You are on page 1of 24

BAB I

KONSEP TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air dan elektrolit
bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap diabosrbi. Pencernaan berlangsung
secara mekanik dan kimia, meliputi proses-proses sebagai berikut :
1.

Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut

2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.


Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan)
3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan
makanan tertelan melalau saluran pencernaan
4. Digesti adalah hidrolis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorbsi dapat berlangsung
5. Absorbsi adalah pergerakan produk akhir perncernaan dari lumen saluran
pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel
tubuh
a. Rongga Oral, Faring dan Esogafus
1)

Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ
aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum
(bukal) terletak di antara gigi, dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya.
Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan
keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan orafaring di bagian belakang.
a) Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan
maksila
1) Anatomi gigi
Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi.
Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigigigi atas secara normal akan menutup (overlap) gigi bawah. Manusia
memiliki 2 susunan gigi : gigi primer (desiduous, gigi susu) dan gigi
sekunder (permanen).

(a) Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang di
antara gigi depan) terdiri dari, dua gigi seri, satu taring, dua
geraham molar (moral), untuk total keseluruhan 20 gigi
(b) Gigi sekunder mulai keluar pada saat usia lima sampai enam
tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu
taring, dua premolar (bikuspid), dan tiga graham (trikuspid),
untuk total keseluruhan 32 buah, geraham ketiga disebut gigi
bungsu.
2) Fungsi gigi
Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan
yang masuk ke dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil
dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang
dapat ditelan
b) Esofagus
1) Anatomi esofagus adalah tuba muskular, panjangnya sekitar 9 sampai
10 inchi (25 cm) dan berdiameter 1 inchi (2,54 cm). Esofagus
berawal pada area laringofaring, melewati diagfragma dan hiatus
esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan
membuka ke arah lambung
2) Fungsi esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung
melalui gerak peristaltis. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah
besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus. Esofagus
tidak memproduksi enzim pencernaan
b. Lambung
1)

Anatomi
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri
rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil,
terletak pada bagian kiri garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari

satu individu ke individu lain. Regia-regia lambung terdiri dari bagian


jantung, fundus, badan organ, dan bagian pilorus.
Bagian jantung lambung adalah area disekitar pertemuan esofagus dan
lambung (pertemuan gastroesofagus). Fundus adalah bagian yang menonjol ke
sisi kiri atas mulut esofagus. Badan lambung adalah bagian yang terdiltasi di
bawah fundus, yang membentuk dua pertiga bagian lambung. Tepi medial
badan lambung yang konkaf disebut kurvatur kecil tepi lateral badan lambung
yang konveks disebut kurvatur besar.
2)

Fungsi lambung
a) Penyimpanan makanan
b) Produksi kimus
c) Digesti protein
d) Produksi mukus
e) Produksi faktor intrinsik
f)

Absorbsi

c. Usus Halus
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfinger pilorus
sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus
halus kurang lebih dari 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja.
Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna berelaksasi.
Usus halus terdiri dari :
1)

Duodenum adalah bagian yang terpendek (25 sampai 30 cm). Duktus empedu
dan duktus prankeas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum
beberapa sentimeter di bawah mulut pilorus

2)

Yeyunum adalah bagian yang yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1


sampai 1,5 m

3)

Ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus besar


a)

Motilitas atau gerakan usus halus adalah mencampur isinya dengan enzim
untuk pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan

kontak dengan sel aborptif dan mendorong zat sisa memasuki usus besar.
Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks dikendalikan
oleh SSO
b) Peristalsis adalah kontraksi ritmik otot polos longtudinal dan sirkular.
Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakkan kimus ke
arah bawah di sepanjang saluran
d. Prankeas, Hati dan Kandung Empedu
1)

Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatur besar
lambung. Sel-sel endokrin (pulau-pulau langerhans) pankreas mensekresi
hormon insulin dan glukagon. Sel-sel ensokrin (asinar) mensekresi enzimenzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion karbonat dalam
kosentrasi tinggi.

