Professional Documents
Culture Documents
BAB II
PEMBAHASAN
1
DEFINISI
Penyakit Parkinson (Parkinson Disease) adalah suatu penyakit degeneratif
pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan
ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat,
kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.(10)
Penyakit parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif progresif yang
berkaitan erat dengan usia. Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh
degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta
substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies), atau
disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.(2)
Sedangkan Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor
waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat
penurunan kadar dopamine dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini sering
disebut sebagai Sindrom Parkinson.(2)
KLASIFIKASI
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi
harus diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang
etiologi, prognosis dan penatalaksanaannya.
1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/ paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi
penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk
jenis ini.
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik.
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain:
tuberkulosis, sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced,
misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain,
misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang
pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari
gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit
Wilson (degenerasi hepato-lentikularis), hidrosefalus normotensif, sindrom
2
Park7)
yang
berhubungan
dengan
Parkinson
keturunan.
Parkinsons Disease
Gambar 1. Etiologi dari Parkinsons disease
d. Lingkungan:
i.
Toksin: MPTP, CO, Mn, Mg, CS2, Metanol, Sianid.
ii. Pengunaan herbisida dan pestisida
iii.
Infeksi
i.
ii.
iii.
iv.
v.
lain
lewat
jalur
saraf
yang
berbeda-beda
bahan
perantaranya
(neurotransmitter/NT).
Terdapat tiga jenis neurotransmitter utama didalam ganglia basalis, yaitu:
Dopamine (DA), Acetylcholin (Ach) dan asam amino (Glutamat dan GABA).
2. Patofisiologi Ganglia Basalis
Agak sulit memahami mekanisme yang mendasari terjadinya kelainan di
ganglia basalis oleh karena hubungan antara kelompok-kelompok inti disitu
sangat kompleks dan saraf penghubungnya menggunakan neurotransmitter yang
bermacam-macam. Satu unit fungsional yang dipersarafi oleh lebih dari satu
sistem saraf maka persarafan tersebut bersifat reciprocal inhibition (secara timbal
5
balik satu komponen saraf melemahkan komponen yang lain). Artinya yang satu
berperan sebagai eksitasi dan yang lain sebagai inhibisi terhadap fungsi tersebut.
Contoh klasik reciprocal inhibition adalah dalam fungsi saraf otonom antara saraf
simpatik dengan NT noradrenalin (NA) dan saraf parasimpatik dengan NT
asetilkolin (Ach).
Fungsi unit tersebut normal bilamana kegiatan saraf eksitasi sama atau
seimbang dengan saraf inhibisi. Bilamana oleh berbagai penyakit atau obat terjadi
perubahan keseimbangan tersebut maka timbul gejala hiperkinesia atau
hipokinesia tergantung komponen saraf eksitasi atau inhibisi yang kegiatannya
berlebihan.
Patofisiologi GB dijelaskan lewat dua pendekatan , yaitu berdasarkan cara
kerja obat menimbulkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan
saraf kolinergik dan perubahan keseimbangan jalur direk (inhibisi) dan jalur
indirek (eksitasi).
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia
nigra sebesar 40 50% yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy
bodies). Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang
mengandung neuromelanin di dalam batang otak, khususnya di substansia nigra
pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang. Dalam kondisi
normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf nigrostriatum akan
merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di
dendrit output neuron striatum. Output striatum disalurkan ke globus palidus
segmen interna atau substansia nigra pars retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk
reseptor D1 dan jalur indirek berkaitan dengan reseptor D2. Maka bila masukan
direk dan indirek seimbang, maka tidak ada kelainan gerakan.
Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan
substansia nigra pars kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga
tidak ada rangsangan terhadap reseptor D1 maupun D2. Gejala Penyakit
Parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel saraf dopaminergik rusak dan
dopamin berkurang 80%. Reseptor D1 yang eksitatorik tidak terangsang sehingga
6
D2
D1
SNc
SNr
GPe
GPi
STN
: Subthalamic nucleus
VL
: Ventrolateral thalamus=talamus
PATOLOGI ANATOMI
Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang
mengandung neuromelanin di dalam batang otak, khususnya di substansia nigra
pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang.
biasanya mempunyai diameter > 15 cm, berbentuk sferis dan inti hialin yang
padat. Komponen struktural yang predominan pada Lewy body terlihat berupa
bahan filamen yang tersusun dalam pola sirkuler dan linear, kadang terjulur
kearah dari inti yang padat elektron. Lewy body bukan gambaran yang spesifik
pada penyakit Parkinson karena juga ditemukan pada beberapa penyakit
neurodegeneratif lain yang langka.(11)
GAMBARAN KLINIS
Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik,
yang didapat dari anamnesa yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegalpegal atau kram otot, distonia fokal, gangguan ketrampilan, kegelisahan, gejala
sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis
penderita Parkinson: (9,1)
1. Tremor
Tremor
terdapat
pada
jari
tangan,
tremor
kasar
pada
sendi
2. Rigiditas
9
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot
protagonis dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot
protagonis dan otot antagonis sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa
motoneuron pada otot protagonis dan otot antagonis menghasilkan rigiditas yang
terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas yang terlibat.
3. Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi
berkurang misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban
mengenakan pakaian atau mengkancingkan baju, lambat mengambil suatu obyek,
bila berbicara gerak bibir dan lidah menjadi lamban. Bradikinesia menyebabkan
berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan berkurang
sehingga wajah mirip topeng, kedipan mata berkurang, menelan ludah berkurang
sehingga ludah keluar dari mulut. Bradikinesia merupakan hasil akhir dari
gangguan integrasi dari impuls optik sensorik, labirin, propioseptik dan impuls
sensorik lainnya di ganglia basalis. Hal ini mengakibatkan perubahan pada
aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa dan gamma motoneuron.
4. Hilangnya refleks postural
Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada
awal stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita
penyakit Parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini.
Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan
sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan
mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita
mudah jatuh.
5. Wajah Parkinson
Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi
muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang,
disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
6. Mikrografia
10
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi
menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
7. Sikap Parkinson
Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada
penyakit Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi
kepala difleksikan ke dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung
kedepan, dan lengan tidak melenggang bila berjalan.
8. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah
dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton
dengan volume yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa
kasus suara mengurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban.
9. Disfungsi otonom
Disfungsi otonom mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara
progresif neuron di ganglia simpatetik. Ini mengakibatkan berkeringat yang
berlebihan, air liur banyak (sialorrhea), gangguan sfingter terutama inkontinensia
dan adanya hipotensi ortostatik yang mengganggu.
10. Gerakan bola mata
Mata kurang berkedip, melirik kearah atas terganggu, konvergensi menjadi
sulit, gerak bola mata menjadi terganggu.
11. Refleks glabela
Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang.
Pasien dengan Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan.
Disebut juga sebagai tanda Mayersons sign
12. Demensia
Demensia relatif sering dijumpai pada penyakit Parkinson. Penderita
banyak yang menunjukan perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya.
Disfungsi visuospatial merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan.
Degenerasi jalur dopaminergik termasuk nigrostriatal, mesokortikal dan
mesolimbik berpengaruh terhadap gangguan intelektual.
13. Depresi
11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis,
karena tidak memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit
Parkinson. Pengukuran kadar NT dopamine atau metabolitnya dalam air kencing,
darah maupun cairan otak akan menurun pada penyakit Parkinson dibandingkan
kontrol. Lebih lanjut, dalam keadaan tidak ada penanda biologis yang spesifik
penyakit, maka diagnosis definitive terhadap penyakit Parkinson hanya
ditegakkan dengan otopsi. Dua penelitian patologis terpisah berkesimpulan bahwa
hanya 76% dari penderita memenuhi kriteria patologis aktual, sedangkan yang
24% mempunyai penyebab lain untuk parkinsonisme tersebut.(7,8)
2. Neuroimaging:
12
Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah
memberi kontribusi yang signifikan untuk melihat kedalam sistem
dopamine nigrostriatal dan peranannya dalam patofisiologi penyakit
Parkinson. Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa,
khususnya di putamen, dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita
penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini. Pada saat awitan gejala,
penderita penyakit Parkinson telah memperlihatkan penurunan 30% pada
pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi sayangnya PET tidak dapat
membedakan antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme atipikal.
