Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Laring, atau kotak suara (voicebox), adalah organ pada leher mamaliayang
melindungi trakea dan terlibat dalam produksi suara. Laring mengandung pita suara (vocal cord)
dan berada pada daerah di mana rongga atas terpisah menjadi trakea dan esofagus. Struktur
laring umumnya terdiri dari tulang rawan yang diikat oleh ligamen dan otot.
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring
yang tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan karena
suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis, pita suara palsu dan sinussinus piriformis yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan
segera bermetastase kekelenjar limfe leher bagian dalam.
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa
perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang orang dengan resiko tinggi
terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang
diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar
radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker,
sebagai berikut :
a.
Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru, mulut, laring (pita suara),
dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
b.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama kanker pada
saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah Makanan
yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker
lambung.Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap
kanker kerongkongan.Zat pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat
pada makanan laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung)
yang diproses secara berlebihan.
c.
Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus Epstein-Bar (di
Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini menyebabkan kanker
hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.
C. PATOFISIOLOGI
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik yang
jarang.Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara palsu, dan sinus-sinus piriformis ).
Banyak mengandung pembuluh limfe, dan kanker pada jaringan ini biasanya meluas dengan
cepat dan segera bermefastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam. Orang-orang yang
mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu harus segera
memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker pita suara, jika pengobatan
dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara )
pengobatan biasanya masih memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan pada leher,
nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe dan
batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap laring
dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari pemeriksaan mikroskopi terhadap laring.
D. MANIFESTASI KLINIS
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah
glods karena tumor mengganggu pita suara selama bicara. Suara mungkin terdengar parau dan
puncak suara rendah.Bunyi suara yang terganggu bukan merupakan tanda dini kanker suglotis
atau supraglotis, namun mungkin pasien mengeluh nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan
ketika minum cairan hangat atau jus jeruk.
Suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher, gejala lanjut , termasuk kesulitan menelan
( dsifagia ) atau kesulitan bernafas ( dipsnue ). Suara serak dan nafas bau, pembesaran nodus
limfe servikal, penurunan BB dan status kelemahan umum dan nyeri yang menjalar ke telinga
dapat terjadi bersama metastasis ( Brunner& Suddart, 2002 : 556-557 )
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pengkajian awal termasuk pengumpulan riwayat kesehatan yang lengkap, dan
pemeriksaan kepala dan leher.Laringoskopi tidak langsung dilakukan untuk mengevaluasi secara
visual keluasan tumor. Uji diagnostic, termasuk pemeriksaan sinar X jaringan lunak, tomogram,
xerogram, pemeriksaan kontras dan pencitraan resonansi magnetic ( MRI) , dilakukan sebagai
bagian dari pemeriksaan diagnostic untuk menentukan keluasan pertumbuhan tumor. Bagaimana
pun, pemeriksaan laringoskopi langsung di bawah anastesi umum, adalah metode primer untuk
mengevaluasi laring. Pertumbuhan tumor dapat mengenai ketiga area dan penampilannya dapat
beragam .
Sebagian besar tumor adalah tumor sel skuamosa. Tumor ini dikelompokkan berdasarkan
keluasan tumor primer (T) , yang mencakup ukuran dan invasi kedalam tempat lain; Letak dan
keluasan nodus yang terkena (N) , dan tingkat metastases (M) . Klasifikasi tumor menentukkan
modalitas pengobatan yang akan diberikan. Karena banyak lesi tumor ini adalah submukosa,
mungkin diperlukan biopsi yang dilakukan dengan insisi menggunakan tekhnik mikrolaringeal
atau laser untuk memotong mukosa dan mencapai tumor.
