You are on page 1of 11

BAB II

PEMBAHASAN

A.

KONSEP MATERIALITAS
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing,

terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh


karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup
semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Dalam SA
Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan
Audit

mengharuskan

auditor

untuk

mempertimbangkan

materialitas dalam perencanaan audit, dan penilaian terhadap


kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya,
pengaruh

dapat

terhadap

kepercayaan

mengakibatkan
pertimbangan

terhadap

informasi

perubahan

orang

yang

tersebut,

atas

atau

meletakkan

karena

adanya

penghilangan atau salah saji itu.


B.

PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS


Auditor

materialitas

melakukan
dalam

pertimbangan

perencanaan

awal

auditnya.

tentang

tingkat

Pertimbangan

materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.


Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji
dengan

jumlah

kunci

tertentu

dalam

laporan

keuangan.

Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji.


Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara
kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji
tersebut.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan
materialitas pada dua tingkat berikut ini :
1. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas
kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
2. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun
dalam

mencapai

kesimpulan

menyeluruh

atas

kewajaran

laporan keuangan.
Faktor

yang

harus

dipertimbangkan

dalam

melakukan

pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap tingkat


dijelaskan berikut ini :
1.

Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan


Meliputi besarnya salah saji minimum dalam suatu laporan

keuangan

yang

cukup

penting

sehingga

membuat

laporan

keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan


prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam membuat pertimbangan awal tentang materialitas,
auditor menentukan tingkat materialitas awal keseluruhan untuk
setiap jenis laporan keuangan, sebagai contoh, auditor menaksir
bahwa kekeliruan sebesar Rp.2.000.000 untuk laporan rugi laba
dan

Rp.4.000.000

untuk

neraca

dipandang

material.

Dalam

keadaan ini, auditor tidak semestinya menggunakan materialitas


neraca dalam perencanaan audit karena jika salah saji neraca yang
berjumlah Rp. 4.000.000 juga berdampak terhadap laporan laba
2

rugi, sehingga laporan rugi-laba akan salah saji secara material


.Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakan tingkat
salah saji gabungan yang terkecil yang dianggap material terhadap
salah satu laporan keuangan. Dasar pengambilan keputusan ini
digunakan karena :
1. Laporan keuangan saling berhubungan.
2. Sebagaian besar prosedur audit berhubungan dengan lebih
dari satu jenis laporan keuangan.
Sampai dengan saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang
diterbitkan

oleh

Ikatan

Akuntan

kuantitatif materialitas. Berikut ini

Indonesia

tentang

ukuran

diberikan contoh beberapa

panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :


a. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material
jika terdapat salah saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum
pajak.
b. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material
jika terdapat salah saji % sampai 1 % dari total aktiva.
c. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material
jika terdapat salah saji 1 % dari total pasiva.
d. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material
jika terdapat salah saji % sampai 1 % dari pendapatan bruto.
2.

Materialitas pada Tingkat Saldo Akun


Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji

minimum

yang

mungkin

terdapat

dalam

saldo

akun

yang

dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada


tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukkan dengan istilah
saldo akun material. Saldo akun material adalah besarnya saldo
akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan

dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan


pemakai informasi keuangan.
Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan
batas atas lebih saji ( overstatement ) dalam akun tersebut. Oleh
karena itu, akun dengan saldo yang jauh lebih kecil dibandingkan
materialitas seringkali disebut sebagai tidak material mengenai
risiko lebih saji. Namun, tidak ada batas jumlah kurang saji dalam
suatu akun dengan saldo tercatat yang sangat kecil. Oleh karena
itu, harus disadari oleh auditor, bahwa akun yang kelihatannya
bersaldo tidak material, dapat berisi kurang saji ( understatement )
yang melampaui materialitasnya.

3.

Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun


Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan

keuangan dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas


untuk

setiap

akun

dapat

diperoleh

dengan

mengalokasikan

materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. Dalam


melakukan

alokasi,

auditor

harus

mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan


biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.
Untuk menggambarkan alokasi materilitas tersebut, misalnya PT X
memiliki komposisi aktiva sebagai berikut :
Kas
Piutang Usaha
Persediaan

Rp 500.000
1.500.000
3.000.000

Aktiva Tetap

5.000.0000

Jumlah Aktiva

Rp 10.000.000

Misalnya jika prakiraan awal materialitas laporan keuangan adalah


1% dari total aktiva, atau Rp 100.000, auditor tersebut dapat
mempertimbangkan

dua

alternative

dalam

menglokasikan

materialitas laporan keuangan ke akun secara individual sebagai


berikut :
Alokasi Materialitas
Akun

Alternatif A

Alternatif B

%
Kas

Rp 5.000

2.000

Rp

Piutang Usaha

15.000

15

18.000

18
Persediaan
50.000

30.000

30

50

Aktiva Tetap

50.000

50

30.000

30
Total
100.000

C.

