Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Desa Sumber Gedang terletak di wilayah kerja Puskesmas Pandaan,
dimana sebagai puskesmas jalan raya, kasus kecelakaan lalu lintas merupakan 10
besar penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Pandaan. Data sekunder berupa
informasi dari puskesmas menunjukkan bahwa kunjungan Unit Gawat Darurat
didominasi oleh pasien paska kecelakaan lalu lintas. Tentu saja kecelakaan ini
menyangkut nyawa kehidupan seseorang, karena apabila tidak ditangani dengan
benar dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Penanganan ini dimulai
dari masyarakat awam yang berada di dekat lokasi kejadian kecelakan sampai
dengan tenaga kesehatan di pusat pelayanan kesehatan. Selain itu, di wilayah Desa
Sumber Gedang terdapat jurang yang langsung mengarah kepada sungai dengan
batu besar. Pada jurang ini telah terjadi kecelakaan lalu lintas lebih dari 3 kali
yang memakan korban 3 orang meninggal.
Upaya pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang
sebagai satu kesatuan alur yang tidak terpecah-pecah, dimulai dari fase pra Rumah
Sakit, fase Rumah Sakit dan fase rehabilitasi. Sedangkan pertolongan pertama
yang paling penting sebelum penderita atau korban masuk Rumah Sakit adalah
saat berada di fase Pra Rumah Sakit. Hal ini dikarenakan kualitas hidup penderita
pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada
periode Pra Rumah Sakit. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya sebuah
pelatihan mengenai pertolongan pertama pada kejadian gawat darurat yang perlu
ditingkatkan dari kapasitas masyarakat awam.
Kader kesehatan di Desa Sumber Gedang diharapkan bisa menjadi tenaga
terlatih yang bisa dijadikan rujukan orang awam jika terjadi masalah kesehatan,
begitu juga dengan kejadian gawat darurat. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk
mengadakan pelatihan tanggap gawat darurat pada kader kesehatan Desa Sumber
Gedang Kecamatan Pandaan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
yang pada akhirnya dapat meminimalisir keparahan kejadian paska gawat darurat
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pelatihan tanggap gawat darurat agar kader
kesehatan dapat :
1. Mengetahui cara mengecek kesadaran dengan metode AVPU (Alert Verbal Pain Unresponsive).
2. Mengetahui tanda-tanda cedera tulang leher.
3. Mengetahui tanda-tanda vital.
4. Mengetahui cara evaluasi jalan nafas dengan melihat mendengarkan
merasakan (Look Listen Feel).
5. Mengetahui adanya obstruksi atau hambatan jalan nafas.
6. Mengetahui cara pembebasan jalan nafas (tanpa alat dan dengan alat).
7. Melakukan kontrol terhadap tulang belakang (C-spine control).
8. Mengetahui cara evaluasi pernafasan dengan melihat mendengarkan
merasakan (Look Listen Feel).
9. Mengetahui tanda-tanda bahaya nafas.
10. Mengetahui tanda-tanda syok.
11. Mengetahui cara tindakan penanganan pertama syok (posisi syok).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
(snoring).
Obstruksi oleh benda cair terdengar suara seperti berkumur
(gargling).
Obstrusi karena edema laringterdengar suara nyaring (crowing).
Pada obstruksi sebagian ini terjadi pada orang yang masih bernafas.
b. Obstruksi total.
Pada obstruksi ini, orang tidak dapat bernafas, sehingga tidak didapatkan
gerak dada pernafasan, suara nafas maupun suara nafas tambahan.
6. Mengetahui cara pembebasan jalan nafas (tanpa alat dan dengan alat).
Ada banyak cara untuk membebaskan jalan nafas. Pemilihan cara yang
tepat tergantung pada penyebab sumbatan jalan nafas, antara lain:
a. Sumbatan jalan nafas oleh benda padat
Benda padat yang sering menyumbat jalan nafas adalah pangkal lidah.
Selain itu, dapat disebabkan oleh makanan seperti bakso, daging, dan lainlain.