2)

Hati dan sekresi empedu


a) Hati
Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga.
Beratnya 1,500 gr (3 lbs) dan pada kondisi hidup berwarna merah tua
karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi
dari arteri hepatika dan darah yang tidak teroksigenisasi tetapi kaya akan
nutrein dari vena portal hepatika. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan
kiri.
Fungsi utama hati :
1)

Sekresi

2)

Metabolisme : hati memetabolisme protein, lemak dan karbohidrat


tercerna

3)

Penyimpanan : hati penyimpanan mineral, vitamin larut lemak

4)

Detoksivikasi

5)

Produksi panas

6)

Penyimpanan darah

b) Empedu
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli
empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri. Duktus
hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatik komunis yang
kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu dan
keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Komposisi empedu
adalah larutan berwarna kuning kehijauan terdiri dari 97% air, pigmen
empedu, dan garam-garam empedu yang terdiri dari garam pigmen
empedu dan garam-garam empedu
Kandung empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai pir
dengan panjang 10 cm. Organ ini terletak di lekukan di bawah lobus
kanan hati.
Fungsi kandung empedu untuk menyimpan cairan empedu yang
secara terus menerus disekresi oleh sel-sel hati, sampai diperlukan dalam
duodenum. Di antara waktu makan, sfingter oddi menutup dan cairan
empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan
cairan ini dirangsang oleh CCK. Kandung empedu juga berfungsi untuk
mengkosentrasi cairannya dengan cara mereabsorbsi air dan elektrolit.
Dengan demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12 jam sekresi
empedu hati.
e. Usus Besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke susu besar, sebagian besar
nutrein telah dicerna dan diabsorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak
tercerna dan diabsorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercena. Makanan
biasa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran
pencernaan yang satu ke ujung lainnya : 2 sampai 6 jam di lambung, 6 sampai 8 jam
di usus halus, dan sisa waktunya berada di usus besar.
Bagian-bagian usus besar :

1)

Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup


ileosekal. Apendik velmiform, suatu tabung buntu yang sempit berisi jaringan
limfoid, menonjol dari ujung sekum

2)

Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki
tiga visi yaitu :
a) Kolon esenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horisontal pada fleksura hepatika
b) Kolon transversa merentang menyilang abdomen di bawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
pada fleksura splenik
c) Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.

3)

Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12


sampai 13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior
di anus.

4)

Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-lipatan
yang masing-masing berisi arteri dan vena

5)

Sfinger anal internal otot polos (involunter) dan sfinger anal eksternal otot
rangka (vounter) mengitari anus
Fungsi usus besar :

1)

Mengobservasi 80% sampai 90% air dan elektrolit

2)

Usus besar hanya memproduksi mukus

3)

Mencerna sejumah kecil selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrein bagi
tubuh

4)

Mengekskresi Zat sisa dalam bentuk feses

B. PENGERTIAN
Kolon merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling sering. Kanker
kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika
Serikat, baik pada pria atau wanita (American Cancer Society, 2001).
Kanker usus besar merupakan penyakit yang terjadi pada orang tua, dengan
insidensi puncak pada usia 60 dan 70 tahun. Kanker kolon jarang ditemukan di bawah
usia 40 tahun, kecuali pada orang yang memiliki riwayat kolitis ulseratif atau poliposis
familial. Sekitar 60% dari semua kanker usus yang terjadi pada bagian rektosigmoid,
sehingga dapat di raba saat pemeriksaan rektum atau terlihat pada pemeriksaan
sigmoidoskopi. Sekum dan kolon dan asendens merupakan tempat berikutnya yang
paling sering terserang. Kolon transversa dan flesura adalah bagian yang mungkin
paling jarang terserang ( Sylvia A. Price, 2005).
Kanker kolon dan rektum merupakan tipe paling umum kedua dari kanker internal
di Amerika Serikat. Ini merupakan penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000
kasus baru kanker kolorektal didiagnosis tiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai
dengan usia ( kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55tahun) dan makin
tinggi pada pasien yang dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolorektal,
penyakit usus inflamasi kronis atau polip (Brunner & Suddarth, 2001).
Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian ke dua terbanyak dari seluruh
pasien kanker di America Serikat. Lebih dari 150.000kasus baru terdiagnosis setiap
tahunnya di AS dengan angka kematian pertahun mendekati 60.000. Di AS umumnya
rata-rata pasien kanker kolorektal adalah usia 67 tahun dan lebha dari 50% kematian
terjadi pada mereka yang berumur di atas 55 tahun ( Aru W. Sudoyo, 2006).
Gambar Ca Colon

