You are on page 1of 16

Sistem Pernafasan Pada Manusia

Ferina evangelin
10 2012 101
Ferina.evangelin@civitas.ukrida.ac.id

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
2012 / 2013

Pendahuluan
Sistem pernapasan atau respirasi sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup. Ini
merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup itu sendiri. Sistem pernapasan itu sendiri yaitu
dimana terjadinya pertukaran udara, dimana O2 masuk sedangkan CO2 keluar dalam paruparu. Fungsi utama dari sistem pernafasan adalah suplai oksigen ke dalam darah serta
memberikan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Selama proses bernapas kita menghirup
oksigen dan menghembuskan karbon dioksida. Pertukaran gas terjadi di alveoli dalam paruparu manusia. Menghirup oksigen masuk ke dalam alveoli dan kemudian berdifusi melalui
kapiler ke dalam darah arteri. Sementara itu, limbah yang kaya darah dari vena melepaskan
karbon dioksida ke dalam alveoli. Karbondioksida mengikuti jalan yang sama keluar dari
paru-paru saat kita mengeluarkan napas. Bila kita bernapas, paru-paru mengambil oksigen
dari udara dan mengirimkannya ke aliran darah. Sel-sel dalam tubuh oksigen kebutuhan kita
untuk bekerja dan tumbuh.

Struktur Makroskopik
Satu bagian pernafasan berjalan didalam kepala yaitu saluran pernafasan bagian atas
yang meliputi hidung, rongga hidung, sinus-sinus nasalis dan faring, bagian lainnya terdapat
dileher dan batang badan yaitu saluran pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea,
bronkus dan paru-paru.1
Hidung adalah bagian luar sistem pernafasan yang timbul seakan akan membentuk
gambaran timbul pada bibir dan pipi dengan adanya lipatan nasolabial, kerangka hidung
dibentuk oleh os nasale, processus frontalis maxillae dan bagian nasal ossis frontalis pada
akarnya dan kearah puncaknya oleh tulang rawan hialin yang dapat digerakkan yaitu rangka
tulang rawan terdiri dari cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis dan cartilago ala nasi

major dan minor. Otot yang melapisi hidung yaitu m nasalis dan m depressor septi nasi. M
nasalis dan m.levator labium superior ala nasi berfungsi untuk mengontrol gerakan-gerakan
hidung. Pendarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang a facialis, a dorsalis nasi
cabang a ophtalmica dan a infraorbitalis cabang a maxilaris interna dan pembuluh baliknya
menuju v facialis dan v ophthalmica. Sekat Rongga Hidung terdiri dari tulang dan tulang
rawan membentang dari rongga hidung sampai ke lubang hidung luar dimana sekat tersebut
berakhir sebagai jaringan ikat fibrotik. Tulang rawannya terdiri atas sebuah lamela septal,
kartilago septum nasi dan sepasang lamela lateral ke punggung hidung yaitu kartilago nasalis
lateralis. Tulang rawan tersisip kebelakang dan keatas diantara bagian-bagian tulang dekat
rongga hidung yaitu lamina perpendicularis tulang tapisan dan os vomer serta kulit. Vomer
membentuk sebuah birai tulang rawan yang sempit yang disebut kartilago vomeronasalis
pada kedua sisi batas antara bagian tulang rawan dan bagian tulang sekat rongga hidung, birai
tersebut mempunyai penebalan mukosa yang banyak berpembuluh darah, titik kiesselbach
yang mudah berdarah pada cedera hidung. Ke arah anterior pada tiap sisi mukosa sehat
rongga hidung terdapat korpus cavernosum yagn mempersempit atrium setinggi meatus
media, keseringan sekat rongga hidung ini miring ke salah satu sisi yang disebut deviasi
septum.1,2

Gambar 1. Pharynx, Larynx. (sobbota, 2012)

Nares Eksterna adalah lubang hidung luar. Bagian ini menuju vestibulum hidung,
terletak di bagian hidung yang dapat digerakkan dan terpisah dari rongga hidung oleh suatu
peninggian yang melengkung yaitu limen nasi. Vestibulum mempunyai sebuah lingkaran
rambut, vibrisa yang melengkung keluar untuk menjaga dari masuknya benda asing. Rongga
Hidung Sagital rongga hidung dibagi oleh sekat hidung kedua belah rongga ini terbuka ke
arah wajah melalui nares dan kearah posterior berkesinambungan dengan nasopharynx
melalui apertura nasi posterior ( choana).2