Mobilitas pita suara dikaji; jika gerakkan normalnya terbatas , maka pertumbuhan tumor
mungkin sudah mengenai otot, jaringan lain, dan bahkan jalan nafas. Nodus limfe leher dan
kelenjar tiroid di palpasi untuk menentukkan penyebaran keganasan.( Brunner& Suddart, 2002 :
557)
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi.Pengobatan
pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan.Pemeriksaan gigi dilakukan untuk
menyingkirkan setiap penyakit mulut.Semua masalah yang berkaitan dengan gigi diatasi jika
mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya
mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan ( yaitu bergerak saat
fonasi )
Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkin mengalami
kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis
nantinya membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan secara pra operatif
untuk mengurangi ukuran tumor
2. Pembedahan Parsial
a. Laringektomi parsial ( laringotomi tirotomi )
Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita
suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi .Dalam
operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien
kemungkinan menjadi parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki
kesulitan menelan.
b. Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis.Tulang hyoid,
glottis dan pita suara palsu diangkat.Pita suara kartilogi krikoid dan trakea tetap utuh.Selama
operasi dilakukan di seksi leher radikal pada tempat yang sakit.Selang traketomi dipasang dalam
trakea sampai jalan nafas glottis pulih.Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa
hari dan stoma dibiarkan menutup.Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai terdapat
penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi.Pasca operatif, klien kemungkinan akan
mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama dari operasi
ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa.
c. Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan
terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis
tengah leher dan bagian pita suara ( satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu ) dengan
pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien
akan mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien beresiko
mengalami operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara ( sakit
tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan menelan tetap utuh.
d. Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang hyoid, epiglottis,
kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea
ditinggalkan. Laringektomi total membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah
aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernapasan bawah, karena laring yang
memberikan perlindungan spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi
fungsi menelan akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana aliran udara digunakan
untuk bernafas dan berbicara. ( Brunner& Suddarth, 2002 : 557-558 )
3. Kemoterapi
Penggunaan
antineoplastik.Obat
obat
ini
untuk
menangani
digunakan
untuk
kanker
membunuh
disebut
sel
kemoterapi
kanker
dan
atau
agen
menghambat
perkembangannya.Semua sel baik normal maupun sel kanker berjalan mengikuti siklus sel. Agen
kemoterapi bekerja pada fase siklus sel berbeda disebut siklus non spesifik, kebanyakan agen
kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara aktif sedang membelah.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada lesi setempat dan
dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi.Kemoterapi mungkin di kombinasi dengan
pembedahan atau terapi radiasi, atau kedua-duanya untuk menurunkan ukuran tumor sebelum
operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang masih tertinggal pasca operasi. Tujuan dari
kemoterapi ( penyembuhan , pengontrolan, paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan
menetapkan medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.
Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik membunuh sel-sel kanker
dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka melakukan ini dengan meniru struktur
metabolik esensial secara kimiawi, yaitu : Nutrien esensial untuk metabolisme sel normal, Agen
umum meliputi : Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine ( FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ),
Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine ( 6-MP ), Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin.
Efek samping yang paling umum adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang dan diare.
a.
Rute pemberian
Obat-obat kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral, interval, intramuskuler,
subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal.Rute pemberian biasanya bergantung pada tipe obat,
dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan luasnya tumor yang diobati.
b. Dosis
Dosis preparat anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh total pasien,
respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi organ utama dan status kinerja
fisik.
4. Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
a. Pemberian sadatif
b.
Pemberian antiemetik
c. Pemberian antipiretik
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak yang tidak
sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan pada daerah
leher.Menurut Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan data sebgai berikut :
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Pekerjaan
d) Alamat
Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok.sulit menelan,sulit bernapas,suara
serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan, nyeri tenggorok, lemah.
2. Pengkajian Sekunder
a. ) Pemeriksaan Fisik
1)
Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
Suhu
TD
Respirasi
Nadi
Pengukuran BB
Kepala
Leher
b) Pemeriksaan Penunjang
1)
Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi terhadap sisi luar laring pada
leher dan gerakan-gerakan pada saat menelan. Pada kanker laring gerakan menelan akan
bergerak ke bawah saat inspirasi atau tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya pembesaran
dan nyeri.
Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan adanya lesi-lesi loca
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau
seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak
dan kental.
b.
suara).
c.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel
tumor.
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran
pencernaan (disfagia).
e.
Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan
leher.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh
glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan
kental.
a.
Tujuan
b.
Kriteria hasil
Intevensi :
1) Kaji frekuensi pernapasan catat rasio inspirasi atau ekspirasi
Catat adanya derajat dipsnue misalnya keluhan lapar udara, gelisah, ansietas, disteres,
pernapasan dan penggunaan otot bantu.
Rasional : disfungsi pernapasan merupakan proses kronis atau stadium akhir
suara).
a.
Tujuan
b.
c.
Intervensi:
Rasional : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan atau defisit yang
mandiri.
5) Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan dan dengan tenang. Gunakan
pertanyaan terbuka dengan jawaban ya atau tidak, selanjutnya kembangkan pada pertanyaan
yang lebih kompleks sesuai respon pasien.
Rasional : menurunkan kebingungan atau ansietas selama proses komunikasi.
6) Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat. Berikan pasien jarak waktu
untuk berespon.Bicaralah tanpa tekanan terhadap sebuah respon.
7) Rasional : pasien tidak perlu merusak pendengaran dan meninggikan suara dapat menimbulkan
marah pasien atau menyebabkan kepedihan. Memfokuskan respon dapat mengakibatkan frustasi
dan mungkin menyebabkan pasien terpaksa untuk bicara otomatis.
8) Anjurkan pengunjung atau orang terdekat mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi
dengan pasien, seperti membaca surat, diskusi tentang hal-hal yang terjadi pada keluarga.
Rasional : mengurangi isolasi social pasien dan meningkatkan penciptaan komunikasi yangb
efektif.
3.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel
tumor.
a.
Tujuan
aturanpemakai
farmakologis yang telah ditentukan dapat menggunakan keterampilan relaksasi dan aktifitas
hiburan sesuai indikasi.
b.
Kriteria hasil
minimal
pada
Mengikuti
farmokologis
yang
diperlukan,
mendemonstrasikan
penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi individu.
c.
Intervensi
1) Tentukan riwayat nyeri misal : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas dan tindakan
penghilang yang digunakan.
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intetrvensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar ( misal reposisi, gosokan punggung,) dan aktivitas hiburan
( missal musik dan TV ).
Rasional : meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3)
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran
pencernaan (disfagia).
a.
Tujuan
b.
Kriteria hasil
Intervensi
1) Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan menangani sekresi.
Raasional : faktor ini menentukan pilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus
terlindung dari aspirasi.
2) Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau nilainya suara yang hiperaktif
Rasional : fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik, jadi bising usus membantu dalam
menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi seperti paralitik ilius.
3) Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : mengevaluasi keefektifan / kebutuhan mengubah pemberian nutrusi.
4) Berikan makan dalm jumlah kecil dan dalam waktu sering dengan teratur.
Rasional : Meningkatkan prosese pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerja sama pasien saat makan.
5) Tingkatkan kenyamanan lingkungan yang sama termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkann
oranhg terdekat untk membawa yang disukai pasien.
Rasional : meskipun proses penilaian pasien memerlukan bantuan makan dan menggunakan alat
Bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatakan
pemasukan.
6) Kaji feses, cairan lambung, muntah darah dan sebagainya.
Rasional : Pendarahan subakuat / akut dapat terjadi
5.
Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan
leher
a.
b.
Tujuan
Kriteria hasil
terhadap suaranya, mampu mengenali dan bekerja sama dalam perubahan konsep diri peran
tanpa menimbulkan harga diri rendah mampu mengembangkan perencanaan yang realistis untuk
mengadaptasi perubahan peran
c.
