Professional Documents
Culture Documents
ISSN : 2087-9105
Volume I
Nomor 2, Agustus 2010
ISSN : 2087-9105
TIM REDAKSI
Penanggung Jawab
Pelindung
Penyunting Ahli
Penyunting Pelaksana
Pelaksana TU
: Arizal, A.Md
Daniel, A.Md.Kom
Alamat Redaksi :
Unit Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
Jalan George Obos No. 32 Palangka Raya 73111- Kalimantan Tengah
Telepon/Fax : 0536 - 3230730
Email
: forumkesehatanpky@gmail.com,
Website : forumkesehatanpky.blog.com
Terbit 2 (dua) kali setahun.
ISSN : 2087-9105
PENGANTAR REDAKSI
Salah satu tugas utama dari lembaga pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalam
Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah melaksanakan penelitian. Agar hasil-hasil penelitian
dan karya ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh civitas akademika Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palangka Raya lebih bermanfaat dan dapat dibaca oleh masyarakat, maka
diperlukan suatu media publikasi yang resmi dan berkesinambungan.
FORUM KESEHATAN merupakan Jurnal Ilmiah sebagai Media Informasi yang
menyajikan kajian hasil-hasil penelitian, gagasan dan opini serta komunikasi singkat maupun
informasi lainnya dalam bidang ilmu khususnya keperawatan, kebidanan, gizi, dan umumnya
bidang ilmu yang berhubungan dengan kesehatan.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya
berkat bimbingan dan petunjuk-Nyalah upaya untuk mewujudkan media publikasi ilmiah
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya yang diberi nama FORUM KESEHATAN
volume kedua ini dapat terlaksana. Dengan tekat yang kuat dan kokoh, kami akan terus lebih
memacu diri untuk senantiasa meningkatkan kualitas tulisan yang akan muncul pada
penerbitan penerbitan selanjutnya.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palangka Raya sebagai Penanggung Jawab serta Dewan Pembina yang telah memberikan
kepercayaan dan petunjuk kepada redaktur hingga terbitnya FORUM KESEHATAN Volume
I Nomor 2 ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Dewan
Redaksi yang telah meluangkan waktunya untuk mengkaji kelayakan beberapa naskah hasil
penelitian/karya ilmiah yang telah disampaikan kepada redaksi.
Kepada para penulis yang telah menyampaikan naskah tulisannya disampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan selalu diharapkan partisipasinya untuk mengirimkan
naskah tulisannya secara berkala dan berkesinambungan demi lancarnya penerbitan FORUM
KESEHATAN ini selanjutnya.
Akhirnya, semoga artikel-artikel yang dimuat dalam FORUM KESEHATAN Volume
I Nomor 2 ini dapat menambah wawasan dan memberikan pencerahan bagai lentera yang tak
kunjung padam. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan penerbitan selanjutnya.
Tim Redaksi
ISSN : 2087-9105
DAFTAR ISI
Hal.
Strategy to Improve Students Self Directed Learning Readiness (SDLR)
in Central Kalimantan
Djenta Saha, Berthiana ....................................................................................................... 1
Faktor Resiko Kejadian Penyakit Jantung Klien Berusia Muda di Ruang ICCU
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Marselinus Heriteluna, Natalansyah .................................................................................. 10
Pengaruh Status Fungsional Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Mental Lansia
di Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan
Natalansyah, Marselinus Heriteluna .................................................................................. 21
Pengaruh Motivasi Kerja Petugas Terhadap Pelaksana TB Paru Dengan Strategi Dots
di Puskesmas Induk Palangka Raya
Natalansyah, Marselinus Heriteluna, Yongwan Nyamin ................................................. 28
Analisis Determinan Sisa Makanan Lauk Nabati Pada Menu Makanan Biasa Pasien
Kelas III di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
Dhini, Munifa, Yetti Wira Citerawati ................................................................................. 37
Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam PSN DBD
di Kelurahan Menteng Kota Palangka Raya
Yongwan Nyamin, Natalansyah, Ety Sumiati .................................................................... 46
Gambaran Faktor Risiko Janin Letak Sungsang di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2010
Asih Rusmani, Arainiati Manjat, Eline Carla Sabatina Bingan ....................................... 54
The literature indicates that selfdirected learning can take multiple forms.
The synonyms found for self-directed
learning include independent study, selfinstruction packages, guided study, group
work, learning plans (learning contracts),
computer-assisted learning, distance study,
teleconferencing, and e-learning (Hamilton
& Gregor, 1986; Iwasiw, 1987; OShea,
2003; Piskurich & Piskurich, 2003).
Brockett and Hiemstra (1985) emphasise
three important keys of teaching strategies
to promote self-directed learning: using a
variety of teaching and learning resources;
using a teaching role that is facilitative
rather than didactic; and encouraging an
active role by students during the entire
teaching and learning process. Knowles
(1990) acknowledges that adults might not
be familiar with self-directed learning and
require time to adapt to self-directed
learning, and he also acknowledges that
andragogy and pedagogy need not be
mutually exclusive.
Conceptual
learning
model
of
self-directed
The
Personal
Responsibility
Orientation (PRO) Model, developed by
Brockett and Hiemstra (1991), provides a
framework for what they term selfdirection in learning, which comprises both
instructional method processes and
personality characteristics of the individual
learner (learner self-direction). In the
instructional process dimensions, learners
assume
primary
responsibility
for
planning, implementing, and evaluating
their learning experiences. In this
facilitation role, instructors must possess
skills in helping learners do need
assessments, locate learning resources, and
choose
instructional
methods
and
evaluation strategies.
Danis (1992) has
proposed a map of the territory that
researchers could use to study the major
components of self-directed learning and
explain how the various components of the
model interact. This model is grounded in
the notion of what Danis terms selfregulated learning, referring to the various
process components of the learning cycle
and not to the internal cognitive aspects.
Learning modules
Learning modules are frequently
identified as an essential resource for selfdirected learning. Learning modules are
one type of written material widely used in
education specifically for distance
learning. The use of modules as resources
for pro-active learning in self-directed
modes has very important implications for
adult learning, continuing professional
education and programs in rural and
isolated settings (Brockett & Hiemstra,
1985: 35). Many authors have previously
demonstrated that learning modules can
promote self-directed learning (Brunt &
Scott, 1986; Davis & Pearson, 1996;
Donaldson, 1992; Huckabay, 1981; Jones
& Jones, 1996; Kang, 2002; Pedley &
Arber, 1997; Willock, 1998).
Summary
This article outlined the definition of
self-directed learning. Conceptual models
of self-directed learning as well as the
instructional method to improve SDL were
presented. Learning modules as a teaching
strategy utilised to improve self-directed
learning was also presented. Limited
human resources, funding, teaching and
learning materials, and access to
contemporary information technology
influenced the decision to choose strategies
and tools. It can be assumed that through
the combination of strategies and tools to
fit the local conditions, students would get
maximum benefit to increase their
readiness for self-directed learning.