Rongga hidung terdiri atas 3 regio yaitu vestibulum, penghidu dan pernafasan.
Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat disebelah dalam nares.
Regio penghidu berada disebelah cranial dimulai dari atap rongga hidung daerah ini meluas
sampai setinggi concha nasalis superrior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan concha
tersebut. Regio pernafasan adalah bagian rongga hidung yang selebihnya. Dinding lateral
hidung memperlihatkan tiga elevasi yakni concha nasalis superior, concha nasalis medius dan
concha nasalis inferior di inferolateral bagian ini terdapat meatus nasi yang sesuai letaknya.
Disebelah cranial dan dorsal terhadap concha nasalis superior terdapat recessus sphenoethmoidalis yang mengandung muara sinus sphenoidalis, pada recessus ini terdapat concha
nasalis suprema. Meatus nasi superior yang letak inferior terhadap concha nasalis superior
memperlihatkan sebuah lubang sebagai muara sinus ethmoidalis posterior. Meatus nasi
medius berada infero lateral terhadap concha nasalis medius dan kearah anterior
berkesinambungan dengan fossa dangkal di sebelah cranial vestibulum dan limen nasi yakni
atrium meatus nasi medius.1
Disebelah cranial atrium terdapat sebuah rigi yakni agger nasi, yang melandai ke arah
bawah dan depan, mulai dari ujung atas tepi bebas bagian anterior concha nasalis medius.
Setinggi meatus medius ini dinding lateral rongga hidung memperlihatkan sebuah elevasi
bulat, yakni bulla ethmoidalis yang dibentuk oleh pembengkakan sinus ethmoidalis medius
yang bermuara pada atau tepat diatas bulla ethmoidalis tersebut. Disebelah bawah bula tadi
terdapat celah lengkung yang meluas ke atas sampai disebelah depan bulla yakni hiatus
semiulnaris. Disebelah inferior hiatus semiulnaris dibatasi oleh rigi konkay yang dibentuk
oleh processus uncinatus ethmoidalis, kearah depan dan atas hiatus ini menjadi sebuah
saluran lengkung yakni infundibulum ethmoidale. Ke dalam infundibulum ethmoidale
tersebut berkesinambungan dengan ductus nasofrontalis. Dengan demikian kesebelah ventral
infundibulum berakhir pada sinus ethmoidalis anterior dan ductus nasofrontalis bermuara
lewat infundibulum ini ke ujung anterior meatus nasi medius. Muara sinus maksilaris yang
berada didekat atapnya berhubungan dengan rongga hidung melewati titik terendah hiatus
semiulnaris, disebelah caudal bulla ethmoidalis. Meatus nasi inferior di caudal dan lateral
terhadap concha nasalis inferior berisi muara ductus nasolacrimalis. Kesebelah ventral
infundibulum berakhir pada pada sinus ethmoidalis anterior dan ductus nasofrontalis
bermuara lewat infundibulum ini ke ujung dalam anterior meatus nasi medius. Muara sinus
maksilares yang berada didekat atapnya, berhubungan dengan rongga hidung lewat titik

terendah hiatus semiulnaris disebelah kaudal bulla ethmoidalis, ada meatus nasi inferior di
caudal dan lateral terhadap concha nasalis inferior, berisi buara ductus naso lacrimalis.

Gambar 2. Hidung Bagian Dalam.

Dinding medial atau septum nasi dibentuk oleh lamina prepencicularis ossis
ethmoidalis, os vomer dan cartilago septi nasi, dari arah belakang kedepan, atap cavum nasi
di bagi tiga regio yaitu sphenoidalis, ethmoidales dan frontonasalis sesuai dengan nama
tulang yang ditempatinya. Dasar rongga hidung terbentuk oleh processus palatinus ossis
maxila dan lamina horizontalis ossis palatini. Dasar ini memisahkan rongga hidung dari
rongga mulut, namun mempunyai hubungan dengan rongga mulut lewat canalis incisivus.
Sinus paranasalis berkembangnya setelah lahir pada bayi terbentuk baru mendekati
tahun pertama, sinus-sinus ini mencapai setengah ukurannya pada tahun ke sepuluh dan
berkembang lengkap bersamaan dengan pemanjangan wajah umur 15-20 tahun, sinus-sinus
ini berlapiskan mukosa hidung, sinus ini berfungsi untuk menghangatkan udara pernafasan.
Terbagi atas sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sfenoidalis. Sinus ini
dila[isi oleh membran mukosa, yang berfungsi meringankan tlang cranial, memberi area
permukaan tambahan, memproduksi mucus dan memberi efek resonansi dalam produksi
suara.1,2
Pharynx merupakan sebuah pipa musculo membranosa yang membentang dari bassis
cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 di tepi bawah cartilagi cricoidea, paling lebar
dibagian superior disebelah caudal dilanjutkan dengan oesophagus. Dari atas kebawah tiap
4

