Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Yuliana Sandra Prastiwi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Berkat rahmat dan limpahannya, Penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Kimia Klinik tentang Sperma.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber
pemikiran kepada pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
kami terima dengan senang hati guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk penyusun maupun pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1
Pengertian Sperma....................................................................................................2
2.2
Komposisi Sperma.....................................................................................................2
2.3
Plasma Semen............................................................................................................3
3.2
3.3
Wadah Penampung...................................................................................................7
3.4
3.5
Waktu Pemeriksaan..................................................................................................7
Pemeriksaan Sperma.................................................................................................9
4.2
Pemeriksaan Makroskopis........................................................................................9
4.3
Pemeriksaan Mikroskopis.......................................................................................11
4.4
Pemeriksaan Kimia.................................................................................................22
BAB V PENUTUP..................................................................................................................24
5.1
Kesimpulan..............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mani atau semen (sperma) ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa cairan kental
dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa.
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui tingkat
kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi kesan,
akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh keturunan. Sudah jelas bagi kita semua
bahwa seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau dengan kata lain steril
sulit baginya untuk memperoleh keturunan, demikian juga sebaliknya. Oleh karena hal
tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya untuk
mengetahui tingkat kesuburannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sperma
Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki. Sel ini mempunyai
ukuran panjang keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian
kepala, bagian tengah (leher) dan ekor. Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5 mikrometer,
lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang dan lebar yaitu 1.50 - 1.75.
Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis, sedangkan cairan seminal diproduksi
oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran reproduksi pria, yaitu kelenjar vesikula
seminalis, prostat, kelenjar bulbo urethralis (Cowpers) dan kelenjar urethra (Littres),
(Anonim, 2009).
2.2 Komposisi Sperma
Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi
mengalami pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi
spermatogonium, spermatosit primer dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi
spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua
bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor (Anonim, 2009).
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagellata).
Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom
yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisanlapisan sel telur pada
waktu fertilisasi. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan
ATP sebagai sumber energi untuk pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai alat
gerak (Anonim, 2009).
1. Kepala
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5 mikron,
diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi
bahan-bahan sifat penurunan ayah. Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian
ujung kepala atau pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu
struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan
mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase, proakrosin,
akrosin, esterase, asam hidrolase dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang
semuanya penting untuk penembusan ovum (sel telur) pada proses fertilisasi
(Anonim, 2009).
Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh membran
akrosom yang terdiri dari dua lapis, yaitu membran akrosom dalam (inner acrosomal
membran) dan membran akrosom luar (outer acrosomal membran). Secara molekuler
susunan kedua membran akrosom ini sangat berbeda, membran akrosom luar bersatu
dengan plasma membran (membran spermatozoa) pada waktu terjadinya reaksi
akrosom sedang membran akrosom dalam menghilang. Bagian ekuatorial akrosom
merupakan bagian penting pada spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada
2
akrosom ini yang mengawali penggabungan dengan membran oosit pada proses
fertilisasi berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa
(Anonim, 2009).
2. Ekor
Ekor dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Bagian tengah (midpiece)
b. Bagian utama (principle piece)
c. Bagian ujung (endpiece).
Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter yang makin ke ujung
makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung 0,1 mikron. Panjang bagian tengah: 5-7
mikron, tebal 1 mikron; bagian utama panjang 45 mikron, tebal 0,5 mikron dan
bagian ujung panjang 4-5 mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan
dengan mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop electron (Anonim, 2009).
Mitokondria sebagai pembangkit energi pada spermatozoa. Principle piece dibungkus
oleh sarung fibrous (fibrous sheath) yang perbatasannya disebut anulus. Sarung
fibrous bentuknya terdiri dari kolom ventral dan dorsal yang masing-masing melalui
rusuk-rusuk. Ke arah sentral ada semacam tonjolan yang memegangi cincin nomor 3,
8 dari aksonema. Keduanya (tahanan rusuk dan pegangan cincin aksonema)
memberikan gerak tertentu (Anonim, 2009).
Spermatozoa
Sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan ekor, panjang 50 , kepala
berbentuk oval (lonjong), berisi nukleus, lebar 2,5-3,5 dan panjang 4-5 .
