You are on page 1of 13

1.

TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa mampu memanipulasi dengan tepat
material cetak alginat serta membedakan pengaruh suhu terhadap variasi suhu
air terhadap waktu setting.
2. ALAT DAN BAHAN
2.1 A
l
a
t
a. Mangkuk karet atau bowl

dari paralon

b. Gelas ukur

f. Kain putih

c. Spatula

g. Thermometer digital

d. Timbangan

digital

analitik
e. Cetakan

h. Stopwatch
i. Batang

bentuk

cincin

akrilik

dan

lempeng kaca

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Gambar 1: bowl

Gambar 2: Spatula

Gambar 3: Timbangan
digital/analitik

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Gambar 4: cetakan paralon

Gambar 5: Stopwatch

19.
2.2 Bahan
a.
b.
c.
d.

Bubuk alginate (Tropicalgin dan Heraplast HD)


Air dingin 10,40C
Air pada suhu kamar 220C
Air hangat 33,80C
20.

21.
Gambar 6: Bubuk Alginat

22.
3. CARA KERJA

1. Cetakan bentuk cincin diletakkan diatas lempeng kaca


2. Air suhu kamar diukur sebanyak 19 ml (satu tanda batas gelas ukur
sesuai petunjuk pabrik), suhu air diukur dan dicatat
3. Bubuk alginat ditimbang sebanyak 9 gram (satu sendok takar sesuai
aturan pabrik)
4. Air dengan suhu kamar yang telah di ukur, dituang ke dalam mangkuk
karet, selanjutnya ditambahkan bubuk alginat yang telah di timbang
5. Campuran air dan bubuk alginat diaduk menggunakan spatula dengan
gerakan

angka

8,

membentuk

putaran

180

intermitten.

Pengadukan dilakukan sambil menekan adonan alginat pada dinding


mangkuk karet sampai halus dan homogen selama 45 detik (aturan
pabrik). Dapat juga air dan bubuk alginat diaduk dengan menggunakan
spatula dengan cara menekan spatula pada dinding mangkuk karet
dengan cepat dan memutar perlahan mangkuk karet dengan arah
berlawanan, hinggga adonan menjadi halus
6. Adonan alginat yang telah homogen dimasukkan kedalam cetakan
bentuk cincin hingga berlebih. Adonan alginat diratakan menggunakan
spatula

7. Ujung alat uji waktu setting di sentuhkan pada permukaan adonan


alginat, kemudian tarik dengan cepat. Ujung alat uji tersebut di
bersihkan dnegan usapan kertas tissue. Tahapan tersebut diulang
dengan interval 5 detik, hingga tidak tampak bekas tekanan dari ujung
alat uji
8. Waktu setting di hitung dari aal pencampuran bubuk alginat dan air,
hingga tidak tampak bekas tekanan dari ujung alat uji pada adonan
alginat. Waktu setting di hitung menggunakan stopwatch dalam satuan
detik
9. Tahap pekerjaan di ulang menggunakan air suhu lebih dingin
10. Tahap pekerjaan diulang menggunakan air suhu lebih panas
11. Hasil waktu setting dibedakan dengan variasi suhu
23.
4.

HASIL PRAKTIKUM
24.Pada praktikum ini, dilakukan lima kali percobaan, yaitu
dengan dibagi menjadi 3 sub kelompok. Hasil yang didapat bukan
bentuk alginate melainkan perbedaan waktu setting yang dapat dilihat
pada (Tabel 1.1). Cara pengujian setting time dengan cara menyentuh
permukaan

alginate

menggunakan

batang

akrilik,

hasil

akan

meninggalkan bekas sentuhan pada permukaan alginate. Semakin


banyak bekas sentuhan pada permukaan alginate, menunjukan kira-kira
perbandingan waktu setting time dengan perbandingan hasil lainnya
berdasar suhu (Gambar 6). Hasil percobaan kelima alginat dengan
masing-masing dengan suhu 10,40C, 220C, dan 33,8oC terdapat selisih
waktu.
25.
26.

