Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang
per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga
istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah
penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia
50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang
terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang
memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh
Negara.
Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga
tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan
pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman
Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)
Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otototot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan
fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan
sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan
pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan
kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak
dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan
deformitas. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis
Reumatoid.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada
lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang
dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo,
1999).
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang,
lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan
menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal
tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien,
Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.
B.
1.
Tujuan
Tujuan Umum
Keluarga klien bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian
asuahan keperawatan keluarga.
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga klien.
Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga klien
kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
kesehatan
Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga klien
C. Manfaat
1. Mahasiswa
2.
Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
1.
KONSEP LANSIA
Pengertian lansia
Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang
berumur 55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan
umur 65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada
pula yang menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes 1991).
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan .
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
KONSEP KELUARGA
Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk
berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).
2.
Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek,
kematian.
Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.
Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
3.
Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan
dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
4.
Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan
masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a.
Fungsi Afektif
Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Proses
sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c.
Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d.
Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
e.
C. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua
jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Arthritis adalah istilah medis untuk penyakit dan kelainan yang menyebabkan
pembengkakan/radang atau kerusakan pada sendi. Arthritis sendiri merupakan keluarga besar
inflammatory degenerative disease, di mana bentuknya sangat beragam, lebih dari 100 jenis
arthritis. Istilah arthritis sendiri berasal dari bahasa Yunani /Greek: Arthon /sendi dan it
is/radang (www. wrm-Indonesia.org).
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak
terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun (Brunner, 2002).
2.
Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a.
Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan tulang.
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
f.
g.
Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal
ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
3.
Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
4. Tanda Dan Gejala
1) Tanda dan gejala setempat
a.
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan
terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjamjam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak
b.
c.
berlangsung lama.
Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
Poli artritis simetris sendi perifer
Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih
besar seringkali terkena juga
d.
e.
Artritis erosif
sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir
tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar
Deformitas
Pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas
boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai
penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai
kehilangan kemampuan bergerak yang total
f.
Rematoid nodul
Merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang
bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya
oval atau bulat dan padat.
2)
a.
Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak,
dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut
diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c.
Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut
pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang
5.
Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada
foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association (ARA) adalah:
6.
Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
7.
Pencegahan
Penatalaksanaan
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan
kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada
penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/
gejala memperlambat progresivitas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
a.
Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan
yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan
dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan
untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh
tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b.
Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita
merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi
beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c.
pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan
suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.
Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah
mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang
berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya
penyakit.
d.
Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet
dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya.
Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e.
Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Penanganan medis dimulai dengan pemberian salisilat NSAID dalam dosis terapeutik.
Kelompok obat ini mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produksi mediator
peradangan.
Tepatnya,
obat-obat
ini
menghambat
sintetase
prostaglandin
atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu asam
arakidonatmenjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan radikal-radikal oksigen. Obat
standar yang sudah dipakai sejak lama dalam kelompok ini adalah aspirin dan piroksikam.
Aspirin (analgetik antipiretik) PO (Dewasa) : 325 1000 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan
(tidak lebih dari 4 g/hari).
Aspirin (antiinflamasi) PO (Dewasa) : 2,6 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam 2
dosis terbagi dengan sediaan kapsul : 10 mg, 20 mg supositoria : 10 mg, 20 mg.
Bagi arthritis reumathoid erosif moderat suatu program formal dengan terapi okupasi
dan fisioterapi. Bagi arthritis reumathoid erosive persisten bedah rekonstruksi dan terapi
kortikosteroid seringkali diresepkan. Bagi arthritis rheumatoid yang lanjut dan tidak pernah
sembuh, obat-obat imunosupresi diresepkan mengingat kemampuannya untuk mempengaruhi
produksi antibody pada tingkat seluler. Obat-obat ini mencakup preparat metotreksat dosis
tinggi, siklofosfamid dan azatioprin.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Identitas
Nama
Jenis Kelamin
Suku
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Telp
Alamat
b. Komposisi Keluarga
No
Nama
Hubungan
Umur
Anggota
Keluarga
(thn)
keluarga
1
1.
2.
3.
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Keadaan
KB
Ket
10
12
Kesehatan
c. Genogram
keterangan:
=perempua
= laki-laki
= menikah
=keturunan
= klien
= serumah
a. Karakteristik rumah
Denah rumah
8.
