Professional Documents
Culture Documents
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada manusia, terdapat sistem yang mengatur dan mengendalikan kerja alat tubuh agar bekerja
serasi dan sesuai dengan fungsinya. Sistem tersebut dinamakan sistem saraf dan hormon. Untuk
penyakit Parkinson, umumnya memiliki gejala awal yang menyerang kemampuan motorik halus
penderita. Kemampuan ini diatur oleh sistem saraf pusat ( otak ). Ada gangguan pada
neurotransmitter ( penghantar rangsang pada otak ) yaitu dopamin, hal ini mengakibatkan
gerakan tubuh tidak luwes karena otot otot menjadi kaku.
Penyakit Parkinson umumnya menyerang orang-orang yang berusia antara 50-69 tahun, namun
ada sebagian penelitian yang ada bahwa parkinson juga bisa terjadi pada orang muda usia 20-an.
Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun dan sekitar 1 dari
100 orang yang berusia diatas 65 tahun. Penyakit Parkinson telah ditemukan oleh Dr. James
Parkinson pada tahun 1817 di London. Kemudian oleh pierre Marie Charlott, seorang dokter ahli
asli syaraf prancis, penyakit tersebut dinamakan parkinson sesuai dengan nama penemunya.
Penyakit ini sering juga di sebut dengan Sharking palsy. Sejak saat itu muncul istilah
parkinsonism yang menggambarkan gejala klinisnya.
Biasanya penderita mengalami tremor, kaku otot, sulit berjalan, gangguan keseimbangan dan
gerak gerik menjadi lambat (bradykinesia). Gejala primer tersebut disebabkan berkurangnya
rangsangan pada korteks motorik dari ganglia basalis, biasanya karena kekurangan dopamin,
yang diproduksi oleh neuron dopaminergik di otak, sedangkan gejala sekunder biasanya berupa
gangguan pada fungsi luhur dan gangguan wicara.
Para ahli menyebutkan bahwa penyakit parkinson disebabkan oleh kekurangan Dopamin yaitu
zat yang dihasilkan oleh otak yang berfungsi untuk mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
memulai, melanjutkan dan mengakhiri gerakan. Hampir 70% penderita penyakit parkinson
mengalami sedikit getaran pada tangan atau kaki hingga keseluruh badan. Parkinson bersifat
progresif,yang berarti semakin buruk dari waktu ke waktu, tapi biasanya ini terjadi perlahan
lahan, selama bertahun-tahun dan ada perawatan yang baik yang dapat membantu anda
menjalani kehidupan yang penuh.
1 | Page
2 | Page
3 | Page
2.4 ETIOLOGI
Kebanyakan orang yang menderita Parkinson Disease (PD) tidak diketahui penyebab pastinya
(idiopatik). Akan tetapi ada beberapa faktor risiko (multifaktorial) yang telah dikenalpasti dan
mungkin menjadi penyebab penyakit parkinson yakni :
2.4.1
Usia
4 | Page
2.4.2
Ras
Di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson daripada orang Asia dan
Afrika.
2.4.3
Genetik
Faktor genetik amat penting dengan penemuan pelbagai kecacatan pada gen tertentu yang
terdapat pada penderita Penyakit Parkinson, khususnya penderita Parkinson pada usia muda.
2.4.4
Lingkungan
2.4.6
2.5 PATOLOGI
Secara makroskopis, substansia nigra dan locus seruleus mengalami depigmentasi dan dari
pemeriksaan makroskopis pada daerah tersebut ditemukan hilangnya neuron yang mengandung
5 | Page
Lewy bodies
2.6 PATOFISIOLOGI
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga
pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih
sedikit.
Secara patofisiologi diketahui bahwa pada penyakit parkinson terjadi gangguan keseimbangan
neuro-humoral di ganglia basal, khususnya traktur nigrostriatum dalam sistem ekstrapiramidal.
Ehringer dan Hornykiewiez mengungkapkan bahwa kemusnahan neuron di pars kompakta
substansia nigra yang dopaminergik itu merupakan lesi utama yang mendasari penyaki
parkinson.
Korpus striatum sebagian terdiri dari kolinergik. Komponen kolinergik yang merangsang dan
komponen dopaminergik yang menghambat terdapat dalam suatu keseimbangan yang dinamis.
