You are on page 1of 18

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi di
dalam satu situasi, bahkan dalam satu ruang hampa. Situasi belajar
ini ditandai dengan motif-motif yang ditetapkan dan diterima oleh
siswa. Terkadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil
maksimal disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang mendorong
( motivasi ).
Belajar mengajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks,
karena dalam proses tersebut siswa tidak hanya sekedar menerima
dan menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi siswa
dapat melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran dan tindakan
paedadogis yang harus dilakukan, agar hasil belajarnya lebih baik dan
sempurna.

Dari

proses

pembelajaran

tersebut

siswa

dapat

menghasilkan suatu perubahan yang bertahap dalam dirinya, baik


dalam

bidang

pengetahuan,

keterampilan

dan

sikap.

Adanya

perubahan tersebut terlihat dalam prestasi belajar yang dihasilkan


oleh siswa berdasarkan evaluasi yang diberikan oleh guru.
Dalam
peranannya

proses
terhadap

belajar
prestasi

mengajar
belajar.

motivasi
Karena

sangat
dengan

besar
adanya

motivasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Bagi siswa yang


memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga boleh jadi siswa
yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena
kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan optimal bila
terdapat motivasi yang tepat. Karenanya, bila siswa mengalami
kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahan

siswa, tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalam membangkitkan


motivasi siswa.
Motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat,
kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar, karena antara
motivasi dan semangat belajar mempunyai hubungan yang erat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Sardiman A.M dalam bukunya
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar bahwa : "Dalam kegiatan
belajar, maka motivasi menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan

dari

kegiatan

belajar,

sehingga

tujuan

yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai."


Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah
siswa menjadi tekun dalam proses belajar mengajar, dan dengan
motivasi itu pula hasil belajar siswa dapat diwujudkan dengan baik.
Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan
jelas akan tekun dan berhasil dalam belajarnya. Tingginya motivasi
dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan
pada saat ini kaitan antara motivasi dengan perolehan dan atau
prestasi tidak hanya dalam belajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut.
1.Apa yang dimaksud dengan motivasi?
2. Apa jenis-jenis motivasi?
3. Apa saja teori-teori motivasi ?
4. Apa fungsi motivasi dalam belajar?
5. Bagaimana upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar?

C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan:
1. Pengertian motivasi
2. Jenis-jenis motivasi
3. Teori-teori motivasi
4. Fungsi motivasi dalam belajar
5. Upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Motivasi
Banyak pakar yang merumuskan definisi motivasi sesuai
dengan kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam,
sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya.
Namun

demikian,

raga

definisi

tersebut

memiliki

ciri

dan

kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan pengertian


motivasi.
Michel

J.

Jucius

(Onong

Uchjana

Effendy,

1993:

69-70)

menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan


kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan
yang dikehendaki.
Menurut Dadi Permadi (2000: 72) motivasi adalah dorongan dari
dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang
diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang

berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada


motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang
selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya
itu.

Jadi,

setiap

kegiatan

yang

dilakukan

individu

selalu

ada

motivasinya.
Lantas, Nasution (2002: 58), membedakan antara motif dan motivasi.
Motif

adalah

segala

daya

yang

mendorong

seseorang

untuk

melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk


menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin
melakukannya.
Berdasarkan deskripsi di atas, motivasi dapat dirumuskan
sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah
laku seseorang untuk beraktivitas.
Sedangkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif secara aktif mengembangkan potrnsi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mula, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran
keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih
mendalam

yaitu

pemberian

pengetahuan,

pertimbangan

dan

kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk


mengajar kebudayaan melewati generasi.
2. Jenis-Jenis Motivasi
Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha
untuk menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu
organisme

kedalam

masing-masing.

beberapa

Diantaranya

golongan
menurut

menurut

Woodwort

pendapatnya
dan

Marquis

sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif itu ada tiga


golongan yaitu :
a. Kebutuhan-kebutuhan

organis

yakni,

motif-motif

yang

berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari


tubuh seperti : lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat
b.

atau tidur, dan sebagainya.


Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-konyong
(emergency motives) inilah motif yang timbul bukan karena
kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar,
contoh : motif melarikan diri dari bahaya,motif berusaha

mengatasi suatu rintangan.


c. Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke
suatu objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, timbul karena
adanya dorongan dari dalam diri kita.
Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, A.M, mengemukakan
jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu : motif
bawaan (motive psychological drives) dan motif yang dipelajari
(affiliative needs), misalnya : dorongan untuk belajar suatu cabang
ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan
sebagai berikut :
a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat
fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya.
b.

