You are on page 1of 24

Teori Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul,
Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608)
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan
yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar
(akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat
imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan);
mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi
pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau
memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74).
Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami
cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.
Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan
berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau
dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain
didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan
pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu
kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.
Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan
dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom Here we are using the tern
comprehension to include those objectives, behaviors, or responses which
represent

an

understanding

communication. Artinya

of
Disini

the

literal

message

menggunakan

contained

pengertian

in

pemahaman

mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu


pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu
siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang

sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan


menghubungkan dengan hal-hal yang lain. (Bloom Benyamin, 1975: 89).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari taksonmi
Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan
tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah
satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat
aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir
dari yang rendah sampai yang tertinggi.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan
tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa
pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah
adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang
sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua
adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah
dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik
dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3)
tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi.
Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik
yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan
kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemempuan membuat
kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.
Sejalan dengan pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44) menyatakan
bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu : (1) menerjemahkan
(translation),

pengertian

menerjemahkan

disini

bukan

saja

pengalihan

(translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari
konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah

orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata kata


kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan, (2)
menginterprestasi (interpretation),

kemampuan

ini

lebih

luas

daripada

menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama


suatu

komunikasi,

(3)

mengektrapolasi (Extrapolation),

agak

lain

dari

menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut


kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension) siswa
diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
diantara fakta-fakta atau konsep. Menurut Nana Sudjana (1992: 24) pemahaman
dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya,
atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang
bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman
ektrapolasi.
https://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/

Mengukur pemahaman bacaan siswa tidak terlepas dari kecepatan atau


waktu membacanya. Setiap pengukuran yang berkaitan dengan kemampuan
membaca ini tentu mencakup kecepatan dan pemahaman isi bacaan. Tampubolon
(1987:7) mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan kemampuan membaca
adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Jadi, antara
kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan keduanya seiring. Ditambahkan oleh
Tampubolon, cara mengukur kemampuan membaca adalah jumlah kata yang
dapat dibaca per menit dikalikan dengan persentase pemahaman is bacaan.
Pemahaman bacaan dapat diukur melalui pertanyaan yang menanyakan tentang

apa yang dimaksud pengarang, apa yang akan dikatakan pengarang, dan hal-hal
apa saja yang tersurat dalam bacaan tersebut.
Anderson (1981:106-107) mengemukakan bahwa kemampuan pemahaman
bacaan dapat diukur melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) Tingkat pemahaman literal
a) perbuatan apa pada cerita tersebut ?
b) siapa yang menjadi karakter-karakter utama ?
c) di mana hal itu berlangsung ?
2) Tingkat interpretasi
a) apa yang pengarang coba katakan ?
b) apa tema pokoknya?
c) Bagaimana fakta ini cocok dengan apa yang telah diketahui?
3) Tingkat ketiga
a) simbol-simbol apa yang disampaikan?
b) Apakah saya dapat menyimpulkan dari apa yang dikatakan?
c) Evidensi-evidensi apa untuk generalisasi-generalisasi berikut?
Jadi, Anderson mengungkapkan bahwa pemahaman bacaan dapat diukur
dalam tiga tingkatan, yaitu (1) tingkat pemahaman literal, (2) tingkat interpretasi,
dan (3) tingkat pemahaman di luar wacana. Tingkat literal menanyakan hal-hal
yang tersurat dalam bacaan, tingkat interpretasi menanyakan tentang apa yang

dimaksud mengarang, dan tingkat pemahaman ketiga menanyakan hal-hal yang


ada di luar wacana.
Menurut Harris (1977:59) tes kemampuan pemahaman bacaan mencakup:
1) Bahasa dan lambang tulisannya
a) Kemampuan memahami kata-kata yang terpakai dalam tulisan- tulisan biasa
dan kemampuan memahami istilah-istilah tertulis yang jarang terpakai dalam
tulisan biasa atau kata-kata biasa yang terpakai dalam arti khusus sebagaimana
terdapat dalam bahan bacaan.
b)