Sumbatan berupa pangkal lidah, dapat dibebaskan dengan cara head tilt
and chin lift (penolong berada di sebelah kanan korban, penolong
menengadahkan kepala korban dengan telapak tangan kiri menahan
dahi dan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan penolong menahan
Sumbatan berupa makanan, yang tidak terlihat dari mulut korban, dapat
dibebaskan dengan cara back blow (penolong berada di belakang
korban, satu kaki penolong berada di antara kedua kaki korban, lengan
penolong yang kuat menahan tubuh korban dari arah depan, sedangkan
tangan penolong yang lain menepuk punggung korban yaitu di antara 2
tulang belikat dengan telapak tangan tertangkup sebanyak 5 kali dengan
arah ke depan atas) ataupun dengan cara heimlich manouver (penolong
berada di belakang korban, satu kaki penolong berada di antara kedua
kaki korban, kedua tangan penolong bersambungan merangkul korban
dari belakang dan diletakkan di depan taju pedang tulang dada,
penolong menekannya dengan arah belakang atas sebanyak 5 kali).
Cara back blow dan heimlich manouver digunakan bergantian sampai
benda/makanan
yang
menghambat
jalan
nafas
dapat
keluar/dimuntahkan.
b. Sumbatan jalan nafas oleh benda cair
Sumbatan berupa muntahan, ditangani dengan cara pasien dimiringkan
(dengan syarat tidak ada cedera tulang leher), kemudian muntahan
dibersihkan.
Sumbatan berupa darah maupun air liur, ditangani dengan cara cross
finger dan finger swab (jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan
penolong dililit kasa, kemudian disapukan pada cairan yang menghambat
jalan nafas).
c. Sumbatan jalan nafas karena edema laring
Korban dengan sumbatan akibat edema laring dapat ditolong dengan
melakukan cricotiroidotomy.
7. Melakukan kontrol terhadap tulang belakang (C-spine control).
Hal ini perlu dilakukan terutama pada korban yang dicurigai mengalami
cedera tulang leher. Kontrol terhadap tulang belakang dilakukan dengan
menggunakan bantal pasir dan collar brace. Bantal pasir diletakkan di kanan
dan kiri kepala korban, digunakan untuk mencegah kepala korban tidak
menoleh ke kanan dan kiri. Collar brace dipasang melingkari leher korban,
13. Mengetahui cara mengontrol perdarahan (bebat tekan dan bebat bidai).
Bebat tekan dilakukan terutama untuk daerah perdarahan. Bebat tekan
dilakukan
dengan menggunakan elastic bandage. Teknik pembebatannya dibagi menjadi
2 cara, yaitu:
a. Dolabra current, digunakan untuk luka pada daerah dengan tulang
berukuran panjang <10cm dan diameternya sama, misalnya pada daerah
lengan atas dan lengan bawah.
b. Dolabra reversa, digunakan untuk luka pada daerah dengan tulang
berukuran panjang >10cm dan diameternya tidak sama, misalnya pada tulang
paha.
Bebat bidai dilakukan untuk daerah patah tulang, bertujuan agar
pergerakan tulang minimal sehingga tidak menambah kerusakan daerah patah
tulang dan sekitarnya. Cara melakukan bidai menggunakan papan, kemudian
dilanjutkan dengan bebat menggunakan mitella. Syarat dilakukannya bebat
bidai:
a. Sebelum memasang bebat bidai harus dicek PMS (Pulse Motoric Sensoric =
Denyut nadi Pergerakan Kepekaan rasa).
b. Bidai harus melewati minimal 2 persendian.
c. Bagian bidai yang menempel pada kulit/tubuh korban lebih empuk.
d. Menggunakan bidai dengan ukuran yang tepat.