Rp 100.000

100

Rp

100

HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI

AUDIT

Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang


mempengaruhi

pertimbangan

auditor

tentang

kuantitas

(kecukupan) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan


antara

materialitas

dengan

bukti

audit,

perbedaan

istilah

materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan.


Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti
yang diperlukan. (hubungan terbalik). Semakin besar atau semakin
signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah bukti yang
diperlukan.
D.

RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan

risiko audit. Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas


dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi
dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana

mestinya,

atas

suatu

laporan

keuangan

yang

mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam


menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor
bersedia untuk menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan
sebagai keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh dari verifikasi
asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual atau
golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit
pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir
proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan
keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang
rendah.
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :
6

1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai


keseluruhan (sesuai dengan defenisi risiko yang disajikan diatas).
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun.
Risiko audit keseluruhan (overall audit risk)
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan
risiko audit pada keseluruhan yang direncanakan (overall audit risk) yang
merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan
bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal hal kenyataannya, laporan
keuangan tesebut berisi salah saji material
Risiko audit individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun- akun secara individual,
resiko audit secara keseluruhan harus dialokasikan kepada akun- akun yang
berkaitan . risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun- akun karena
akun tertentu sering sekali sangat penting karena besar saldonya dan / atau frekuensi
transaksi perubahannya. Dari pengalaman audit ditahun sebelunya, auditor dapat
menaksir rsiko audit atas akun tertentu.
E.

UNSUR RISIKO AUDIT

Terdapat tiga unsur risiko audit : 1. Risiko bawaan, 2.risiko


pengendalian, 3. Risiko deteksi.
1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
yang terkait.
2. Risiko Pengendalian
7

Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material


dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
3. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat
mandeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
F. MODEL RISIKO AUDIT
Taksiran risiko audit pada tahap perencaan audit dapat digunakan
oleh auditor untuk menentukan jumlah bukti audit yang akan
diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun
tertentu. Untuk itu auditor menentukan risiko deteksi dari formula
risiko audit berikut ini :
AR = IR x CR x
Dari formula tersebut, risiko deteksi dapat dihitung dengan formula
berikut ini :
DR = (AR)/(IR CR)
Di mana :
AR = Risiko audit (Audit Risk)
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)
DR = Risiko deteksi (Detection Risk)
Untuk menggambarkan penggunaan model tersebut, asumsikan
bahwa auditor membuat pertimbangan professional untuk asersi

tertentu, seperti asersi penilaian atau asersi penilaian atau alokasi


untuk piutang usaha sebagai berikut :
AR = 5%, IR = 60%, dan CR = 30%
Risko deteksi dapat ditentukan dengan menyelesaikan model
tersebut sbb :
DR = (AR)/(IR CR)
= 0,05/(0,60 0,30)
= 0,28 atau 28 %

G. HUBUNGAN ANTAR UNSUR RISIKO


Resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dengan
resiko deteksi. Kedua resiko yang disebut terdahulu ada, terlepas
dari

dilakukan

atau

tidaknya

audit

atas

laporan

keuangan,

sedangkan resiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan


dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Resiko deteksi
mempunyai hubungan yang terbalik dengan resiko bawaan dan
resiko pengendalian. Semakin kecil resiko bawaan dan resiko
pengendalian yang diyakini oleh auditor,semakin besar resiko
deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya
resiko

bawaan dan

resiko

pengendalian

yang

diyakini

oleh

auditor,semakin kecil tingkat resiko deteksi yang dapat diterima,


Komponen resiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif,
seperti dalam bentuk persentase atau secara non kuantitatif yang
berkisar,misalnya dari minimum ke maksimum.
H. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RESIKO AUDIT &
BUKTI AUDIT

Terdapat hubungan berlawanan antara materialitas dan bukti audit.


Jika materialitas rendah - jumlah salah saji yang kecil saja dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan - auditor
perlu mengumpulkan bukti audit kompeten dalam jumlah banyak.
Sebaliknya, jika materialitas tinggi - jumlah salah saji besar baru
dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan auditor hanya perlu mengumpulkan bukti audit kompeten dalam
jumlah sedikit.
Demikian pula hubungan antar resiko audit dengan bukti audit.
Semakin rendah resiko audit - auditor bersedia menanggung resiko
audit rendah sehingga tingkat kepastian yang di inginkan oleh
auditor adalah tinggi - auditor perlu mengumpulkan bukti audit
kompeten dalam jumlah banyak. Sebaliknya,semakin tinggi tingkat
resiko audit-auditor bersedia untuk menanggung resiko audit tinggi
sehingga tingkat kepastian yang yang di inginkan auditor adalah
rendah - auditor perlu mengumpulkan bukti audit yang kompeten
dalam jumlah kecil saja. Berbagai kemungkinan hubungan antara
materialitas, bukti audit, dan risiko audit digambarkan sebagai
berikut :
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat
meterialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan
mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit
menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit,
auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :

10

a. Menambah

tingkat

meterialiras,

sementara

itu

mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.


b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara
itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan

tingkat materialitas secara bersama-sama.

11

You might also like