Sosial

Motives

adalah

dorongan-dorongan

yang

ada

hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti :


dorongan selalu ingin berbuat baik (etika) dan sebagainya.
Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :

a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan
belajar. Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang
timbul

dari

dalam

diri

seseorang

atau

motivasi

yang

erat

hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya : ingin memahami


suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:


1) Adanya kebutuhan
2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
3) Adanya cita-cita atau aspirasi.
Ada 2 jenis motivasi intrinsik:
1) Determinasi diri
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka
melakukan

sesuatu

karena

kemauan

sendiri,

bukan

karena

kesuksesan atau imbalan eksternal.Di sini, motivasi internal dan


minat intrinsik dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan
dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas
pembelajaran mereka.
2) Pilihan personal
Pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia
yang besar.Pengalaman optimal ini kebanyakan terjadi ketika orang
merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan
suatu aktivitas.Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat
dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga
tidak terlalu mudah.

b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari
luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan
yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya
siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan
oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib
sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh
konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk
belajar.
Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik
dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting,
karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah
dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar
mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak
bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di
sekolah maupun di rumah. Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat
motivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan
dapat diberikan secara tepat.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik
intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan.Dengan motivasi, siswa
dapat

mengembangkan

aktifitas

dan

inisiatif

sehingga

dapat

mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan


belajar.
3. Teori Motivasi
1. Teori Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori Kebutuhan)

Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada


dasarnya

semua

manusia

memiliki

kebutuhan

pokok.

Ia

menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang


memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan
itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari
kebutuhan

biologis

dasar

sampai

motif

psikologis

yang

lebih

kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar


terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus
terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya
menjadi penentu tindakan yang penting;
Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan
orang lain,

diterima, memiliki)

Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan


mendapatkan dukungan serta pengakuan)

Kebutuhan

memahami,

aktualisasi
dan

diri

(kebutuhan

menjelajahi;

kognitif:

kebutuhan

estetik:

mengetahui,
keserasian,

keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan


kepuasan diri dan menyadari potensinya).
2. Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri
dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor
ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
1)

Faktor

higiene

ketidakpuasan,

memotivasi

termasuk

seseorang

didalamnya

untuk

adalah

keluar

hubungan

dari
antar

manusia,

imbalan,

kondisi

lingkungan,

dan

sebagainya

(faktor

ekstrinsik),
2) Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan,

yang

termasuk

didalamnya

adalah

achievement,

pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).


3. Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative)
dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag
dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai
kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau
diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor
yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia
ada empat teori Y :
a. karyawan
b.

dapat

memandang

kerjasama

dengan

sewajarnya

seperti istirahat dan bermain.


Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri

jika mereka komit pada sasaran.


c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
4. Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan )
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation
menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang
ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan

itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya


motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk
mendapatkan outcome tertentu).
Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif,
netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu
yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan
kurang dari yang diharapkan.

5. Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan


Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa
ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama
dengan soscialneed-nya Maslow)
Need for Power (dorongan untuk mengatur).
6. Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori ERG)
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang
didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence),
hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit
berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa
jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi
maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari
pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.

10

7. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)


Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki
empat macam mekanisme motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya;
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi;
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana
kegiatan.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat
digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada
kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan
berarti sifatnya sangat subyektif.Perilakunya pun ditentukan oleh
persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa
kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi
ekstrernal dari perilaku dan tindakannya.Artinya, dari berbagai faktor
di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah
perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan hukum
pengaruh yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk
mengulangi

perilaku

yang

mempunyai

konsekwensi

yang

menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan


perilaku

yang

mengakibatkan

timbulnya

konsekwensi

yang

merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat.Juru tik
tersebut mendapat pujian dari atasannya.Pujian tersebut berakibat
pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut

11

menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan


hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan
berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar
menggunakan
bertambah,

komputer
yang

pada

sehingga
gilirannya

kemampuannya
diharapkan

semakin

mempunyai

konsekwensi positif lagi di kemudian hari.


Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat
berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai
ancaman

akan

dikenakan

sanksi

indisipliner.