References
Atkins,
10
Abstract : Recently, heart disease is the leading cause of death in the world. In 1999 at least
55.9 million, equivalent to 30.3% of deaths worldwide are caused by heart disease .. Heart
and blood vessel disease is currently ranked first cause of death in Indonesia. According to
the World Health Organization (WHO), 60% of all causes of death are heart disease is
caused by coronary heart disease (CHD). Nearly 25% of all deaths are caused by disorders of
heart and blood vessel abnormalities. Broadly, the heart and blood vessel disease are:
Coronary Heart Disease (CHD) or Ischemic Heart Disease, hypertension, congenital heart
disease, muscle disease and pericardium, heart rhythm disorders and peripheral vascular
disease. There are many factors that cause heart disease, especially coronary heart disease is.
This study aimed to explore the idea of risk factors that influence the incidence of heart
disease in young clients at dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Public Hospital and find out
what health education strategies that can be done as a promotion and prevention on the
incidence of heart disease at a young age. This research type is research that examines case
control relationship between the effect (disease or health condition) certain specific risk
factors for heart disease at a young age. The results showed that family history risk factors,
attitudes toward food arrangements and attitudes toward weight reduction and exercise are
the factors that need to be considered, while the other factors in this study's recommended to
remain a factor in the cautious. This is a concern by health and all health-related parties to
develop strategies for prevention and health promotion in the future. This research is
eventually expected to provide little positive contribution to world health, particularly
regarding coronary heart disease among the young.
Keywords: Heart Risk Factors, Age Youth, Coronary Heart Disease
Pendahuluan
10
Tujuan
pembangunan
kesehatan
adalah tercapainya kemampuan untuk hidup
sehat
bagi
setiap
penduduk
agar
dapatmewujudkan
derajat
kesehatan
masyarakat yang optimal sebagaisalah satu
unsur kesejahteraan umum dari tujuan
nasional. Untuk mencapai tujuan ini, upaya
kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Upaya kuratif untuk penyakit jantung
koroner memerlukan teknologi tinggi serta
biaya mahal, yang akan sulit dipikul secara
nasional; oleh karena itu upaya preventif
dan promotifnya perlu lebih mendapatkan
perhatian.
Berdasarkan beberapa hal di atas,
kiranya menarik untuk diketahui lebih jauh
tentang Karakterisitik faktor resiko kejadian
penyakit jantung, dengan basis orang muda
yang notabene masih produktif, namun saat
ini mengalami kecenderungan / trend yang
cukup significan, dan mengingat penelitian
11
Analisa Univariat
Karakteristik Responden
Metode Penelitian
12
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden (n=40)
Variabel
Suku
Dayak
Jawa
Banjar
Melayu
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Pekerjaan
Belum bekerja
PNS
Swasta
Kontraktor
Sekolah
IRT
Penghasilan
< Rp1.000.000
Rp1.000.000 - Rp3.000.000
Status Perkawinan Kawin
Cerai Hidup/mati
Bujangan
Kebsn. Merokok
Merokok
Tidak Merokok
Riwayat Klg
Ya
Tidak
Jumlah
26
8
5
1
22
18
10
6
15
9
2
7
24
1
3
3
16
24
28
1
11
11
29
9
31
Persentase (%)
65
20
12,5
2,5
55
45
25
15
37
22,5
5
17,5
60
2,5
7,5
7,5
40
60
70
2,5
27,5
27,5
72,5
22,5
77,5
Analisa Bivariate
Hasil penelitian menghimpun variabel
pendidikan, jenis kelamin, kebiasaan
Tabel 2
Proporsi Pasien Kasus dan Kontrol menurut Faktor Risiko (n=40 Pasien),
RSUD dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya, 2010
Variabel
(1)
Suku
Dayak
Non Dayak
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Pendidikan
Tinggi
Dasar
Jumlah
Kasus
n
%
(2)
(3)
Kontrol
n
%
(4)
(5)
Total
n
(6)
14
6
20
70
30
100
12
8
20
8
12
20
40
60
100
11
9
20
55
45
100
%
(7)
60
40
100
26
14
40
14
6
20
70
30
100
13
7
20
65
35
100
13
Nilai
P
(8)
OR
95% CI
(9)
(10)
65
35
100
0,507
0,643
0,17-2,38
22
18
40
55
45
100
0,057
3,5
0,95-12,9
24
16
40
60
40
100
0,519
1,5
0,43-5,43
(1)
Status Kawin
Berpasangan
Tunggal
Jumlah
Kebiasaaan
Merokok
Merokok
Tidak
Merokok
Jumlah
Riwayat
Keluarga
Ya
Tidak
Jumlah
Pengetahuan
Baik
Buruk
Jumlah
Sikap terhadap
Makanan
Baik
Buruk
Jumlah
Sikap terhadap
Penurunan BB
Baik
Buruk
Jumlah
Sikap terhadap
Olahraga
Buruk
Baik
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
16
4
20
80
20
100
12
8
20
60
40
100
28
12
40
70
30
100
0,168
0,375
0,09-1,54
5
15
25
75
6
14
30
70
11
29
27,5
72,5
0,723
0,778
0,19-3,13
20
100
20
100
40
100
16
4
20
80
20
100
15
5
20
75
25
100
31
9
40
77,5
22,5
100
0,705
0,750
0,17-3,33
16
4
20
80
20
100
4
16
20
20
80
100
20
20
40
50
50
100
0,000*
0,063
0,01-0,29
4
16
20
20
80
100
18
2
20
90
10
100
22
18
40
55
45
100
0,000*
36
5,79-223,5
8
12
20
40
60
100
16
4
20
80
20
100
24
16
40
60
40
100
0,010*
1,46-24,69
11
9
20
55
45
100
4
16
20
20
80
100
15
25
40
37,5
62,5
100
0,022*
4,5
1,5-20,7
14
Jantung
bivariat
kejadian
menurut
> 0,05;
Pembahasan
Suku dan Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan hasil analisis bivariat
didapatkan tidak ada perbedaan kejadian
penyakit jantung koroner menurut suku
responden (Nilai P > 0,05; OR=0,643;
95% CI=0,17-2,38). Berdasarkan hasil
analisis bivariat didapatkan tidak ada
perbedaan kejadian penyakit jantung
koroner
menurut
suku
responden.
Dikarenakan
penelitian
ini
hanya
dilakukan di wilayah Kalimantan Tengah,
Jantung
bivariat
kejadian
menurut
> 0,05;
16
Daftar Pustaka
1. , Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1996, 2001
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
21
Abstract : Elderly dependency occurs when they are experiencing declining function of the
sublime or suffering from various diseases. Dependency of elderly who live in cities will be
charged to children, especially women9. From the socio-economic aspects can be said if they
are adequate enough to meet all kinds of necessities of life, whether elderly people who have
children or not having children. The high degree of independence because they were among
the elderly has been used to complete the work in the household relating to the fulfillment of
his life Independence elderly people can be seen from the quality of mental health. Judging
from the quality of mental health, can put forward the results of the WHO expert group in
1959 (Hardywinoto, 1999)2. In Central Kalimantan are still many elderly who the parents are
still working and did not enjoy his old age as expected. In order to create an old and
hopefully society, it is necessary to study in an effort to determine the extent of the functional
aspects of cognitive ability, attitude & mental Elderly in order to socialize. This study aims to
determine the influence functional Status of the level of knowledge, attitude and mental
Elderly in the Village of Kamipang Katingan District. This was an observational study with
Quantitative Descriptive through sectional, because data collection, data interpretation and
conclusions from this research in the form of numbers and explanations. Research results
show that the value of the average age is 70 years older. Most of the elderly aged 67 years
and 76 years. The lowest age is 54 years older and the highest 93 years and most are women.