Intervensi
1) Ciptakan atau pertahankan hubungan terapeuitik pasien perawat, Diskusikan perasaan takut atau
hal yang dipikirkan pasien.
Rasional : Meremehkan sikap peduli dan mengembangkan rasa saling percaya antara pasien
dengan perawat, dimana pasien bebas mengekspresikan ketakutan ditolak hilangnya fungsi suara
yang dimiliki sebelumnya, tidak berdaya mengenai perubahan yang terjadi.
2)
Catat tingkah laku menarik diri, sikap menyangkal atau terlalu memungkirkan proses
penyakitnya.
Rasional : Awalnya mungkin merupakan respon yang normal tapi jika berkepanjangan bisa
menghalangi untuk menghadapi kenyataan seharusnya dan dapat menurunkan ke arah koping
yang tidak efektif.
3) Jelaskan bahwa emosi yang labil adalah wajar. Pemecahan masalah merupakan langkah untuk
menangani masalah ini.
Rasional : Menghilangkan kecemasan dan membantu usah untuk menangani munculnya emosi
yang tidak diharapkan.
4) Beri masukan pada klien untuk memodifikasi gaya berpakaian untuk meningkatkan konsep diri
seperti memakai jilbab pada perempuan, menggunakan sal atau baju dengan kerah tertutup.
STUDI KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: Tn. Meseri
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
MRS
: 24 Maret 2002
No. Register
: 10145532
: ke dokter praktek dicurigai astma dan diberikan obat oral astma dan
Pasien pernah menderita TBC paru lima tahun yang lalu. Dari hasil foto thorax ( medik ) di
identifikasi bekas KP non aktif.
2.2
Pasien sesak dan parau saat di rumah dan dibawa kedokter oleh istrinya. Di curigai pasien astma
dan dokter memberikan obat oral astma, ternyata tidak ada perubahan dan bertambah sesak
kemudian pasien dibawah ke rumah sakit umum sidoarjo dan kemudian di rujuk ke RSUD Dr.
Soetomo surabaya tanggal 24 maret 2002 jam 17.00.
Setelah di kaji pasien sesak,stridor positip,foto servikal : soft tissu mass colli dengan
penyempitan trakea. Foto thorax : bekas KP dan Bronchitis.Diagnosa medik sementara diduga
kanker laring. Klien langsung dipersiapkan untuk tracheostomi untuk mengatasi sumbatan jalan
napas, sekaligus dilakukan biopsi untuk pemeriksaan PA.Informed consend ditanda tangani oleh
istri Tn. Meseri.Tindakan dilakukan jam 18.00 dan selesai 18.15. Post trecheostomi pasien tidak
sesak, batuk tidak ada, terpasang kanule logam pada cincin trakea 3-4, sadar baik,terpasang infus
RL 1000 cc/24 jam dan D 5% 1500 cc/24 jam,terpasang 02 masker 6 liter.
2.3
Kakek,nenek,saudara kandung ibu/bapak,saudara kandung pasien tidak ada yang sakit. Demikian
juga dengan penyakit keturunan. Keluarga yang meninggal adalah kakek dan nenek karena usia
tua.
2.4
Tinggal di lingkungan yang cukup bersih. Ada tempat pembuangan sampah. Tidak ada
penumpukan sampah disembarang tempat.
Keadaan umum
Pasien kanker laring post trakeostomi dan biopsi tanggal 24 maret 2002 dan tanggal 1 april 2002
keadaan umum tidak sesak, tidak nyeri,tidak batuk,suara hilang,berkomunikasi dengan bahasa
isyarat,terpasang kanule logam pada stoma yang dibuat pada trakea.
2.
Tanda-tanda vital
Suhu 36 derajad / axilla,nadi 88X /menit teratur, tensi 130/70 mmHg lengan kiri posisi
berbaring,respirasi rate 20 X menit normal.
3.
Body system
3.1
Pernapasan ( B 1 : Breathing )
Pernapasan melalui trakea yang dibuat lubang ( trakeostomi ). Bentuk dada simetris,lendir ada
dan dilakukan nebuliser dan suktion oleh perawat ruangan.
