Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 1
BOBI YUNOV PUTRA
FADHLI RAHMAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Sistem
Pencernaan
dengan
judul
Asuhan
Keperawatan
Pada
Lansia
dengan
Hipertensi.
Penyusunan proposal ini tidak banyak mendapatkan kesulitan, maka dari itu
penulis dapat meyelesaikannya dalam waktu yang tepat.
Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis dapat diterima sebagai suatu amal baik dan mendapatkan
balasan dari ALLAH SWT.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna dan bayak
kekurangannya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
penulis dapat menghasilkan proposal yang lebih baik.
ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan proposal ini. Semoga proposal ini dapat
berguna bagi mahasiswa, para dosen dan pembaca lainnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi berarti tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi atau
di atas nilai normal. Batasan mengenai tekanan darah yang dikemukakan oleh JNC VII (The
Seventh Reporth of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of Hight Blood Pressure) seseorang dikatakan memiliki tekanan darah normal bila
tekanan darahnya kurang dari 120/80 mmHg. Dikatakan pre-hipertensi adalah yang memiliki
tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolic 80-90 mmHg. Sedangkan orang yang
mengalami hipertensi juga dapat dibedakan berdasarkan derajat ketinggiannya. Hipertensi
derajat 1 adalah mereka yang memiliki tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90-99 mmHg. Hipertensi derajat 2 adalah orang-orang yang memiliki tekanan
darah lebih dari 160/90 mmHg (Susilo, 2011).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia.
Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer, karena hipertensi merupakan pembunuh
tersembunyi, 50% penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi bila
masih dalam taraf awal. Penyakit ini banyak ditemui seiring perkembangan zaman dan
perubahan pola dan gaya hidup. Perubahan beberapa jenis gaya hidup menjadi modern
ternyata membawa dampak yang besar bagi sektor kesehatan masyarakat.
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, sama atau lebih
dari 140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan kerusakan pelbagai organ tubuh seperti otak,
jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifer, dan retina. Selain itu, juga menyebabkan
peningkatan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada gangguan kardiovaskuler
dan stroke.Di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya hipertensi terjadi pada satu
dari empat orang dewasa di antara umur 18 tahun dan satu dari dua orang di atas 50 tahun.
Satu-satunya jalan untuk mengetahui bahwa seseorang menderita hipertensi atau tidak,
adalah dengan melakukan kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun. "Bila
angka diastolik di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," Untuk mereka yang
mempunyai bawaan atau keturunan, pengontrolan hendaknya sudah dimulai sejak usia 20 -
30-an. Kontrol tekanan darah 24 jam sangat penting pada pasien hipertensi Hipertensi dapat
dicegah dengan memodifikasi gaya hidup seseorang,
Salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi
disebabkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri. Diperkirakan bahwa 40% sampai 50% klien
dengan hipertensi menghentikan program pengobatan dalam tahun pertama. Mengidentifikasi
adanya hambatan terhadap kepatuhan memungkinkan perawat untuk merencanakan
intervensi untuk menghilangkan masalah ini dan memperbaiki kepatuhan (Miller,1992).
Ketidakpatuhan terhadap program terapi merupakan perilaku yang menjadi masalah besar
pada penderita hipertensi. Diperkirakan 50% diantara mereka menghentikan pengobatan
dalam 1 tahun pemulihan. Pengontrolan tekanan darah yang memadai hanya dapat
dipertahankan pada 20%. Namun bila pasien berpartisipasi secara aktif dalam program,
termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah dan diit, kepatuhan cenderung meningkat
karena dapat segera diperoleh umpan balik sejalan dengan perasaan semakin terkontrol.
(Brunner and Suddart, 2002).