e. Setelah memasang bebat bidai harus dicek kembali PMS (Pulse Motoric
Sensoric = Denyut nadi Pergerakan Kepekaan rasa), hal ini menandakan
aliran darah tidak terhambat oleh bebat bidai yang terpasang
14. Mengetahui cara mengevaluasi korban dengan log roll.
Log roll dilakukan untuk mengevaluasi korban, terutama bagian belakang
tubuh korban, serta untuk menggerakkan atau memindahkan korban. Log roll
dapat dilakukan oleh minimal 4 orang. Satu orang bertugas di bagian kepala
dan berperan sebagai komandan. Ia bertugas menjaga kestabilan kepala leher
bahu korban saat digerakkan, dengan meletakkan lengan penolong di kanan
dan kiri kepala korban (in line position). Tiga orang yang lain bertugas di
10
untuk
mencegah
adanya
cedera
tulang
leher
ataupun
memperberatnya.
Pelepasan helm yang benar membutuhkan 2 penolong, caranya:
a. Membuka kaca helm.
b. Mempertahankan in line position (oleh penolong 1 dari arah atas).
c. Menyanggah dagu korban dari bawah agar kepala korban tidak bergerak
(oleh penolong 2 dari arah bawah).
d. Penolong 1 melepas helm perlahan-lahan ke arah atas dengan melonggarkan
helm terlebih dahulu.
16. Mengetahui cara melakukan transportasi.
Sebelum melakukan transportasi ke pusat pelayanan kesehatan, korban
harus dalam
keadaan stabil dan tidak didapatkan tanda-tanda bahaya yang mengancam jiwa,
yang mungkin dapat mengakibatkan kematian saat di perjalanan. Untuk
bencana massal, seringkali dilakukan posisi stabil. Hal ini bertujuan agar
penolong mengetahui korban tersebut telah diperiksa, dan dalam keadaan stabil
sehingga penolong dapat memeriksa korban lain. Cara melakukan posisi stabil
pada korban yang sedang tergeletak adalah:
a. Semula korban dalam keadaan terlentang.
b. Apabila korban ingin dimiringkan ke kanan, maka penolong berada di
sebelah kanan korban.
c. Tangan kanan korban diletakkan ke tubuh korban sedekat mungkin.
d. Kaki kiri korban ditekuk pada lipatan lutut.
11
Keterangan:
Human Crutch
a. Penolong berada di samping korban di sisi yang sakit. Misalkan, korban
terluka pada sisi kanan, maka penolong berada di sebelah kanan korban.
b. Lengan kanan korban dilingkarkan ke bahu kanan penolong, dan dipegang
oleh tangan kanan penolong.
c. Tangan kiri penolong memegang pinggang kiri korban.
d. Kaki kiri penolong berada di belakang kaki kanan korban dan dalam posisi
mengunci.
e. Jalan dimulai dengan kesepakatan antara penolong dan korban, misal kaki
bagian luar terlebih dahulu.
Cradle
a. Tangan kiri penolong memegang bahu kiri korban (bukan leher).
b. Tangan kanan penolong memegang lipatan lutut korban.
c. Lengan korban melingkari leher penolong.
d. Korban dapat diangkat ke tempat yang dituju.
Drag
12
13
penolong yang bertubuh pendek mengangkat bagian kaki. Hal ini disebabkan
karena arah pengangkutan adalah bagian kaki korban berada di depan,
sedangkan bagian kepala korban berada di belakang.
14
BAB 3
METODE
3.1
Metode Pelaksanaan
Tahap pengenalan medan menggunakan pendekatan survei, yaitu
pengumpulan data pada Puskesmas Pandaan dan Puskesmas Pembantu
Sumber Gedang dengan metode pengumpulan data secara observasional,
yang menurut waktu pengumpulan datanya bersifat cross sectional,
sedangkan menurut analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif.
Tahap diagnosis intervensi dilakukan dengan menggunakan
pendekatan lokakarya, dan atau metode dinamika kelompok yang lain
untuk:
1. merumuskan diagnosis intervensi
2. mengidentifikasi solusi atau model pemecahan masalahnya, berbentuk
program kesehatan
3. mengidentifikasi sumberdaya setempat dan peran serta masyarakatnya
4. mengambil keputusan untuk memilih program atau model atau solusi
yang akan dikerjakan dalam tahap Terapi Intervensi.