27.
30.

Tabel 1. Hasil Praktikum

Air Dingin
31.

28.
A

32.

Air Biasa
A

33.

29.

Air

34.

Hangat
Alginat

lginate

lginate

lginat

lginat

Biru

Kuning
35.
1

Biru
36.
1

Kuning
37.
2

Biru
38.
2

39.

33,80C

0,40C
40.
1

0,40C
41.
1

20C
42.
1

20C
43.
1

44.

10 detik

2 detik
45.
4

2 detik
46.
3

1 detik
47.
4

1 detik
48.
5

49.

30 detik

5 detik
50.
3

0 detik
51.
3

3 detik
52.
2

0 detik
53.
2

54.

1 menit

menit 40

menit 12

menit 27

menit 30

detik

detik

detik

detik

35 detik

55.
56.Percobaan menggunakan dua merk alginate yang berbeda.
Untuk alginate berwarna kuning menggunakan merk Tropicalgin
sedangkan alginate berwarna biru menggunakan merk Heraplast HD.
Setting time kedua bubuk alginate ini berbeda sebab adanya perbedaan
komposisi di setiap merk alginate.
57.

58.
59.

Gambar 7: Hasil cetakan


60. alginat

61.Percobaan pertama menggunakan suhu 10,40C pengadukan


bubuk dilakukan selama 12 detik dan mulai dimasukan kedalam
cetakan ring pada detik ke 45 dan detik ke 30. Rata-rata keduanya
mencapai setting time akhir pada waktu 3 menit 26 detik. Percobaan
keduanya menggunakan suhu 220C pengadukan bubuk dilakukan
selama 11 detik dan mulai dimasukan kedalam cetakan ring pada detik
ke 43 dan detik ke 50. Rata-rata keduanya mencapai setting time akhir
pada waktu 2 menit 30 detik. Percobaan ketiga menggunakan bubuk
alginate merk Heraplast HD pengadukan bubuk dilakukan selama 10
detik dan mulai dimasukan kedalam cetakan ring pada detik ke 30.
5

Mencapai setting time akhir pada waktu 1 menit 35 detik. Perdedaan


kelima percobaan ini disebabkan beberapa faktor yaitu perbedaan
komposisi disetiap bubuk alginate, variasi suhu, lama pengadukan,
perbandingan w/p.
62.
63.
5.

PEMBAHASAN
64. Material cetak

kedokteran

gigi

berdasarkan

sifat

keelastisannya ada dua macam yaitu material cetak elastis dan material
cetak non elastis. Material cetak elastis dibagi menjadi dua macam
yaitu hidrokoloid dan elastomer.

65.
66. Gambar 8. Klasifikasi material cetak berdasarkan sifat keelastisan (McCabe, 2008, 137)

67. Berdasarkan viskositasnya hidrokoloid termasuk dalam bahan


cetak yang memiliki viskositas rendah, karena material cetak ini mampu
menyerap air dan dapat mengalir dengan baik dalam rongga mulut
(mukostatik). Ada dua bentuk hidrokoloid, yaitu bentuk sol dan gel. Bentuk
sol dapat mengalir dengan viskositas rendah. Bentuk gel memiliki viskositas
yang lebih jika dibandingkan dengan bentuk sol. Material cetak hidrocoloid
masuk ke dalam rongga mulut dalam keadaan sol, dilepaskan dari jaringan
mulut setelah jadi gel melalui proses yang disebut gelasi (Manappalil, 2010,
Hal. 47).

68.

