Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
Gita Prastika
P.17420113053
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
POST PARTUM SPONTAN
I.
fundus uteri berkontraksi kuat, bentuk uterus menjadi oval bulat, uterus
terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV adalah periode waktu dua jam setelah lahirnya plasenta secara
lengkap. Periode ini merupakan periode yang sangat kritis baik pada ibu dan
bayinya, periode dua jam setelah kelahiran plasenta sering dikenal dengan
periode pemulihan
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu dan factor janin
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
(BKKBN, 2006). Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan
sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk
meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin
mengejan (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih
efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram.
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui
vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula,
dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan
pada perineum.
2) Presentasi
Merupakan bagian janin yang pertamakali memasuki PAP dan terus akan menjadi
bagian yang pertama kali melewati jalan lahir saat persalinan. Faktor yang
mempengaruhi adalah letak janin, sikap janin dan ekstensi atau fleksi kepala
janin.
C. Patofisiologi
1) Adaptasi Fisiologis
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna
akan
berangsur-angsur
pulih
kembali
seperti
keadaan
sebelum
Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2.
3.
Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
2) Adaptasi Psikologis
Adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan.
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketika ibu siap untuk menerima peran
barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem
pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber
informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.
D. Pathway
E. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode post
partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gr/dL
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban :
Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
Episiotomi yang lebar
Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan
pembekuan
darah
misalnya
afibrinogenemia
atau
hipofibrinogenemia.
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai infeksi saluran reproduksi selama masa post partum.
ditandai adanya kenaikan suhu > 38C dalam 2 hari selama 10 hari pertama post
partum. Penyebab klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan
organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi puerperalis,
bakteri vagina, pembedahan caesaria dan ruptur membran.
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara ditandai dengan bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post partum.
5. Infeksi saluran kemih
6. Tromboplebitis dan trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status
vena
menyebabkan
relaksasi
sistem
vaskuler,
akibatnya
terjadi
Waktu
TFU
Segera setelah
Pertengahan simpisis
lahir
dan umbilikus
1 jam setelah
Umbilikus
Konsistensi
After pain
Terjadi
Lembut
lahir
3.
12 jam setelah
1 cm di atas pusat
lahir
4.
setelah 2 hari
Turun 1 cm/hari
Berkurang
Kontraksi
Lochea
Komposisinya adalah jaringan endometrial, darah dan limfe, Lochea terus keluar
sampai 3 minggu, Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
Lochea terdiri dari :
a) Rubra (merah) : 1-3 hari
b) Serosa (pink kecoklatan)
c) Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
b. Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur
internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
c. Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak
hamil dalam waktu 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus
normal dengan ovulasi.
d. Perineum
Episiotomi, penyembuhan dalam 2 minggu dan terjadi laserasi.
Derajat I
Derajat II
Tekanan darah normalnya kurang dari 140/90 mmHg dan meningkat pada
b. Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu. Pada
persalinan normal : 200 500 cc, sesaria : 600 800 cc.
c. Perubahan hematologi
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
d. Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
5. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa
kembali setelah 3 minggu post partum.
6. Sistem Gastrointestinal
Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
Nafsu makan kembali normal.
Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
7. Sistem Urinaria
Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena
trauma.
Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam
Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
8. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis
rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
9. Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutup.
Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap
Untuk menetukan tingkat hemoglobin ( Hb ) dan hematokrit ( Ht ), melihat adanya
trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi
terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan
menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara
memberikan antibiotik yang cukup
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir
tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan
penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :
a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal ke
arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam kemudian
lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika ditemukan
robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput
lendir. Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.
Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum dijahit
dengan benang catgut secara jelujur.
d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding depan
rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum rekto vaginal
dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah
karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3
jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit
lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat I.
f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum
Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008) kerjasama dengan ibu
dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala,
bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau meminimalkan
robekan pada perineum. Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post
partum spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
a) Monitor TTV
Intervensi :
a) Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
b) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan
keperawatan sesuai dengan respon klien
c) Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d) Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien
pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien
dari rasa nyeri
e) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri
2) Resiko tinggi infeksi b.d kurangnya pengetahuan cara perawatan vulva
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,
pengetahuan bertambah
Kriteria hasil
:
a. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
b. Perawatan pervagina berkurang
c. Vulva bersih dan tidak infeksi
d. Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan
dan jenis kelahiran
Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi
malam meningkatkan tingkat kelelahan.
b) Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi, menurunkan
rangsang
c) Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali ke
rumah
Rasional : rencana yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih awal serta
tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta
menyadari kelelahan berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi penilaian
psikologis, suplai ASI dan penurunan reflek secara psikologis
4. Evaluasi
1. Nyeri dapat teratasi
2. Infeksi tidak terjadi
3. Bayi dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya
4. Klien tidak mengalami konstipasi
5. Tidak terjadi syok hipovolemik
6. Klien tidak mengalami gangguan tidur
REFRENSI
Prawirohardjo, S. 2010. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Bobak, M. Irene, et.al 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. 4, Alih Bahasa :
Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC
http://dwitasari37.blogspot.com/2014/02/laporan-pendahuluan-post-partum.html. dikutip
tanggal 2 Mei 2015 pukul 14.00 WIB
BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 101-118).