Kemampuan

memahami

pola-pola

kalimat

dan

bentuk-bentuk

kata

sebagaimana terpakai dalam, bahasa tulisan, dan kemampuan mengikuti bagianbagian yang kian lama kian panjang dan sulit yang dijumpai dalam tulisan-tulisan
resmi.
c) Kemampuan menafsirkan dengan lambang-lambang atau tanda-tanda yang
terpakai dalam tulisan yaitu tanda-tanda baca, pemakaian huruf besar, penulisan
paragraf, pemakaian cetak miring, cetak tebal, dan sebagainya yang digunakan
untuk memperkuat dan memperjelas pengertian yang terpakai dalam bacaan.
2) Gagasan
a)

Kemampuan mengenal maksud yang ingin disampaikan pengarang dan

gagasan pokok yang dikemukakan dalam karangan itu.


b)

Kemampuan memahami gagasan-gagasan yang mendukung pokok yang

dikemukakan pengarang.
c)

Kemampuan menarik kesimpulan yang betul dan kecerdasan yang tepat

tentang apa yang dikemukakan pengarang dalam bacaan itu.


3) Nada dan Gaya

a)

Kemampuan mengenal sikap pengarang terhadap masalah yang

dikemukakannya

dan

sikap

pengarang

terhadap

pembaca.

Kemampuan

memahami nada tulisan yang dikemukakan pengarang.


b) Kemampuan mengenal teknik dan gaya penulisan yang digunakan pengarang
untuk menyampaikan gagasannya dalam bacaan itu.
Secara garis besar, sebenarnya aspek yang dinilai dalam pemahaman
bacaan terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) pemahaman bahasa dan lambang
tulisannya, (2) gaya yang terdapat dalam bacaan, dan (3) nada dan teknik yang
digunakan pengarang. Dengan memahami ketiga aspek itu, berarti pembaca
memahami keseluruhan isi bacaan.
Farr (1969:53) mengemukakan bahwa untuk mengukur pemahaman
bacaan di antaranya haruslah berisi pertanyaan tentang pandangan atau maksud
pengarang dan pertanyaan tentang kesimpulan bacaan. Secara terinci Farr
membagi pertanyaan itu menjadi sembilan, yaitu :
a)

Pengetahuan tentang makna kata;

b)

Kemampuan memilih makna yang dimiliki kata atau frasa dalam latar

kontekstual khusus;
c)

Kemampuan untuk memilih atau memahami susunan dari bacaan dan

identitas sebelumnya dan kesimpulan-kesimpulan di dalamnya.


d)

Kemampuan menyeleksi gagasan pokok melalui bacaan;

e)

Kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dijawab khusus dalam

suatu bacaan;
f)

Kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dalam

bacaan, tetapi tidak pada setiap kata-kata yang mana pertanyaan dijawab;

g)

Kemampuan menyimpulkan dari bacaan tentang isinya;

h)

Kemampuan mengingat apa yang ditulis dalam bacaan dan maksud dan

suara hati pengarang, dan


i)

Kemampuan menentukan tujuan-tujuan pengarang, maksud pengarang,

dan pandangan pengarang, yaitu membuat kesimpulan-kesimpulan tentang suatu


tulisan.
Jadi, secara garis besar pertanyaan-pertanyaan tes pemahaman bacaan
menurut Farr dibagi menjadi tiga, yaitu (1) kemampuan memahami makna kata
dalam bacaan (2) kemampuan memahami organisasi karangan dalam bacaan dan
ide-ide pokok serta isi bacaan, dan (3) kemampuan menetukan tujuan-tujuan
pengarang, maksud, pandangan, dan kesimpulan tentang bacaan itu.
Menurut Smith (1978:231-234), kegiatan pemahaman bacaan dapat diukur dari
kemampuan siswa memarafrase arti yang diberikan secara jelas dalam wacana,
kemampuan mencari jenis organisasi dari bacaan dan ide-ide informasi yang ada
dalam bacaan, dan kemampuan siswa memahami proses berpikir tentang bacaan
tersebut.