3.2
Cardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Tidak ada nyeri dada, palpitasi tidak ada, tidak ada pusing,udema tidak ada, dan tidak ada
udema.
3.3
Persyarafan ( B3 : Brain )
Composmentis,GCS : 15, Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6. Kepala dan wajah tidak ada cedera,
Mata dan sklera normal,conjuntiva merah muda,pupil isokor dan normal. Leher ada pembesaran
kelenjar limfe,ada stoma pada leher ( trakeostomi ) untuk mengatasi sumbatan jalan napas
atas.Reflek patela normal. Persepsi sensori pendengaran kiri-kanan normal,penglihatan
normal,perabaan normal.
3.4
Produksi urin kurang lebih 1500-1800 cc/24 jam.Kadang jika banyak minum maka kencing
banyak,warna kuning tua dan bau normal. Tidak ada masalah dalam perkemihan.
3.5
Oral higiene baik,mulut bersih,tidak ada ulkus atau tumor,tenggorok normal,abdomen tidak ada
pembesaran hepar dan limpa,bunyi perkusi timpani atau normal,bunyi peristaltik normal,BAB 12X/hari konsistensi padat-lunak. Tidak ada masalah dengan BAB. Tidak menggunakan obat
pencahar.
3.6
Tulang-Otot-Integumen ( B6 : Bone )
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parese,paralise dan hemiparese. Extremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan. Tulang belakang tidak ada ceera. Warna kulit sawo matang,akral
hangat.Tidak ada masalah pada warna kulit dan turgor baik.
3.7
Sistem Endokrin
Tidak mendapat atau menggunakan terapi hormon,goiter tidak ada,tidak ada polidipsi,poliphagi
dan poliuri. Tidak ada exopthalmus.
stoma/logam trakeostomi yang ada dileher.Klien meminta kalau nebuliser dan suction dilakukan
pada malam hari atau saat sepi.
V. SPIRITUAL
Pasien beragama islam dan kegiatan ibadah yang dilakukan adalah sholat. Klien sangat percaya
akan pertolongan ALLAH dalam penyakit yang dihadapinya.
VII Therapy
Amox 3x500mg,asam mefenamad 3x500 mg,diit TKTP,nebuliser dan
suction.
ANALISA DATA
1.
Data subyektif : melalui metoda tulisan klien mengatakan apakah ada cara lain selain
operasi,takut tidak bisa berbicara atau mengucapkan kata-kata dan kehilangan suara setelah
operasi,kurang mengerti persiapan sebelum dan setelah operasi dan menolak operasi.
Data obyektif : kekuatiran meningkat,tampak wajah tegang.
Masalah : Kecemasan
Etiologi : Takut akan kecacatan fungsi bicara
2.
Data subyektif : melalui metode tulisan klien mengatakan sulit untuk mengucapkan kata-
Data obyektif
setelah disarankan oleh perawat dengan tujuan agar mudah dimengerti oleh orang lain,klien
kehilangan kemampuan mengucapkan kata-kata tetapi mengerti apa yang dikatakan oleh
perawat, terpasang kanule logam pada trakeostomi.
Masalah : Kerusakan komunikasi verbal
Etiologi : CA pada pita suara dan hambatan fisik ( selang trakeostomi ) pada kemampuan bicara.
3.
Data subyektif : Melalui metode tulisan klien mengatakan malu tidak bisa berbicara seperti
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan CA pada pita suara dan hambatan fisik
( selang trakeostomi ) terhadap kemampuan mengucapkan kata-kata.
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan kemampuan mengucapkan kata-kata atau
bicara.
3.Kecemasan berhubungan dengan takut akan kecacatan fungsi bicara.
Diagnosa keperawatan 1.
Diskusikan dengan pasien mengapa kemampuan mengucapka kata-kata atau bicara hilang.