Hak seseorang untuk menentukan diri sendiri dilindungi melalui proses persetujuan
tindakan (inform consent) yang mempunyai tiga syarat: seseorang harus mendapatkan
penjelasan akibat dari suatu tindakan, harus mengerti keuntungan dan kerugiannya, serta
tidak ada paksaan. Ketika seseorang menolak untuk patuh terhadap anjuran atau intruksi,
perawat perlu mengkaji adanya semua elemen yang diperlukan untuk persetujuan tindakan
(Cassels &Redman, 1989). Persepsi yang tidak akurat tentang status kesehatan biasanya
meliputi kesalahan pengertian penyakit yang dialaminya, keseriusan penyakit, kerentanan
untuk terjadinya komplikasi, dan perlunya prosedur untuk pengobatan atau mengontrol
penyakit. Untuk itu diperlukan adanya suatu proses penyuluhan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan adalah proses belajar mengajar yang mempengaruhi perilaku klien dan keluarga
melalui perubahan dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan, dan melalui kemahiran
ketrampilan psikomotor.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
j.
Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
pada pasien lansia dengan hipertensi
dilaksanakan.
BAB II
KONSEP TEORI
A. KONSEP HIPERTENSI
1. Definisi
sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian
dari penuaan.
2. Anatomi fisiologi
Jantung terletak dalam rongga dada. Ukuran jantung sebesar genggaman tangan
pemiliknya dengan berat sekitar 300 gram. Jantung dalam sistem sirkulasi berfungsi
sebagai alat pemompa darah.
Jantung tersusun atas otot jantung ( miokardium ) . Bagian jantung luar dilapisi oleh
selaput jantung ( perikardium ). Perikardium terdiri dari 2 lapisan. Lapisan luar
disebut lamina panistalis dan lapisan dalam yang menempel pada dinding jantung
disebut lamina viseralis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat ruangan kavum
perikardii yang berisi cairan perikardii. Cairan ini berfungsi untuk menahan gesekan.
Bagian dalam jantung dilapisi endokardium.
Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter
(serambi kanan), ventrikel sinister (bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan).
Antarsisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot
yang padat.
Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh balik
(vena). Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula bikuspidalis (katup
berdaun dua). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kiri agar tidak
mengalir kembali ke atrium kiri saat jantung berkontraksi.
Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini disebabkan
ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung. Antara atrium kanan dengan
ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup berdaun tiga). Katup ini
berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar tidak mengalir kembali ke
atrium saat jantung berkontraksi.
Jantung terus-menerus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung memompa
darah dengan cara berkontraksi sehingga jantung dapat mengembang dan mengempis.
Kontraksi jantung ini menimbulkan denyutan yang dapat dirasakan pada pembuluh
nadi di beberapa tempat.
Saat berkontraksi, atrium dan ventrikel mengembang dan menguncup secara
bergantian. Bila atrium mengembang, jantung mengisap darah dari seluruh tubuh
melalui pembuluh balik (vena kava superior dan vena kava inferior). Darah yang
diisap ini masuk ke atrium kanan dan darah dari vena pulmonalis yang kaya oksigen
masuk ke atrium kiri.
Bila atrium menguncup maka ventrikel mengembang dan darah mengalir dari atrium
ke ventrikel. Ventrikel merupakan bagian jantung yang berfungsi memompa darah
meninggalkan jantung.
3. Etiologi
1). Keturunan (genetik), kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot daripada heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita
hipertensi, menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap
terjadinya hipertensi. Pada percobaan binatang tikus golongan Japanese
spontanously hypertensive rat (SHR), New Zealand genetically hypertensive rat
(GH), Dahl salt sensitive (H) dan Salt resistant dan Milan hypertensive rat strain
(MHS), dua turunan tikus tersebut mempunyai faktor neurogenik yang secara
genetik diturunkan sebagai faktor penting timbulnya hipertensi, sedangkan dua
turunan yang lain menunjukkan faktor kepekaan terhadap garam yang juga
diturunkan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.
2). Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata,
ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa
Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita.
Laporan dari Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita. Dari
perkotaan di Jakarta (pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.
3). Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 45
tahun dan hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20
tahun dan diatas 50 tahun (Soeparman, 1999).
b. Dapat dikontrol :
1). Kegemukan (obesitas), belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat
menjelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, akan tetapi pada
penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita
yang mempunyai berat badan normal. Pada obesitas tahanan ferifer berkurang
atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin
plasma yang rendah.
2). Kurang Olahraga, lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang
akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas
pada hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya obesitas akan
meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.