Secara

terinci

pertanyaan-pertanyaan

yang

ingin

mengungkap

kemampuan pemahaman bacaan siswa menurut Smith menyangkut hal-hal


sebagai berikut:
1)

Pemahaman Literal
a. mengerti kata
b. mengerti kalimat
c. mengerti organisasi rangkaian kata dalam bacaan
d. mengetahui tanda-tanda
e. mengerti informasi dalam bacaan

f. mengikuti aturan-aturan dalam bacaan


g. dapat mendeskripsikan prosedur dan proses kata-kata dalam bacaan.
h. dapat mengingat isi khusus untuk mengungkapkan kembali apa yang telah
dibacanya.
2)

Pemahaman Inferensial
a. mengidentifikasikan gagasan-gagasan pokok
b. mengidentifikasikan organisasi paragraf
c. membuat bandingan atau perbedaan
d. mengingat secara nyata hubungan sebab akibat
e. memahami hubungan hirarkhi
f. penyeleksian kesimpulan
g. penyimpulan konsep-konsep
h. menanggapi pertanyaan dalam teks
i. membedakan kerelevanan dan ketidakrelevanan informasi
j. menilai pertanyaan-pertanyaan pendukung
k. membedakan informasi objektif dan subjektif
l. menilai keotentikan, kelengkapan, dan kelogisan informasi
m. mengingat elemen-elemen pada gaya dan nada
n. mencari asal bahasa figuratif dan simbolik

o. mengingat pandangan pengarang dan tujuannya, dan mendeteksi


kebiasaan pengarang
p. memprediksi hasil dan pemecahan
q. membandingkan bahan dari teks lain.
Berdasarkan kajian-kajian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemahaman bacaan adalah kesanggupan seseorang untuk menangkap
informasi atau ide-ide yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan sehingga ia
dapat menginterpretasikan ide-ide yang ditemukan, baik makna yang tersurat
maupun yang tersirat dari teks tersebut. Pemahaman bacaan meliputi pemahaman
literal, pemahaman inferensial, dan pemahaman evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson. Efficient Reading: A Practical Guide. Sidney: McGraw-Hill Book
Company. 1981.
Farr, B. Reading: What Can be Meassured? Deleware: International Reading
Association. 1969.

Goodman,

Yetta M., dkk. Reading Strategies Focus on Comprehension.

Singapore: B & Jo Enterprise PTE Ltd. 1980.


Harris, D. Testing as a Second Language. Hongkong: Tata McGraw-Hill
Publishing. 1977.
Smith, C. Teaching in Secondary School Content Subjects: A Book Thingking
Process. New York: Holt, Rinehart, and Winston. 1978.
Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa. 1987
http://www.artikelbagus.com/2011/10/tes-pemahaman-sebagai-alatevaluasi.html

1. Pemahaman
Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang
dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan
bahwa :
Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari,

yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.
Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang
diajarkan,

mengetahui

apa

yang

sedang

dikomunikasikan,

dan

dapat

memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang


lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu :
menerjemahkan

(translation

x),

menginterprestasi

(interpretation),

dan

mengekstrapolasi (extrapolation).
Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan
bahwa:
Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang
lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Menurut Taksonomi Bloom (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan :
Pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya mendapat
penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk
memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering
digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan
uraian.
Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan
menjadi tiga, yaitu:
a) Menerjemahkan (translation)

Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation)


arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari
konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk
mempermudah orang mempelajarinya.
b) Menginterpretasi (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah
kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu
komunikasi.
c) Mengekstrapolasi (extrapolation)
Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi
sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa
keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami
adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-kata sendiri. Kemampuan
menjadi

tiga,

yaitu:

menerjemahkan

pemahaman dapat dijabarkan


(translation),

menginterpretasi

(interpretation), mengekstrapolasi (extrapolation).

