You are on page 1of 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KEHAMILAN EKTOTIK TERGANGGU

A. Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
berada di luar tempat yang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik
terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil
tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba
dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat
kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi
dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam
cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri
Patologi. 1984. FK UNPAD)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di
luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan

telur di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami
hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba
dipermudah. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah
sebagai berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan sterilisasi yang tidak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur
yang dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke
uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur.

b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium,


sel telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim
wanita).
C. Patofisiologi dan Pathway
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar.
Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat
nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan
desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus
endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa
faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus
luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek,
endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada
endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi,
lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang
abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami
vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan
endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi
kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang
dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan
pelepasan desidua yang degeneratif.

Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6


sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi,
tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa
kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah
oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah

dari

dinding

tersebut

bersama-sama

dengan

robeknya

pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta


serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna,
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam
kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan
gejala-gejala menghilang.
3. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili
korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba
sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan
biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi
pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi
secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus
dan pemeriksaan vagina

Pathway:
Proses pembuahan

Faktor kehamilan:
1. Faktor Uterus
2. Faktor Tuba

3.
Faktor
Ovum
4.
Faktor
Hormonal

Vaskularisasi berkurang

Ovum mati dan


direabsorbsi

Menempel pada Tubafallopi

Dinding pembuluh
darah pada vili korialis
terbuka

Psedokapsularis
robek/ terluka

Hasil konsepsi mati dini

Resiko syok
hipovolemik

Perdarahan

Perubahan
perfusi jaringan
Post op

Operasi

Ansietas

Kurang
pengetahuan

Abortus ke
dalam lumen
tuba

Resiko
infeksi

Intoleransi
aktivitas

Kekurangan
volume cairan

Berduka

Lapisan tuba

Peritoneum

Plasenta dan
membrane dinding
tuba terpisah

Ovum
berimplantasi
pada isthmus

Pelepasan mudqoh

Ruptur dinding tuba

Sempurna

Tidak sempurna

Nyeri
Akut

Gambar 1. Lokasi kehamilan ektopik terganggu


Ada beberapa lokasi terjadinya kehamilan ektopik terganggu, antara
lain terjadi di bagian cervical dan cecarean scar dengan kejadian rata
rata kurang dari 1%, di bagian abdominal dengan kejadian rata rata 1%,
di bagian interstitial dan corneal dengan kejadian rata rata 2-3%, di
bagian ovarian dengan kejadian rata rata 3%, di bagian frimbial dengan
kejadian rata rata 11%, di bagian isthmic dengan kejadian rata rata
12%, di bagian ampullary dengan kejadian rata rata 70 %, dan yang
sering terjadi yaitu pada bagian tuba fallopi dengan kejadian rata rata 9596%.

D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari
ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri,
amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam
usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen
bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda
iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram
yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran
uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan
ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus
luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika
serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti
nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang
mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tibatiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh
dalam keadaan syok.Perdarahan per vaginal menunjukkan terjadi kematian
janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik.
Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin
terjadi sebelum haid berikutnya.

E. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis atau diagnosis yang terlambat. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus,
tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah
perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan
pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan
anestesi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum
terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami
abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada
kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di
rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi,
laparoskopi atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak
banyak mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit
sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka pada tiap wanita dalam masa
reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid,
kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan
anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat
ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis,
ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya
terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif
kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat
dinyatakan. Perdarahan per vagina terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah :


1. Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada
perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada
jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan
nyeri tekan.
2. Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat
diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba
tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum
Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel
retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan
dengan infeksi servik.
3. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah
merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.
Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus
diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
4. Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan
bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari
infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang
melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes
kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi
human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
5. Kuldosentris : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum
Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi,

b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik,


c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam

servik dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak,


d. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan

semprit 10 ml dilakukan penghisapan,


e. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan

pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan


merupakan :
1) Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan

membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk,
2) Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau
yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya
hematokel retrouterina.
6. Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis
pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di
dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada 5 %
kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus
diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada
kasus uternus bikornis.
7. Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir
untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang
lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian
dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium,
tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga
pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini
menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.

G. Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya
terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya
tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (nonoperatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun
dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi
(pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat
menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari
salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki
anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan
untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka
kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam
divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter.
Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia
yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki
dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta
memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila
dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka
dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi. Sedangkan
kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering
mengakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara
yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi
konservatif

H. Asuhan keperawanan
a. Pengkajian
1) Biodata
a) Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/ Rumah Sakit/
Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
b) Umur, sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dan
tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/ kelainan
tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia
produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
c) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien
apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya
dalam pemeriksaan kehamilan.
d) Pendidikan, untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan
tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
e) Status pernikahan, untuk mengetahui berapa kali klien mengalami
kehamilan ektopik terganggu (KET) atau hanya sakit karena
penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
f) Pekerjaan, untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari
klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya
kehamilan ektopik terganggu (KET).
2) Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan
perdarahan, selain itu klien ammeorrhoe.

3) Riwayat penyakit sekarang


Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu
kemudian disusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat.
Pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai adanya
perdarahan pervagina :
a) Kadang disertai muntah
b) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
c) Terkumpulnya darah di rongga perut :
(1) Menegakkan dinding perut nyeri
(2) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
d) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
4) Riwayat penyakit masa lalu
Mencari

faktor

pencetus

misalnya

adanya

riwayat

endometriosis, adhesitis menyebabkan perlekatan endosalping, tuba


menyempit / membuntu.
5) Status obstetri ginekologi
a) Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 45
tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih
mengharapkan anak.
b) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses
persalinan di petugas kesehatan atau di dukun
c) Grande Multi
d) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
e) Adanya

keluhan

haid, keluarnya

darah

yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi.

haid

dan

bau

6) Riwayat kesehatan keluarga


Hal yang perlu dikaji kesehatan suami. Apakah suami mengalami
infeksi system urogenetalia? karena dapat menular pada istri dan dapat
mengakibatkan infeksi pada celvix.
7) Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami
gangguan konsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau
ketakutan.
8) Pola aktivitas sehari hari
a) Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri
adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang
terkumpul dirongga abdomen.
b) Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap
konstipasiitu diakibatkan karena penurunan peristaltik usus,
imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan cairan yang
kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam pengeluaran faeces.
Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun <
1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
c) Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut
untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan timbul
nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.

d) Pola aktivitas (istirahat tidur)


Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi
akibathematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.
9) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan
umumialah kurang lebih normal sampai gawat dengan shock berat
dananemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255)
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo,
1999 ;155)
c) Pemeriksaan leher dan torak

Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapat


diidentifikasikan melalui leher dan thorax, Payudara pada KET,
biasanya mengalami perubahan.
d) Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah
disisiuterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual
ditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan
dengan batas-batas yang tidak rata disamping uterus. Hematokel
retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perut menegang
dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga
peritoneum.

Kavum

Douglas

menonjol

karena

darah

yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun


pada rupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo
S,1999, hal 257).

e) Pemeriksaan Generali

(1) Sebelum

dilakukan

pemeriksaangenetalia

tindakan

eksterna

dapat

operasi
ditemukan

pada
adanya

perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikitsedikit, berwarna merah kehitaman.
(2) Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan generali
dapat ditemukan adanya darah yang keluar sedikit.
f) Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya
sakral dingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada
tangan dan kaki.
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menggabungkan data dan
mengkaitkan data tersebut dengan konsep yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan.
Dalam analisa data ini pengelompokan data dilakukan berdasarkan
reaksi baik subyektif maupun obyektif yang digunakan untuk menentukan
masalah dan kemungkinan penyebab.
c. Diagnosa
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih
banyak pada uterus.
2) Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi
implantasi , perdarahan sebagai efek dari tindakan pembedahan
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan banyaknya
darah yang keluar saat perdarahan.