C. ETIOLOGI
Walaupun penyebab kanker usus besar masih belum diketahui, hubungan dengan
antara kolitis ulseratif ( yaitu tipe polip kolon tertentu ) dengan kanker usus besar.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi :
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Darah dalam feses
3. Riwayat palip rektal atau polip kolon
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
5. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7. Deit tinggi lemak, protein, daging, dan rendah serat
D. PATOFISIOLOGI + PATWAY
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai dari polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas kedalam stuktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepaskan dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering
ke hati).
Tumor dapat berupa masa polip, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai striktura anular ( mirip cincin). Lesi anular lebih sering
terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polip yang datar lebih sering terjadi
pada sekum dan kolon asendens. Tumor dapat menyebar melalui infiltrasi langsung ke
striktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih, melalui pembuluh limfe ke
kelenjar limfe perikolon dan mesokolon, melalui aliran darah, biasanya ke hati karena
kolon mengalirkan darah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada
mukosa dan submokosa pada saat reseksi, dan jauh lebih buruk bila telah terjadi
metastasis ke kelenjar.

Dukes
A

Stadium
TNM
T1NOMO

Stadium dan prognosis KKR


Deskripsi histopatologi
Derajat
I

Kanker terbatas pada


mukosa

B1

T2NO MO

atau

mukosa
Kanjer

Bertahan 5
tahun (%)
>90

sub

mencapai

85

cenderung

70-80

muskularis
B2

T3NOMO

II

Kanker

melewati masuk atau


C

TXN1MO

III

melewati lapisan serosa


Tumor
melibatkan

35-65

kelenjar betah bening


D

TXNXM1

IV

regional
Metastasis

Prognosis dari pasien kanker kolorektal berhubungan dengan dalamnya penetrasi


tumor ke dinding kolon, keterlibatan kelenjar getah bening regional atau metastasis
jauh. Semua variabel ini digabungkan sehingga dapat ditentukan sistem staging yang
awalnya di perhatikan oleh dukes. Dan di aplikasikan dalam metode klasifikasi TNH
dalam hal ini, T menunjukan kedalaman penetrasi tumor, N menandakan keterlibatan
kelenjar getah bening dan M ada tidaknya metastasis jauh.

PATOFLOW
Factor resiko Ca colon

Riwayat Ca colon dikeluarga, riwayat inflamasi usus


kronis, diet tinggi lemak, protein dan rendah serat.
Kelebihan lemak

Mengubah flora bakteri dan steroid menjadi


senyawa bersifat karsinogen

Kekurangan serat

Pasase feses lama

Terpajan karsinigen

Berakumulasi dilapisan epitel usus

Membentuk polip jinak

Lesi disebelah kanan

Lesi disebelah kiri

Infiltrasi dan merusak


jaringan normal
disekitarnya

Nyeri dangkal abdomen melena


(feces hitam)

Lesi rektal

Krom, penipisan feses


konstifasi, distensi, ada
darah merah segar
Kostipasi diare, feses
berdarah

Polip ganas

Sel
kanker

Obstruksi usus
parsial lengkap

Ulserasi pembuluh
darah sekitar kolon

hemoragi
Nyeri abdomen
konstipasi kram
abdomen
E. MANIFESTASI KLINIS

Bermestase ke
bagian tubuh
lain (paling
sering ke hati)

Abses, peritonitis,
sepsis.
syok

perporasi

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker tahap penyakit dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan defikasi.
Passase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala juga dapat
mencakup anemia yang tidak dapat diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat
badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah
nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti teh). Isi kolon berupa cairan
dan cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali. Terdapat kecenderungan terjadi
obstruksi karena lumen usus karena lumen usus lebih besar dan fesesnya masih encer.
Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan dapat di deteksi
dengan uji guaiak ( suatu uji sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Perdahan dapat
bersifat intermiten, sehingga di identifikasikan dengan endoskopi atau radiogafi usus
besar jika terjadi anemia. Mukus jarang terlihat karena bercampur dengan feses. Pada
orang kurus tumor kolon kanan kadang dapat di raba, tetapi tidak khas pada stadium
awal. Penderita mungkin mersa tidak enak pada abdomen, dan pada epigastrium.
Gejala yang dihububungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan
obstruksi ( nyeri abdomen dan keram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta
adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal
adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian, serta feses berdarah. Karsinoma kolon dan rektum cenderung menyebabkan
perubahan defekasi akibat iritasi dan respon refleks. Sering terjadi diare, nyeri mirip
kejang, dan kembung. Lesi pada kolon kiri cenderung melingkar, sehingga sering
terjadi gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk pita. Baik mukus dan darah
segar dapat terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronis.
Pertumbuhan pada sigmoid dan rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe,
atau vena, menimbulkan gejala pada tungkai atau peritoneum. Hemoroid, nyeri nyeri
pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih, dapat timbul akibat
tekanan tesebut.