3).Merokok, rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun pada manusia
mekanisme secara pasti belum diketahui. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan resiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
4). Kolesterol tinggi, kehamilan,
4. Klasifikasi
Tekanan Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Normal Tinggi
130 139
85 89
Derajat 1 (ringan)
140 159
90 99
subgroup borderline
140 149
90 94
Derajat 2 (sedang)
160 179
100 109
Derajat 3 (berat)
180
110
Kategori
Hipertensi Sistolik
140
90
Sumber : Zulkhair Ali, Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam (2002).
5. Tanda Dan Gejala
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala
yang paling menyertai hipertensi.
Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel
saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yag meningkat. Apabila jantung
tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung
kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah
[BUN] dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke
atau serangan iskemik transien yang termanifestasikan sebagai paralisis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke,
dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai
80%.
6. Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis.
Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Danapabila diteruskan pada
ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain
itu
juga
dapat
meningkatkan
hormone
aldosteron
yang
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mecapai dan mempertahankan tekanan
darah dibawah 140/90mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan
terapi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau: latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria,
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85-95 mmHg dan
sistoliknya diatas 130 sampai 139mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Modifikasi gaya hidup
Penurunan berat badan
Pengurangan asupan alkohol
Aktifitas fisik teratur
Pengurangan masukan natrium
Penghentian rokok
seminggu.
d) Kurangi masukan natrium sampai < 2,3 g natrium atau 6 g natrium klorida.
e) Berhenti merokok.
f) Kurangi lemak jenuh dan kolesterol sampai < 3% dari masukan diet
Pastikan mengkonsumsi kalsium, kalium dan diet magnesium dalam jumlah yang
diizinkan setiap hari. Obesitas meningkatkan tahanan perifer dan beban kerja jantung
sehingga meningkatkan tekanan darah. Alkohol adalah vasodilatator yang akan
menyebabkan vasokonstriktor rebound, yang mempunyai keterkaitan dengan tekanan
darah (Cunningham, 1992).
Latihan reguler meningkatkan aliran darah perife- dan otot se` efisiensi
jantung. Hasilnya adalah sistem kardiovaskuler yang lebih efektif (Hill,1985). Natrium
mengontrol distribusi air keseluruh tubuh. Peningkatan natrium menyebabkan
peningkatan air, dengan demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan
tekanan darah. Tembakau bekerja sebagai vasokonstriktor, yang meningkatkan tekanan
darah. Diet tinggi lemak membantu pembentukan plaque dan penyempitan pembuluh
darah (Cunningham, 1992).
Meliputi nama, umur, no mr, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal masuk RS, dll.
b. Riwayat kesehatan
Kepala
1) Rambut : biasanya rambut klien bersih, tidak ada lesi dan tidak ada ketombe
2) Mata : biasanya konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata simetris kiri dan
kanan
3) Hidung : biasanya hidung bersih, ada secret, tidak ada polip
4) Mulut : biasanya bibir tampak pucat, kering
5) Wajah : biasanya wajah tidak ada edema, lesi atau bekas luka lainnya.
Leher : biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tyroid dan getah bening
Dada / Thorak
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
: Biasanya Sonor
Jantung
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
: Biasanya Pekak
Perut / Abdomen
a) Inspeksi
5-35 kali/menit
c) Palpasi
d) Perkusi
: Biasanya Tympani
Genitalia :
Biasanya tidak ada gangguan
Ekstremitas : Biasanya kekuatan otot tidak ada gangguan
3. Data Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
e.
Data Psikososial
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
3. Intervensi keperawatan
No.
1.
Diagnosa
NOC
Keperawatan
Intoleransi
Setelah dilakukan asuhan
aktifitas
NIC
Terapi Aktifitas
1. Menentukan penyebab toleransi aktivitas
2. Berikan periode istirahat selama aktifitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum
seimbang
2. Mengetahui keterbatasan
energi
3. Menggunakan teknik
konservasi energi
4. Mengubah gaya hidup
1. Lakukan
pengkajian
komprehensif
nyeri
secara
sakit
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
vaskuler
serebral.
2. Kontrol
lingkungan
dapat
seperti
suhu
nyeri
mempengaruhi
NOC :
1. Pain Level
2. pain control
3. comfort level
nyeri
yang
tentang
napas
teknik
dala,
non
relaksasi,
dan
antisipasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius,
2001