Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm3
darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume)
dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997)
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel
darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah, 1997)
Anemia aplastik merupakan anemia normokromik normositer yang
disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sehingga sel darah yang mati tidak
diganti. Anemia aplastik adalah anemia yang disertai dengan pansitopenia pada
darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk
aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum
tulang. (Handayani, 2008)
B. Etiologi
1. Faktor genetik (anemia aplastik konstitusional)
Sebagian besar diturunkan menurut hukum mendel. Dibagi menjadi
beberapa kelompok :
a. Anemia Fanconi
Diturunkan sebagai sifat resesif autosomal dan dihubungkan dengan
sitopenia dan anomali kongenital multipel
b. Diskeratosis bawaan
c. Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan kulit atau tulang
d. Sindrom aplastik parsial :
1) Sindrom Blackfand-Diamond (anemia hipoplastik)
Karakteristikdestruksi sel darah merah dan sedikit penurunan
trombosi dan sel darah putih.
2) Trombositopenia bawaan
3) Agranulositosis bawaan
2. Obat-obatan dan bahan kimia
Akibat hipersensitivitas atau dosis obat (kloramfenikol, metisilin, sulfonamida,
tiasid dan agen kemoterapeutik) berlebihan. Sedangkan bahan kimia yang
dapat menyebabkan anemia aplastik adalah zat kimia industri dan rumah
tangga (zat pewarna, lem, penghilang cat, insektisida, produk petroleum dan
benzen).
3. Infeksi
Dapat menyebabkan :
a. Anemia aplastik sementara
1) Mononukleosis infeksiosa
2) Tuberkulosis milier
3) Influenza
4) Bruselosis
5) Dengue
b. Anemia aplastik permanen (prognosis buruk)
1) Virus hepatitis tipe non-A
2) Virus hepatitis tipe non-B
4. Iradiasi
Akibat pengobatan kanker dengan sinar X, peningkatan dosis penyinaran
sekali waktu akan menyebabkan terjadinya pansitopenia. Sinar rontgen juga
bisa mengakibatkan anemia aplastik.
5. Kelainan imunologis
Zat anti terhadap sel-sel hamatopoietik dan lingkungan mikro
6. Idiopatik
Tidak diketahui penyebabnya (sekitar 50-70%)
7. Anemia aplastik pada keadaan atau penyakit lain
a. Leukimia akut
b. Hemoglobinuria nokturnal paroksimal
c. Kehamilan
d. Defisiensi hemolitik (penyakit sel sabit)
e. Penyakit ginjal
f. Gangguan endokrin
8. Infiltrasi dan penggantian jaringan mieloid (leukimia dan limfoma)
9. Keadaan alergi atau autoimun
C. Patogenesis
Perubahan sel tunas dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, pajanan
obat atau infeksi.
Pada kasus-kasus idiopatik, kegagalan sel tunas dapat disebabkan oleh :
a. Defek primer pada jumlah atau fungsi sel tunas dan pada sebagian kasus
disebabkan oleh pajanan mutagen. Kadang-kadang sel tunas yang sudah
rusak secara genetik dapat mengalami transformasi menjadi bentuk leukimia
yang akut
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Sindrom anemia
Mudah terinfeksi
Perdarahan
Febris
Ulkus mulut
Faring
Sepsis
Kulit
Organ dalam
(Handayani : 2008)
E. Manifestasi klinis
1. Kemungkinan anemia aplastik merupakan akibat dari faktor kongenital atau
didapat sehingga temuan pengkajian dikaitkan dengan kegagalan sumsum
tulang sebagai berikut :
a. Kekurangan sel darah merah dikarakteristikkan dengan :
1) Peningkatan kecepatan denyut jantung (takikardia) karena
tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan
2) Peningkatan frekuensi pernapasan karena tubuh erusaha
menyediakan lebih banyak oksigen ke darah
3) Pusing akibat berkurangnya aliran darah ke otak
4) Kelelahan karena penurunan oksigenasi berbagai organ,
termasuk otot jantung dan otot rangka
5) Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi
6) Mual akibat penurunan aliran darah ke slauran cerna dan
susunan saraf pusat
7) Penurunan kualitas rambut dan kulit
8) Letargi (keadaan defisit pemusatan perhatian)
9) Eksersi napas pendek
b. Kekurangan sel darah putih dikarakteristikkan dengan infeksi
berulang, termasuk infeksi oportunistik (Infeksi serius akibat
mikroorganisme yang normalnya tidak memiliki atau memiliki sedikit
aktivitas patogen atau kemampuan menimbulkan penyakit, tetapi
menyebabkan penyakit jika resistensi pejamu menurun akibat
penyakit serius, pengobatan infasif atau karena obat)
c. Berkurangnya trombosit dikarakteristikkan dengan perdarahan
abnormal (gusi dan gigi), petekia, purpura (area kecil perdarahan
kulit, bintik merah keunguan, tidak menghilang bila ditekan) dan
memar.