Measured functional status using Katz index showed that the elderly in the district was
largely to perform their activities independently (self-reliance in terms of eating, continent,
move to a room / small toilet, dressing, and bathing). This shows that the degree of
independence that occurs is closely related to the relevant efforts in meeting the needs without
depending on other parties. Cognitive and social status overall status is also good. From the
results of research and bivariate analysis of both variables: Functional status in this case
KATZs Index Measuring Tool that is connecting with cognitive status as measured by SPMSQ
obtained a very significant influence of such functional status and mental attitude. This
research is expected to be developed on a broader level, to see the condition of elderly in
Central Kalimantan and useful to other researchers, especially students who have an interest
in elderly issues
Keywords : Elderly Dependency, Functional status, Mental Attitude,Cognitive Status
21
METODA PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan
memilih sample
sebanyak 120 lansia.
22
Tabel 1.
Status Fungsional dan kognitif Lansia
di Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, 2009
No.
Karakteristik
n=120
n
%
1 Jenis Kelamin
Laki-laki
47
39,2
Perempuan
73
60,8
2
Status Fungsional
Tidak mandiri
Mandiri
Status Kognitif
Intelektual utuh
Intelektual ringan
Intelektual sedang
Intelektual berat
23
9
111
7,5
92,5
81
24
14
1
67,5
20,0
11,7
0,8
4. Afeksi
Hubungan pada lansia paling banyak
pada situasi kadang-kadang (57,5%).
5. Pemecahan Masalah
Hubungan pada lansia paling banyak
pada situasi kadang-kadang (54%).
APGAR keluarga diperkenalkan oleh
Smilkstein, merupakan alat ukur untuk
mengukur disfungsi sosial. Ada lima item
pertanyaan untuk mendeteksi disfungsi
sosial yaitu item adaptasi, hubungan,
pertumbuhan, afeksi, dan pemecahan
masalah. Masing-masing item diberi skor 0
untuk status fungsi sosial buruk, skor 1
untuk status fungsi sosial sedang, skor 2
untuk status fungsional sosial baik.
Pada penelitian ini didapatkan status sosial
lansia di Kecamatan Kamipang 56,7%
memiliki status sosial baik dan 41,7% status
sosialnya sedang. Hanya 1,7% lansia
memiliki status sosial buruk.
ANALISIS BIVARIATE
Analisis
yang
digunakan
untuk
menghubungkan antara variabel independent
(umur, jenis kelamin, status fungsional, dan
status kognitif lansia) dengan variabel
dependent (status sosial lansia) yaitu analisis
chi square. Pada analasis ini semua variabel
Tabel 2.
Hubungan antara Variabel Independen dengan APGAR Lansia, di Kecamatan
Kamipang, Kabupaten Katingan, 2009
Variabel
n = 120
OR Nilai 95% CI Ket
*
P
Status
Status
Total
Sosial
Sosial
Sedang
Baik
n
%
n
%
n
%
Umur
Lansia
33 51,6
31 48,4 64 100 0,6 0,23
0,31
NS
Lansia risti
35 62,5
21 37,5 56 100
1,33
Jumlah
68 56,7
52 43,3 120 100
Jenis Kelamin
Laki-laki
29 61,7
18 38,3 47 100 1,4 0,37
0,66NS
Perempuan
39 53,4
34 46,6 73 100
0,296
Jumlah
68 56,7
52 43,3 120 100
Status Fungsional
Tidak mandiri
5
55,6
4
44,4
9 100 1,0 0,94 0,24-3,74 NS
Mandiri
63 56,8
48 43,2 111 100
Jumlah
68 56,7
52 43,3 120 100
Status Kognitif
Intelektual utuh
49 60,5
32 39,5 81 100 1,2 0,50 0,72-1,99 NS
Intelektual ringan
10 41,7
14 58,3 24 100
Intelektual
9
60
6
40,0 15 100
sedang_berat
68 56,7
52 43,3 120 100
Jumlah
*Uji Chi Square, Bermakna pada Nilai P>0,05 dan tidak bermakna pada nilai P>0,05
67 tahun dan 76 tahun. Usia lansia terendah
yaitu 54 tahun dan tertinggi 93 tahun.
Pengaruh yang terlihat antara rentang umur
dengan hasil penelitian yang terlihat baik
dikarenakan batasan usia diatas termasuk
usia kronologis yang cukup mudah untuk di
implementasikan, hal ini sesuai dengan
pendapat dari Suparjo (1982) dalam
Setiabudi, dkk, 19998 menyatakan bahwa
informasi tentang usia selalu hampir
tersedia dalam sumber data kependudukan.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Pada umumnya responden menunjukkan
bahwa tingkat kemandirian yang banyak
terjadi di wilayah Kecamatan Kamipang
Kabupaten Katingan. Pada aspek kognitif
mempunyai intelektual yang masih utuh,
demikian pula mengenai sikap dan mental
yang terlihat pada status social yang ada
sebagain besar baik. Dari Karateristik yang
terlihat didapatkan nilai rata-rata usia lansia
yaitu 70 tahun. Lansia terbanyak yaitu usia
24
keluarga
dan
lingkungannya.
Jika
kebutuhan kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi akan timbul masalah-masalah
dalam kehidupan orang lanjut usia yang
akan menurunkan kemandiriannya.
Kemandirian/Status Fungsional
Lansia di Kecamatan Kamipang status
fungsionalnya
yang
diukur
dengan
menggunakan Indeks Katz menunjukkan
bahwa para lansia di kecamatan ini
sebagian besar
dapat melakukan
kegiatannya secara mandiri (kemandirian
dalam hal makan, kontinensia, berpindah,
ke kamar/jamban kecil, berpakaian, dan
mandi). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kemandirian yang terjadi berhubungan erat
dengan upaya yang bersangkutan dalam
memenuhi kebutuhan tanpa tergantung
dengan pihak lain. Tingginya tingkat
kemandirian mereka diantaranya karena
orang
lanjut
usia
telah
terbiasa
menyelesaikan pekerjaan di rumah tangga
yang berkaitan dengan pemenuhan hayat
hidupnya Kemandirian orang lanjut usia
dapat dilihat dari kualitas kesehatan mental.
Menurut Koswara (1991) dalam
Prasetyaningrum, 20096 menyatakan bahwa
kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan
fisik
(physiological
needs)
adalah
kebutuhan fisik atau biologis seperti
pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman
(safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah
maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian
dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social
needs)
adalah
kebutuhan
untuk
bermasyarakat atau berkomunikasi dengan
manusia lain melalui paguyuban, organisasi
profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga
diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan
harga
diri
untuk
diakui
akan
keberadaannya, dan (5) Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization needs)
adalah kebutuhan untuk mengungkapkan
kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing,
bersemangat untuk hidup, dan berperan
dalam kehidupan. Demikian pula Setiati,
20009. Menyatakan bahwa Kebutuhan
orang lanjut usia membutuhkan rasa
nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa
nyaman terhadap lingkungan yang ada.
Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut
tergantung pada diri orang lanjut usia,
Status Kognitif
Status kognitif para lansia yang didapat dari
hasil penelitian menunjukkan intelektual
utuh. Kondisi tersebut mencerminkan
bahwa kemampuan orientasi, memori dan
matematis pada kondisi baik dan hal ini
tidak sesuai dengan pendapat Carrol,
(1999)1 yang menyatakan bahwa lansia
akan mengalami penurunan status kognitif
apabila status psikisnya terganggu, hal ini
berbeda dengan masyarakat desa dan kota,
apa yang terjadi dimungkinkan berbeda.
Dan yang lebih menarik lagi adalah kondisi
yang ada di Indonesia menunjukkan
Mereka sering berperan sebagai model bagi
generasi muda, walaupun sebetulnya
banyak diantara mereka tidak mempunyai
pendidikan formal Pengalaman hidup lanjut
usia merupakan pewaris nilai-nilai sosal
budaya sehingga dapat menjadi panutan
bagi
kesinambungan
kehidupan
bermasyarakat dan berbudaya. Walaupun
sangat sulit untuk mengukur berapa besar
produktivitas budaya yang dimiliki orang
lanjut usia, tetapi produktivitas tersebut
dapat dirasakan manfaatnya oleh para
generasi penerus mereka.
Status Sosial
Status Sosial dalam penelitian ini
menggunakan APGAR keluarga, hal ini
untuk mendeteksi disfungsi sosial yaitu
item adaptasi, hubungan, pertumbuhan,
afeksi, dan pemecahan masalah. Pada
penelitian ini didapatkan status sosial lansia
di Kecamatan Kamipang memiliki status
sosial baik, hal ini sesuai dengan pendapat
Menurut Tjokronegoro (1999)10 ada dua
syarat yang harus dipenuhi bagi perilaku
yang menjurus pada pertukaran sosial : (1)
Perilaku tersebut berorientasi pada tujuantujuan yang hanya dapat dicapai melalui
interaksi dengan orang lain (2) Perilaku
harus bertujuan untuk memperoleh sarana
bagi pencapaian tujuan. Tujuan yang
hendak dicapai dapat berupa imbalan
25
Daftar Pustaka
1. Carol A, Miller. 1999. Nursing Care Of
Older Adult. Lippincott : Philadelphia
2. Hardywinoto, setiabudi tony. 1999.
Panduan Gerontology Tinjauan Dari
Berbagai Aspek. PT. persada utamatirta
lestari : Jakarta.
3. Hasyim Adelina, 2009 Meningkatkan
kondisi Kesejahteraan Sosial, Lemlit
Jakarta
accesed:
http:
www.
google.Lansia, 2009
4. Mubarak, 2006, Perawatan Komunitas,
Salemba Medika Jakarta
5. Notoatmojo, Soekidjo.1993. Metode
Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka
cipta
6. Prasetyaningrum,2009,
Perdebatan
Tentang Penurunan Intelektual Dewasa
Akhir.
http.www.google
Lansia,
(accessed 16 agustus 2009)
7. Perry,
Potter.2005.
Buku
Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep ,
Proses, Praktik.Edisi 4. Jakarta EGC.
8. Setiabudi, Toni. dkk.1999. Panduan
Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai
Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas
27
Abstract : Prevention Tubercolusis Program lead by Republic Indonesia Ministry recently using
Directly Treatment Shortcourse (DOTS) strategy recommended by WHO and this program is
politicaly commitment by government1. Recently DOTS program is not already yet reach all of
the health center (Puskesmas), in other hand, the longterm porpuses of TB program is to
reducing of morbidity case mortality case and spreading and short term purposes of TB program
is 85% cured of BTA + client in fact achieve about 70% of all TB client. In Central Kalimantan
this program carried out since 1995 in health center program concept that is consist of
microscopic rever health center, independent health center, with variaed health care/provider the
purposes of TB Program provider influencing their action in field. This research is quantitative
descriptive research, in where data collecting data interpretation and conclusion is in number
and description. The result: motivation of TB care giver in Palangka Raya Health center shows
good aspect, primarily to peer satisfaction, TB care provider aged less than 30 years old tend to
have good work compare to more than years old. In aspect of education TB care provider which
is have low level education is better than the high one is work. The term of work the old one is
better than new one. Another result show that respondent with low achievement of work tend to
low in enthusisasm and bigger than the high one. Low recognized respondent with low
responsibility has a bad enthusiastic and bigger than the good one. Education, motivation in
high level education of TB care giver tend to 1 8 times better than the low level of eduvation.
High motivation TB Care giver tend to show 5,6 times better than the low one. This research
hopefully brings positive contribution to development program in health system, primarily to TB
program within education, training and good facility.
Keywords : Motivation, DOTS Strategy, TB Programs
28
Dalam
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis
yang
dikeluarkan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI) Tahun 2008 bahwa
pada tahun 2006, WHO memperkirakan setiap
tahun terjadi 764.000 kasus baru dengan
kematian karena Tuberkulosis Paru sekitar
150.000. Secara kasar diperkirakan setiap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 150
penderita baru Tuberkulosis Paru BTA positif.
Berdasarkan
data
dari
Dinas
Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah kasus
Tuberkulosis Paru pada tahun 2008 dengan
BTA positif berjumlah 1.215 kasus, dan pada
tahun 2009 terdapat 1.240 kasus BTA positif.
Berdasarkan angka-angka tersebut di
atas terlihat kasus Tuberkulosis Paru terjadi
peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal
ini menunjukkan betapa seriusnya masalah
Tuberkulosis Paru, untuk itu perlu dilakukan
upaya pelayanan kesehatan semaksimal
mungkin, setidaknya untuk menekan angka
kejadian
sehingga
jumlah
penderita
Tuberkulosis Paru dapat dipantau dan dapat
ditindak lanjuti agar tidak terjadi komplikasi
lebih lanjut. Salah satu upaya pemerintah
adalah
menjadikan
pemberantasan
Tuberkulosis Paru menjadi program nasional.
Manajemen terapi yang tidak efektif
sangat mempengaruhi proses penularan dan
penyembuhan,
selain
itu
rendahnya
pengetahuan penderita dan keluarga tentang
bahaya penyakit Tuberkulosis Paru untuk
dirinya, keluarga, dan masyarakat sekitarnya,
makin besar bahaya si penderita.
29
Metode Penelitian
Lokasi Penelitian bertempat di
Puskesmas Induk yang ada di Kota Palangka
Raya dan dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai dengan akhir bulan Desember 2010.
Penelitian ini direncanakan pelaksanaannya
dengan memilih sampel petugas pelaksana
TB-Paru yang ada di Puskesmas Induk.
Kemudian diberikan pertanyaan melalui
kuesioner. Komponen yang ditanyakan dan
dinilai meliputi motivasi kerja (prestasi,
pengakuan, tanggung jawab, wewenang, dan
promosi) dalam pelaksanaan strategi DOTS.
