You are on page 1of 13

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA

Ny.’’E’’
G1 P0 A0 H0 DENGAN PANGGUL SEMPIT
DI RSUD PARIAMAN
16 JULI 2009

Disusun Oleh :
PRAMITA HERLINA

POLTEKES SITEBA LAPAI PADANG


JURUSAN KEBIDANAN
2009 / 2010

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”E” G1 P0 A0 H0 Dengan Panggul Sempit “ di RSUD Pariaman
Makalah ini penulis susun dalam rangka pencapaian kompetensi
dan merupakan tugas kelompok di RSUD Pariaman
Dalam pembuatan makalah ini Penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu direktur RSUD Pariaman yang telah memberikan kesempatan


kepada penulis untuk berpraktek
2. CI Pembimbing Pre Ops- OK di RSUD Pariaman
3. Dosen Pembimbing Poltekes Siteba
4. Ibu – ibu dan Bapak – bapak penanggung jawab Pre Ops- OK RSUD
Pariaman yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada
penulis
5. Rekan – rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan
dan arahan dalam pembuatan makalah ini

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, dari itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini
bermamfaat bagi kita semua

Pariaman, 20 juli 2009

( Penulis )

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang....................................................................................1
2.1 Tujuan umum...................................................................................1
2.2 Tujuan khusus...................................................................................1

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Seksio Cesaria.....................................................................................2
B. Cephalopelvik Disproportion (CPD) atau Disproporsi sefalo-Pervik
1. Konsep Dasar................................................................................2
1.1.................................................................................................Pen
gertian...........................................................................................2
1.2.......................................................................................................... Dis
proporsi Sefalo-Pelvik....................................................................3
1.3.......................................................................................................... Pe
meriksaan Panggul........................................................................3
1.4.......................................................................................................... Peri
ksaan Besarnya Janin....................................................................5
1.5.......................................................................................................... Pro
gnosis............................................................................................6
1.6.......................................................................................................... Pe
meriksaan Radrologi.....................................................................7

iii
BAB III
TINJAUAN KASUS.................................................................................8

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

2. Latar belakang

Proses persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana suatu


benda di dorong melalui ruangan oleh suatu tenaga. Benda yang didorong
adalah janin, ruangan adalah Pelvis untuk membuka servik dan
mendorong bayi keluar.

Jika tidak ada disproporsi antara Pervis dan janin normal dan serta letak
anak tidak patologik, dapat di tunggu Partus spontan bila ada disproporsi
feto Pelvik atau janin letak lintang maka terjadi persalinan Patologis (SC)

2.1 Tujuan umum

Dapat membedakan tentang perbedaan Panggul Normal dan Panggul


Patologis. Atau dapat membedakan bisa bersalin normal atau persalinan
secara abnormal (SC)

2.2 Tujuan khusus


1. Mampu melaksanakan pengkajian, mengumpulakan data dengan
cara Anamnesa dan Observasi
2. Mampu menegakan diagnosis mengkaji masalah dan kebutuhan
berdasarkan interprestasi data yang telah dikumpulkan
3. Mampu mengidentifikasi adanya masalah potensial

iv
4. Mampu mengindentifikasi perlunya tindakan segera, kolaborasi dan
rujukan
5. Mampu membuat rencana asuhan sebagai dasar untuk
melaksanakan asuhan kebidanan
6. Mampu melakukan Implementasi secara efektif dan efesien
7. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

C. Seksio Cesaria

Seksio Cesaria adalah janin melalui pada dinding abdomen


(Laparatomi) dan insisi pada uterus (histerotomi), sehingga persalinan
janin pada kasus ruptura uteri dan kehamilan abdominal tidak termasuk
dalam diagnosa ini

Indikasi Seksio Cesaria


1. Bekas Seksio Cesaria
2. Distosia
3. Presentasi bokong
4. Fetal distress

D. Cephalopelvik Disproportion (CPD) atau Disproporsi sefalo-


Pervik
1. Konsep Dasar
1.1Pengertian
Cephalopelvik Disproportion (CPD) atau Disproporsi sefalo-Pervik
adalah ketidak cocokan antara kepala janin dan bagian pervis
tertentu yang harus dilaluinya (Kamus Kebidanan).