2.
Diagnosa keperawatan 2.
Goal : Klien akan mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada
diri sendiri.
Kriteria hasil : interaksi dengan orang lain lebih meningkat, kontak mata dengan ekspresi yang
rileks,tidak cemas,mengatakan melalui metode tulisan dan partisipasi aktif dalam perawatan diri.
Intervensi :
- Ciptakan hubungan saling percaya perawat-klien.
- Diskusikan arti kehilangan fungsi bicara dan identifikasi persepsi atau harapan yang akan
datang.
-
Ajarkan klien dan ikut sertakan keluarga dalam perawatan kanule trakeostomi,suction dan
nebulizer.
3.
Diagnosa keperawatan 3.
Jelaskan apa yang terjadi selama periode pre dan paska operasi.
DX
Hari/tgl/ja
Kep. m
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Jam 10.30
2/4-2002
08.00
O : Anggukan kepala,klien
menulis pesan,kadang
menggunakan bahasa isyarat
untuk menyampaikan
kebutuhannya.
A : Klien dapat berkomunikasi
verbal lewat tulisan untuk
menyampaikan kebutuhannya
dan mengerti apa yang dikatakan
perawat.
P : Intervensi dihentikan.
- Mendiskusikan dengan
pasien bahwa bicara tidak bisa
karena pita suara tidak bisa
08.30
Jam : 11.00
trakeostomi dengan
menunjukkan gambar.
P : Intervensi dipertahankan.
Jam : 11.00
pensil.
S : Klien menulis tetap menolak
09.00
P : Intervensi dipertahankan
tetapi
10.00
alternatif pemecahan
Meningkatkan hubungan
saling
percaya.Mendiskusihkan
bahwa kehilangan bicara
bukan berarti klien dikucilkan
dan dianggap tidak berarti
tetapi tetap diperlakukan dan
Intensif ).
I. IDENTITAS
Nama
: Tn. Meseri
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
MRS
No. Register
: 24 Maret 2002
: 10145532
: ke dokter praktek dicurigai astma dan diberikan obat oral astma dan
Pasien pernah menderita TBC paru lima tahun yang lalu. Dari hasil foto thorax ( medik ) di
identifikasi bekas KP non aktif.
2.2
Pasien sesak dan parau saat di rumah dan dibawa kedokter oleh istrinya. Di curigai pasien astma
dan dokter memberikan obat oral astma, ternyata tidak ada perubahan dan bertambah sesak
kemudian pasien dibawah ke rumah sakit umum sidoarjo dan kemudian di rujuk ke RSUD Dr.
Soetomo surabaya tanggal 24 maret 2002 jam 17.00.
Setelah di kaji pasien sesak,stridor positip,foto servikal : soft tissu mass colli dengan
penyempitan trakea. Foto thorax : bekas KP dan Bronchitis.Diagnosa medik sementara diduga
kanker laring. Klien langsung dipersiapkan untuk tracheostomi untuk mengatasi sumbatan jalan
napas, sekaligus dilakukan biopsi untuk pemeriksaan PA.Informed consend ditanda tangani oleh
istri Tn. Meseri.Tindakan dilakukan jam 18.00 dan selesai 18.15. Post trecheostomi pasien tidak
sesak, batuk tidak ada, terpasang kanule logam pada cincin trakea 3-4, sadar baik,terpasang infus
RL 1000 cc/24 jam dan D 5% 1500 cc/24 jam,terpasang 02 masker 6 liter.
2.3
Kakek,nenek,saudara kandung ibu/bapak,saudara kandung pasien tidak ada yang sakit. Demikian
juga dengan penyakit keturunan. Keluarga yang meninggal adalah kakek dan nenek karena usia
tua.
2.4
Tinggal di lingkungan yang cukup bersih. Ada tempat pembuangan sampah. Tidak ada
penumpukan sampah disembarang tempat.