sisi pharynx melekat pada lamina medialis processus pterygoidei, raphe pterygomandibularis,
mandibula, lidah, os hyoideum, cartilago thyroidea dan cartilago cricoidea., ke arah lateral
berhubungan dengan cavum timpani lewat tuba auditiva eustachii berturut-turut dari cranial
ke caudal berbatasan dengan processus styloideus dan otot-ototnya dan arteri dan muskulus
disekitarnya. Spatium peripharyngeal dibagi dua yaitu spatium parapharyngeale (pharyngeale
laterale) dan spatium retropharyngeale.3
Pharynx dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasopharynx, oropharynx dan
larynxopharynx. Nasopharinx (dibelakang hidung) yang membentuk bagian belakang hidung
dan berada tepat di atas palatum mole. Gerakan palatum mole ke atas akan menutu
nasopharinx ketika kita menelan untuk mencegah makanan masuk ke dalam rongga hidung.
Kadang terjadi kesalahan koordinasi pada mekanisme tersebut yang dapat rasakan ketika
bersin. Oropharinx (dibelakang mulut) yang merupakan saluran udara dari mulut ke paruparu. Gerakan ototnya membantu membentuk suara yang kita ucapkan. Dengan bantuan
lidah, otot-otot tersebut juga mendorong makanan ke bawah ke pintu masuk oesophagus.
Organ paling penting pada oropharinx adalah notorious tonsil (amandel), dua jaringan
menonjol yang berperan dalam system immune. Dibelakang larynx atau bagian terbawah dari
pharynx yaitu laringopharinx, peran bagian ini lebih kepada proses menelan makanan.
Gerakan pharynx harus terkoordinasi dengan baik untuk memastikan makanan ma\suk ke
dalam oeosophagus dan udara ke jalur paru-paru. Koordinasi ini dilakukan oleh jaringan saraf
pharyngeal plexus yang aktivitasnya diatur oleh bagian batang otak yang membawa informasi
proses pernapasan dan pencernaan secara bersama-sama ke otak yang lebih tinggi.1,3

Gambar 3. Laring Dilihat dari Posterior. (sobbota,2012)

Lapisan otot pharynx terdiri atas tiga otot lingkar yakni m constrictor pharyngis
inferior, medius dan superior serta tiga otot yang masing-masing turun dari processus
styloideus, torus tubarius cartilaginis tubae auditivae dan palatum molle yakni m
stylopharyngeus, m salpingopharyngeus dan m palatopharyngeus. Persyarafan berasala dari
plexus pharyngeus.
Laring adalah tabung tak teratur yang menghubungkan faring dengan trakea. Didalam
lamina propia terdapat jumlah tulang rawan laryngeal. Tulang rawan yang lebih besar (tiroid,
krikoid, dan kebanyakan aritenoid) adalah tulang rawan hialin, dan beberapa di antaranya
mengalami perkapura pada orang tua. Tulang rawan yang lebih kecil (epiglottis, kuneifrom,
kornikulata, dan ujung aritenoid) adalah tulang rawan elastis. Ligament mengikat tulangtulang rawan. Fungsi sebagai penyongkong (menjaga agar jalan napas terbuka), tulang rawan
ini berfungsi sebagai katup untuk mencegah makanan atau cairan yang ditelan memasuki
trakea, dan juga berfungsi sebagai alat pengahasil nada suara untuk fonasi.3,4

Kerangka laring terdiri atas kartilagi tiroidea yang terdiri atas dua lembaran segiempat
yang bersatu di depan bagaikan haluan kapal, pada ujungnya terdapat suatu takik
yaituincisura tiroidea superior, kartilago krikodea yang berbentuk cincin stempel. Epiglotis
berbaring pada bagian tengah permukaan dalam kartilago tiroidea, mempunyai tangkai yang
membentuk tuberkulum epiglotikum dibawah mukosa dan sebuah lamina lonjong yang
cekung ke arah posterior. Otot-otot yang ada pada laring yaitu otot supra dan infrahioid, otot

cricotiroideus, otot cricoaritenoidus posterior, otot cricoaritenoideus lateralis, otot vokalis,