Sedangkan penatalaksanaannya dilihat dari
kinerja petugas pelaksana yang meliputi
(kerjasama, inisiatif, kemampuan, kualitas dan
kuantitas). Penelitian ini merupakan penelitian
Deskriptif Kuantitatif Survey Observasional
melalui pendekatan crosss sectional. Populasi
adalah seluruh Petugas Pelaksana TB- Paru
dengan Strategi DOTS yang berada di
Puskesmas Induk Palangka Raya dan sampel
adalah Petugas Pelaksana TB Paru sejumlah
46 responden.
Pengumpulan Data dilakukan pada
petugas Pelaksana di Puskesmas Induk di
Kota Palangka Raya dan hasil data dari
responden dilakukan editing dan selanjutnya
dilakukan coding kemudian untuk pengolahan
data. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan aplikasi statistik pada program
komputer.
HASIL
Analisis Univariate
Karakteristik Responden
Dari 46 responden yang diteliti pada
umumnya tingkat umur responden pada
penelitian ini berumur lebih dari 30 tahun
30
Tabel. 1
Hubungan Kinerja dengan Berbagai Variabel Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, Status
Kepegawaian, Lama Bekerja Responden di Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2010
Kinerja
Buruk
Jenis Kelamin
Laki-laki
Wanita
Total
Umur
>30 thn
30 thn
Total
Pendidikan
SMA
PT
Total
Status Kepeg
PNS
CPNS
Total
Lama Kerja
<20 thn
10-20 thn
>20 thn
Total
Total
Baik
Nilai P
OR
95% CI
0,585
1,47
0,36-5,96
36,4%
63,6%
11
100%
16
45,7%
19
54,3%
35
100%
20
16
43,5%
51,6%
26
15
56,5%
48,4%
46
31
100%
100%
0,110
0,34
0,09-1,31
4
20
4
26,7%
43,5%
36,4%
11
26
7
73,3%
56,5%
63,6%
15
46
11
100%
100%
100%
0,586
1,5
0,36-5,96
16
20
20
45,7%
43,5%
44,4%
19
26
25
54,3%
56,5%
55,6%
35
46
45
100%
100%
100%
0,375
0
20
8
0
43,5%
47,1%
1
26
9
100%
56,5%
52,9%
1
46
17
100%
100%
100%
0,685
1,4
0,58-3,22
10
2
26
45,5%
28,6%
56,6%
12
5
20
54,5%
71,4%
43,5%
22
7
46
100%
100%
100%
Hasil analisa bivariate dari tabel.1 di atas, dapat dijelaskan di bawah ini :
31
32
Menurut
Status
Motivasi Pengakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara motivasi
pengakuan kerja dan kinerja responden.
Responden motivasi pengakuan rendah
memiliki kinerja buruk sebesar 65,2% lebih
besar dari responden dengan pengakuan kerja
tinggi. Responden dengan kinerja baik lebih
banyak terdapat pada responden dengan
motivasi pengakuan kerja yang tinggi (78,3%)
dibandingkan dengan responden yang
pengakuan motivasinya rendah (34,8%).
34
Dimana
berikut:
interpretasinya
adalah
sebagai
Analisis Multivariate
Berdasarkan hasil analisa Multivariate
dengan menggunakan Regresi Logistik di
dapatkan hasil permodelan persamaan
variabel. Dari analisis multvariat variabel
yang masuk ke dalam persamaan regresi yaitu
pendidikan dan motivasi. Berikut adalah
persamaan regresi logistik pada kinerja tenaga
kesehatan dalam melaksanakan DOTS: Logit
y (kinerja) = -0,495 + 1,8*edu + 5,6*motivasi
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes. RI. 1995. Rancangan Pedoman
Pengembangan Sistem Jenjang Karir
Profesional Perawat. Jakarta : Direktorat
Keperawatan dan Keteknisian Medik
Dirjen Yan Med Depkes RI.
2. _________. 2005. Keputusan Menteri
Kesehatan
RI
nomor
:
836/MENKES/SK/VI/2005
tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen
Kinerja Perawat dan Bidan. Jakarta :
Depkes RI
3. Edward E. Lawler. Dampak Kinerja
Terhadap Kepuasan Kerja. Editor
Usmara,
dalam
Handbooks
of
Organization. Yogyakarta : Amara
Books., 2003.
4. Faisal Rizal. 2005. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Dinas Kesehatan Kotamadya
Jakarta Barat Tahun 2004. Tesis Program
Pascasarjana
Program
Studi
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Respati Indonesia.
5. Handoko, T. Hani 2001. Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogjakarta : BPFE .
36
37
PENDAHULUAN
METODE
Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian observasional analitik secara cross
sectional. Penelitian dilakukan di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan
Juli sampai dengan September 2009.
Populasi penelitian ini adalah semua pasien
yang dirawat inap pada kelas III di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan
Agustus 2009. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua pasien
yang di rawat inap pada kelas III di ruang C,
D dan E di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya pada bulan Agustus 2009.
Subjek yang akan diteliti adalah pasien
rawat inap dengan kriteria sebagai berikut:
a. Pasien laki-laki dan perempuan dewasa
yang berusia 18 tahun ke atas.
b. Bersedia di jadikan sebagai subjek
penelitian.
c. Mampu berkomunikasi dengan baik.
d. Mendapatkan makanan biasa.
e. Sedang di rawat inap dalam satu siklus
menu.
Besar sampel dalam penelitian ini
adalah sesuai kriteria subyek penelitian yang
dibatasi oleh lamanya waktu penelitian yaitu
satu siklus menu (10 hari). Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah
sebanyak 97 pasien pada bulan agustus yang
berada di kelas III dan mendapatkan
makanan biasa.
Variabel yang diteliti dalam penelitian
ini terdapat dua variabel yaitu variabel
independen yang meliputi karateristik pasien
(umur, jenis kelamin, suku, pendidikan), cita
rasa makanan, lama rawat inap. Sedangkan
variabel kedua adalah variabel dependen
yaitu sisa lauk nabati pada makanan biasa
disajikan ke pasien kelas III di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
38
sentralisasi.
Berdasarkan bentuk makanannya,
rumah sakit dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya membedakan dalam bentuk makanan
biasa dan makanan lunak dengan standar
porsi yang telah ditetapkan untuk tiap jenis
makanan. Pada penelitian ini, pasien
yang diteliti adalah pasien yang mendapatkan
makanan biasa berupa nasi biasa dan jenis
dietnya tidak bervariasi / bukan diet khusus.