6 | Page
Dopaminergic neuron
2.7 PATOGENESIS
Namun fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini muncul pada usia lanjut memberi pemikiran
bahwa penyakit ini mungkin berhubungan dengan proses penuaan sel-sel neuronal, khususnya
7 | Page
2.8 KLASIFIKASI
2.8.1
8 | Page
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas.
Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
Penyakit Parkinson
2.8.2
meningovaskuler.
Iatrogenik atau drug induced, misalnya neuroleptik ( antipsikotik ) golongan fenotiazin,
2.8.3
keseluruhan.
Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson ( degenerasi hepato-lentikularis ),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal
( parkinsonismus juvenilis ).
Sindroma Demensia : Kompleks Parkinsonism dementia ALS ( Guam ), penyakit
Lewy bodies difus, penyakit Alzheimer.
2.8.4
Penyakit heredodegeneratif
Penyakit Hungtinton
Penyakit Wilson
Nekrosis striatal dan sitopati mitokondria
Penyakit Gerstmann Strausler - Scheinker
9 | Page
Rigiditas
Kekakuan; peningkatan tonus otot. Dikombinasikan dengan rest tremor, kekakuan ini
menghasilkan fenomena 'cog-wheel' saat ekstremitas digerakkan secara pasif. Hal ini juga
sangat jelas dapat dirasakan dengan cara mempalpasi otot pasien bahkan pada keadaan rileks
Bradykinesia/Akinesia:
Pengurangan atau tidak adanya gerakan sama sekali. Gerakan cepat, berulang-ulang
menghasilkan sebuah gerakan disritmik dan pengurangan kekuatan gerakan.
Tidak adanya refleks postural sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dan rasa ingin jatuh
2.9.2
10 | P a g e
lain halnya dengan gerakan membalik badan pada orang normal, pasien Parkinson
mempertahankan tulang belakang mereka tetap kaku (rigit) karena untuk membalikkan badan,
mereka butuh melakukannya dengan perlahan-lahan.
Bungkuk.
Pada keadaan yang parah, kepala dan bahu atas dapat sangat membungkuk (camptocornia).
Festination
Kombinasi dari postur yang membungkuk, ketidakseimbangan, dan langkah yang pendekpendek. Ini menyebabkan gerakan yang makin lama semakin cepat sehingga berakhir dengan
terjatuh.
Gait freezing
Kontraksi otot yang abnormal, terus menerus, dan menimbulkan sakit seperti terbelit, biasanya
mengenai otot kaki dan pergelangan kaki (terutama fleksi dari ibu jari kaki dan inversi dari kaki)
yang mengganggu pergerakan tubuh saat berjalan.
11 | P a g e
Gangguan non motorik yang menyebabkan gangguan pada berbicara ataupun berbahasa,
baik yang ekspresif maupun pengulangan kata-kata
Termasuk diantaranya penurunan kefasihan berbahasa dan gangguan kognitif tertutama yang
terkait dengan pemahaman arti dari isi pembicaraan dan ekspresi wajah.
Disfagia
Berkurangnya gerakan pada otot-otot kecil wajah menimbulkan gambaran wajah yang tanpa atau
sedikit ekspresi (hipomimia) ,disertai dengan jarangnya mata mengedip. Pada orang normal,
frekuensi mengedipkan mata kurang lebih 12-20 kali per menit, sedangkan pada pasien
Parkinson hanya 5-10 kali per menit. Selain itu ditemukan adanya sedikit pembesaran pada fisura
palpebra sehingga pasien seperti melotot (Stellwag Sign).
Kesulitan untuk membalikkan posisi tubuh saat di ranjang ataupun bangun dengan posisi
duduk.
2.9.3
Gejala non-motorik
Gejala non-motorik ini sering terjadi dan merupakan penyebab yang utama dalam menimbulkan
kematian pada pasien Parkinson.
Depresi
12 | P a g e
Gangguan kognitif
Disfungsi otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan
hipotensi ortostatik.