https://iyosrosmana.wordpress.com/2009/05/16/pengukuran-pemahamanmembaca/

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar adalah


kemampuan membaca buku dengan cepat, Ketika kita dihadapkan pada
banyaknya buku atau bahan belajar maka membaca cepat sangat dibutuhkan untuk
menangkap dan memahami bacaan secara lebih cepat dalam waktu yang singkat.
Jadi patut dipertanyakan bagaimanakah kemampuan membaca kita sesuai dengan
tingkat pendidikan kita sekarang, apakah sudah sangat cepat, biasa-biasa saja, atau
malah sangat kurang. Berikut ini ada beberapa cara untuk mengukur dan
mengetahui kemampuan membaca kamu termasuk kategori yang mana,
Tampubolon (1987 : 7) mengatakan bahwa kemampuan atau tingkat kecepatan
normal siswa memahami isi bacaan secara menyeluruh jika mereka memiliki
kemampuan membaca cepat dengan tingkat kecepatan 250 kata/menit.
A.

Pengukuran Kecepatan Membaca


Untuk

mengukur

tingkat

kecepatan

membaca

digunakan

rumus

yang

dikembangkan oleh Tampubolon (1987 : 10) yaitu dengan membagi jumlah kata
yang dapat dibaca pada waktu baca dalam menit yang ditempuh oleh siswa untuk
menyelesaikan bacaannya. Misalnya jumlah kata yang dibaca 750 kata dengan
waktu baca yang ditempuh untuk menyelesaikan bacaan itu adalah 2 menit.
Kecepatan membaca adalah 750 dibagi 2 menit sama dengan 375 kata/menit =
dengan rumus :

Sebagai pedoman untuk menghitung jumlah kata yang terdapat dalam bacaan
digunakan cara yang dikemukakan oleh Tampubolon (1987: 245) sebagai berikut :
1.

Menghitung Jumlah kata yang terdapat satu baris penuh dari pinggir kiri
ke pinggir kanan pada satu halaman bacaan. Dengan catatan bahwa kata yang
bersambung ke baris berikutnya dihitung pada baris yang kedua.

2.

Menghitung jumlah baris yang terdapat pada halaman yang bersangkutan


dari baris pertama sampai baris terakhir. Dengan ketentuan bahwa baris yang
kurang dari setengah baris dari panjang baris tidak termasuk hitungan baris.

3.

Mengalikan jumlah kata dengan jumlah baris yang terdapat dalam bacaan.
Hasil perkalian inilah yang merupakan jumlah kata yang terdapat dalam bacaan.
Uraiaan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :

B. Pengukuran pemahaman isi bacaan


Untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa terhadap isi bacaan secara
komprehensif digunakan rumus prosentasi tingkat pemahaman, yaitu jumlah soal
tes yang harus dijawab dengan benar dibagi dengan banyaknya soal tes yang harus
dijawa. Hasil pembagian ini kemudian dikalikan dengan 100%, dapat dilihat pada
rumus :

C. Mengukur kemampuan membaca


Untuk mengukur kemampuan kecepatan membaca siswa digunakan rumus
perkalian antara hasil pengukuran kecepatan membaca dengan hasil prosentasi
pemahaman isi bacaan. Jadi rumus untuk mengukur kemampuan membaca
adalah :
Mengukur

Setelah

Kemampuan

diketahui

kemampuan

Membaca

membaca,

langkah

Cepat

selanjutnya

yaitu

mengklasifikasikan tingkat kemampuan membaca dengan menggunakan criteria


sebagai berikut :

Misalnya, jika yang dapat anda baca permenit adalah 200 kata, dan jawaban yang
benar atas pertanyaan-pertanyaan isi bacaan adalah 60 %, maka kemampuan baca
anda adalah 200 X 60 % 120 KPM (Kata Per Menit). Jika diterima bahwa lulusan
SLTA diharapkan memiliki kecepatan membaca minimal 250 kata. Permenti
dengan pemahaman minimum 70 % maka kemampuan membaca minimum
lulusan SLTA ialah 250 X 70 % = 175 KPM.