Karakteristik pasien meliputi umur,
jenis kelamin, suku dan pendidikan. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebanyak 97 pasien pada bulan agustus yang
berada di kelas III dan mendapatkan
makanan biasa. Karakteristik pasien secara
umum disajikan pada tabel di bawah ini:
Variabel
Jenis kelamin:
Laki-laki
Perempuan
Umur:
< 25
> 25
Pendidikan:
SD
SLTP
SMA
Mahasiswa
Suku:
Dayak
Banjar
Jawa
Madura
NTT
51
46
52,6
47,4
55
42
56,7
43,3
33
16
47
1
34
16,5
48,5
1
54
15
22
2
4
55,7
15,5
22,7
2,1
4,1
39
N
21
14
12
12
7
4
7
4
4
4
3
3
1
1
97
Kategori
Sesuai
Kurang
Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak
Menjawab
Total
%
21,6
14,4
12,4
12,4
7,2
4,1
7,2
4,1
4,1
4,1
3,1
3,1
1
1
100
Penilaian Rata-Rata Cita Rasa Lauk Nabati pada Menu Makan Biasa Pasien
Kelas III di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Bumbu
Rasa
Aroma
N
71
12
%
73,2
12,4
Penampilan
Besar Porsi
Bentuk
Penyajian
N
%
N
%
71
73,2
64
66,0
17
17,5
23
23,7
N
28
21
%
28,9
21,6
N
39
14
%
40,2
14,4
Tingkat
Kematangan
N
%
42
43,3
9
9,3
Warna
5
43
5,2
44,3
1
43
1,0
44,3
3
43
3,1
44,3
6
8
6,2
8,2
1
8
1,0
8,2
2
8
2,1
8,2
97
100
97
100
97
100
97
100
97
100
97
100
40
Rata-Rata
Penilaian
N
%
52,5
54,1
Cita
Rasa
Sedang
41
Hari
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
Jenis
N
1
Tahu
Bacem
Perkedel 2
Tempe
Tahu
2
Goreng
Tempe
2
Bacem
Tahu
6
Bumbu
Bali
Tempe
0
Mendoan
Tempe
1
Bacem
Tempe
1
RicaRica
Tahu
0
Opor
Rendang 2
Tahu
Total
17
N
% N %
N
%
1 11,1 0
0
0
0
% N
11,1 0
%
0
20,0
20,0
30,0
20,0
11,1
10,0
28,6
14,2
42,9
9,1
14,3
Total
N
7
%
77,8
30,0 10 100
10,0
50,0 10 100
28,6
28,6
7,1
50,0 14 100
27,3
18,2
18,2
36,4 11 100
18,1
9,1
27,3
36,4 11 100
14,3
28,6
42,9
100
25,0
12,5
62,5
100
20,0
10,0
20,0
50,0 10 100
17,5
1,0
14 14,4
7,2
N
9
%
100
100
42
Tabel 5. Zat Gizi Sisa Makanan Lauk Nabati Pasien Kelas III
di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Zat Gizi Sisa Lauk Nabati/hari
Zat Gizi
Kategori
Asupan
Rata-rata
Standar RS/hari
Energi
63,9 kal
91,8 gr
69,6
Defisit
Protein
3,5 gr
5,1 gr
68,6
Defisit
Lemak
4,4 gr
6,1 gr
72,2
Kurang
Karbohidrat
4,0 gr
5,3 gr
74,7
Kurang
Tabel 6. Hubungan Determinan-Determinan Penyebab Sisa Makanan Lauk Nabati Pada Menu
Makanan Biasa Pasien Kelas III di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
Variabel
Mean
SD
P value
Umur
- < 25 tahun
0,65
0,39
0,065
- 25 tahun
0,78
0,33
Jenis kelamin
- Laki-laki
0,75
0,36
0,217
- Perempuan
0,66
0,38
Suku
- Dayak
0,75
0,34
- Banjar
0,75
0,33
- Jawa
0,63
0,44
0,300
- Madura
0,25
0,35
- NTT
0,62
0,47
Pendidikan
- SD
0,65
0,37
- SMP
0,78
0,34
0,620
- SMA
0,72
0,39
- MAHASISWA
0,50
Cita rasa
- Tidak memuaskan
0,97
0,15
0,000*
- Memuaskan
0,49
0,36
Lama rawat inap
4,68
3,776
0,405
Sisa makanan lauk nabati
0,71
0,375
*bermakna, analisis regresi linier berganda nilai p < 0,05
43
N
55
42
51
46
54
15
22
2
4
33
16
47
1
44
53
97
97
44
45
Pendahuluan
46
Metode
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
penelitian survey
analitik dengan pendekatan Cross Sectional4
untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
PSN DBD di Kelurahan Menteng Kota
Palangka Raya.
Populasi penelitian ini adalah semua
rumah tangga yang berada di Kelurahan
Menteng terdaftar dalam kartu keluarga.
Pada penelitian ini sampel ditarik dari
populasi teknik bertahap5: Simple Cluster
Sampling dan dilanjutkan dengan Simple
Rondom Sampling
sehingga
diperoleh
sampel
maksimal 150 responden.
Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner yang dilakukan oleh tim peneliti
yang sudah dilatih. Data yang diperoleh
diolah dan dianalisa menggunakan SPSS
versi 17.6. Analisa data menggunakan
univariat dan bivariat (Chi-square) untuk
mencari hubungan antar variabel. Variabel
yang diteliti karakteristik responden (umur,
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) dan
pengetahuan,
sikap
sebagai
varibel
independen dan partisipasi dalam bentuk
perilaku/tindakan nyata sebagai variabel
dependen.
Hasil Penelitian
Karakteristik Masyarakat.
Berdasarkan umur dari 150 responden
yang menjadi sampel penelitian ini terdiri
dari umur 14 - 20 tahun 10 orang (6,7%),
umur 21 35 tahun 68 orang (45,3%), 51
orang (34%) umur 36 tahun. Jenis kelamin
Perempuan 76 orang (50,6%), Laki-laki : 74
orang
(49,4%).
Menurut
Pendidikan
terbanyak berpendidikan SMA : 56 orang
(37,3%) kemudian diikuti oleh PT : 28 orang
(18,7) dan SMP : 25 orang (16,7%) serta
terkecil tidak sekolah : 2 orang (1,3%).
Berdasarkan pekerjaan terbesar responden
mempunyai pekerjan sebagai Wiraswasta:
50 orang (34%), dikuti oleh PNS dan Ibu RT
masing-masing
39 (26%) serta terkecil
reponden
yang
masih
sekolah
(masiswa/pelajar) : 21 orang (14%).
47
dalam
bentuk
Umur
14-20 tahun
10
6,7
21-35 tahun
68
45,3
>36 tahun
51
34
Jenis Kelamin
Perempuan
76
50,6
Laki-laki
74
49,4
1.3
SD
16
10.7
SMP
25
16.7
SMA
56
37,3
PT
28
18,7
39
26
Wiraswasta
51
34
Ibu RT
39
26
Sekolah
21
14
Jumlah
150
100
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
Pekerjaan
PNS
Pengetahuan
Dari sisi pengetahuan tentang gejalagejala penyakit DBD, sebagian besar
responden
menyatakan
adanya
gejala
mendadak demam tinggi yang terjadi selama
2-7 hari dan demam terus-menerus, sedikit
persentase responden yang menjawab adanya
penurunan leukosit dan hematokrit. Sebagian
besar respoden telah mengetahui nyamuk
Aedes aegypty sebagai vektor penyebab DBD
(88,7%).
48
Tabel 3.