2.9.4
Gangguan Tidur
Insomnia
Mimpi yang mengganggu - dapat muncul beberapa tahun kemudian setelah diagnosa PD
ditegakkan
2.9.5
13 | P a g e
2.11 DIAGNOSIS
14 | P a g e
Tremor istirahat
Rigiditas
Bradikinesia
Kegagalan reflex postural
Probable
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan reflex postural) atau satu
dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik).
Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain
yang tidak simetris (tiga tanda cardinal). Bila semua tanda-tanda tidak jelas sebaiknya
15 | P a g e
Tidak dapat mencegah mata berkedip kedip bila daerah glabela diketuk berulang.
Ketukan berulang ( 2x/detik ) pada glabela membangkitkan reaksi berkedip kedip
( terus menerus )
Untuk mengetahui gambaran internal otak. Pada penyakit parkinson kemungkinan didapatkan
gambaran pelebaran ventrikel.
Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal Punksi
atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik yang paling
sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benarbenar ahli. Dilakukan dengan cara menginsersi jarum berongga ke dalam ruang sub-araknoid di
antara lengkung saraf vertebra lumbal ketiga dan lumbal keempat. Kemungkinan hasil
menunjukkan adanya penurunan kadar dopamine
16 | P a g e
Tremor esensial
Hidrosefalus bertekanan normal
Progresif supranuklear palsi
Degenerasi striatonigra
Parkinsonism akibat pengaruh obat obatan
Sekali didiagnosis, dapat dievaluasi perkembangan penyakitnya dengan skala Hoehn dan Yahr
( Hoehn dan Yahr Staging of Parkinsons Disease )
Stadium satu
Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala yang menggangu
tetapi tidak menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala
yang timbul dapat dikenali orang terdekat ( teman ).
Stadium dua
Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap / cara berjalan terganggu.
Stadium tiga
Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan / berdiri, disfungsi
umum sedang.
Stadium empat
Terdapat gejala yang lebih berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas dan
bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibanding stadium
sebelumnya.
17 | P a g e
2.12
PENATALAKSANAAN
Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, Bromokriptin, pergolid,
selegilin, antikolinergik (Benztropin atau triheksifenidil), antihistamin, anti depresi, propanolol
dan amantadin.
Tidak satupun dari obat-obat tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan
perkembangannya, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan
suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Obat ini mengurangi tremor dan
kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.
Penderita Parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita
yang sebelumnya terbaring di tempat tidur menjadi kembali mandiri. Beberapa ahli percaya
bahwa menambahkan atau mengganti Levodopa dengan Bromokriptin selama tahun-tahun
pertama pengobatan bisa menunda munculnya gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.
Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan
sehari-harinya
sebanyak
mungkin
dan
mengikuti
program
latihan
secara
rutin.
Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita
tetap mandiri.
Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas, dehidrasi
dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu memperlancar buang
air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan karena kekakuan otot bisa
menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan sehingga bisa mengalami kekurangan gizi
(malnutrisi).
2.12.1 Umum ( supportive )
18 | P a g e
2.12.2 Medikamentosa
Berdasarkan konsep keseimbangan komponen dopaminergik-kolinergik, kemoterapi penyakit
Parkinson dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan obat yang bersifat dopaminergik sentral
dan dengan obat yang berefek antikolinergik sentral. Selain itu dikembangkan penghambat
MAO-B berdasarkan konsep pengurangan pembentukan zat radikal bebas. Pilihan obat
Parkinson dapat dilihat pada
tabel 1.
I.
19 | P a g e
II.
A. Senyawa Parasimpatolitik
Triheksifenidil
Biperiden
Sikrimin
Prosiklidin
Benztropin Mesilat
Karamifen
B. Senyawa Anti Histamin
Difenhidramin
Klorfenoksamin
Orfenadrin
Fenindamin
C. Derifat Fenotiazin
Etoprapazin
Prometazin
20 | P a g e
III.
Obat Dopamino-antikolinergik
A. Amantadin
B. Antidepresan Trisiklik
Imipramin
Amitriptin
IV.