otot tiroaritenoideus, otot aritenoideus oblik dan transversus dan otot ariepiglotikus.
Trakea adalah tabung berdinding tipis, panjangnya lebih kurang 10 cm, meluas dari
pangkal laring ke titik ia bercabang dua menjadi 2 bronkus primer. Trakea dilapisi oleh
mukosa respirasi. Terdapat 16-20 cincin tulang rawan hialin membentuk C, yang terdapat
dalam lamina propia, berfungsi menjaga agar lumen trakea tetap terbuka. Ujung terbuka dari
cincin berbentuk C terletak dipermukaan posterior trakea. Ligamen fibroelastis dan berkas
muskulus trakealis terikat pada periosteum dan menjebatani kedua ujung bebes tulang rawan
berbentuk C ini. Ligamen mencegah overdistensi dari lumen, sedangkan muskulus
memungkinkan lumen menutup.2
Sebagai lanjutan larynx membentang setinggi cervical 6 sampai tepi atas vertebra
thoracal, ujung caudalnya menjadi bronchus principalis dexter dan sinister Bronkus akan
bercabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus dibedakan menjadi dua, yaitu bronkiolus
terminalis dan brinkiolus respiratorik.
Paru terbagi 2, yaitu kanan dan kiri. Paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru kiri
mempunyai dua lobus. Lobus paru terbagi lagi menjadi beberapa segmen. Paru kanan
mempunyai 10 segmen sedangkan paru kiri mempunyai 8 segmen. paru mendapat darah dari
dua system arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis. Arteri pulmonalis bercabang
dua mengikuti bronkus utama kana dan kiri untuk kemudian bercabang-cabang membentuk
ramifikasi yang memasok darah ke intersisial paru. Tekanan darah pada arteri pulmonalis
sangat rendah sehingga memungkinkan pertukaran gas dengan baik. Tekanan darah pada
pembuluh yang berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi dibandingkan tekananpada arteri
pulmonalis. Otot pernafasan terbagi 3. Otot inspirasi utama yaitu M. interkostalis ekternus,
M. interkartilaginus parasternal, Otot diafragma. Otot inspirasi tambahan yaitu M.
Sternokleidomastoideus, M. skalenus anterior, M. skalenus medius, M. skalenus posterior.
Otot ekspirasi tambahan, diperlukan ketika ada serangan asma yang membutuhkan
pernafasan aktif, yaitu M. interkostalis interna, M. interkartilaginus parasternal, M. rektus
abdominis, M. oblikus abdominis ekternus.1,2
Pleura adalah membrane serosa yang membungkus paru. Ia terdiri atas dua lapisan,
parietal dan visceral yang saling berhubungan didaerah hilum. Kedua membrane itu terdiri
7

atas sel mesotel yang bertempat diatas jaringan ikat halus yang mengandung serat elastin dan
kolagen. Dalam keadaan normal rongga pleura ini mengandung sedikit cairan bekerja sebagai
bagian pelumas, memungkinkan permukaan satu terhadap yang lainnya secara halus selama
gerakan bernapasan.1

Struktur Mikroskopik
Saluran nafas terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi
adalah saluran nafas solid baik di luar maupun di dalam paru yang menghantar udara ke
dalam paru untuk respirasi. Sedangkan bagian respirasi adalah saluran nafas di dalam paru
tempat berlangsungnya respirasi atau pertukaran gas. Bagian superior atau atap rongga
hidung mengandung epitel yang yang sangat khusus untuk mendeteksi dan meneruskan
bebauan. Epitel ini adalah epitel olfaktoris yang terdiri atas tiga jenis sel, yaitu sel penyokong
(sustentakular), sel basal, dan sel olfaktoris. Sel olfaktoris adalah neuron bipolar sensoris
yang berakhir pada permukaan epitel olfaktori sebagai bulbus olfaktoris kecil. Di dalam
jaringan ikat di bawah epitel olfaktoris terdapat N.olfaktoris dan kelenjar olfaktoris.5
Faring adalah ruangan di belakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus
digestivus dan traktus respiratorius. Yang termasuk bagian dari faring adalah nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Nasofaring tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet. Orofaring terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sedangkan pada
laringofaring epitelnya bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Laring terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis
berlapis gepeng. Dindingnya tersusun dari tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, jaringan
ikat, otot bercorak, dan kelenjar campur. Epiglotis adalah bagian superior laring, terjulur ke
atas dari dinding anterior laring berupa lembaran pipih. Tulang yang membentuk kerangka
epiglotis adalah sepotong tulang rawan (elastis) epiglotis sentral. Permukaan anterior dilapisi
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Lamina propia dibawahnya menyatu dengan
perikondrium tulang rawan epiglotis. Sedangkan pada permukaan posterior yang menghadap
ke arah laring terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.6
Bagian konduksi sistem pernafasan terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea,
bronki ekstrapulmonal dan sederetan bronki dan bronkioli intrapulmonal dengan diameter
yang semakin kecil dan berakhir pada bronkioli terminalis. Saluran ini ditunjang oleh tulang
8

rawan hialin. Trakea dilingkari oleh cincin-cincin tulang rawan hialin berbentuk C. Setelah
bercabang menjadi bronki yang kemudian memasuki paru, cincin hialin diganti oleh
lempeng-lempeng tulang rawan hialin. Saat diameter brinkiolus mengecil, semua lempeng
hialin menghilang dari saluran pernafasan bagian konduksi. Bagian konduksi saluran nafas
yang terkecil adalah bronkiolus terminalis. Bronkiolus yang lebih besar dilapisi epitel
bertingkat semu bersilia, seperti pada trakea dan bronki. Epitel ini berangsur memendek
sampai menjadi epitel selapis bersilia. Bronkiolus yang lebih besar masih mengandung sel
goblet yang berangsur berkurang sampai tidak dijumpai lagi pada bronkiolus terminalis.
Bronkioli yang lebih kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Pada bronkioli terminalis juga
terdapat sel kuboid tanpa silia yang disebut sel clara. Bagian respirasi adalah lanjutan distal
bagian konduksi dan terdiri atas saluran-saluran napas tempat berlangsungnya pertukaran gas
atau respirasi yang sebenarnya.6

