Professional Documents
Culture Documents
perut
melintang
yang
terbatas
disegmen
uterus
bawah,
b. Indikasi Ibu :
1) Panggul sempit
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks uteri atau vagina
4) Plassenta praevia
5) Disproporsi janin panggul
6) Rupture uteri membakat
7) Partus tak maju
8) Incordinate uterine action
c. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak :
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Letak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
melakukan
sectio
caesarea
(SC)
adalah
untuk
menyebabkan
arteri
uteri
putus
yang
akan
informasi
mengenai
proses
pembedahan,
pembedahan
berakhir,
daerah
insisi
akan
ditutup
dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
8. Penatalaksanaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi
pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS
10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit
dan
diminta
untuk
bernafas
dalam
lalu
menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, klien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik. Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat
berbeda-beda setiap institusi
2) Analgetik
dan
obat
untuk
memperlancar
kerja
saluran
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 1999)
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
e. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal
: menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
kembalikan
ke
kamar
bedah
kemungkinan
terjadi
operasi.
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Fungsi gastrointestinal
1) Jika tindakan tidak berat beri klien diit cair
2) Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
3) Jika klien bisa flatus mulai berikan makanan padat
4) Pemberian infus diteruskan sampai klien bisa minum dengan baik
e. Perawatan fungsi kandung kemih
pada
penderita,
menghalangi
involusi
uterus
dan
janin
Anastesi Spiral : baik buat janin tapi tekanan darah klien dapat
menurun
Anastesi local : cara yang paling aman tidak mempengaruhi
janin dan klien
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut,
warna rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng
usus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur,
adanya hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema
untuk
melihat
kelainan-kelainan
karena
12
(section caesarea)
Tujuan: Klien akan mengungkapkan penurunan nyeri
Kriteria hasil:
Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
Skala nyeri 0-1 ( dari 0 10 )
Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37C, TD : 120/80 mmHg,
RR : 18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
Tindakan
Rasional
1) Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri, Menandakan
khususnya
saat
berhubungan tindakan.
ketepatan
Klien
kelahiran
sesaria
mengalami
2) Hilangkan
menghasilkan
kehilangan
factor-faktor
ansietas
control),
yang Tingkat
(mis; individual
menunggu
iminen
dapat
berbagai
ketidaknyamanan,
indikasi
yang
pilihan
derajat
tergantung
terhadap
pada
prosedur.
toleransi
ansietas
dan
dipengaruhi
adalah
oleh
3) Instruksikan
teknik
relaksasi;
13
posisikan
senyaman
mungkin. ansietas
b.
dan
ketegangan
dan
meningkatkan kenyamanan.
R/
a. Kurane
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada
abdomen post operasi SC
Tujuan: Dalam 3 x 24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi
dengan kriteria hasil klien mampu melakukan aktivitasnya
secara mandiri
Tindakan
1) Kaji tingkat mobilitas dari klien
Rasional
1) Diharapkan dapat
mempermudah
pemberian tindakan
selanjutnya
2) Diharapkan dapat
secara
bertahap
3) Pertahankan posisi tubuh yang
tepat
4) berikandukungan dan bantuan kelu
arga/orang
latihan gerak klien.
terdekat pada
pengobatan
meningkatkan
meningkatkan posisi
klien
14
c. Diagnosa keperawatan
prosedur pembedahan.
2) Insisi biasanya sudah
sembuh
untuk
cukup
pengangkatan
prosedur pembedahan.
3) Mandi sering diijinkan setelah hari
ke-2 menjalani prosedur kelahiran
caesarea
dapat
meningkatkan
15
membantu
dalam
klien
membran
yang
tetap
menjalani
mempunyai
utuh
kelahiran
sebelum
caesarea,
klien
untuk
kemungkinan infeksi.
6) Menurunkan
/
mengurangi
kemungkinan
partum
endometritis
sebagaimana
post
halnya
psikologis
Rasional
pada Makin klien
merasakan
ancaman,
atau
prosedur
tidak
mempunyai
waktu
untuk
16
sesaria
ketakutan
dapat
membuat
klien/pasangan
karena
Bicara
perlahan.
sendiri.
Membantu
membatasi
ansietas
interpersonal,
transmisi
dan
Tunjukkan empati.
4) Beri penguatan aspek positif dari
ibu dan kondisi janin.
klien/pasangan.
Memfokuskan
pada
kemungkinan
5) Dukung/arahkan
mekanisme
kembali
koping
yang
diekspresikan
dan
otomatik,
meningkatkan
tidak
realistis
dari
lingkungan,
seperti
kesempatan
klien/pasangan
untuk
menginternalisasi
Menyusun
bagi
informasi.
sumber-sumber,
dan
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBPSP. Jakarta
Aria wibawa dept obstetri dan ginekologi FKUI-RSUPN CM
Cunningham, F.G., Et all. 2005. William Obstetrics, 22nd edition. Chapter 21
Disorders of Aminic Fluid Volume. Pages 525-533. USA: McGRAW-HILL
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP
18