F. KOMPLIKASI

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.


Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis atau sepsis dapat menimbulkan syok.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling
penting untuk kanker kolon adalah:
1.

Laboratorium. Umumnya pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma kolon


memberikan hasil normal. Perdarahan intermiten dan polip yang besar dapat
dideteksi melalui pengujian darah samar, feses atau anemia defisiensi Fe.

2.

Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan enema barium kontras ganda hanya mampu


mendeteksi 50% polip kolon dengan spesifitas 85%. Bagian rektosigmoid sering
sulit untuk divisualisasi meskipun bila dibaca oleh ahli radiologi senior. Oleh
karena itu pemeriksaan rektosigmoidoskopi masih diperlukan. Bilamana ada lesi
yang mencurigakan pemeriksaan kolonoskopi diperlukan untuk endoskopi.
Pemeriksaan lumen barium teknik kontras ganda merupakan alternatif lain untuk
kolonoskopi namun pemeriksaan ini sering tidak bisa mendeteksi lesi berukuran
kecil. Enema barium cukup efektif untuk memeriksa bagian kolon dibalik striktur
yang tak terjangkau dengan pemeriksaan kolonoskopi.

3.

Kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang


sangat akurat dan dapat sekaligus melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan.
Pemeriksaan kolon lengkap dapat mencapai > 95% pasien. Kolonoskopi
merupakan prosedur terbaik pada pasien yang diperkirakan ada polip kolon.
Kolonoskopi mempunyai sensitifitas (95%) dan spesifitas (99%) paling tinggi dari
modalitas yang lain untuk mendeteksi adenomatous.

4.

Sigmoidoskopi dengan biopsi atau hapusan sitolgi untuk mengangkat polip. Tampak
secara endoskopi sulit untuk membedakan jenis-jenis polipsecara histologi, untuk
menegakkan diagnosis.

5.

Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat dilakukan walaupun antigen


karsinoma embrionik mungkin bukan indikator yang dapat di percaya untuk
mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pada eksisi
tumor komplet kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam.
Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.

6.

Skrining oleh beberapa organisasi ( Nasional Cancer Institute, American Cancer


Society, American College Of Physicians) dengan tujuan untuk mendeteksi kanker
kolon yang masih dapat di sembuhkan sehingga dapat dapat membantu mengurangi
morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini. Strategi skrining pada orang yang
tidak memperlihatkan gejala dianjurkan sebagai berikut :
a.

Laki-laki dan perempuan berusia lebih dari 40 tahun harus menjalani


pemeriksaan rektal digital ( rectal toucher) setiap tahun.

b.

Orang berusia di atas 50 tahun harus menjalani pemeriksaan darah samar feses
setiap tahun dan pemeriksaan sigmoidoskopi setiap 3 sampai 5 tahun setelah
pemeriksaan awal yang berjeda setahun. Orang yang beresiko tinggi karena
memiliki riwayat keluarga juga menjalani pemeriksaan kolon total dengan