Gambar 4. Traktus respiratorius dengan larynx, trachea dan bronchi. (sobbota,2012)

Trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Cincin-cincin tulang
rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan
retikulin disebut ligamentum anulare untuk mencegah agar lumen trakea tidak meregang
berlebihan. Trakea terdiri dari tiga lapisan, yaitu: Tunika mukosa, tersusun dari epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina basalis agak tebal dan jelas. Lamina propria
mempunyai serat-serat elastin yang berjalan longitudinal membentuk membran elastika
interna. Pada tunika ini terdapat kelenjar-kelenjar campur. Tunika submukosa, terdiri dari
jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur (glandula trakealis) yang banyak di bagian
posterior. Tunika adventisia, terdapat kelenjar campur. Terdapat lima jenis sel-sel epitel
trakea/respiratorius, yaitu Sel goblet, merupakan sel mukus yang menggelembung dan berisi
granula sekretorik. Sel silindris bersilia, sel ini memiliki sekitar 300 silia di apikalnya. Pada
sel ini terdapat banyak mitokondria kecil yang menyediakan ATP untuk pergerakan sel. Sel
sikat, sel ini memiliki mikrovili di apex yang berbentuk seperti sikat. Sel basal, merupakan
sel induk yang akan bermitosis dan berubah menjadi sel lain. Sel sekretorik/bergranula, sel
yang memiliki granula yang berfungsi mengatur sekresi mukosa dan serosa.5-6

Gambar 5. Trachea. (sobbota,2012)

Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali dari adanya beberapa lempeng tulang rawan
yang letaknya berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan
sel goblet. Sisa dindingnya terdiri atas lamina propria tipis, selapis tipis otot polos,
submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang rawan hialin, dan adventisia.
Bronkiolus mempunyai epitel yang rendah, yaitu epitel semu silindris bersilia dengan sel
goblet. Mukosanya berlipat dan otot polos yang mengelilingi lumennya relatif banyak. Tidak
ada tulang rawan dan kelenjar lagi, adventisia mengelilingi struktur ini.6
Bronkiolus terminalis menampakkan mukosa yang berombak dengan epitel silindris
bersilia. Tidak ada sel goblet pada bronkiolus terminalis. Lamina propria tipis, selapis otot
polos, dan masih ada adventisia pada bronkiolus terminalis. Bronkiolus respiratorius
langsung berhubungan dengan duktus alveolaris dan alveoli. Bronkiolus terminalis bercabang
menjadi bronkiolus respiratorius yang ditandai dengan mulai adanya kantong-kantong udara
(alveoli) berdinding tipis. Respirasi hanya dapat berlangsung di dalam alveoli karena sawar
antara udara yang masuk ke dalam alveoli dan darah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur
intrapulmonal lain tempat berlangsungnya respirasi adalah duktus alveolaris, sakus alveolaris,
dan alveoli. Pada alveoli paru terdapat dua jenis sel yaitu sel alveolar gepeng pneumosit tipe
1 yang melapisi seluruh permukaan alveoli dan sel alveolar besar yaitu pneumosit tipe 2 yang
terselip di antara sel alveolar gepeng. Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis silindris
rendah atau kuboid dan dapat bersilia di bagian proksimal saluran ini. Bagian terminal setiap
bronkiolus respiratorius bercabang menjadi beberapa duktus alveolaris. Sekelompok alveoli
bermuara ke dalam sebuah duktus alveolaris disebut sakus alveolaris.6