4) Berduka berhubungan dengan kematian janin


5) Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan
6) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman atau
tidak mengenal sumber-sumber informasi Post op
7) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder
akibat laparotomi
8) Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi dan pemasangan alatalat perawatan
d. Intervensi
No
1

Diagnosa

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Rasional

Perubahan perfusiSetelah
diberikan1. Awasi tanda vital,1. Memberikan
jaringan
asuhan
keperawatankaji pengisisn kapiler,informasi
tentang
berhubungan
selama..x
jamwarna
kulit
atauderajat/keadekuatan
dengan
diharapkan
pasienmembran mukosa danperfusi jaringan dan
perdarahan yangmampu
dasar kuku.
membantu
lebih banyak padamendemonstrasikan
menentukan
responkebutuhan
uterus
perfusi yang adekuat2. Kaji
melambat,intervensi.
secara
individualverbal
mudah
terangsang,
dengan KH:
agitasi,
gangguan2. Dapat
-Kulit hangat dan kering memori, bingung.
mengindikasikan
gangguan
funsi
- Ada nadi perifer kuat 3. Catan
keluhanserebral
karena
rasa
dingin.hipoksia
atau
- Tanda vital dalamPertahankan
suhudefisiensi
vitamin
batas normal
lingkungan dan tubuhB12
hangat sesuai indikasi
- Pasien
3. Fase konstriksi
sadar/berorientasi
Kolaborasi :
(organ
vital)
- Keseimbangan
4. Berikan
SDMmenurunkan
pemasukan/pengeluaran yang lengkap/packed,sirkulasi
perifer.
Kenyamanan
pasien
produk darah sesuai
- Tak ada edema
atau
kebutuhan
rasa
indikasi. Awasi ketat
hangat
harus
untuk
komplikasi
seimbang
dengan
tranfusi.
kebutuhan
untuk
5. Berikan oksigenmenghindari panas
tambahan
sesuaiberlebihan pencetus
indikasi
fasodilatasi
(penurunan perfusi

organ).
4. Meningkatkan
jumlah sel pembawa
oksigen
;
memperbaiki
defisiensi
untuk
menurunkan risiko
perdarahan.
5. Memaksimalkan
transfer oksigen ke
jaringan.
2

Defisit
volumeSetelah diberikan askep1. Awasi
tekanan1. Perubahan dapat
cairan
selama
x
jamdarah dan frekuensimenunjukkan efek
berhubungan
diharapkan
pasienjantung
hipovolemik
dengan
rupturemenunjukkan volume
(perdarahan/dehidras
pada
lokasicairan yang adekuat2. Evaluasi turgori
pengisian
implantasi
dengan criteria hasil : kulit,
kapiler dan kondisi2. Indicator
sebagai efek dari
1.
Tanda
vital
stabil
umum
membranlangsung
status
tindakan
mukosa
cairan/hidrasi
pembedahan
2. Nadi teraba
3. Catat
respon3. Simtomatologi
3. Haluaran
urine,fisiologis individualdapat berguna dalam
berat jenis dan pHpasien
terhadapmengukur
berat/
dalam batas normal
perdarahan misalnya :lamanya
episode
perubahan
mental,perdarahan.
kelemahan, gelisah,Memburuknya
ansietas,
pucat,gejala
dapat
berkeringat, tacipnea,menujukkan
peningkatan suhu.
berlanjutnya
perdarahan
atau
4. Pertahankan
tidak
adekuatnya
pencatatan akurat subpenggantian cairan.
total cairan / darah
selama
terapi4. Potensial
penggantian
kelebihan
tranfusi
cairan
khususnya
Kolaborasi :
bila
volume
tambahan
diberikan
5. Berikan cairan Iv
sebelum
tranfusi
sesuai indikasi
darah.
6. Memberikan
SDM, trombosit, dan5. Mempertahanka
n
keseimbangan
factor pembekuan
cairan/elektrolit
pada tak adanya
pemasukan melalui
oral;
menurunkan
risiko
komplikasi

ginjal.
6. Memperbaiki/
menormalkan
jumlah SDM dan
kapasitas pembawa
oksigen
untuk
memperbaiki anemi,
berguna
untuk
mencegah/
mengobati
perdarahan
3