Distribusi Pengetahuan
Kategori
Gejala Awal
1.Demam tinggi
116
77,3
37
24,7
93
62
3.Adanya perdarahan
22
14,7
4.Leukosit menurun
17
11,3
5.Penurunan hematokrit
3,3
Agen penular
Nyamuk Aedes aegypti
133
88,7
Pemberantasan DBD
1.PSN
61
40,6
2.Larvanisasi
24
16
3.Penyuluhan
47
31,3
4.Foging
86
57,33
35
23,3
Cara PSN
menguras bak
118
78,6
menutup penampungan
111
74
117
78
Partisipasi Masyarakat.
Sebagian besar responden (63,6%)
menyatakan bahwa tempat penampungan air
di rumah dibersihkan sekali dalam seminggu.
(19,2%) membersihkan tempat penampungan
air sebanyak dua kali seminggu dan hanya
sedikit
yang
membersihkan
tempat
penampungan air sebanyak tiga kali
seminggu (7,9%).
Responden lebih banyak melakukan
sendiri
dalam
membersihkan
tempat
penampungan air (86,7%). Sedangkan yang
membersihkan tempat penampungan air
dengan memberikan tugas kepada orang lain
sepuluh persen (10%). Responden yang tidak
terlibat dalam pembersihan tempat penampungan air hanya 3,3% saja.
Hanya separuh responden yang
memiliki kesadaran untuk menutup tempat
penampungan air (52%), sedangkan 32,7%
49
Tabel.4.
Partisipasi Masyarakat
Kategori
96
63,6
29
19,2
12
7,9
tidak tahu
14
9,3
130
86,7
15
10
3,3
78
52
kadang-kadang tertutup
49
32,7
23
15,3
Langsung melakukan
130
86,7
11
7,3
Tidak terlibat
Perlakuan barbes
Dikubur
67
44,7
Dibiarkan
dibuang ke TPS
80
53,3
117
78
33
22
Menutup TPA
selalu tertutup
Peran mengubur/membakar
langsung melakukan
menyuruh orang lain
50
Partisipasi
Tinggi
P Value
Total
OR
(95% CI)
Rendah
35 tahun
35
44,9
43
55,1
78
100
36-50 tahun
31
60,8
20
39,2
51
100
> 50 tahun
38,1
13
61,9
21
100
Jenis Kelamin
Perempuan
40
52,6
36
47,4
36
100
Laki-laki
34
45,9
40
54,1
40
100
Total
74
49,3
76
50,7
76
100
PNS
21
53,8
18
46,2
39
100
Wiraswasta
23
45,1
28
54,9
51
100
Ibu RT
22
56,4
17
43,6
39
100
Sekolah
38,1
13
61,9
21
100
Tidak sekolah
35
44,9
43
55,1
78
100
SD
31
60,8
20
39,2
51
100
SMP
14
56
11
44
25
100
SMA
25
44,6
31
55,4
56
100
PT
Tingkat
Pengetahuan
23
45,1
28
54,9
51
100
Pengetahuan Tinggi
36
51,4
34
48,6
70
100
Pengetahuan Rendah
38
47,5
42
52,5
80
100
0,799
0,944
(0,604-1,474)
0,413
1,3
(0,688-2,483)
Pekerjaan
0,544
1,1
(0,801-1,522)
Pendidikan
0.11
1,298
(0,942-1,787)
0,631
1,170
(0,616-2,224)
Pembahasan :
Umur dan Partisipasi Masyarakat :
kelompok umur responden dengan tingkat
partisipasi tinggi paling banyak terdapat pada
kelompok 36-50 tahun, (60,8%) sedangkan
diantara responden dengan tingkat partisipasi
rendah paling banyak terdapat pada kelompok
>51 tahun (61,9%). Berdasarkan anlisis
bivariat didapat bahwa tidak ada perbedaan
antara umur dan partisipasi masyarakat
didapatkan nilai P=0,799 (OR:0,94; 95%
CI:0,604-1,474).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian.7
Dalimunthe dalam Pambudi (2009) faktor
umur tidak berpengaruh terhadap partisipasi
Masyarakat dalam program pencegahan
Malaria. Pendapat
lain yang dapat
diasumsikan mendukung, sebagaimana yang
dikatakan8 suatu tinjauan-ulang menyeluruh
51
8.
Saran
Dinkes Kota Palangka Raya melalui
Puskesmas Menteng perlu memberikan
perhatian terhadap pemberdayaan masyarakat
(Ketua RW / RT, Toma dan Kader) dalam
gerakan PSN DBD.
Hendaknya pihak Puskesmas dan
Kelurahan Menteng merevitalisasi kemitraan
dengan wadah POKJANAL DBD di tingkat
RW/RT.
Kiranya
Pukesmas
Menteng
melibatkan partisipasi dengan melatih : kader,
anggota PKK
sebagai Jumantik dalam
kegiatan pemeriksaan jentik berkala (PJK).
Sebaiknya Pukesmas Menteng dapat
meningkatkan frekwensi kegiatan penyuluhan
DBD baik dalam dan luar gedung.
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
dengan menambah variabel lain seperti :
penyuluhan, Abatetisasi, Fogging, pelatihan
Jumantik
serta
menambah
sampel
pembanding (Case control).
Daftar Pustaka
1. Dinkes Propinsi Kalteng, 2007, Profil
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah .
2. Depkes RI., 2005. Pemberantasan dan
Pencegahan
Demam
Berdarah
di
Indonesia. Dirjend. P2M & LP Jakarta
3. Notoatmodjo, Soekidjo. N. 1997, Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta
Jakarta
4. Murti.B.(2006) Desain dan Ukuran Sampel
untuk Peneltitian Kuantitatif dan Kualitatif
di bidang Kesehatan, Jogjakarta, Gajah
Mada University Press
5. Singarimbun, M dan Effendi, S. (1995)
Metode Penelitian Survey, Cetakan
Pertama LP3ES, Jakarta.
6. C.Trihendradi, 2009. 7 Langkah Mudah
melakukan Analisis Statistik menggunakan
SPSS 17.Andi Jogjakarta.
7. Pambudi
(2009) Faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi kader jumantik
dalam pemberantasan DBD di Desa
Ketipang,
Kec.Nogosari
Kabupaten
Boyolali
53
ABSTRACT
Background : Breech presentation is situation where foetus backside or foot reside in
underside of Cavum Uteri ( Gracious Cavity). Factors causing inverse situation foetus among
others pregnancy age and parity. Of data of RSUD dr. Great Doris Sylvanus Palangka in
January up to December Year 2009 patients amount with case of obstetri breech presentation
indication counted 22 month and people of January up to July Year 2010 counted 13 people is
mostly conducted by actions.
Target of Research : Analysing factors influencing breech presentation foetus.
Method Research : This Type Research is research of deskriftif made the image of
concerning factors influencing breech prsentation foetus. Research device that is Case
Control.
Result of : From statistical test result got [by] result of formulasi situation of age data with
ratio value of odds which level of 3,149233, where bigger than 1 ( one), hence pregnancy age
are factor of risk the happening of breech presentation foetus, and formulasi situation of
mother parity data with ratio value of odds which level of 1,053878, where is equal to 1(satu),
hence parity dont the including risk factor the happening of inverse situation foetus.
Conclusion : Age Pregnancy are inverse situation foetus risk factor, and also parity dont
the including inverse situation foetus risk factor.