PET juga merupakan suatu alat untuk secara obyektif memonitor progresi
penyakit, maupun secara obyektif memperlihatkan fungsi implantasi
jaringan mesensefalon fetus.(7)
2. Probable
3. Definite
14
PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit parkinson dapat dikelompokan, sebagai berikut: (3,5,6)
1.
Farmakologik
a. Bekerja pada sistem dopaminergik
i.
L-dopa
Penemuan terapi l-dopa pada tahun 1960 merupakan terobosan
baru pengetahuan tentang penyakit degenerasi. Meskipun sampai
sekarang l-dopa masih merupakan obat paling menjanjikan respon
terbaik untuk penyakit parkinson, namun masa kerjanya yang singkat,
respon yang fluktuatif dan efek oxidative stress dan metabolitnya
menyebabkan para peneliti mencari bahan alternative. Cara kerja obat
kelompok ini dapat dijelaskan lewat alur metabolisme dari dopamin
sebagai berikut. Tyrosin yang berasal dari makanan akan diubah secara
beruntun menjadi l-dopa dan dopamin oleh enzimya masing-masing.
Kedua jenis enzim ini terdapat diberbagai jaringan tubuh, disamping
dijaringan saraf. Dopamin yang terbentuk di luar jaringan saraf otak,
tidak dapat melewati sawar darah otak. Untuk mencegah jangan
sampai dopamin tersintesa diluar otak maka l-dopa diberikan bersama
dopa-decarboxylase
inhibitor
15
dalam
bentuk
carbidopa
dengan
atau
menekan
proses
pembentukan
energi
dari
Agonis Dopamin
Preparat lain yang juga dapat menghemat pemakaian l-dopa adalah
golongan dopamin agonis. Golongan ini bekerja langsung pada
reseptor dopamin, jadi mengambil alih tugas dopamin dan memiliki
durasi kerja lebih lama dibandingkan dopamin. Sampai saat ini ada 2
kelompok dopamin agonis, yaitu derivat ergot dan non ergot. Secara
singkat reseptor yang bisa dipengaruhi oleh preparat dopamin agonis
adalah sebagai berikut:
Keuntungan terapi dengan agonis dopamin dibandingkan l-dopa
antara lain:
1) Durasi kerja obat lebih lama.
2) Respon fluktuatif dan diskinesia lebih kecil.
16
pelepasan
dopamin,
menghambat
reuptake
dan
i.
ii.
iii.
iv.
v.
e. Bahan lain yang masih belum jelas cara kerjanya diduga bermanfaat
untuk penyakit parkinson, yaitu hormon estrogen dan nikotin. Pada
dasawarsa terakhir, banyak peneliti menaruh perhatian dan harapan
terhadap nikotin berkaitan dengan potensinya sebagai neuroprotektan.
Pada umumnya bahan yang berinteraksi dengan R nikotinik memiliki
18
Non Farmakologik
Penanganan penyakit parkinson yang tidak kalah pentingnya ini sering
19
c. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut:
i.
Abnormalitas gerakan
ii.
iii.
Gejala otonom
iv.
v.
Perubahan psikologik
ii.
Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal
Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program
latihan pernapasan diafragma, evaluasi menelan, latihan disartria,
latihan bernapas dalam sebelum bicara. Latihan ini dapat membantu
memperbaiki volume berbicara, irama dan artikulasi.
20
iv.
Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi
dalam
melakukan
asesmen
dampak
psikososial
Orthotik Prosthetik
Dapat
membantu
penderita
Parkinson
yang
mengalami
PROGNOSIS
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa
perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien
berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan
gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping
pengobatan terkadang dapat sangat parah. (9,10)
PD sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang
sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya
lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat
menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian. Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun
atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada
cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing
individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup
produktif beberapa tahun setelah diagnosis.(9,10,11)
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Clarke
CE,
Moore
AP.
2006.
Parkinson's
Disease.
http://www.aafp.org/afp/20061215/2046.html (diakses 5 Februari 2013).
5.
6.
7.
Price SA, Wilson LM, Hartwig MS. 2006. Gangguan Neurologis dengan
Simtomatologi Generalisata. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 1139-1144.
8.
9.
10.
11.
24