enema barium kontras udara atau kolonoskopi setiap 3 hingga 5 tahun. Analisis
untuk mengetahui adanya mutasi proto-onkogen ras yang spesifik dari DNA
yang didapatkan dari feses pasien yang memiliki riwayat kanker kolorektal juga
tampak efektif sebagai mekanisme skrining ( Mayer,1998).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis, dengan gejala obstruksi usus di obati dengan cairan IV
dan pengisapan nasogastrik. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi
yang berhubungan. Jika kanker telah menyebar hanya ke hati, obat kemoterapi dapat
disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah yang menuju ke hati. Meskipun mahal,
pengobatan ini bisa memberikan lebih banyak keuntungan daripada kemoterapi yang
biasa. Tetapi pengobatan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Bila kanker
telah menyebar diluar hati, pengobatan ini tidak efektif lagi.
Pengobatan :
Kemoprevensi. Obat anti inflamatori non storoid (OAIN) termasuk aspirin dianggap
berhubungan dengan penurunan mortalitas karsinoma kolorektal. Beberapa OAIN
seperti sulindac dan celecoxib telah terbukti secara efektif menurunkan insiden
berulangnya adenoma obat pasien dengan FAP (familial adenomatous poliposis). Data
epidemilogi menunjukkan adanya penurunan resiko kanker dikalangan pemakaian
OAIN namun bukti yang mendukung mamfaat pemberian aspirin dan OAIN lainnya
untuk mencegah karsinoma kolorektal sporadik masih lemah.
Endoskopi dan operasi. Umumnya polip adenomentasi dapat diangkat dengan tindakan
polipektoni. Bila ukuran < 5 mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau
elektrokoagulasi bipolar. Disamping polipektomi karsinoma kolorektal dapat diatasi
dengan operasi. Indikasi untuk hemikolektomi adalah tumor di caecum kolon asenden,
kolon tranversum tetapi di fleksura lienalis dan kolon desenden diatasi dengan
hemikolektomi kiri. Tumor disigmoid dan rektum proksimal dapat diangkat dengan
tuindakan LAR (low Anterior resection). Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5%
tetapi bila operasi dikerjakan secara emergensi maka mortalitas menjadi lebih tinggi.
Reseksi terhadap metatasis dihati dapat memberikan hasil 25%-35% rata-rata bebas

tumor (disease freesurvival rate). Tujuan pembedahan adalah paliatif. Dimana apabila
tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
pilihan adalah sebagai berikut( doughty & jakson,1993) :
1.

Reseksi segmental dengan anastomasis ( pengangkatan tumor dan porsiusus pada


sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)

2.

Reseksi abdominoperinealdengan kolostomi sigmoid permanen ( pengangkatan


tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta springter anal)

3.

Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta


reanastomosis lanjut dari kolostomi ( memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum reseksi)

4.

Kolostomi permanen atau ileostomi ( untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang


tidak dapat di reseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan. Kolostomi
dilakukan kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi merupakan
pembuatan lubang ( stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi
sebagai diversi sementara

atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau

evakuasi isi kolon keluar tubuh. Kosistensi drainase yang dihubungkan dengan
penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya inversi pada
jaringan sekitar.
Terapi ajuvan. Sepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif akan
mengalami rekurensi. Kemoterapi ajuvan dimaksudkan untuk menurunkan tingkat
rekurensi karsinoma kolorektal setelah operasi. Pasien Dukes A jarang mengalami
rekurensi sehingga tidak perlu terapi ajuvan. Pasien karsinoma kolorektal Dukes C
yang m,endapat levamisol dan 5 FU secara signifikan meningklatkan harapan hidup
dan masa interval bebas tumor (Disease Free Interval). Kemoterapi ajuvan tidak
berpengaruh pada karsinoma kolorektal Dukes B.
Irinotecan (CPT 11) inhibitor topoisomer dapat memperpanjang masa
harapan hidup. Oxaliplatine analog platinum juga meperbaiki respon setelah
diberikan 5 FU dan leucovorin. Manajemen karsinoma kolorektal yang non

reseksibel yaitu : Nd-YAG foto koagulasi laser, self expanding metal endoluminal
stent.
I. PENCEGAHAN
Kanker usus besar atau kolorektal merupakan jenis kanker yang dapat dicegah
dengan perubahan pola makan dan gaya hidup yang sehat, seperti berikut :
1.

Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur dan buah-buahan

2.

Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari). Serat dapat melancarkan pencernaan


dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengenadap di usus akan
menajdi racun yang memicu sel kanker

3.

Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi


terutama yang terdapat pada daging hewan

4.

Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen/sel kanker

5.

Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan

6.

Melaksanakan aktifitas fisik atau olahraga secara teratur

7.

Perbanyaklah minum susu. Karena selain menyehatkan susu juga mampu


mengurangi resiko terkena kanker usus. Demikian disampaikan oleh Dr Eunyoung
Cho yang meneliti keuntungan mengkonsumsi susu. Analisa dari 10 studi
menunjukkan 16 ons susu sehari bisa mengurangi ancaman kanker usus sampai
12%

8.

Konsumsi ikan juga bisa menurunkan risiko kanker kolorektal

9.

Selain itu vitamin A, C, dan E diduga mempunyai kemampuan sebagai anti kanker.
Sedangkan, kalsium diduga mempunyai efek proteksi terhadap kanker kolorektal
karena mengikat lemak dan asam empedu dalam usus

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, agama, alamat, suku hangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Riwayat keperawatan
a.
b.