Tahap terapi intervensi dilakukan dengan menggunakan pendekatan
program, yaitu mempersiapkan serta melaksanakan program atau model
atau solusi yang terpilih bersama dengan partisipasi masyarakat dengan
memanfaatkan sumberdaya setempat.
3.2 Lokasi
Kegiatan Mini Project dilaksanakan di rumah kader kesehatan Desa
Sumber Gedang, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
3.3 Waktu
Kegiatan intervensi Mini Project dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 24 Maret 2012 pukul 10.00 11.00
Survei yang dilakukan dalam tahap pengenalan medan menggunakan
15
16
BAB 4
HASIL
4.1 Profil Komunitas
Desa Sumber Gedang termasuk wilayah kerja Puskesmas Pembantu
Sumber Gedang dengan Puskesmas Pandaan sebagai Induk. Puskesmas Pandaan
terletak di Kelurahan Petungsari Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan di tepi
jalan raya poros Surabaya-Malang sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.
Komunikasi dengan desa dan kelurahan di wilayah kerja dapat dilakukan dengan
melalui telepon, kendaraan roda dua maupun roda empat.
Tugas Pokok
1.
2.
3.
4.
Fungsi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan serta evaluasi
program kesehatan Kepala UPTD Kesehatan Puskesmas sebagai pimpinan
dibantu oleh semua pemegang program dan staf Puskesmas yang dikoordinasikan
oleh unit kesehatan masyarakat, dan pemberi pelayanan kesehatan yang
dikoordinasikan oleh unit kesehatan perorangan serta secara administrasi
ditunjang oleh Kasubag. Tata usaha UPTD Kesehatan Puskesmas Pandaan.
4.2 Data Geografis
Lokasi Wilayah Kerja :
Berada di Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan
Jarak ke Puskesmas sekitar 2 km
Jarak dari ibu kota ke kota kabupaten 27 km di tempuh dalam waktu 1,5
jam
Jarak dari Desa ke Kota Kecamatan sekitar 2 km
Jarak dengan ibukota Propinsi sekitar 51 km
17
Luas pemukiman
Luas persawahan
Luas pemakaman
Luas tanah bengkok
Luas lapangan olahraga
Luas tempat pembuangan sampah
Luas pasar desa
: 15 ha/m2
: 219,562 ha/m2
: 26,998 ha/m2
: 208,238 ha/m2
: 1,848 ha/m2
: 100m2
: 35 m2
Wilayah Kerja
Desa Sumbergedang terdiri dari 13 Dusun, antara lain:
1. Dusun Sendi
2. Dusun Ngampir
3. Dusun Winong
4. Dusun Pandansili
5. Dusun Buluresik
6. Dusun Kedondong
7. Dusun Kemisik
8. Dusun Tengger
9. Dusun Sukun
10. Dusun Klampok
11. Dusun Jatiroso
12. Dusun Klurahan
13. Dusun Rajeg
Dusun
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Seluruh
18
nya
RT
RW
Sendi
Ngampir
Winong
Pandansili
Buluresik
Kedondong
Kemisik
Tengger
Sukun
Klampok
Jatiroso
Kelurahan