Keadaan umum
Pasien kanker laring post trakeostomi dan biopsi tanggal 24 maret 2002 dan tanggal 1 april 2002
keadaan umum tidak sesak, tidak nyeri,tidak batuk,suara hilang,berkomunikasi dengan bahasa
isyarat,terpasang kanule logam pada stoma yang dibuat pada trakea.
2.
Tanda-tanda vital
Suhu 36 derajad / axilla,nadi 88X /menit teratur, tensi 130/70 mmHg lengan kiri posisi
berbaring,respirasi rate 20 X menit normal.
3.
Body system
3.1
Pernapasan ( B 1 : Breathing )
Pernapasan melalui trakea yang dibuat lubang ( trakeostomi ). Bentuk dada simetris,lendir ada
dan dilakukan nebuliser dan suktion oleh perawat ruangan.
3.2
Cardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Tidak ada nyeri dada, palpitasi tidak ada, tidak ada pusing,udema tidak ada, dan tidak ada
udema.
3.3
Persyarafan ( B3 : Brain )
Composmentis,GCS : 15, Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6. Kepala dan wajah tidak ada cedera,
Mata dan sklera normal,conjuntiva merah muda,pupil isokor dan normal. Leher ada pembesaran
kelenjar limfe,ada stoma pada leher ( trakeostomi ) untuk mengatasi sumbatan jalan napas
atas.Reflek patela normal. Persepsi sensori pendengaran kiri-kanan normal,penglihatan
normal,perabaan normal.
3.4
Produksi urin kurang lebih 1500-1800 cc/24 jam.Kadang jika banyak minum maka kencing
banyak,warna kuning tua dan bau normal. Tidak ada masalah dalam perkemihan.
3.5
Oral higiene baik,mulut bersih,tidak ada ulkus atau tumor,tenggorok normal,abdomen tidak ada
pembesaran hepar dan limpa,bunyi perkusi timpani atau normal,bunyi peristaltik normal,BAB 12X/hari konsistensi padat-lunak. Tidak ada masalah dengan BAB. Tidak menggunakan obat
pencahar.
3.6
Tulang-Otot-Integumen ( B6 : Bone )
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parese,paralise dan hemiparese. Extremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan. Tulang belakang tidak ada ceera. Warna kulit sawo matang,akral
hangat.Tidak ada masalah pada warna kulit dan turgor baik.
3.7
Sistem Endokrin
Tidak mendapat atau menggunakan terapi hormon,goiter tidak ada,tidak ada polidipsi,poliphagi
dan poliuri. Tidak ada exopthalmus.
VII Therapy
Amox 3x500mg,asam mefenamad 3x500 mg,diit TKTP,nebuliser dan
suction.
ANALISA DATA
1.
Data subyektif : melalui metoda tulisan klien mengatakan apakah ada cara lain selain
operasi,takut tidak bisa berbicara atau mengucapkan kata-kata dan kehilangan suara setelah
operasi,kurang mengerti persiapan sebelum dan setelah operasi dan menolak operasi.
Data obyektif : kekuatiran meningkat,tampak wajah tegang.
Masalah : Kecemasan
Etiologi : Takut akan kecacatan fungsi bicara
2.
Data subyektif : melalui metode tulisan klien mengatakan sulit untuk mengucapkan kata-
setelah disarankan oleh perawat dengan tujuan agar mudah dimengerti oleh orang lain,klien
kehilangan kemampuan mengucapkan kata-kata tetapi mengerti apa yang dikatakan oleh
perawat, terpasang kanule logam pada trakeostomi.
Masalah : Kerusakan komunikasi verbal
Etiologi : CA pada pita suara dan hambatan fisik ( selang trakeostomi ) pada kemampuan bicara.
3.
Data subyektif : Melalui metode tulisan klien mengatakan malu tidak bisa berbicara seperti
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan CA pada pita suara dan hambatan fisik
( selang trakeostomi ) terhadap kemampuan mengucapkan kata-kata.