Mekanisme Pernafasan
Pernafasan yang lazim digunakan mencakup dua proses yaitu pernafasan luar
(eksterna) yang merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara
keseluruhan serta dalam pernafasan dalam (interna) yang merupakan penggunaan O2 dan
pembentukan CO2 oleh sel-sel. Fungsi utama sistem respirasi ialah untuk membekalkan
tubuh dengan oksigen dan menyingkirkan karbon dioksida. Untuk menyempurnakan fungsi
10

ini, sekurang-kurangnya diperlukan 4 proses untuk berlaku yang secara kolektif disebut
sebagai respirasi yaitu Ventilasi pulmonal yang merupakan pergerakan udara masuk dan
keluar dari paru-paru sehingga tersedia gas yang terus menerus ditukar dan segar. Biasanya
disebut bernafas. Kedua Respirasi eksternal yaitu pergerakan oksigen dari paru ke darah dan
karbon dioksida dari darah ke paru-paru. Ketiga Transport gas yaitu pengangkutan oksigen
dari paru ke jaringan tubuh dan pengangkutan karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paruparu.3,5
Ventilasi pulmonal ialah suatu proses mekanik yang mengandalkan pada
perubahanvolume pada rongga thoraks atau rongga dada. Perubahan volume membawa
kepada perubahan tekanan yang selanjutnya membawa kepada aliran gas untuk
menyeimbangkan tekanan tersebut.Dalam kata lain, ventilasi pulmonal ialah pertukaran udara
antara atmosfer dengan alveoli di paru-paru atau lebih dikenal sebagai bernafas. Ventilasi
pulmonal terbagi kepada dua yaitu inspirasi dan ekspirasi.3
Ekspirasi kuat atau ekspirasi aktif membutuhkan kontraksi dari otot-otot
ekspirasiyaitu otot dinding perut dan otot interkostal internus. Kontraksi otot dinding perut
meningkatkan tekanan intra-abdominal menyebabkan diafragma terdorong ke atas dan
mengurangkan dimensi vertikal rongga thoraks. Kontraksi otot interkostal internus pula
menurunkan volume rongga thoraks dalam dimensi lateral dan anteroposterior dengan
meratakan sternum dan tulang-tulang iga.4

Gambar 6. Inspirasi dan Ekspirasi. (Biology, 1994)

Proses pernapasan sangat penting untuk dapat mensuplai oksigen ke semua jaringan
tubuh dan untuk mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh darah melalui paru-paru
(Brian, 2008). Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa
tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong
udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang
udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
11

menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis. Alveoli paru-paru/ kantong udara


merupakan kantong kecil dan tipis yang melekat erat dengan lapisan pembuluh darah halus
(kapiler) yang mebawa darah yang bebas oksigen (deoxgenated) dari jantung. Molekul
oksigen dapat disaring melalui dinding pembuluh darah tersebut untuk masuk ke aliran darah.
Sama halnya dengan karbondioksida yang dilepaskan dari darah ke dalam kantong udara
untuk dikeluarkan melalui pernapasan, menentukan jumlah oksigen yang masuk ke dalam
darah dan jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari darah.4
Permukaan bagian luar paru-paru ditutup oleh selaput pleura yang licin dan selaput
serupa membatasi permukaan bagian dari dinding dada. Kedua selaput tersebut terletak dekat
sekali dan hanya dipisahkan oleh lapisan cairan yang tipis, karenanya dapat dipisahkan dan
terdapat suatu rongga diantara selaput-selaput tersebut yang disebut ruang antar rongga
selaput dada (intra pleura space). Sewaktu menarik napas (inspirasi) dinding dada secara aktif
tertarik keluar oleh pengerutan dinding dada, dan sekat rongga dada (diafragma) tertarik ke
bawah. Berkurangnya tekanan di dalam menyebabkan udara mengalir ke paru-paru. Dengan
upaya yang maksimal pengurangan dapat mencapai 60-100 mmHg di bawah tekanan
atmosfir. Hembusan napas keluar (ekspirasi) disebabkan mengkerutnya paru-paru dan
dinding yang mengikuti pengembangan. Tekanan udara yang meningkat di dalam dada
memaksa gas-gas keluar dari paru-paru. Hal tersebut terutama terjadi tanpa upaya otot tetapi
dapat dibantu oleh hembusan napas yang kuat (Anonim, 2008a). Respirasi ekstrnal artinya
udara dari atmosfer masuk ke dalam aliran darah untuk dibawa ke dalam sel jaringan dan
karbondioksida yang terkumpul di dalam paru dikeluarkan dari tubuh. Respirasi internal
meliputi aktivitas vital kimia yang memerlukan kombinasi oksigen dan glikogen, kemudian
dilepaskan menjadi energi, air dan karbondioksida.2,4
Volume paru menggambarkan fungsi statik paru. Volume dan kapasitas paru
dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, ukuran dan komposisi badan. Pengukuran fungsi
pernapasan ada banyak dan bermacam-macam. Namun secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut : Selama bernapas,kira-kira 500 ml udara bergerak ke saluran napas dalam setiap
inspirasi, dan jumlah yang sama bergerak keluar dalam setiap eskpirasi. Hanya kira -kira 350
ml volume tidal/tidal volume (TV) benar-benar mencapai alveoli, sedangkan 150 ml tetap
berda di hidung, faring, trachea, dan bronki disebut sebagai volume udara mati (dead space).
Udara total yang diambil selama satu menit disebut volume menit respirasi/respiratory minute
volume (RMV), yang dihitung dengan perkalian udara tidal dan laju pernapasan normal
12