Rajeg
5
5
2
1
2
8
5
3
6
4
2
2
4
44
2
2
1
1
1
4
2
1
3
2
1
1
2
21
Wilayah kerja
: 9.906 Orang
Laki-laki
: 4.989 Orang
Perempuan
: 4.917 Orang
Jumlah RT/RW
: 44/21 buah
: 171 Bumil
: 151 Bulin
: 151 Jiwa
: 151 Bayi
Lakilaki
290
420
149
115
180
1055
870
177
520
412
263
178
360
4989
Perem
puan
299
407
162
120
156
969
890
193
515
420
258
170
358
4917
589
827
311
235
336
2024
1760
370
1035
832
521
348
718
9906
: 9 Jiwa
: 367 Jiwa
: 1248 Jiwa
Pendidikan
No
1
2
3
4
5
Lulusan
Laki-laki
Perempuan
SD
2046
1910
SMP
1532
896
SMA
1245
1060
Akademi
125
129
Perguruan Tinggi
214
249
Jumlah lulus wajar 9 tahun
: 9406 Jiwa
Jumlah
3956
2428
2305
254
463
19
: 8589 Jiwa
: 6384 Jiwa
Sosial Ekonomi
Mata Pencaharian Penduduk :
No Jenis Pekerjaan
1
Petani
2
Buruh tani
3
Buruh migran perempuan
4
Pegawai Negeri Sipil
5
Pengrajin industri rumah tangga
6
Pedagang keliling
7
Peternak
8
Montir
9
Dokter swasta
10 Bidan swasta
11 Perawat swasta
12 Pembantu rumah tangga
13 TNI
14 Pensiunan PNS/TNI/Polri
15 Notaris
16 Karyawan perusahaan swasta
17 Karyawan perusahaan pemerintah
18 Supir
19 Tukang ojek
20 Tukang cukur
21 Tukang batu
22 Tukang jahit
23 Tukang service elektronik
24 Tukang pijat urut
JUMLAH
Data Umum Lainnya
Jumlah usaha toko/kios
Jumlah swalayan
Jumlah warung serba ada
Jumlah toko kelontong
Jumlah usaha minuman kemasan
Jumlah persewaan kamar/kos
Jumlah kontrakan rumah
Jumlah jasa hiburan
Jumlah pabrik
Jumlah sumur pompa bor
Jumlah sumur gali
Jumlah mata air
Laki-laki
470
39
28
25
65
1446
26
1
2
26
3
570
4
67
80
12
8
5
8
18
2903
Perempuan
19
65
1
50
30
91
1
1
2
39
52
630
3
20
1004
: 24 unit
: 3 unit
: 4 unit
: 1 unit
: 6 unit
: 15 unit
: 45 unit
: 3 unit
: 14 perusahaan
: 8 buah
: 210 buah
: 2 buah
20
Jumlah masjid
Jumlah langgar/mushola
Jumlah anggota hansip
Jumlah anggota satgas linmas
: 15 buah
: 45 buah
: 37 orang
: 2 orang
Agama
No
1
2
3
4
5
Jumlah
Agama
Islam
Katolik
Hindu
Buddha
Konghucu
Laki-laki
4869
11
1
4881
Perempuan
5010
14
1
5025
Jumlah
9879
25
2
9906
Fasilitas Pendidikan
- PAUD
5 buah
- TK
7 buah
- SD/Sederajat
6 buah
- M Tsanawiyah
2 buah
- SLTA
2 buah
Dokter
Bidan Desa/ Pustu
Perawat
Dukun bayi
Kader Posyandu
Kader Usila
: 0 orang
: 1 orang
: 0 orang
: 0 orang
: 70 orang
: 10 orang
21
Bidan kit
IUD kit
: 1 buah
: 2 buah
Lemari obat
: 1 buah
Meja
: 3 buah
Lemari kayu
: 1 buah
Lemari kaca
: 1 buah
Implan kit
Bangku
: 2 buah
22
Test
Rata-rata
Simpangan Baku
Hasil Nilai Test
Pre Test
40,28 24,019
Post Test
86,44 19,406
Ada perbedaan nilai test sebelum dan setelah pemberian materi.