Akrosom adalah suatu massa yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa yang
merupakan struktur berupa selubung yang menutupi 2/3 daerah kepala
spermatozoa. Mengandung enzim-enzim : akrosin, hyaluronidase, CPE (corona
penetrating enzyme). Akrosin adalah enzim proteolitik untuk menembus zona
pellusida, hyaluronidase untuk menembus cumulus ooforus dan CPE untuk
menembus corona radiata.
Spermatozoa Abnormal
Terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang infertil. Terjadi karena
gangguan pada waktu spermatogenesis dan spermiogenesis. Sebab-sebab : faktor
hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, penyakit.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml. lendir
mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa yang berasal
dari epididimis. Volume 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali spermatozoa
(yang non motil). Volume 0,5 ml.
Kandungan zat kimia semen
1. Fruktosa
a. Dihasilkan oleh vesicula seminalis.
b. Berada dalam plasma semen
c. Sumber energi bagi motiitas spematozoa
d. 1,5-7,0 mg/ml.
2. Asam sitrat
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
b. Menjaga keseimbangan osmotik semen
c. Bila zat ni tidak ditemukan dalam semen berarti ada kelainan pada kelenjar prostat.
d. Mencegah terjadinya kalkuli konkresi prostat dengan cara mengikat ion Ca.
3. Spermin
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
b. Menyebabkan bau yang khas pada semen seperti bau bunga akasia
c. Suatu bakteriostatik.
4. Seminin
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
b. Mengencerkan lendir servix.
5. Enzim Phosphatase Asam, Glukoronidase, Lisozim dan Amilase
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat.
b. Memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh demi
kelangsungan hidup spermatozoa.
6. Prostaglandin
a. Dihasilkan oleh kelenjar vesicula seminalis dan kelenjar prostat.
b. Merangsang kontraksi otot polos saluran genitalia wanita sewaktu ejakulasi dan
untuk vasodilatasi pembuluh darah.
c. Melancarkan spermatozoa saat bermigrasi dari vagina ke tuba fallopi dengan
mengurangi gerakan uterus.
7. Na, K, Zn, Mg
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat dan vesicula seminalis
b. Memelihara pH plasma semen agar tetap pada pH normal 7,2-7,8.
BAB III
PERSIAPAN DAN SAMPLING
3.1 Persiapan dan Persyaratan
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan
pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari
(3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup
untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik. Tetapi untuk baiknya pasien
diminta supaya tidak mengadakan kegiatan seksual selama 3-5 hari. Pengeluaran ejakulat
sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum melakukan aktifitas, sedekat mungkin sebelum
pemeriksaan laboratorium.
3.2 Cara memperoleh Sperma
Banyak penderita tidak mengerti bagaimana cara memeriksakan sperma. Kita harus
maklum, bahwa pemeriksaan sperma lain dengan pemeriksaan kencing atau tinja, karena
bahan-bahan yang terakhir itu dengan wajar dapat dikeluarkan oleh penderita. Tetapi
masalah memperoleh sperma yang akan diperiksa merupakan persoalan tersendiri untuk
penderita. Hal ini dapat dimengerti, sebab tidak pada setiap kesempatan seseorang dapat
mengeluarkan sperma. Adapun cara-cara yang digunakan untuk memperoleh sampel
sperma yaitu dengan :
1. Masturbasi
Merupakan suatu metode pengeluaran sperma yang paling dianjurkan. Tindakan ini
berupa menggosok kemaluan lelaki (penis) berulang-ulang, sampai terjadi ketegangan
dan pada klimaks akan keluar sperma. Sebelum melakukan masturbasi hendaknya
penis dicuci dahulu agar tidak tercemar oleh kotoran. Untuk mempermudah
masturbasi kadang-kadang dalam menggosok penis diberi pelicin misalnya sabun,
krim atau jelly. Tetapi saat dipakai jangan sampai mencapai lubang keluarnya sperma.
Kebaikan dari cara ini, di samping menghindari kemungkinan tumpah ketika
menampung sperma, juga pencemaran sperma dari zat-zat yang tak diinginkan dapat
dihindari. Tempat penampungan sperma sebaiknya dari botol kaca yang bersih, kering
dan bermulut lebar atau boleh dengan tempat lain dengan syarat tidak spermatotoksik.