2. Anak-anak yang mengalami sindrom Fanconi dapat memiliki tinggi badan
yang pendek, malformasi ginjal dan jantung, mikrosefali, mikroftalmos,
pigmentasi dengan bintik cafe-au-lait dan tidak adanya jari kelingking dan ibu
jari secara kongenital.
F. Komplikasi
1. Sensitisasi terhadap antigen donor yang bereaksi-silang menyebabkan
perdarahan yang tidak terkendali
2. Graft versus host disease (timbul setelah pencangkokan sumsum tulang)
3. Kegagalan cangkok sumsum (terjadi setelah transplantasi sumsum tulang)
4. Parestesia (perasaan abnormal, yang dapat bermanifestasi sebagai rasa
sakit seperti ditusuk-tusuk, mati rasa, atau rasa terbakar, yang menunjukkan
penyakit serabut saraf sensoris perifer)
5. Kejang
6. Gagal jantung dan kematian akibat beban jantung yang berlebihan dapat
terjadi pada anemia berat
7. Kematian akibat infeksi dan perdarahan jika sel darah putih atau trombosit
juga terlibat
G. Pemeriksaan penunjang
1. Sel darah
a. Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan
b. Jenis anemia adalah normokromik normositer (sel-sel darah merah
mempunyai ukuran dan bentuk normal tetapi individu menderita
anemia, misal keadaan penyakit kronik dan kehilangan darah akut)
disertai retikulositopenia (turunnya jumlah sel muda)
c. Leukopenia dengan relatif limfositosis, tidak dijumpai sel muda dalam
darah tepi
d. Trombositopenia yang bervariasi dari ringan sampai dengan sangat
berat
2. Biopsi sumsum tulang
Untuk menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan
penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem,
precursor granulosit, eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi pansitopenia
(defisiensi semua elemen sel darah).
3. LED
Laju endap darah selalu meningkat, sebanyak 62 dari 70 kasus mempunyai
LED >100 mm/ 1 jam pertama.
4. Faal hemostatik
Penatalaksanaan keperawatan
1. Pencegahan infeksi silang
2. Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak
3. Tempatkan anak pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi
serebral
4. Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu
ruangan
5. Berikan dukungan emosional kepada orang tua dan anak
6. Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan orang tua dan anak
7. Berikan informasi adekuat mengenai keadaan, pengobatan dan kemajuan
kesehatan anak serta bimbingan untuk perawatan dirumah. (Pillitteri : 2002)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hari / tanggal
Waktu
Tempat
Oleh
Sumber Data
Metode
1. Identitas
a. Klien
Nama
: Bp. S
Umur
: 55 tahun
: Duda
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Pedagang sayur
Alamat
No. CM
: 573567
Tanggal Masuk
b. Penanggung jawab
Nama
: Ny D
Umur
: 31 tahun
Alamat
: Anak kandung
: Anemia aplastik
2. Riwayat kesehatan
Kesehatan pasien
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama
Pasien mengeluh sudah beberapa hari sebelumnya gusinya
berdarah dan tidak mau berhenti setelah cabut gigi, buang
air besar dengan feses berwarna merah dan mimisan
2) Alasan masuk rumah sakit
10 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sakit
gigi, kemudian pasien memutuskan untuk mencabut sendiri
giginya di rumah. Tetapi beberapa hari kemudian, darah
akibat pencabutan gigi tidak juga berhenti. Kemudian diikuti
dengan mimisan, sesak nafas dan juga BAB dengan feses
berwarna hitam. Kemudian pasien dibawa ke RSUD Wates
untuk menjalani perawatan dan pengobatan. Pasien masuk
BB
: 56 kg
IMT
: 23,01kg/m2
Tanda tanda vital
TD
:
S
:
HR
:
RR
:
b. Pemeriksaan secara sistematik (Cepalo Kaudal)
1) Kepala
: Rambut hitam sedikit beruban, tidak ada lesi,
tidak ada ketombe.
2) Mata
: Simetris, sklera putih kekuningan, konjungtiva
pucat
3) Hidung
: Tidak ada lesi, tidak ada sekret yang keluar,
tidak ada pernapasan cuping hidung
4) Telinga
: Simetris, masih bisa mendengar dengan jelas,
tidak ada cairan yang keluar
5) Mulut
: Pasien mampu berbicara secara normal
simetris, mukosa mulut lembab, tidak ada
sariawan.