Pemeriksaan Fisik
Aspek
Nama keluarga
Keadaan umum
TTV
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Ekstremitas
Genitalia / Anus
Keluarga
9.
Harapan keluarga
B.
1.
Data Penunjang
Masalah
Kurang
Etiologi
Kurang
pengetahuan,
informasi
DS :
-
ketidak
tentang penyakit
dan
tahuan keterbatasan
kemampuan
mencapai
informasi,
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah
klien.
kesehatan
2
-
Hambatan
skeletal,
sendi (AR).
muskulus
Nyeri, gangguan
Klien
tampak
lambat
dalam
kaku
berjalan.
-
3
-
Nyeri
Distensi jaringan
akibat akumulasi
cairan/proses
inflamasi,
destruksi sendi
DO:
skala nyeri sedang (6)
-
2.
dan
keterbatasan
kemampuan
mencerapai
informasi,
3. Prioritas Masalah.
a. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan
kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
KRITERIA
Sifat masalah
SKORE
2/3 x 1 = 2/3
PEMBENARAN
Klien
mengatakan
(bobot 1)
Skala :
persendian
kakinya
3 : Aktual
sehingga
kaku
2 : Resiko
1 : Sejahtera
pagi
kakinya
untuk
merasa
untuk
Klien
pernah
hampir
jatuh
karena
kakinya
merasa
Kemungkinan
masalah 2/2 x 2 = 2
berjalan.
tidak
kuat
menopang badannya
Keluarga
Klien
mengatakan
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
jika
pertugas
menjelaskan
Potensial
masalah
ada
yang
bagaimana
penyakitnya.
Klien mengatakan sudah
dicegah (bobot 1)
mulai
mengurangi
3 : Tinggi
aktivitasnya
agar
2 : Cukup
penyakitnya
tidak
1 : Rendah
Menonjolnya
masalah 2/2 x 1 = 1
(bobot 1)
penyakitnya mengganggu
aktivitas
geraknya
sehingga
menyusahkan
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total
3 4/3
b. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan
sensori perseptual.
KRITERIA
Sifat masalah
SKORE
3/3 x 1 = 1
PEMBENARAN
Klien
mengatakan
(bobot 1)
penyakitnya mengganggu
Skala :
aktivitas
geraknya
3 : Aktual
sehingga
menyusahkan
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan
masalah 1/2 x 2 = 1
Keluarga
Klien
Skala :
bisa
2 : Mudah
badannya
1 : Sebagian
dengan
0 : Tidak dapat
Potensial masalah
lambat.
Klien
dicegah (bobot 1)
menyeimbangkan
walaupun
gerakan
yang
mengatakan
aktivitasnya terganggu.
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya
c.
masalah 2/2 x 1 = 1
(bobot 1)
tidak
dan
ditangani
geraknya
0 : tidak dirasakan
Total
menyusahkan keluarga.
sembuh-sembuh
mengganggu
sehingga
3 2/3
SKORE
3/3 x 1 = 1
PEMBENARAN
Klien mengatakan ketika
(bobot 1)
bangun
Skala :
merasa
3 : Aktual
2 : Resiko
berjalan
1 : Sejahtera
Kemungkinan
masalah 1/2 x 2 = 1
Klien
pagi
kakinya
senut-senut
mengatakan
Skala :
2 : Mudah
padahal
1 : Sebagian
obat
0 : Tidak dapat
Keluarga
sudah
dari
minum
warung.
mengatakan
ke
tempat
pelayanan
Potensial
masalah
untuk 3/3 x 1 = 1
kecuali
benar-benar
parah.
Klien
mengatakan
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
parah
2 : Cukup
beristirahat.
1 : Rendah
Menonjolnya
masalah 2/2 x 1 = 1
Klien
banyak
mengatakan
sakitnya
aktivitasnya,
ditangani
senut-senutnya.
4
informasi
mencerapai
3
dan
informasi,
keterbatasan
kemampuan
ketidakmampuan
keluarga
No
jika
(bobot 1)
0 : tidak dirasakan
Total
C.
kesehatan,
Tujuan
Intervensi
Rasional
mengganggu
kadang
Dx
1
Setelah
1.
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama x
hari, klien
mengalami
2.
penurunan rasa
nyeri atau
dapat
mentolerir rasa
nyeri dengan
3.
kriteria :
klien
mengetahui
dan dapat
memperagaka
n teknik
relaksasi
mengeluh
tentang
nyerinya
hangat untuk
mengompres sendi-
4.