Levodopa
Levodopa merupakan precursor dopamine, diyakini merupakan obat antiparkinsonian yang
paling efektif. Dalam percobaan yang membandingkan efektifitas levodopa dan agonis domain,
yang dilakukan secara random, menunjukkan peningkatan ADL dan motorik sebanyak 40-50%
dengan penggunaan levodopa. Levodopa dalam penggunaannya dikombinasikan dengan
peripheral decarboxylase inhibitor seperti carbidopa, untuk mengurangi terjadinya dekarboksilasi
levodopa, sebelum mencapai otak. Tersedia dalam bentuk immediate-release dan controlledrelease. Carbidopa plus levodopa dikombinasikan dengan catechol O-methyltransferase inhibitor,
entacapone, merupakan satu preparat lain, yang di produksi untuk menciptakan suatu prolong
aksi, dengan mencegah terjadinya metilasi.
Banyak alasan yang mendasari terjadinya kegagalan terapi dengan menggunakan levodopa,
termasuk di dalamnya; penggunaan yang tidak sesuai index respons seperti tremor, dosis yang
tidak adekuat, durasi terapi yang tidak adekuat, dan interaksi obat (mis; penggunaan levodopa
21 | P a g e
Agonis Dopamin
Meskipun agonis dopamine kurang efektif dibandingkan dengan levodopa, obat-obatan ini
merupakan obat first-line alternative dalam terapi penyakit Parkinson. Bermacam-macam agonis
dopamine memiliki efektifitas yang hampir mirip. Salah satu keuntungan yang potensial dari
obat ini dibandingkan dengan levodopa ialah rendahnya resiko untuk terjadinya diskinesia dan
fluktuasi fungsi motorik sebagai efek terapi, dalam 1 hingga 5 tahun pengobatan, khususnya
pada pasien yang mendapatkan agonis dopamine sebagai pengobatan tunggal. Namun
bagaimanapun, sering dibutuhkan penggunaan kombinasi dari agonis dopamine dan levodopa
selama beberapa tahun setelah diagnosis ditegakkan, untuk mengontrol gejala-gejala lanjutan.
Agonis dopamine dihindari pemakaiannya pada pasien dengan demensia, karena kecenderungan
obat ini dalam menimbulkan halusinasi.
Obat-obat agonis dopamine yang lama dikenal, seperti bromokriptine dan pergolide, merupakan
derivate ergot yang jarang menimbulkan fibrosis retroperitoneal, pleural dan pericardial. Barubaru ini dilaporkan mengenai hubungan antara penggunaan pergolide dengan terjadinya
penebalan dan disfungsi katup-katup jantung. Hasil echocardiografi pada pasien dengan
penggunaan pergolide jangka panjang menunjukkan adanya penyakit restriktif valvular dengan
resiko 2 sampai 4 kali lipat lebih besar dibandingkan pasien penyakit Parkinson yang tidak
22 | P a g e
Obat-obatan Lainnya
Secara umum, antikolinergik tidak digunakan sebagai pengobatan dalam penyakit Parkinson,
dikarenakan efeknya yang merugikan. Namun begitu, obat-obatan golongan ini kadang
ditambahkan jika gejala tremor dirasa sangat mengganggu dan tidak responsive dengan
pengobatan lain, meskipun sesungguhnya, fakta di lapangan menunjukkan kekurang-efektifan
obat ini dalam mengurangi tremor. Obat golongan antikolinergik merupakan kontraindikasi pada
pasien dengan demensia dan biasanya dihindari penggunaannya pada pasien yang berusia lebih
dari 70 tahun. MAO inhibitor dan amantadine memiliki beberapa efek yang merugikan dan
membutuhkan peningkatan titrasi sedikit demi sedikit untuk mencapai dosis terapetik. Namun
Karen efek dari obat-obatan ini cenderung lemah, maka obat ini tidak digunakan sebagai obat
tunggal dalam pengobatan.