6) Gigi
: Gigi sedikit kotor, terlihat bekas cabutan gigi
7) Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
8) Dada
a) Inspeksi : Warna coklat pucat, simetris, tidak ada lesi
b) Palpasi : Pergerakan diding dada simetris, tidak ada
nyeri tekan
c) Perkusi :
Interkosta 1-3 paru kiri terdengan suara resonan
Interkosta 4-6 paru kiri terdengar suara redup
Interkosta 1-6 paru kanan terdengar sara resonan
Interkosta 6 paru kanan terdengar suara redup
d) Auskultasi : Pada trakhea terdengar suara trakheal,
bronkus terdengar suara bronkheal dan
bronkeolus terdengar suara bronkovesikuler
9) Abdomen
a) Inspeksi : Warna putih pucat, tidak terlihat lesi dan
benjolan
b) Perkusi : Timpani, redup pada kuadran kiri bawah
c) Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
d) Auskultasi: Tidak terkaji
10) Genetalia : Tidak terkaji
11) Ekstremitas
a) Atas
: Simetris, tangan masih lengkap, tidak cacat,
dapat digerakkan, tidak ada oedema, pada
PARAMETER
Plasma
HASIL
14,6
SATUAN
Detik
NILAI RUJUKAN
11 15
Protrombin
Time
(PPT)
INR
1,21
KONTROL
14,5
DETIK
11,5 15,5
APTT
31,7
Detik
25,0 40,0
KONTROL
35,6
DETIK
26 36
Nilai Rujukan
Satuan
AB
HASIL
271
351
NILAI RUJUKAN
70-105
<140
SATUAN
mg/dl
mg/dl
HASIL
NILAI RUJUKAN
Hemoglobin
10,6
14,00 18,00
g/dL
Hematokrit
31,3
42,00 52,00
Leukosit
1,37
4,0 10,5
10^3/uL
11
150 450
10^3/uL
Eritrosit
3,74
4,50 6,00
10^6/uL
MPV
6,5
6,5 12,00
fL
15,4
9,0 17,00
0,0
0,108 0,282
MCV
83,8
80,0 97,0
fL
MCH
28,3
27,0 32,0
pg
MCHC
HITUNG JENIS
33,8
32,0 38,0
g/dL
Trombosit
SATUAN
Neutrofil%
71,0
50,0 70,0
Limfosit%
21,4
25,0 40,0
Monosit%
1,5
3,0 9,0
Eosinofil%
3,6
0,5 5,0
Basofil%
2,5
0,0 1,0
Neutrofil#
0,98
2,00 7,00
10^3/uL
Limfosit#
0,30
1,25 4,00
10^3/uL
Monosit#
0,02
0,30 1,00
10^3/uL
Eosinofil#
0,04
0,02 0,50
10^3/uL
Basofil#
0,03
0,0 10,0
10^3/uL
HASIL
109
295
NILAI RUJUKAN
70-105
<140
SATUAN
mg/dl
mg/dl
B. Analisa data
Data
Masalah
DO :
Keletihan
dari
kebutuhan
7
jam/hari
Etiologi
Anemia
mampu mempertahankan
aktivitas seperti biasanya
2. Pasien menyatakan lemas
DO :
1. Terpasang Infus NaCl 0,9 %
20 tpm pada tangan kanan
pasien
2. Set infus terpasang sejak 13
November 2013
3. Hasil pemeriksaan lab :
- Hemoglobin : 10,6 g/dL
- Hematokrit : 31,3 %
- Leukosit : 1,37 10^3/uL
- Neutrofil% : 71,0 %
- Limfosit% : 21,4 %
- Monosit% : 1,5 %
- Basofil% : 2,5 %
- Neutrofil# : 0,98 10^3/uL
- Limfosit# : 0,30 10^3/uL
- Monosit# : 0,02 10^3/uL
- GDP : 109 mg/dl
- Glukosa 2 jam PP : 295
mg/dl
Resiko Infeksi
Ketidakadekuatan
pertahanan sekunder
DS :
-
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
RENCANA
RASIONAL
TINDAKAN
Mansjoer.2005
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia keperawatan. Jakarta : EGC
Behrman, Richard E dkk. 1999. Ilmu kesehatan anak Nelson Vol 1. Jakarta : EGC
Rubenstein, David dkk. 2007. Lecture Notes : Kedokteran Klinis ed 6. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Nelson.1999
Burnside, John W. 1995. Diagnosis fisik. Jakarta : EGC
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005
Smeltzer.2001
Plitteri : 2002
Ngastiyah.1997