0.000
23
24
BAB 5
DISKUSI
5.1 Analisis hasil Intervensi
Pada kader kesehatan Desa Sumber Gedang yang diberikan pelatihan
menunjukkan rata-rata skor pengetahuan sebelum dilakukan pelatihan dan
sesudah diberikan pelatihan adalah 40,27 24,019 dan 86,44 19,406, secara
statistik ada perbedaan yang bermakna (p< 0,05). Hal ini membuktikan bahwa
pemberian pelatihan tanggap gawat darurat memberikan efek meningkatkan
pengetahuan kader kesehatan. Semua peserta terlibat dalam proses dan
berpartisipasi dalam simulasi dan diskusi interaktif selama pelatihan. Diskusi
membantu peserta untuk berbagi pengalaman dan ide-ide mereka, dan untuk
mengekspresikan pertanyaan-pertanyaan terbuka serta masalah mereka. Peserta
mencapai pemahaman umum yang berguna untuk menciptakan ide-ide baru dalam
pekerjaan mereka sehari-hari dengan bermain keterampilan baru yang diperoleh
melalui praktek tidak akan segera hilang dan akan selalu diingatnya.
5.2 Kegiatan Evaluasi
Dalam kegiatan pelatihan tanggap gawat darurat kader kesehatan Desa
Sumber Gedang pada tanggal 24 Maret 2012 yang bekerja sama dengan pihak
puskesmas, maka untuk menindak lanjuti program terapi intervensi yang telah
dilaksanakan, seharusnya perlu dilaksanakan sebuah kegiatan evaluasi tahap awal
untuk memantau sejauh mana tingkat penanganan gawat darurat yang sudah tepat
dan sesuai standart. Tetapi kegiatan evaluasi ini belum dapat dilaksanakan
dikarenakan evaluasi pelatihan tanggap gawat darurat harus dipantau lebih lanjut
dengan melihat berkurangnya jumlah korban kasus gawat darurat yang tidak
tertangani dengan tepat. Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai
keberhasilan program terapi intervensi.
25
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Mini Project ini berhasil dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan
dan sasaran pelatihan yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana materi dapat
disampaikan dan diterima dengan baik oleh peserta. Tidak kami temukan kendala
yang berarti sejak persiapan hingga pelaksanaan pelatihan, hal ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari pihak aparat Desa Sumber Gedang dan tenaga
kesehatan Puskesmas Pandaan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
Peserta dengan serius menerima informasi yang diberikan dan berusaha
mengaplikasikannya dalam kehidupan peserta sendiri, dimulai dari role play yang
baik dan pertanyaan yang berasal dari pengalaman kerja peserta, bahkan tidak
jarang menyiapkan catatan kecil dan mencatat keterangan-keterangan yang
diberikan saat pelatihan.
6.2 Saran
Pelatihan semacam ini hendaknya diadakan dilaksanakan secara berkala
dan berkesinambungan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kader kesehatan tentang tanggap gawat darurat sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan terutama di Puskesmas Pembantu Sumber Gedang, Kecamatan
Pandaan, Kabupaten Pasuruan yang sesuai dengan visi pembangunan kesehatan
Indonesia.
26
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S, 2001, Metode penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI.2006.Penanggulangan Kegawatdaruratan Sehari-hari
& Bencana. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Departemen
Kesehatan
RI.2006.Tanggap
Darurat
Bencana
(Safe
dari:
Kesehatan
Provinsi
Jawa
Timur.
2008.
Triage.
Diambil
dari:
http://www.slideshare.net/puskesmasmojoagung/triage-presentation-735670/
[26 Maret 2012, 17:08]
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.2006.Seri
PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General Emergency
Life Support (GELS). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT). Cetakan Ketiga.Jakarta: Departemen Kesehatan.
Primary Trauma Care Foundation. 2011. Primary Trauma Care. Diambil dari:
http://www.primarytraumacare.org/wpcontent/uploads/2011/09/PTC_INDO.pdf [23 April 2012, 13:20]
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Departemen Kesehatan RI..2002.
Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsi.Jakarta: Departemen Kesehatan.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan
Waktu
10.00 - 10.05
Acara
Persiapan Mini Project
Persiapan perlengkapan
Pengisi Acara
Tim penyuluh
Registrasi peserta
Pembagian leaflet
10.05 - 10.15
Ibu Lurah
Bidan Desa Sumber Gedang
10.15 - 11.45
11.45 - 12.00
Penyampaian materi
Tanya jawab dan penutup
28
Lampiran 2: Gambar
29
30
31
32
33