Demikian cara mengukur kemampuan dan kecepatan membaca untuk dapat


diterapkan dalam mengukur kemampuan membaca kamu, semoga bermanfaat,
terimakasih.
http://visiuniversal.blogspot.com/2014/02/cara-mengukur-kemampuandan-kecepatan.html

Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman, dan Kecepatan Efektif Membaca


1. Kecepatan Baca
Yang dimaksud

membaca

cepat

adalah

sistem

membaca

dengan

memperhitungkan waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang


dibacanya. Apabila waktu bacanya semakin sedikit dan tingkat pemahamannya
semakin tinggi, maka dikatakan bahwa kecepatan baca orang tersebut semakin
meningkat. (Agustinus Suyoto, dalam Makalah Sistem Membaca Cepat).

Untuk meningkatkan kecepatan baca kita, pertama-tama kita perlu mengukur


kecepatan baca kita. Untuk itu perlu diadakan pengukuran kecepatan baca kita.
Rumusnya :
(Jumlah kata yang dibaca dibagi jumlah detik untuk membaca dikalikan
60) dikalikan prosentase pemahaman.
Kecepatan membaca yang seseorang harus seiring dengan kecepatan
memahami bahan bacaan yang telah dibaca. Kecepatan baca bergantung pada
kebutuhan dan bahan yang dihadapinya. Pada umumnya kecepatan baca dapat
dirinci sebagai berikut :
a)

Membaca secara skimmming dan scannning (lebih dari 1000 kpm)

Tipe membaca seperti ini biasanya digunakan untuk


-mengenal bahan-bahan yang akan dibaca
-mencari jawaban atas pertanyaan tertentu
-mendapat struktur dan organisasi bacaan serta menentukan gagasan umum dari
bacaan
b)

Membaca dengan kecepatan tinggi (500 800 kpm)


Tipe membaca seperti ini biasanya digunakan untuk
- membaca bahan-bahan yang mudah dan telah dikenali sebelumnya
- membaca novel ringan untuk mengikuti jalan ceritanya.

c)

Membaca secara cepat (350 500 kpm)


Biasanya digunakan untuk

membaca bacaan yang mudah dalam bentuk deskripsi dan bahan-bahan


nonfiksi lain yang bersifat informatif.

membaca fiksi yang agak sulit untuk menikmati keindahan sastranya dan
mengantisipasi akhir cerita.

d)

Membaca dengan kecepatan rata-rata (250 350 kpm)


Biasanya digunakan untuk

membaca fiksi yang komplek untuk analisis watak dan jalan ceritanya.

membaca nonfiksi yang agak sulit untuk mendapatkan detail, mencari


hubungan, atau membuat evaluasi ide penulis.

e)

Membaca lambat (100 125 kpm)

Biasanya digunakan untuk


-

mempelajari bahan-bahan yang sulit dan untuk menguasai isinya.

menguasai bahan-bahan ilmiah yang sulit dan bersifat teknis

membuat analisis bahan-bahan bernilai sastra klasik

memecahkan persoalan yang ditunjuk dengan bacaan yang bersifat


instruksional (petunjuk).

Langkah-langkah mengukur kecepatan membaca:


1.

Catatlah waktu Anda mulai membaca

2.

Catatlah waktu Anda selesai membaca

3.

Catatlah berapa lama Anda membaca, lamanya....menit ....detik

4.

Hitunglah jumlah kata dalam bacaan. Jumlah kata :....

5.

Hitunglah

kecepatan

Rumus

membaca

menghitung

Jumlah

kecepatan

kata

Anda

membaca

yang

------------------------------- X 60

jumlah

dibaca
kata

per

menit

Jumlah waktu membaca


Tingkat

Kecepatan

1.Pascasarjana
2.Mahasiswa
3.SMA

400

:
:

325
250

kpm
kpm
kpm

Membaca
(kata
(kata
(kata

per
per
per

menit

menit

menit

4.SD / SMP : 200 kpm (kata per menit )


2.