Teguran

dan

kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku


pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang
tepat

pada

waktunya.

Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan


untuk

modifikasi

perilaku

tetap

memperhitungkan

harkat

dan

martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara


tersebut ditempuh dengan gaya yang manusiawi pula.
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model
motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha
mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti
menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu
model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa
model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan
imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang
mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d)

12

kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang
dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang,
antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja
dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d)
situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku
dan cara penerapannya.

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar


Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam
proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan
tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan,
makin

berhasil

pelajaran

itu.

Maka

motivasi

senantiasa

akan

menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa.


Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat
lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab
tidak serasi dengan tujuan.
Selain itu ada juga fungsi lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara konseptual
motivasi berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi

13

yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan
kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan
prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
5. Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi
merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa.Apalah
artinya bagi seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai
motivasi

belajar.

mempunyai

Bahwa

motivasi

diantara

untuk

belajar

sebagian
dan

siswa

sebagian

ada
lain

yang
belum

termotivasi untuk belajar. Seorang guru melihat perilaku siswa seprti


itu, maka perlu diambil langkah-langkah untuk membangkitkan
motivasi belajar siswa.
Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat
menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa.
Cara membangkitkan motivasi belajar diantaranya adalah :
a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan
dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan.
b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar
lingkungan sekolah.
c.
Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang
dipegang.
d. . Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai
suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa
mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas
dengan sebaik mungkin.
e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan
kebutuhan siswa.
f. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,

14

siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa


mengejar siswa yang berprestasi.
g. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.
h. Menggunakan bentuk-bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
i.

prestasi yang telah dicapai sebelumnya.


Memberikan pujian, sudah sepantasnya siswa yang berprestasi
untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang

j.

bersifat membangun.
Memberikan hukuman, hukuman diberikan kepada siswa yang
berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri

dan berusaha memacu motivasi belajarnya.


k. Membangkitkan dorongan kepada anak didik

untuk

belajar.

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke


peserta didik.
l. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
m. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok
n. Menggunakan metode yang bervariasi.
o. Menggunakan media yang baik dan

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran
Menurut Sardiman A.M, ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa
bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya :
a. Memberi angka, angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai
kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru
untuk mencapai angka/nilai yang baik.Angka-angka yang baik itu
bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
b. Hadiah, hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi.
c. Saingan atau kompetisi, saingan atau kompensis dapat juga
dikatakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.

15

Persaingan, baik persaingan individual maupun kelompok dapat


meningkatkan motivasi belajar sisiwa
d. Memberi ulangan
e. Mengetahui hasil
f. Pujian, apabila ada siswa yang

sukses

yang

berhasil

menyelesaikan tugas dengan baikperlu dierikan pujian. Pujian ini


adalah

bentuk

Reinforcement

yang

positif

dan

sekaligus

merupakan motivasi yang baik.


g. Hukuman, hukuman sebagai reinforment yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa jadi alat motivasi.
h. Hasrat untuk belajar
i. Minat
j. Tujuan yang diakui.
Demikian

pembahasan

tentang

upaya

dalam

menumbuhkan

motivasi belajar siswa dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat


dipergunakan oleh guru agar berhasil dalam proses belajar mengajar
serta dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil
belajar yang bermakna bagi kehidupan siswa.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan
adanya tujuan. Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
16

yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang


memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Dalam pengaturan pendidikan, motivasi baik kekuatan internal
maupun kekuatan eksternal. Ada teori yang berbeda dari motivasi
dalam pengaturan pendidikan, termasuk yang menyatakan bahwa
perilaku siswa didikte karena baik faktor eksternal maupun internal.
Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses
belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan
berhasil belajarnya. Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya
motivasi. Belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin
tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu.
Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha bagi para
siswa.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai
berikut.
1. Untuk meraih hasil belajar yang maksimal, siswa harus mempunyai
motivasi untuk belajar, baik motivasi yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri maupun yang dari luar seperti lingkungan.
2. Guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Jaali, Haji. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Ryanti, D.B.P & Prabowo, H. Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum2.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

17

Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi dan Kepribadian.Jakarta : PT.


Gramedia
http://kanissaputri.blogspot.com/2013/11/teori-motivasi.html
http://siswodwimartanto.blogspot.com/2010/04/upaya-meningkatkanmotivasi-belajar.html

18

You might also like