5.
lembut
Kolaborasi: Berikan
klien tidak
banyak
distraksi dan
3.
Selidiki keluhan
obat-obatan sesuai
petunjuk (mis:asetil
salisilat)
6. Beri obat sebelum
aktivitas/latihan yang
direncanakan sesuai
Setelah
petunjuk.
Tinjau
dilakukan
penyakit,
pendidikan
dan
kesehatan,
depan
Diskusikan kebiasaan menekan inflamasi sendiri/ jaringan
keluarga
proses
1.
prognosis, pasien
harapan
dapat
membuat
pilihan
mengetahui
pasien
tentang
penatalaksanaan
3.
penyakit yang proses sakit melalui
diderita
diet,obat-obatan,
dan
keluarganya
program
diet
Keluarga
istirahat.
Tekankan pentingnya
membaca label produk
dapat
dan
menjelaskan
mengurangi
penggunaan obat-obat
tentang
yang
pengertian,
tanpa
penyebab,
tanda
dan
gejala,
serta
dijual
bebas
persetujuan
dokter.
penalaksanaan
pada penyakit
AR.
-
Keluarga
dapat
melakukan
perawatan
dengan
mengontrol
makananmakanan yang
harus dihindari
lansia
Setelah
1.
Evaluasi/lanjutkan
1.
dilakukan
pemantauan
perawatan
inflamasi/rasa
selama 5 hari
klien mampu
melakukan
tingkat dari
perkembangan/resolusi
dari
pada sendi
2. Pertahankan istirahat eksaserbasi akut dan seluruh fase
tirah baring/duduk jika penyakit
yang
penting
untuk
mobilisasi
diperlukan
sesuai
aktivitas
untuk kekuatan
3.
Mempertahankan/meningkatkan
kemampuan,
memberikan periode
fungsi sendi, kekuatan otot dan
klien dan
istirahat yang terus
stamina umum. Catatan : latihan tidak
keluarga
menerus dan tidur
adekuat menimbulkan kekakuan sendi,
mampu
malam hari yang tidak
karenanya aktivitas yang berlebihan
melakukan
terganmggu
3. Bantu dengan rentang dapat merusak sendi
perawatan
gerak
aktif/pasif,
pada lansia
demikiqan juga latihan
yang
resistif dan isometris
imobilisasi
jika memungkinkan
dengan kriteria
:
1.
Mampu
memotivasi
diri untuk
melakukan
mobilisasi
sesuai
kemampuan
Tangg
Masalah
Masalah
al
Kesehatan
Keperawatan
Klien
Nyeri
Kategori /
Simpulan
1
v
2
V
3
v
4
v
5
v
6
v
7
V
10
mengalami
reumathik,
klien mengeluh
Gangguan
kakinya nyeri,
mobilisasi
fisik
digerakkan.
Klien tidak
megetahui
Kurang
penyakitnya
pengetahuan
Keterangan :
Kriteria Keluarga Mandiri terdiri dari 3 bagian, berikan tanda ceklis ( V ) pada kolom dengan
angka 1 10 sesuai dengan kriteria berikut :
A. Keluarga mengetahui masalah kesehatan, dengan kriteria :
(1) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang ada
(2) Keluarga dapat menyebutkan masalah kesehatan
(3) Keluarga dapat menyebutkan factor yang mempengaruhi masalah kesehatan
(4) Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah
B. Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, dengan kriteria :
(5) Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
(6) Keluarga dapat mengungkapkan / menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut
(7) Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan
tersebut
C. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan, dengan kriteria :
(8) Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan
(9) Keluarga terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga (promotif, preventif dan
caretive)
(10) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukug kesehatan
Untuk kategori Keluarga Mandiri/ / Simpulan dibuat berdasarkan penjumlahan criteria di
atas, masing-masing criteria memiliki nilai satu. Pembagian kategori berdasarkan
pengelompokkan sebagai berikut :
Keluarga Mandiri I ( KM I ) : skornya 1 4
Keluarga Mandiri II ( KM II ): skornya 5 7
Keluarga Mandiri III ( KM III )
: skornya 8- 10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang
berumur 55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan
umur 65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada
pula yang menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes 1991).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk
berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua
jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
DAFTAR PUSTAKA
Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Tryani Validitta di 22.07
Berbagi
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Poskan Komentar
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Tryani Validitta
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.