2. Coitus Interuptus
Cara ini dilakukan dengan menyela atau menghentikan hubungan saat akan keluar
sperma. Walaupun cara ini banyak dilakukan untuk memperoleh sampel sperma untuk
diperiksa, namun cara ini kurang baik karena hasilnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan, lebih-lebih bila hasil pemeriksaannya mendapatkan hasil
dimana jumlah spermatozoanya di bawah kriteria normal (oligosperma). Tetapi cara
ini kelemahannya dikhawatirkan sebagian telah tertumpah ke dalam vagina sehingga
tidak sesuai lagi untuk pemeriksaan. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sperma
yang dikeluarkan pada waktu ejakulasi terbagi menjadi beberapa tahap, paling sedikit
dua tahap. Tahap pertama adalah merupakan ejakulat yang mengandung spermatozoa
yang terbanyak, sedangkan tahap yang kedua hanya mengandung spermatozoa sedikit
saja atau bahkan sering tidak dijumpai spermatozoa, tetapi mengandung porsi fruktosa
yang terbanyak. Dalam pengendalian orgasme sewaktu melakukan interuptus tidak
menjamin bahwa sebagian besar atau sebagian kecil terlanjur dikeluarkan di vagina
5
dibawah 20OC atau dipanaskan diatas 40OC, oleh karena kedua hal ini dapat
mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.
Hal - Hal Lain
Hal lain yang perlu diutarakan pada pasien adalah pada waktu abstinensia janganlah
minum obat - obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum atau
semacamnya. Hal ini diperlukan agar benar-benar sperma yang diperiksa tidak
dipengaruhi oleh obat obatan. Kalau perlu dicatat obat yang dimakan dalam 1-2
minggu sebelum analisis dilakukan.
BAB IV
METODE PEMERIKSAAN
4.1 Pemeriksaan Sperma
Parameter sperma dapat berupa parameter sperma dasar serta parameter biokimia
sperma. Dalam pemeriksaan rutin atau pemeriksaan dasar, yang dilakukan adalah
mengukur parameter yang diperlukan sebagai dasar umum untuk mendiagnosis keadaan
andrologis, serta yang mudah dilakukan dengan tidak memakai alat-alat serta
pengetahuan yang lebih rumit.
Berikut parameter pemeriksaan sperma meliputi :
A. Pemeriksaan Makroskopis
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma
B. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)
C. Pemeriksaan Kimiawi dan Enzim
1. Kadar Fruktosa
2. Acid Phospatase/ACP (khusus)
4.2 Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis memperhatikan volume, warna kekeruhan dan kentalnya
mani, selain itu biasanya pH juga diperiksa. Mengukur volume dilakukan dengan
memindahkan ejakulat kedalam gelas ukur 5 atau 10 ml sesuai dengan keadaan yang
dihadapi.
1. Likuefaksi (pencairan)
Sperma yang baru saja dikeluarkan selalu menunjukkan adanya gumpalan diantara
lendir putih yang cair. Liquefaction ini terjadi karena daya kerja dari enzim-enzim
yang diproduksi oleh kelenjar prostat antara lain enzim seminin. Untuk sperma yang
normal gumpalan ini akan mencair setelah waktu 15-20 menit.
Makna Klinis :
Jika liquefaction melebihi dari waktu 20 menit atau lebih lama lagi berarti terjadi
gangguan pada kelenjar prostat dan defisiensi enzim seminin.
2. Pemeriksaan Viscositas (Kepekatan)
8
Setelah terjadi likuefaksi, biasanya cairan sperma menjadi homogen, tetapi tetap
menunjukkan suatu sifat kepekatan. Untuk mengukur suatu viscositas dari sperma
yang termudah dengan jalan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang
pengaduk, kemudian ditarik, maka akan terjadi benang yang panjangnya antara 3-5
cm. makin panjang benang yang terjadi, maka makin tinggi viscositasnya.