v
Janin dapat terletak melitang pada panggul ibu yang berukuran terlalu
kecil atau bentuknya abnormal, atau letak presentasi kepala yang
diameternya tidak menguntungkan abnormal besar. Keadaan ini akan
diketahui dalam 3 minggu terakhir kehamilan dengan tidak berhasilnya
kepala janin masuk kedalam PAP, baik secara spontan maupun secara
penekanan. Derajat disproporsi dapat dinilai secara akurat dengan
bantuan sinar x (ultra suara) dengan derajat yang ringan, kerja uterus
dalam persalinan cukup memadai untuk mengubah bentuk kepala janin
hingga dapat melewati panggul ibu. Perubahan bentuk kepala janin ini
sering disertai peningkatan pleksi. Pada keadaan ini persalinan dapat
berlangsung tampa komplikasi pada janin atau ibunya. Pada disproporsi
dengan derajat sedang hingga berat kelahiran bayi harus dilakukan Seksio
Cesaria (SC).

1.2 Disproporsi Sefalo-Pelvik

Ada beberapa kemungkinan :


1. Imbang Sefalo-Pelvik baik
Partus dapat direncanakan pervaginam,namun demikian his,posisi
kepala dan keadaan serviks harus diperhatikan selama partus.

2. Disproporsi Sefalo-Pelvik
Artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan secara normal
pervaginam,bila anak hidup lakukan seksio sesaria (SC).

3. Kemungkinan Disproporsi
Mengandung arti yaitu imbang baik atau dapat terjadi disproporsi.

‘’Untuk mendapat kepastian maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi


dan atau
Partus percobaan’’.

1.3 Pemeriksaan Panggul

vi
Terdiri dari :
1. Pemeriksaan Panggul Luar
2. Pemeriksaan panggul dalam (VT) ,yang dievaluasi antara lain :
Promotorium, linea innominata, spina ischiadika, dinding samping,
kurvatura sakrum, Ujung sakrum, dan arkus pubis.
Pada pemeriksaan ini dicoba memperkirakan ukuran :
• Konjugata Diagonalis dan konjungata vera
• Distansia Inter Spinarum ( diameter dispinarum )
• Diameter antaro – posterior pintu bawah panggul.

‘’Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan antara kehamilan pada minggu ke


34 – 35’’

• Kesempitan pada Pintu Atas Panggul


PAP sempit apabila konjungata vera kurang dari 10 cm atau diamter
transversa kurang dari 12 cm.

• Kesempitan Panggul Tengah


Dengan sakrum melengkung sempurna, dinding- dinding panggul tidak
berkonvergensi, foramen ischiadikum mayor cukup luas dan spina
ischiadika tidak menonjol kedalam dapat diharapkan bahwa panggul
tengah tidak akan menyebabkan rintangan. Ukuran terpenting adalah
Distansia Interspinarum, apabila
ukuaran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai tentang kesukaran
persalinan.

• Kesempitan Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang datar, tetapi terdiri atas
segi tiga depan dan segi tiga belakang yang memmpunyai dasar yang
sama, yakni distansia tuberrum. Apabila ukuran terakhir ini lebih kecil dari
pada yang biasa maka sudut

vii
Arkus pubis mengecil pula ( kurang dari 80 0 ). Agar supaya dalam hal ini
kepala janin
dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang
pintu bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup
panjang, persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengan
perlukaan luas pada perineum.
Dengan distansia tuberrum bersama dengan diameter sagitalis posterior
kurang dari 15 cm timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.

Conjungata vera = Conjungata Diagonal – 1 1/2 cm.


CV = CD - 1 1 /2 cm.

Caranya :
Lakukan VT sampai teraba promotorium lalu ukur jari tangan yang
masuk (CD), kemudian kurangkan 1 1/2 cm,kalau kurang dari 10 cm
berarti panggul sempit.