Keyword : Factor Risk, inverse.
54
55
sehingga
memerlukan
pengawasan,
pertolongan, dan pelayanan dengan
fasilitas yang memadai.7
Letak sungsang merupakan keadaan
dimana bokong janin atau kaki berada di
bagian bawah kavum uteri (rongga rahim).
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
janin letak sungsang diantaranya paritas,
usia kehamilan, fiksasi kepala pada PAP,
janin mudah bergerak, Gemelli, kelainan
uterus, janin sudah lama mati, dan tumor
pelvis. Selain faktor di atas terdapat pula
faktor lain yaitu akses terhadap pelayanan
kesehatan, dan faktor-faktor yang tidak
diketahui atau diperkirakan, sehingga
dapat meningkatkan persalinan dengan
tindakan. Diharapkan ibu yang sedang
hamil dan terutama yang memiliki risiko
untuk menjalani persalinan melalui
tindakan dapat lebih menjaga dan
memelihara
kesehatan
diri
dan
kandungannya
utamanya
melalui
pelayanan kesehatan yang optimal.5
Dari data RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya pada bulan Januari sampai
dengan Desember Tahun 2009 jumlah
pasien dengan kasus obstetri indikasi letak
sungsang sebanyak 22 orang dan bulan
Januari sampai dengan Juli Tahun 2010
sebanyak 13 orang yang semuanya hampir
dilakukan dengan secara tindakan (Profil
Ruang C Tahun 2009-2010). Meskipun
angka tersebut menurun tindakan tersebut
tetap dikatakan berisiko.3
Melihat fenomena di atas, peneliti merasa
tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang
masalah yang terjadi yaitu faktor risiko
janin letak sungsang di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya Tahun 2010.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif atau suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran dan deskripsi tentang
suatu keadaan yang objektif.
Penelitian ini hanya sebatas membuat
gambaran tentang faktor risiko janin letak
sungsang di Ruang Kebidanan (Ruang C)
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Rancangan penelitian yaitu Case Control.
Sampel penelitian berjumlah 175 responden.
Teknik pengambilan data melalui status
pasien dan buku register pada bulan Januari
sampai dengan Desember Tahun 2009 dan
bulan Januari sampai dengan Juli Tahun
2010.
HASIL PENELITIAN
HASIL
Data
yang dikumpulkan untuk
penelitian ini berasal dari data sekunder yang
dikumpulkan dari Register Ruang Kebidanan
(Ruang C) dan dari status pasien yang
diambil di Rekam Medik pada periode bulan
Januari sampai dengan bulan Desember
tahun 2009, serta bulan Januari sampai
dengan bulan Juli tahun 2010. Sedangkan,
responden penelitian ini adalah ibu hamil
dengan janin letak sungsang. Dengan jumlah
subyek penelitian sebanyak 210 orang.
a. Karakteristik Responden
Dari 210 responden yang diteliti didapatkan
hasil karakteristik sebagai berikut :
Usia Kehamilan
Berisiko (> 42 Minggu)
Tidak Berisiko
(0-42 Minggu)
Jumlah
Jumlah
8
Prosentase
22,86%
27
77,14%
35
100%
Usia Kehamilan
Berisiko (> 42 Minggu)
Tidak Berisiko
(0-42 Minggu)
Jumlah
Jumlah
25
Prosentase
14,29
150
85,71
175
100%
Paritas
Berisiko ( 1 dan > 4)
Tidak Berisiko ( 2-4)
Jumlah
Jumlah
27
8
35
Prosentase
77,14%
22,86%
100%
Paritas
Berisiko ( 1 dan > 4)
Tidak Berisiko (2-4)
Jumlah
Jumlah
138
37
175
Prosentase
78,86
21,14
100%
b. Analisis Bivariat
Dari 210 responden yang diteliti didapatkan
hasil penelitian sebagai berikut :
57
Formulasi Keadaan Data Usia Kehamilan Ibu Berdasarkan Faktor Risiko (Usia
Kehamilan Ibu) dengan Hasil Jadi (Janin Letak Sungsang).
Janin Letak
Sungsang
n
%
Usia Kehamilan Ibu
Berisiko (>42 Minggu)
Janin Letak
Normal
n
%
22,86%
25
14,29
Tota
l
Nilai PValue
Nilai
Odds
Ratio
0,2088
1,772171
0,2088
1,772171
33
27
77,14%
150
85,71
177
35
100%
175
100%
210
Formulasi Keadaan Data Paritas Ibu Berdasarkan Faktor Risiko (Paritas) dengan Hasil
Jadi (Janin Letak Sungsang).
Janin Letak
Sungsang
n
%
Janin Letak
Normal
n
%
27
138
22,86%
37
23,80%
45
35
100%
175
100%
210
2.
77,14%
76,20%
Total
Nilai PValue
Nilai
Odds
Ratio
0,8232
0,9053378
0,8232
0,9053378
165
Pembahasan
58
59
60
ISSN : 2087-9105
11. Penulisan rujukan menggunakan Harvard Style diurut secara alfabetis seperti contoh
berikut ini;
Buku :
Green, S.B.& Salkind, N.J. 2004. Using SPSS for Windows and Macintosh Analysing
and Understanding Data. Fourth Editon.New Jersey: Prentice Hall
Buku Kumpulan Artikel :
Nicol,M.& Glen,S. (Eds.). 1999. Clinical Skills in Nursing: The return of the practical
room?
London: McMilla Press LTD
Atikel dalam Buku Kumpulan artikel :
Rideout, E.& Carpio,B.2001. The Problem-Based Learning Model of Nursing
Education. In B.Rideout (Eds.)Transforming Nursing Education Through ProblemBased Learning.(p.21-49). Toronto: Jones and Bartllet Publisher.
Ariel dalam Jurnal atau Majalah :
Husaini, Y.K.2006. Perilaku Memberi Makan Untuk Meningkatkan Tumbuh
Kembang Anak.
Gizi Indonesia, 29 (1): 58-64
Artikel Dalam Koran :
Sunarty, S.31 Desember, 2010. Penurunan Kepekaan Sosial Remaja.Kalteng Post,
hlm.11
Tulisan/berita dalam Koran (tanpa nama pengarang) :
Kalteng Post. 31 Desember,2010.RSUD Berlaku Tarif Baru, hlm.9.
Dokumen Resmi :
Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti, 2006. Himpunan Peraturan Tentang Pola
Pembinaan Karier Dosen Perguruan Tinggi di Indonesia.Jakarta: Depdiknas.
Buku Terjemahan:
Tits,S,Mayers,M.,Wodak,R.& Vetter,E.1999. Metode Analisis Teks & Wacana.
Terjemahan Oleh : Abdul Syukur Ibrahim (Eds.) Gazali,Frans Thomas dan Suwarna
Priggawidagda., 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Skripsi, Thesis, Disertasi, Laporan Penelitian:
Kuncoro,T.1996. Pengembangan Kurikulum pelatihan Magang di STM Nasional
Malang Jurusan Bangunan Program Studi Bangunan Gedung : Suatu studi
Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis Tidak Diterbitkan
Malang - PPS IKIP MALANG.