Pengukuran viscositas seperti tersebut diatas sifatnya sangat subyektif dan tergantung
dari keterampilan si pemeriksa. Ada suatu cara yang lebih tepat untuk mengukur
suatu viscositas dengan mempergunakan suatu pipet standar yang disebut Pipet
Elliasson. Pipet ini mempunyai volume 0, 1 ml.
Prosedur Kerja :
Sperma diisap dengan pipet Elliason sampai menunjukkan volume 0,1 ml.
Kemudian tekanan dilepaskan.
Tetesan pertama diukur dengan stopwatch.
Normal : 1-2 detik
Catatan :
Baik liquefaction maupun viscositas tergantung dari daya kerja enzim-enzim
kelenjar prostat. Perlu ditekankan bahwa viscositas sangat erat hubungannya dengan
motilitas spermatozoa, artinya viscositas yang tinggi sering disertai dengan motilitas
yang rendah.
Makna klinis :
Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari
prostat kurang berfungsi.
Jika terlalu encer (panjang benang 8 maka radang akut pada kelenjar genitalia
tambahan atau epiddiymitis. Sedang pada pH 6 ml
Hypospermia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
- Sampel tumpah karena tidak hati-hati, ini disebut kesalahan tehnis.
- Gangguan patologis dan genetis pada organ genitalia
- Vesicula seminalis tidak berfungsi
- Gangguan hormonal atau akibat radang.
Hyperspermia disebabkan oleh abstinensi yang terlalu lama dan kelenjar genitalia
tambahan terlalu aktif
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah.
Kepala bergerak tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk
spermatozoa abnormal maupun distribusi dan pengantaran energi tak
normal pada spermatozoa.
3) Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa
sehingga memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun
berlawanan dengan jarum jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri,
amplitudo getaran juga tidak teratur. Kalau pengantaran energi rotasi ada
atau tak teratur sedang ekor asimetri terjadi motilitas dengan arah
melingkar.
4) Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak
normal karena adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak
kepala berat sebelah. Kalau sistem pengantaran energi belum masak pula
dapat terjadi motilitas yang bemacam-macam rocking melingkar dan
gerak tak teratur. Demikian pula andaikata sisa sitoplasma terletak dibagian
tengah atau ekor spermatozoa motilitas yang timbul akan bermacammacam.
5) Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan
yang lain (aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat,
kristal, bakteri, protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu. Tergantung
macam aglutinasi (kepala-kepala, ekor-ekor, dan ekor-kepala) motilitas
yang terjadi akan berlainan pula.
6) Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum
mengalami likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu
likuefaksi. Hal ini akan terlihat kalau sperma diperiksa motilitas berurutan
yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap setengah jam setelah ejakulasi.
7) Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun
arahnya ke depan beat ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat
disebabkan karena sperma telah lama tak diperiksa, sehingga energi untuk
motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak dipecah
(fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan energi berkurang sejak
awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.
Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
c. Pemeriksaan motilitas spermatozoa
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes
sperma pada gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap
pemeriksaan. Bilamana tetesan tidak sama besarnya pengamatan spermatozoa
secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda. Terdapat beberapa cara untuk
mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
11
13
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sperma yang terdapat dalam sampel sperma
yang diperiksa.
Prinsip : Sampel sperma diencerkan dalam pipet lekosit dengan larutan
pengencer tertentu, diperiksa dalam bilik hitung.
Alat :
- Kamar hitung Improved Neubauer atau Burker
- Pipet Thoma leukosit atau eryhtrosit
- Kertas saring / tissue
Reagensia :
Larutan Pengencer Sperma :
- NaHCO3 ...............................5 gram
- Formalin 5%,..............................1 ml
- Larutan Eosin 2%.......................5 ml
- Aquadest add.........................100 ml
Prosedur :
Cara Pipet Thoma :
- Isap sperma dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5 tepat.
- Isap larutan Pengencer Sperma sampai tanda 11 tepat.
- Kocok selama 2 menit, buang cairan 3-4 tetes, masukkan dalam kamar
hitung improved Neubauer dengan menempelkan ujung pipet ditepi kaca
penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Cara Tabung dengan Clinipette :
- Masukkan 400 ul cairan pengencer sperma kedalam tabung reaksi dengan
clinipette.