Aturan Pemakaian
Keterangan
Levodopa
(dikombinasikan dengan
karbidopa)
23 | P a g e
Bisa meningkatkan
aktivitas Levodopa di
otak
Obat antikolinergik
(benztropin & triheksifenidil),
obat anti depresi tertentu,
antihistamin (difenhidramin)
Bisa menimbulkan
beberapa efek samping
Amantadin
2.12.3 Pembedahan
Thalamotomy dan thalamic stimulationdeep brains timulation (DBS) dengan implantasi
elektoda dapat merupakan terapi yang mujarab dalam mengatasi tremor pada penyakit
Parkinson, ketika sudah tidak ada lagi respon dengan pengobatan non-surgikal. Secara umum
tindakan bedah (Thalamotomi ventrolateral dan Pallidektomi) memberikan hasil yang paling
baik pada Parkinsonisme idiopatik dengan gejala unilateral pada penderita dibawah umur 65
tahun. Pallidotomy, pallidal deep brain stimulation dapat mengatasi gejala-gejala penyakit
Parkinson pada pasien yang responnya terhadap medikasi antiparkinsonism mengalami
komplikasi dengan adanya fluktuasi fungsi motorik yang memburuk dan diskinesia. Karena
indikasi dari terapi surgical pada tahap dini penyakit tidak ditemui dan karena tindakan yang
24 | P a g e
2.13
REHABILITASI MEDIK
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan menghambat
bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah masalah sebagai berikut :
Abnormalitas gerakan
Gejala otonom
Perubahan psikologik
Peregangan
Latihan koordinasi
2. Terapi okupasi
3. Terapi wicara
25 | P a g e
2.14
PROGNOSIS
PD bukanlah suatu penyakit yang dengan sendirinya bersifat fatal, melainkan PD merupakan
suatu penyakit yang bertambah parah dengan seiringnya waktu. Perkiraan hidup pasien PD
biasanya lebih rendah dibanding orang yang tidak mempunyai penyakit tersebut. Pada PD tahap
lanjut, PD mungkin dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumonia, dan jatuh yang
dapat menimbulkan kematian.
Progresi dari gejala PD mungkin akan memakan waktu 20 tahun atau lebih. Pada beberapa
orang, progresi penyakit ini dapat berjalan lebih cepat. Tidak ada cara untuk memprediksi
bagaimana PD akan bermanifestasi pada seseorang. Dengan penanganan yang baik, kebanyakan
dari penderita PD dapat mempunyai hidup yang produktif untuk waktu yang panjang setelah
didiagnosa.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa mortalitas meningkat, dan kelangsungan hidup menurun
pada pasien di rumah jompo dibanding pasien yang tinggal di komunitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegenerative progresif yang disebabkan karena
proses degenerasi spesifik neuron-neuron dopaminergik ganglia basalis terutama di substansia
nigra pars kompakta yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (badan lewy). Penyakit
26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA :
1. Medika
therapy.
com.
info
penyakit
Parkinson.
2009.
http://medicatherapy.com/index.php/content/read/348/info-penyakit/parkinson
27 | P a g e
Diunduh
dari
dokter.
Penyakit
Parkinson.
11
September
2009.
Diunduh
dari
http://dokterkwok.blog.com/2009/09/11/penyakit-parkinson/
3. Medikaholistik.com. Lebih jauh mengenal penyakit Parkinson. 28 Mei 2009. Diunduh dari
http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=208
4. Medicine
and
Health
Investigation.
Penyakit
Parkinson.
2010.
Diunduh
dari
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/investigative-medicine/2043668-penyakitparkinson/#ixzz1LkMefYhz
5. Nuartha BN. : Penyakit Parkinson dan Parkinsonismus. Dalam Harsono (editor). Kapita Selekta
Neurologi. Edisi I. Yogyakarta University, 1996 : 331 9.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia., Buku Ajar Neurologi KlinisEdisi I. Yogyakarta :
Gajahmada University Press 1996 : 223 8.
7. Guyton Hall. : Serebelum Ganglia Basalais dan Seluruh Pengatur Motorik. Dalam : Fisiologi
Kedokteran. Edisi 9 Jakarta EGC 1997 : 904 5.
8. Morris., JH. : Sistem Saraf. Dalam Robbins, SI., Kumar, V. Editor. Buku Ajar Patologi II. Alih
Bahasa : Lunardhi, JH. Santoso, R. Edisi ke-4. EGC. Jakarta 1995 : 474 510.
9. Sudarmanto. Journal Kelainan Fungsi Saraf. Penyakit Parkinson. May 2008. Diunduh dari
http://sudarmanto.multiply.com/journal
10.
kesehatan.blogspot.com/2009/06/penyakit-parkinson-parkinsons-disease.html
28 | P a g e