Riwayat keperawatan sekarang


Menceritakan kapan klien merasakan nyeri abdomen atau rektal dan karakter
( lokasi, frekwensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi)

c.

Riwayat kesehatan dulu


Mengkaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat atau penyakit
tertentu yang akan mempengaruhi terhadap kondisi klien sekarang

d.

Riwayat kesehatan keluarga


Dikaji apakah ada di dalam keluarga yang mempunyai penyakit keturunan
atau penyakit usus inflamasi kronis, atau polip kolorektal,dan terapi obat saat
ini

e.

Riwayat psikososial dan spiritual


Mengkaji mengenai konsep dari dan hubungan atau interaksi klien baik
anggota keluarga maupun lingkungan yang mengkaji tentang agama dan
keyakinan, harapan tentang semangat yang terkandung di dalam diri klien

3. Pola aktivitas sehari-hari


Meliputi nutrisi(kebiasaan diet), eliminasi buang air kecil dan buang air
besar (deskripsi tentang warna, bau, konsistensi feses dan mencangkup adanya
darah atau mucus)
4. Pemeriksaan fisik
Melakukan pengkajian meliputi pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi sistem tubuh sehingga akan ditemukan hal-hal
sebagai berikut : Keadaan umum, sistem penglihatan, sistem pernafasan, sistem

pencernaan, sistem integumen, sistem muskuloskeletal dan sistem kekebalan


tubuh. Pada sistem pencernaannya auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan
palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat.
5. Data penunjang
Studi laboratorium yaitu dengan pemeriksaan laboratorium darah dan urine
untuk mengetahui kadar alkali, phospat, kalium dan kreatinin, serta spesimen feses
terhadap karakter dan adanya darah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d nausea dan anoreksia
Konstipasi b/d lesi obstruksi
Keletihan b/d anemia dan anoreksia
Resiko defesit volume cairan b/d muntah dan dehidrasi
Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker
Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri

setelah pulang
8. Resiko infeksi b/d insisi bedah ( abdominoperineal ), pembentukan stoma, dan
kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
9. Gangguan body image b/d kolostomi.
Tujuan
1.

Mempertahan kan cairan dan elektrolit

2.

Mencapai pemasukan nitrisi yang optimal

3.

Menurunkan kecemasan

4.

Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan, diagnosa kanker

5.

Mempelajari perawatan kolostomi, perhatian terhadap perasaan klien

C. INTERVENSI
Pre Operasi
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Tujuan : reduksi / penghilangan nyeri


Rencana tindakan :
a.
Berikan analgesic sesuai resep
b.
Buat lingkungan yang kondusif untuk relaksasi, misalnya dengan
meredupkan lampu, mematikan TV atau radio, dan membatasi pengunjung
c.

dan telepon bila diinginkan oleh pasien


Tawarkan tindakan kenyamanan tambahan : perubahan posisi, gosokan
punggung, dan teknik relaksasi

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea dan anoreksia


Tujuan : mencapai pemasukan nutrisi yang optimal
Rencana tindakan :
a.

Preoperasi : diet tinggi kalori, protein dan karbohidrat terapi rendah serat

b.

Berikan total parenteral nutrition (TPN) jika dibutuhkan

c.

Monitor abdomen : distensi, menurunnya bising usus, nyeri

d.

Klien dengan kolostomi :


1)

Hindari makanan yang menyengat dan mengandung gas

2)

Bantu klien identifikasi makanan yang dapat menyebabkan diare

3)

Anjurkan klien minum minimal 2 liter /hari (jika tidak ada kontra
indikasi)

3.

Konstipasi b/d lesi obstruksi


Tujuan : eliminasi produk sisa tubuh yang adekuat
Rencana tindakan :
a.
Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi
b.
Berikan laksatif dan enema sesuai resep
c.
Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi total
disiapkan untuk mejalani pembedahan

4.

Keletihan b/d anemia dan anoreksia


Tujuan : peningkatan toleransi aktivitas
Rencana tindakan :
a.
Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
b.
Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah baring
yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihn pasien

c.

Berikan terapi komponen darah sesuai resep bila pasien menderita anemia

d.

berat
Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan

e.

institusi mengenai tindakan pengamanan harus diikuti


Tingkatkan aktivitas post op dan pantau toleransi

5.