69. Gambar 9. Klasifikasi material cetak berdasarkan viskositas dalam keadaan konstan
(McCabe, 2008, Hal. 137)

70.
71. Alginat

diklasifikasikan

sebagai

bahan

cetak

hidrokoloid

irreversible, sebab substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan


air sebagai medium pendispersi, serta tidak dapat kembali menjadi wujud
dasarnya setelah bereaksi membentuk wujud sol. Material cetak alginat
berubah bentuk dari gel menjadi sol melalui reaksi kimia (Sakaguchi 2011,
Hal. 280).
72. Secara umum alginat tersusun atas komponen yang dapat larut
dalam air, seperti natrium atau kalium. Alginat yang dapat larut, membentuk
sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air dicampur dengan kuat. Selain itu
ada partikel pengisi yang dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel
alginat, menghasilkan tekstur yang halus, dan menjamin permukaan gel padat
yang tidak bergelombang. Berat molekul dari campuran alginat amat
bervariasi, bergantung pada buatan pabrik. Semakin besar berat molekul,
semakin kental sol yang terjadi (Anusavice, 2012, Hal.171-172). Berikut ini
merupakan komposisi alginat pada umumnya:
73. Tabel 2. Komposisi Bahan-bahan Penyusun Alginat (Manappalil, 2010, Hal. 56)

74. Komposisi

75. Fungsi

76. Persentase
Berat

77. Potassium or Sodium


or Triethanolamine

78. Pelarut alginat di

79. 15

dalam air

alginate
80. Calcium sulfate

81. Pereaksi

82. 16

83. Zinc oxide

84. Bahan pengisi

85. 4

86. Potassium titanium

87. Pemercepat

88. 3

fluoride

pengerasan stone

89. Diatomaceous earth

90. Partikel pengisi

91. 60

92. Sodium phospate

93. Penghambat

94. 2

95. Bahan Pewarna dan

96. Memberi warna dan

Perasa

97. Sangat

rasa pada alginat,

sedikit

seperti: peppermint,
pisang, manga, dll.
98.
99. Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup atau dikemas
di kaleng apabila dalam jumlah besar. Ada dua faktor yang mempengaruhi
ketahanan penyimpanan bubuk alginate, yaitu suhu penyimpanan dan
kontaminasi kelembaban udara luar, karena alginat peka terhadap air yang
pada dasarnya sifat dari bahan hidrokoloid. Oleh sebab itu bubuk yang
dibungkus per kantung lebih disukai karena mengurangi kemungkinan
kontaminasi selama penyimpanan. Apabila memang menginginkan kemasan
bubuk alginat dalam kaleng, tutupnya harus dipasang kembali dengan
kencang begitu selesai digunakan sehingga meminimalkan kontaminasi
kelembaban yang mungkin terjadi. Sebagai tambahan, perbandingan air
dengan bubuk yang tepat bisa dijamin, karena pada setiap kemasan
dilengkapi pula dengan takaran plastik untuk mengukur banyaknya air dan
bubuk (Anusavice, 2012, Hal.174).
100.

Bubuk

alginat

yang

dicampur

dengan

air

akan

menghasilkan bentuk sol dan membutuhkan reaksi kimia untuk berubah


menjadi gel (gelasi). Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan
air selama proses gelasi. Tahap pertama natrium alginat bereaksi dengan
kalsium sulfat (reaktor). Namun, reaksi ini berlangsung terlalu cepat. Tidak
8

ada waktu kerja yang cukup. Untuk itu pabrik menambahkan natrium fosfat
sebagai retarder dalam reaksi ini. Dengan begitu, kalsium sulfat lebih memilih
untuk bereaksi dengan natrium fosfat. Penundaan reaksi inimemastikan waktu
kerja yang memadai untuk dokter gigi.
2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3 (PO4) 2 + 3Na2SO4

101.
102.

Tahap kedua, apabila pasokan natrium fosfat menipis, ion

kalsium mulai bereaksi dengan kalium alginat dan membentuk ikatan silang
kalsium alginat. Ikatan silang alginat ini yang mengakibatkan adonan alginat
berubah wujud dari sol menjadi wujud gel. Setelah itu, mulailah terjadi inisial
setting time, yang diikuti dengan final setting time dan peningkatan viskositas
material secara cepat.
103.

Natrium Alginat + H2O + CaSO4 Ca alginat + Na2SO4

104.

(bubuk)

105.

(gel)

(Manappalil, 2010, Hal. 57)


106.