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan kemampuan mengucapkan kata-kata atau
bicara.
3.Kecemasan berhubungan dengan takut akan kecacatan fungsi bicara.
Diagnosa keperawatan 1.
hilang.
-
2.
Diagnosa keperawatan 2.
Goal : Klien akan mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada
diri sendiri.
Kriteria hasil : interaksi dengan orang lain lebih meningkat, kontak mata dengan ekspresi yang
rileks,tidak cemas,mengatakan melalui metode tulisan dan partisipasi aktif dalam perawatan diri.
Intervensi :
-
Diskusikan arti kehilangan fungsi bicara dan identifikasi persepsi atau harapan yang akan
datang.
-
Ajarkan klien dan ikut sertakan keluarga dalam perawatan kanule trakeostomi,suction dan
nebulizer.
3.
Diagnosa keperawatan 3.
Jelaskan apa yang terjadi selama periode pre dan paska operasi.
EVALUASI
Jam 10.30
S : Keluaga dan klien (lewat
pendengaran.Klien tidak
mengalami gangguan
penglihatan dan dapat
mendengarkan dan berespon
sesuai dengan apa yang
ditanyakan perawat.Tes
pendengaran dengan alat
belum dilakuakan.
anggukan ) mengatakan
mengerti.
O : Anggukan kepala,klien
menulis pesan,kadang
menggunakan bahasa isyarat
untuk menyampaikan
kebutuhannya.
A : Klien dapat berkomunikasi
verbal lewat tulisan untuk
menyampaikan kebutuhannya
dan mengerti apa yang dikatakan
perawat.
P : Intervensi dihentikan.
- Mendiskusikan dengan
pasien bahwa bicara tidak bisa
karena pita suara tidak bisa
menutup dan terpasang selang
trakeostomi dengan
menunjukkan gambar.
Jam : 11.00
S : Dengan metode tulisan klien
mengatakan lebih suka
dinebulizer dan suction pada
malam hari.
O : Ada kontak mata,klien
tampak cemas,kuatir dan tegang.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dipertahankan.
08.30
09.00
-Meyakinkan kemampuan
mengucapkan kata-kata akan
kembali dan jika tidak ada
Jam : 11.00
S : Klien menulis tetap menolak
operasi dan minta pulang paksa.
O: Tidak mau dioperasi dan
memilih alternatif lain misalnya
radioterapi dan kemoterapi yang
tidak menghilangkan
kemampuan untuk
berbicara.Tampak kuatir dan
tegang.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dipertahankan
tetapi
pada jam 12.00 klien pulang dan
diberikan pendidikan kesehatan
tentang cara suction dan
mencairkan lendir dengan uap air
oleh perawat ruangan.
10.00
alternatif pemecahan
masalahnya dengan terapi
wicara dengan bicara
esofageal atau isyarat.
Meningkatkan hubungan
saling
percaya.Mendiskusihkan
bahwa kehilangan bicara
bukan berarti klien dikucilkan
dan dianggap tidak berarti
tetapi tetap diperlakukan dan
dihargai sebagai individu yang
utuh secara biopsikososio dan
spiritual.Klien tampak saat
berinteraksi cemas,kuatir dan
ekpresi wajah tidak rileks.Tiap
jam 06.00 pagi pasien
dinebuliser dan disuction oleh
perawat jaga malam.
Mengkaji faktor penyebab
kecemasan dan klien
mengatakan melalui tulisan
dengan operasi saya takut
kehilangan kemampuan
bicara.Memonitor tanda vital
klien T : 130/70 mmHg,S :
36,5 derajat celsius, N :
88x/menit.Menjelaskan pada
klien jika setuju dioperasi
maka ada persiapan pre
operasi, misalnya puasa dan
post operasi mungkin dirawat
diruang UPI(Unit Perawatan
Intensif ).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana suhanA Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2.Jakarta : EGC
Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2.Edisi 8.Jakarta : EGC