setiap menit. Volume rata-rata adalah500 ml x 12 respirasi setiap menit 6.000 ml/menit dalam
keadaan istirahat. Apabila bernapas kuat, maka jumlah udara yang masuk ke dalam saluran
napas dapat melebihi 500 ml udara. Kelebihan udara tersebut disebut volume udara cadangan
inspiratori, rata-rata 3.100 ml. Dengan demikian sistem pernapasan normal dapat menarik
3.100 ml (volume udara cadangan respiratori) + 500 ml (volume udara tidal) sama dengan
3.600 ml. Namun dalam kenyataan, lebih banyak lagi udara yang dapat ditarik bila inspirasi
mengikuti eskpirasi kuat.Selanjutnya apabila seseorang melakukan inspirasi normal dan
kemudian melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, maka akan dapat mendorong keluar 1.200 ml
udara, volume udara tersebut adalah volume udara cadangan eskpiratori. Setelah volume
udara cadangan eskpiratori dihembuskan, sejumlah udara masih tetap berada dalam paruparu, karena tekanan intrapleural lebih rendah sehingga udara yang tinggal tersebut dipakai
untuk mempertahankan agar alveoli tetap sedikit menggembung, dan juga sejumlah udara
masih tetap ada pada saluran udara pernapasan. Udara yang masih berada pada saluran
pernapasan tersebut adalah udara residu yang jumlahnya kira-kira 1.200 ml. Kapasitas paruparu dapat dihitung dengan menjumlahkan semua volume udara paru. Kapasitas inspiratori
adalah keseluruhan kemampuan inspirasi paru, yaitu jumlah volume udara tidal dan volume
cadangan inspiratori = 500 ml + 3.100 ml = 3.600 ml. Kapasitas residu fungsional adalah
jumlah volume udara residu dan volume udara cadangan ekspiratori = 2.400 ml. Kapasitas
vital adalah volume udara cadangan inspiratori = volume udara tidal + volume udara
cadangan eskpiratori = 4.800 ml. Akhirnya kapasitas total paru merupakan jumlah semua
volume udara yaitu kurang lebih 6.000 ml.1,3

Gambar 7. Volume Paru. (Sherwood, 2011)


13

Batuk dapat dipicu secara refleks ataupun disengaja. Reflex batuk penting untuk
kehidupan, karena batuk merupakan cara jalan ke paru dipertahankan bebas dari benda asing.
Bronkus dan trakea begitu sensitif sehingga tiap benda asing atau penyebab iritasi lain
memulai reflex batuk. Impus aferen berasal dari jalan pernafasan, terutama melalui nervus
vagus ke medulla oblongata. Disana rangkaian kejadian automatis dicetuskan oleh sirkuit
neuron medulla oblongata. Efek yang ditimbulkan, pertama sekitar 2,5 liter udara
diinspirasikan setelah itu epiglotis menutup dan pita suara menutup rapat untuk menjebak
udara didalam paru-paru. Selanjutnya otot-otot perut berkontraksi kuat, medorong diafragma
sementara otot-otot ekspirasi lain juga berkontraksi kuat dan akibatnya tekanan di dalam
paru-paru meningkat 100mmHg atau lebih. Selanjutnya pita suara dan epiglotis tiba-tiba
terbuka lebar sehingga udara tang tertekan dalam paru-paru meledak keluar. Lebih lanjut,
kompresi kuat paru-paru juga mengempiskan brinki dan trakea, sehingga udara yang
diledakan sebenarnya melintasi celah bronkus dan trakea.3

Transport O2 dan CO2


Pertukaran gas di kedua-dua kapiler pulmonal dan kapiler jaringan melibatkan difusi
pasif O2 dan CO2 menuruni gradient tekanan parsial. PO2 dalam udara alveolar adalah 100
mmHg, sementara PO2 pada darah terdeoksigenisasi dalam kapiler pulmonal sekitar alveoli
adalah 40 mmHg. Disebabkan tekanan parsial O 2 adalah lebih tinggi pada udara alveoli
berbanding PO2 pada darah kapiler paru, maka O2 berdifusi dari udara alveolar menembusi
membrane respiratorik menuju ke kapiler paru. PCO2 dalam udara alveolar adalah 40 mmHg
dan PCO2 dalam kapiler di sekitarnya adalah 45 mmHg. Oleh yang demikian, CO 2 berdifusi
dari kapiler ke alveoli. Darah yang memasuki kapiler pulmonal mempunyai PCO 2 46 mmHg
manakala PCO2 alveolar adalah 40 mmHg. CO2 berdifusi dari darah ke dalam alveoli
sehingga PCO2 darah menyamai PCO2 alveolar.Oleh itu, darah yang meninggalkan kapiler
pulmonal mempunyai PCO2 40 mmHg dihantar kembali ke jantung dan dipompa ke jaringan
tubuh sebagai darah arteri sistemik.5