Waktu gelasi diukur dari mulai pengadukan sampai terjadinya

gelasi, harus menyediakan cukup waktu bagi dokter gigi untuk mengaduk
bahan, mengisi sendok cetak, dan meletakkannya di dalam mulut pasien.
Sekali gelasi terjadi, bahan cetak tidak boleh diganggu karena fibril yang
sedang terbentuk akan terjadi distorsi.
107.

Metode praktis untuk menentukan waktu gelasi bagi

praktisi gigi adalah dengan mengamati waktu dari mulai pengadukan sampai
bahan tersebut tidak lagi kasar atau lengket bila disentuh dengan ujung jari
yang bersih, kering dan bersarung tangan. Secara umum waktu gelasi optimal
adalah antara 3 dan 4 menit pada temperatur ruangan (20 oC). Untuk memberi
kesempatan bagi klinisi memlih bahan yang cocok dengan gaya kerja mereka,
pabrik menciptakan dua jenis alginate yang dibedakan menurut kecepatan
proses settingnya, yakni :
1. Fast Setting Alginate, mengeras dalam 1,5-3 menit dan digunakan untuk
mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual.
2. Regular Setting Alginate, mengeras dalam 3-4.5 menit dan dipakai untuk
pemakaian rutin (Anusavice, 2012, Hal.173).
108.

Dalam praktikum, pengujian setting time alginat dilakukan

menggunakan alat uji berupa batang akrilik yang disentuhkan pada permukaan
9

adonan alginat kemudian ditarik cepat. Dalam keadaan normal, alginat dengan
tipe normal memilki setting time 2 menit hingga 4 menit. Pada praktikum ini
digunakan 2 merek bubuk alginat untuk mengetahui perbedaan kecepatan
setting time apabila merek yang digunakan berbeda.
109.

Suhu air dapat divariasi untuk mendapatkan setting time

yang sesuai. Air dengan suhu lebih hangat dari suhu nomal, setting time
menjadi lebih cepat dari setting time normal. Dan air dengan suhu lebih dingin
dari suhu normal, setting time menjadi lebih lama dari setting time normal.
110.

111. Gambar 10. Pengaruh kenaikan suhu terhadap setting time bahan cetak alginat
(Anusavice, 2012, Hal.173)

112.

Setelah dilakukan praktikum dalam memvariasi suhu air,

didapatkan perbedaan setting time pada setiap variabel. Pada variabel bebas,

10

digunakan variabel air bersuhu ruangan 22C didapat setting time 2 menit 47
detik untuk alginat kuning dan 2 menit 50 detik untuk alginat biru, pada
variabel air bersuhu lebih dingin 10,4C didapat setting time 3 menit 40 detik
untuk alginat kuning dan 3 menit 12 detik untuk alginat biru, pada variabel air
bersuhu lebih hangat 33C didapat setting time 1 menit 55 detik untuk alginat
biru. Dari hasil tersebut terlihat adanya perbedaan setting time yang
disebabkan oleh penggunaan suhu yang berbeda. Suhu air yang lebih hangat
berakibat pada partikel-partikel dalam bubuk alginat bergerak lebih cepat.
Partikel-partikel dalam bubuk alginat yang bergerak cepat meningkatkan
frekuensi tumbukan antar partikel dan mempercepat laju reaksi. Selain itu
jenis bubuk alginat juga berpengaruh terhadap setting time dikarenakan
kandungannya berbeda-beda

113.

Diakhir praktikum didapatkan data bahwa setting time

paling cepat terjadi ketika digunakan air bersuhu lebih hangat dari suhu
normal. Dan pada penggunaan variabel air bersuhu lebih dingin dari suhu
normal didapat setting time paling lama. Pada saat melakukan pengujian juga
terjadi perbedaan waktu dikarenakan tiap variabel dilakukan dengan individu
yang berbeda. Perbedaan waktu beberapa detik tersebut terjadi karena adanya
perbedaan tekanan yang diberikan saat dilakukan pengujian batang akrilik
sebagai alat uji pada adonan alginat. Sehingga penghentian setting time
memiliki selisih beberapa detik.