1.4 Pemeriksaan Besarnya Janin

Pemeriksaan ini dilakukan sesaat sebelum partus atau watu partus


kalau bentuk normal dan lelak anak memanjang yang menentukan
Imbang feto-pelvik ialah kepala. Besarnya kepala rata- rata tergantung
dari besarnya ( berat ) janin , oleh karena itu
sebagian ukuran kepala digunakan berat badan janin.

Ada beberapa perkiraan berat badan janin :


1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan.
2. Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen.
3. Perhitungan menurut Poulsson- Lang Stadt.

Uterus dianggap sebagai suatu benda yang terdiri dari bahan


homogen berbentuk elips. Jika letak janin mrmanjang, volume tergantung

viii
dari diameter transversa dan diameter longitudinal dari uterus yang
diukur menggunakan jangka Bordeloque.Kemudian secara empirit dibuat
suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara BB dan jumlah
kedua diameter itu.

4. Rumus Jhonsons – Toshak


Berdasarkan atas ukuran Mc. Donald yaitu jarak pubis dan batas
antara fundus uteri melalui konveksitas abdomen.
BBJ = (MD – 12 ) x 155 gram.
Keterangan :
BBJ : Berat Badan Janin dalam gram
MD : Ukuran Mc. Donald dalam cm
Kepala belum masuk H III : (MD – 13 )
Kepala di H III : ( MD – 12 )
Kepala lewat H III : ( MD – 11 )
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10 %

5. Dengan menggunakan alat- alat canggih ultra sonografi, diameter


biparentalis
dapat diukur.
1.5 Prognosis

Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan


berlangsung sendiri tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang
tepat, timbulnya bahaya bagi ibu dan janin (Sarwono)

Bahaya pada ibu

a. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada


pembukaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan
infeksi intrapartum

b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir
tertahan dapat timbul regangan segmen bawah uerus dan

ix
pembentukan lingkaranretrasi patologik (Bandl). Keadaan ini
terkenal dengan ruptura uteri mengancam. Apabila tidak segera
diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul ruptur
uteri

c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan


lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara
kepala janin dan tulang panggul. Hal ini meninbulkan gangguan
sirkulasi dengan akibat terjadinya Iskemia dan kemudian nekrosis
pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi
fistula vesiko servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto
vaginalis

Bahaya pada janin

a. Patuslama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika


ditambah dengan infeksi intrapartum
b. Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat
besar bagi janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia
masih hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati
rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage dapat
dialami oleh kepala janin tampa akibat yang jelek sampai batas –
batas tertentu. Akan tetapi apabila batas – batas tersebut
dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan
intrakrahial
d. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh
simfiksi pada panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan
diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula meninbulakan
fraktur pada Osparietalis

1.6 Pemeriksaan Radrologi

Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto

x
1. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen
tegak lurus diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter maya samping

Dari keduanya dapat dilihat


a. Diameter transversa
b. Distansia Interspinarum
c. Jenis Pelvik
d. Conjugata diagonalis – conjugatavera
e. Dalamnya Pelvis
f. Diameter AP pintu bawah
g. Diameter sagitalis posterior (Cald well)
h. Bentuk sakrum, spina ischiadika

Jenis panggul wanita Indonesia. (Djaka dan Moeljo)


1. Gi nekord 64,2%
2. Antropord 16,3%
3. Platipelord 13,6%
4. Andrord 2,2%
5. Panggul Patalogik 3%

(Sinopsis obstetri jilid I)


BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Ketidak cocokan antara kepala janin dan bagian pelvis tertentu yang
harus dilaluinya. Sebaiknya dilakukan SC supaya ibu dan bayi selamat dan
proses persalinan dapat diatasi dengan cepat, tepat dan singkat

xi
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rustam, Muchtar. 1998 . Sipnosis Obstetri Fisiologi Pathologi . Jakarta:


EGC

xii
xiii

You might also like