14

Pengendalian Pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama, kimiawi dan
pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang terletak
didalam medula oblongata, dan kalau diransang maka pusat itu mengeluarkan impuls yang
disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan- yaitu otot diafragma dan otot interkostalis.2
Pengendalian oleh saraf, Pusat pernapasan adalah suatau pusat otomatik didalam
medulla oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa
radix saraf servikalis impul ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus. Dibagian yang
lebih rendah pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah torax melalui saraf
interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik
pada otot diafragma dan interkostal yang kecepatannya kira-kira lima belas kali setiap menit.
Impuls aferen yang dirangsang oleh pemekaran gelembung udara diantarkan oleh saraf vagus
ke pusat pernapasan didalam medulla.3,4
Pengendalian secara kimiawi, Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam
pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat
pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi; kadar alkali darah harus
dipertahankan. Karbon dioksida adalah produk asam dari metabolism, dan bahan kimia yang
asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang kerja atas
otot pernapasan.5

Proses Menelan
Faring berfungsi untuk membantu proses menelan dan pernapasan. Pada orofaring
dan laringofaring terdapat persilangan jalan yaitu persilangan jalan udara pernapasan dan
jalan makanan/minuman. Udara pernapasan dari hidung akan menyilang masuk ke trakea
yang letaknya di depan esophagus, sedangkan makanan dari mulut akan menyilang masuk ke
esophagus yang berada di belakang trakea. Dengan demikian, agar tidak terjadi salah jalan,
yaitu udara pernapasan masuk ke jalan makanan atau sebaliknya, pada persilangan jalan ini,
udara pernapasan dan makanan harus bergantian lewat. Dalam hal ini epiglottis akan
mengatur giliran bagi udara dan makanan/ minuman dalam mempergunakan ersilangan
tersebut, yaitu dengan cara jika udara pernapasan akan masuk trakea, epiglotis akan
membuka rima glottis, sedangkan jika makanan/minuman akan masuk esophagus, apiglotis
15

menutup rima glottis sehingga tidak akan terjadi salah jalan. Karena itu, tidak mungki
seseorang menelan sambil menarik napas, atau sebaliknya menarik napas sambil menelan.
Proses menelan dimulai dengan fase volunter (oral), makanan dan minuman akan dibawa dari
mulut ke faring. Laring ditarik ke atas dan depan oleh kontraksi M. milohioideus, kemudian
ujung lidah menekan palatum durum. Diikuti oleh bagian lain dari lidah secara berturut-turut
dari anterior ke posterior. Dengan demikian, makanan akan didorong kearah orofaring.
Kemudian masuk di fase faringeal (involunter) saat laring telah diangkat dan ditarik ke
anterior sehingga laring akan tertutup oleh epiglotis. Pada saat yang sama dengan kontraksi
M.tensor palatine dan M.levator veli palatine, palatum mole bergerak ke atas dan menutup
hubungan antara nasofaring dan ororfaring. Dengan demikian hanya tinggal satu jalan yang
terbuka, yaitu ke esophagus. Fase esophageal, setelah makanan itu berada di dalam
esophagus, dengan gerakan peristaltic dari esophagus makanan itu akan dibawa masuk ke
dalam lambung.2,5

Penutup
Bernafas adalah hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Karena itu dalam
tubuh memiliki sistem pernafasan yang meliputi hidung, tenggorokan dan paru. Dalam sistem
pernafasan terdapat struktur makroskopik dan mikroskopik yang masing-masing memiliki
fungsi yang penting. Organ ini membentuk mekanisme respirasi yang mempengaruhi
pengambilan oksigen yang digunakan untuk metabolisme dalam tubuh dan pengeluaran
karbon dioksida yang merupakan hasil metabolisme. Adanya gangguan ataupun infeksi pada
saluran pernafasan dapat mengganggu proses bernafas. Adanya reflex batuk dapat menjadi
jalan pertahanan agar saluran nafas bebas dari benda asing.

Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Ed-1. Jakarta: EGC; 2003. 389.p.184.
2. Pearce E. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama; 2009.403.p.256-8.
3. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: EGC ; 2009. 269.p.7-11.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed-6. Jakarta: EGC;
2011.870.p.211-5.
5. Gyuton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed-11. Jakarta: EGC; 2007.p.304-5.
6. Fawcett DW. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC; 2002.889.p.629.

16

You might also like