.
e. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi.
f. Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang.
PERENCANAAN
Langkah awal dari perencanaan adalah menentukan pri oritas masalah keperawatan.
Adapun diag nosa keperawatan yang sesuai dengan urutan prioritas adalah :
1. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung
Tujuan : Perubahan pola nafas teratasi dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-

Tampon di lepas

Klien dapat ber5nafas melalui hidung.

Intervensi :
-

jelaskan tentang perubahan pola nafas dan bernafas melalui mulut.

Anjurkan klien untuk tidur duduk (semi fowler) dan nafas melalui
mulut.

Beri tindakan perawatan untuk :

Oral hygiene

Rawat luka dengan BWC dan H2O2 dan xylocain/LA

Nebulizer tanpa obat.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian kalmethason dan


bronchodilator.

Monitor vital sign.

Rasional:
-

Klien / keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola nafas.

Membuat paru mengembang dengan baik.

Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi.

Fungsi interdependent untuk mengencerkan sekret dan melonggarkan


pernafasan.

Mengetahui kelainan dini.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi


Tujuan : nyeri berkurang dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-

klien bisa tidur

klien merasa tenang, T 110/80 mmHg, N 88 x/menit.

Intervensi :
-

Kaji faktor faktor yang mempengaruhi nyeri, misal takut / posisi yang
salah.

Kaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.

Anjurkan klien untuk menggunakan teknik :distraksi, relaksasi progresif,


cutaneus stimulation.

Monitor vital sign.

Rasional :
-

Ketakutan / posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.

Menentukan tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan nyeri.

Mengurangi nyeri

Mengetahui kelainan dini terhadap respon nyeri

3. Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang


Tujuan : pemenuhan nutrisi teratasi dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil :
-

Klien mau menghabiskan makanannya.

BB dalam batas normal, turgor baik.

Intervensi :
-

jelaskan pada klien untuk boleh dan tetap makan secara hati hati dan
sedikit sedikit.

Monitor makan tiap hari.

Beri diet halus dan lunak.

Kontrol berat badan tiap 2 hari.

Rasional :
-

Klien tetap mau makan tanpa takut tersedak.

Mengetahui seberapa banyak makanan yang masuk.

Memudahkan pencernaan dan mencegah perdarahan

Perkembangan asupan yang adekuat.

PENATALAKSANAAN
a. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung
Pelaksanaan :

Memberi penjelasan terjadinya perubahan pola nafas.

Menganjurkan tindakan perawatan oral hygiene,rawat luka dengan


BWC + H2O2 + xylocain spray (LA), nebulizer.

Melaksanakan hasil kolaborasi untuk pemberian kalmethason dan


bronchoidilator.

b.

Memonitor vital sign tiap 2 jam.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi


Pelaksanaan :
-

Mengkaji faktor faktor yang mempengarui nyeri misal takut atau posisi
salah.

Mengkaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.

Menganjurkan klien untuk mengatasi nyeri dengan teknik :

Relaksasi progresif : menarik


nafas panjang sambil berdzikir.

Distraksi

melihat

obyek/gambar

Cutaneus

stimulation

Massage di daerah sakit, kompres dingin.

c.

Melaksanakan hasil kolaborasi untuk pemberian analgesic : novalgin 3 x 1

Memonitor vital sign tiap 2 jam.

potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang


Pelaksanaan :
1. Menjelaskan kepada klien untuk boleh dan tetap makan secara hati hati
dan sedikit sedikit.
2. Memonitor makan tiap hari kalau perlu tunggui waktu makan.
3. Beri diet halus dan lunak.
4. Kontrol BB tiap 2 hari.

EVALUASI
a. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung
S : klien mengatakan bisa bernafas melalui hidung, klien mengatakan tampon
telah di lepas tadi pagi.
O : klien bernafas melalui hidung, tampon di lepas.

A : masalah teratsi
P : Intervensi no. 3,4,5 di teruskan.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi
S : klien mengatakan sudah dapat tidur, tapi sakit sedikit berkurang.
O : klien tenang dan mulai dapat adaptasi dengan respon nyeri.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi no.1,2,3,4 di teruskan.
c. Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang
S : klien mengatakan sudah dapat makan, klien mengatakan makan sedikit
sedikit.
O : porsi makan yang di sediakan sudah di habiskan.
A : masalah teratasi.
P : Intervensi no. 1,2,3,4 di teruskan.

You might also like