Persentase Pemahaman
Kemampuan membaca cepat seseorang harus dibarengi dengan kemampuan
memahami isi bacaan. Seseorang dapat dikatakan memahami isi bacaan secara
baik apabila ia dapat :

(a) mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan atau mengetahui
maknanya,

(b) menghubungkan makna, baik konotatif maupun denotatif yang dimiliki dengan
makna yang terdapat dalam bacaan,
(c) mengetahui seluruh makna tersebut atau persepsinya terhadap makna itu secara
kontekstual, dan
(d) membuat pertimbangan nilai isi bacaan yang didasarkan pada pengalamannya.
Aldon Samosir menjelaskan perbandingan antara kecepatan membaca dan
kemampuan menyerap isi bacaan sebagai penilaian kemampuan membaca. Jumlah
kata /menit Pemahaman isi Profil Pembaca, yaitu :
110 kata/menit 50 persen Kemampuan kurang
240 kata/menit 60 persen Kemampuan rata-rata
400 kata/menit 80 persen Kemampuan baik
1000 kata/menit 85 persen Sempurna
Tingkat kecepatan membaca diukur dengan menghitung banyaknya kata yang
dapat dibaca setiap menit. Adapun, tingkat pemahaman isi bacaan ditentukan
dengan menghitung besarnya presentase jawaban yang benar terhadap pertanyaanpertanyaan mengenai isi bacaan. Pengukuran kecepatan efektif membaca
dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut.
(1) Mengukur Kecepatan Membaca (KM) dengan cara menghitung yang terbaca
tiap menit.
(2) Mengukur Pemahaman Isi bacaan (PI) secara keseluruhan dengan cara
menghitung presentase skor jawaban yang benar atas skor jawaban ideal dari
pertanyaan-pertanyaan tes pemahaman bacaan.
(3) Mengukur KEM dengan mengintegrasikan KM dan PI.
Keterangan:
KB = Jumlah kata dalam bacaan
Sm : 60 = Jumlah waktu membaca
PI = Presentase pemahaman isi bacaan

Untuk pelajaran di tingkat Kelas XI SMA, Anda diharapkan mampu membaca


cepat + 300 kata per menit untuk memahami dan menyimpulkan isi bacaan
dengan presentase pemahaman isi bacaan minimal sebesar 75%. Bacalah bacaan
berikut. Gunakan stop watch untuk mengukur jumlah waktu yang Anda
pergunakan ketika membaca.
3.

Kecepatan Efektif Membaca


Kecepatan efektif membaca merupakan perpaduan dari kemampuan motorik
(gerak

mata)

atau

kemampuan

visual

dengan

kognitif

seseorang

dalam membaca (Harjasujana & Mulyati, 1987). Dengan kata lain,


EM merupakan

perpaduan dari rata-

rata kecepatan membaca dengan ketepatan memahami isi bacaan.


Dalam

proses membaca

terdapat dua komponen

utama

yang beker

ja secara dominan, yakni


(a) kerja mata untuk melihat lambang-lambang grafis, dan
(b) kerja otak untuk memahami dan memaknai lambang-lambang grafis tadi
menjadi

sebuah

informasi

yang utuh dan lengkap. Kemampuan fisik berupa kemampuan mata meli
hat lambang, selanjutnya disebut kemampuan visual, sedangkan kemampuan

psikis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bernalar, selanjutnya disebut


kemampuan kognisi.
Berdasarkan penjelasan itu kita dapat memahami definisi KEM di atas.
KEM
merupakan cerminan dari kemampuan membaca yang sesungguhnya, yan
g melibatkan pengukuran dua komponen utama yang terlibat dalam proses
membaca. Oleh karena itu pula, kemampuan membaca itu disebut kecepatan
efektif membaca.
Beberapa

pakar

pendidikan

pengajaran membaca menyamakan istilah KEM


reading (membaca

cepat).

Kemampuan membaca

dan
dengan speed

cepat

atau

kecepatan

membaca itu ditunjukkan oleh kemampuan membaca sejumlah kata yang dibaca
dalam

satuan menit (kata per menit), yakni rata-rata

tempo baca untuk sejumlah kata tertentu dalam waktu tempuh baca tertentu.

http://inspirasisuciariesta.blogspot.com/2011/04/kecepatan-baca-persentasepemahaman-dan.html

You might also like