- Buang 20 ul dengan clinipette cairan tadi.
- Pipet 20 ul sperma yang telah dihomogenkan dan campur dengan larutan
pengencer.
- Kocok beberapa kali tabung atau letakkan diatas pengocok khusus
(vibrator).
- Masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer dengan menempelkan
ujung clinipette ditepi kaca penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Perhitungan :
Misal jumlah didapat : 200 spermatozoa
200 x 50 = 10.000/mm3
= 10.000 x 1000 = 10 juta/ml
Nilai Normal : 20 70 juta / ml
Catatan :
- Untuk mempermudah penghitungan didalam bilik hitung dapat digunakan
pipet eryhtrosit sebagai pipet pengencer dan sperma diisap sampai 0,5
tepat dan pengencer 101. pengenceran pipet 200x dikalikan untuk
perhitungan.
15
16
b. Benda-benda hidup
- Bakteri
Bakteri ini berasal dari infeksi traktus urogenitalis, benruknya tak nampak
jelas.
- Protozoa
Infeksi traktus urogenitalis oleh protozoa sering terjadi, misal Trichomonas,
amoeba dan Clamydia trachomatis.
- Jamur
Dapat dijumpaipad pasien yang dermatitis didaerah genitalia atau perineum.
4.4 Pemeriksaan Kimia
Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar fruktosa itu mempunyai
korelasi positif dengan kadar testosteron dalam tubuh. Penetapan kadar fruktosa
memakai reaksi Selivanoff sebagai dasar, pada reaksi itu fruktosa bereaksi dengan
resorcinol dengan menyusun warna merah.
Parameter
: Penetapan Fruktosa
Tujuan
: Untuk mengetahui dan menentukan kadar fruktosa dalam semen yang
bertalian dengan kadar testosteron.
Prinsip
: Fruktosa akan berubah menjadi furfural oleh pengaruh HCl dan
pemanasan, furfural yang terjadi akan berkondensasi dengan resorsinol menyusun
senyawa yang berwarna merah.
Reagensia
:
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.8H2O dalam
1000 ml aqusdest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 M dibuat dari 50 g ZnSO4.7H2O dalam 1000 ml aquadest.
3. Larutan resorcinol 0,1% dalam 100 ml alkohol 95%, larutan ini bertahan 2 bulan
bila disimpan dalan lemari es.
4. HCl 10 N dibuat dari 1 volume aquadest ditambah 6 volume HCl pekat.
5. - Standard fruktosa stock 50 mg fruktosa larutkan dalam 100 ml larutan asam
benzoat 0,2%.
- Standard fruktosa sebagai larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock diencerkan
dengan aquadest sampai 100 ml. Pada cara dicantumkan dibawah, larutan kerja
ini sesuai dengan 200 mg /dl fruktosa mani.
Prosedur Kerja :
1. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu
mengencerkan 0,1 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian tambah 0,5 ml larutan
Ba(OH)2, campur, tambahkan 0,5 ml larutan ZnSO4, campur lagi dan pusinglah
kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T diisi 2 ml
cairan atas dari langkah 1, tabung S diisi 2 ml standard fruktosa larutan kerja dan
tabung B diisi 2 ml air/ aquadest.
Blanko
Standar
Sample
Aquadest
2ml
Standar
2ml
20
Sample
2ml
Resorsinol
2ml
2ml
2ml
HCL
6ml
6ml
6ml
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui
tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi
kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh keturunan. Seorang pria dengan
tingkat kesuburan yang rendah atau steril sulit baginya untuk memperoleh keturunan.
Oleh karena hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya
untuk mengetahui tingkat kesuburannya.
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan
pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari
(3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup
untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa.
Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan
dibawah 20C atau dipanaskan diatas 40C, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi
motilitas dan viabilitas spermatozoa.
22
DAFTAR PUSTAKA
Koentjoro Soehadi.T, K.M.Arsyad, Analisis Sperma, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya,
FK Univ. Sriwijaya Palembang .Juli 1982.
Depkes RI, PusLabkes, Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Lab.kes,1997.
Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989
Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1995
Diktat Kimia Klinik Jilid I, Pusdiknakes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989
Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
23