Resiko defisit volume cairan b.d muntah


Tujuan : Mempertahan kan cairan dan elektrolit
Rencana tindakan :
a.
Catat intake dan output termasuk muntah
b.
Batasi pemasukan peroral
c.
Kolaborasi pemberian iv therapy
d.
Berikan makanan dalam bentuk cairan (jika memungkinkan)
e.
Monitor terapi cairan iv
f.
Monitor nilai elektrolit
g.
Kaji status hidrasi klien
h.
Observasi tanda tanda dehidrasi
i.
Lakukan dekompresi lambung jika terjadi distensi

6.

Cemas b.d pembedahan diagnosa kanker


Tujuan : menurunkan kecemasan, meningkatkan pengetahuan tentang prosedur
pembedahan, diagnosa keperawatan
Rencana kegiatan :
a.
Catat petunjuk perilaku
b.
Dorong klien untuk menyatakan perasaan
c.
Berikan informasi yang akurat tentang apa yang dilakukan
d.
Berikan lingkungan yang tenang dan istrahat
e.
Bantu klien dalam mengidentifikasi koping sekarang dan belajar koping
baru yang positif

7.

Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan


diri setelah pulang
Tujuan : memahami tentang diagnosis, prosedur pembedahan dan perawatan diri
setelah pulang
Rencana tindakan :
a.
Kaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah,
b.

dan tingkat fungsi yang diinginkan pasca op


Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk pembedahan,
penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pasca op, teknik

perawatan kolostomi, pembatasan diet, control nyeri, dan penatalaksanaan


obat dimsukkan ke dalam materi penyuluhan.
Pasca Operatif
1. Resiko infeksi b/d insisi bedah ( abdominoperineal ), pembentukan stoma, dan
kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
Tujuan : mempertahankan penyembuhan jaringan optimal; perlindungan kulit
periostomal yang adekuat
Rencana tindakan :
a.
Luka abdomen diperiksa dngan sering dalam 24 jam pertama, untuk
meyakinkan bahwa luka akan sembuh tanpa komplikasi ( infeksi, dehidens,
b.
c.

emoragik, edema berlebihan )


Ganti balutan sesuai kebutuhan untuk mencegah infeksi
Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan napas dalam

d.

untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi


Pantau adanya peningkatan TTV yang mengindikasikan adanya proses

e.

infeksi
Periksa stoma terhadap edema ( edema ringan akibat manipulasi bedah
adalah normal ), warna ( stoma sehat adalah mera jambu ), rabas ( rembesan

f.

berjumlah sedikit adalah normal ), dan perdarahan ( tanda abnormal )


Bersihkan kulit peristoma dengan perlahan serta keringkan untuk mencegah

g.

iritasi, berikan pelindung kulit sebelum meletakkan kantung drainase


Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka diobservasi
dengan cermat untuk tanda hemoragik. Luka dapat mengandung drain atau
tampon yang diangkat secara bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang
terkelupas selama beberapa minggu. Proses ini juga dipercepat dengan
irigasi mekanis luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali

h.

sehari
Dokumentasikan kondisi luka perineal, adanya perdarahan, infeksi atau
nekrosis.

2. Gangguan body image b.d kolostomi


Tujuan : mempelajari perawatan kolostomi, perhatian terhadap perasaan klien

Rencana kegiatan :
a.

Dorong klien/orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang kolostomi

b.

Catat adanya perilaku menarik diri

c.

Berikan kesempatan klien menerima kolostomi melalui partisipasi

dan

perawatan diri

d.

Pertahankan pendekatan positif selama perawatan hindari ekspresi

menghina

atau reksi berubah mendadak

e.

Berikan kesempatan klien terdekat untuk memandang stoma,

gunakan

kesempatan untuk memberikan tanda positif tentang penyembuhan,

penampilan normal dan sebagainya


f.

Pastikan perlu adanya konseling / diskusi tentang kolostomi

g.

Ingatkan keluarga bahwa penerimaan perlu waktu dan emosi

D. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan
E. EVALUASI
Kriteria keberhasilan :
1.

Berhasil

2.

Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan


Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan

LAPORAN KASUS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan
Medikal Bedah

HERNIA SCROTALIS
PADA TUAN M 54 TAHUN (POLI BEDAH RSPAD GATOT SOEBROTO)

DISUSUN OLEH
NATALIA SEMBIRING
VIKY PUTRI
NI KOMANG BUDAYANI
NELI EVI SULASTRI
ARTI KARLINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2014

You might also like