114.

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

setting time, yaitu sebagai berikut :


a. Rasio W/P
Apabila rasio W>P, maka akan memperlambat setting time,
Apabila rasio W<P, maka akan mempercepat setting time,
115.

Seringkali ada kecenderungan untuk mengubah waktu

gelasi dengan mengganti rasio air terhadap bubuk atau waktu


pengadukan. Modifikasi kecil ini dapat mempunyai efek yang
mempengaruhi kekuatan gel terhadap robekan dan elastisitas.
b. Faktor situasional yaitu cara pengadukan.

11

Semakin besar intensitas pengadukan dalam satu menit, maka


semakin cepat waktu setting-nya dan sebaliknya. Pengadukan yang
tidak sempurna menyebabkan campuran tidak tercampur merata
sehingga reaksi kimia yang terjadi tidak seragam di dalam massa
adukan. Pengadukan yang terlalu lama dapat memutuskan anyaman
gel kalsium alginate dan mengurangi kekuatannya.
Cara pengadukan yang benar ialah membentuk angka 8 (eight
motion) membentuk putaran 180o intermitten atau dengan cara
menekan spatula pada dinding mangkuk karet dengan cepat sambil
memutar mangkuk karet dengan arah berlawanan hingga semua bahan
tercampur rata (homogen).
116.
6.

KESIMPULAN
117.

Alginat adalah material cetak hidrokoloid ireversibel.

Material cetak merupakan material yang digunakan untuk membuat replika


atau cetakan dari jaringan keras dan lunak mulut secara akurat. Material cetak
hidrokoloid yang digunakan di kedokteran gigi, pada dasarnya adalah suspensi
koloidal dari polisakarida dalam air. Ada dua bentuk hidrokoloid, yaitu bentuk
sol dan gel. Bentuk sol, dapat mengalir dengan viskositas rendah dan ada
susunan acak rantai polisakarida. Bentuk gel, material lebih kental dan
menghasilkan sifat elastis jika rantai panjang polisakarida menjadi teratur.
Keteraturan rantai polisakarida sebagai fibrils yang terdapat dalam fase cair,
menyebabkan gel berkembang menjadi konsistensi mirip jeli. Makin besar
konsentrasi fibrils dalam gel, struktur jeli semakin kuat. Dari hasil tersebut
terlihat adanya perbedaan setting time yang disebabkan oleh penggunaan suhu
yang berbeda. Suhu air yang lebih hangat berakibat pada partikel-partikel
dalam bubuk alginat bergerak lebih cepat sedangkan suhu rendah dapat
memperpanjang setting time. Sebab pembentukan ikatan silang alginat akan
lebih cepat terbentuk jika suhu dalam keadaan tinggi karena membutuhkan
reaksi panas. Partikel-partikel dalam bubuk alginat yang bergerak cepat
meningkatkan frekuensi tumbukan antar partikel dan mempercepat laju reaksi.
Selain variasi suhu faktor yang menyebabkan perbedaan waktu setting time
yaitu kualitas jenis bubuk alginat dikarenakan kandungannya berbeda-beda
12

jika alginate disimpan dengan temperature rungangan yang tinggi akan


merusak material dan waktu setting time menjadi lebih pendek. Perbandingan
W/P rasio alginate dan situasional cara pengadukan juga dapat mempengaruhi
setting time pada alginate.
118.
7.
DAFTAR PUSTAKA
119.
Anusavice KJ. 2012. Phillips Science of Dental Material. 12th ed.
W.B Saunders, st. Louis Missouri
120.
Manappalil, JJ. 2010. Basic Dental Materials 2nd ed. Jaypee
Brothers Medical Pub. Ltd., India.
121.
McCabe JF, and Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials, 9th
ed. Blackwell Publishing L.td., Australia.
122.
Ronald L. Sakaguchi , and John M.Powers.2011, Craigs
Restorative Dental Materials, 13th ed. Mosby, Michigan.

13

123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.

LAMPIRAN

You might also like