Intoleransi
Setelah diberikan askep1. Kaji kemampuan1.Mempengaruhi
aktivitas
selama
.x
jampasien
untukpemilihan
berhubungan
diharapkan
pasienmelakukan
tugas,intervensi/ bantuan
dengan
mampu
melaporkancatat
laporan
kelemahan
danpeningkatan
toleransikelelahan, keletihan,2.Manifestasi kardio
banyaknya darahaktivitas
dandan kesulitan dalampulmonal dari upaya
yang keluar saatmenunjukkan
menyelesaikan tugas jantung dan paru
untuk
membawa
perdarahan
penurunan
tanda
2.
Awasi
tekanan
jumlah
oksigen
fisisologis
intoleransi
darah,
pernapasan
dan
adekuat
ke
jaringan.
dengan KH:
nadi
selama
dan
- Tanda vital masihsesudah
aktivitas.3.Meningkatkan
untuk
dalam rentang normal Catat respon terhadapistirahat
aktivitas
(misalmenurunkan
peningkatan denyut kebutuhan oksigen
dan
jantung atau tekanantubuh
menurunkan
darah,
disritmia,
pusing,
dipsnea,regangan jantunga
takipnea,
dandan paru.
sebagainya)

4.Hipotensi postural
atau
hipoksia
3. Berikan
serebral
dapat
lingkungan
tenang,
menyebabkan
pertahankan
tirah
baring
bilapusing, berdenyut,
peningkatan
diindikasikan. Pantaudan
dan
batasirisiko cedera
pengunjung, telepon,5.
Meningkatkan
dan
gangguansecara
bertahap
berulang
tindakantingkat
aktivitas
yang
taksampai normal dan
direncanankan.
memperbaiki tonus
4. Ubah
posisiotot / stamina tanpa
pasien
dengankelemahanMendoro
perlahan dan pantaung pasien untuk
melakukan banyak
terhadap pusing
dengan membatasi
5. Rencanakan
penyimpangan

kemajuan
aktivitasenergy
dengan
pasienmencegah
termasuk
aktivitaskelemahan
yang pasien pandang
perlu.
Tingkatkan
tingkat
aktivitas
sesuai toleransi

dan

6. Gunakan teknik
penghematan energy
misal mandi dengan
duduk, duduk untuk
melakukan
tugastugas.
4

Berduka
Seteleh diberikan askep1. Berikan
1.Kemampuan
berhubungan
selama
x
jamlingkungan
yangkomunikasi
dengan kematiandiharapkan
pasienterbuka dimana pasienterapiutik
seperti
janin
menunjukkan
rasamerasa bebas untukaktif mendengarkan,
pergerakan kea rahdapat mendiskusikandiam,
selalu
resolusi dari rasa dukaperasaan dan masalahbersedia,
dan
dan harapan untuk masasecara realistis
pemahaman dapat
depan
memberikan pasien
2. Identifikasi rasakesempatan untuk
duka
(sepertiberbicara
secara
penyangkalan, marah,bebas
dan
tawar
menawar,berhadapan dengan
depresi,
danperasaan/ kerugian
penerimaan)
actual
3. Identifikasi dan2.Kecermatan akan
solusi
pemecahanmemberikan pilihan
masalah
untukintervensi
yang
keberadaan respon-sesuai pada waktu
respon
fisikindividu
misalnya : makan,menghadapi
rasa
tidur, tingkat aktifitas,duka dslam berbagai
dan hasrat seksual
cara yang berbeda
4. Dengarkan
3.
Mungkin
dengan
aktifdibutuhkan
pandangan pasien dantambahan bantuan
selalu sedia untukuntuk
berhadapan
membantu
jikadengan aspek-aspek
diperlukan
fisik
dari
rasa
Kolaborasi :

berduka

5. Rujuk
pada4. Proses berduka
tidak berjalan dalam
sumber-sember
lainnya
misalnya cara yang teratur,
konseling psikoterapitetapi fluktuasinya
dengan
berbagai
sesuai petunjuk.

aspek dari berbagai


tingkat yang muncul
pada
suatu
kesempatan
atau
pada
kesempatan
yang
lain.
Jika
prosesnya bersifat
disfungsional atau
perpanjangan
intervensi yang lebih
agresif
mungkin
dibutuhkan
untuk
mepermudah proses
5. Mungkin
dibutuhkan bantuan
tambahan
untuk
mengatasi rasa duka
membuat
rencana
dan
menghadapi
masa depan.
5

Ansietas
Seteleh diberikan askep1. Pertahankan
1.Menjamin bahwa
berhubungan
selama
..x
jamhubungan yang seringpasien tidak akan
dengan
prosesdiharapkan
cemasdenngan
pasien.sendiri
atau
akan
pasien
berkurangBerbicara
danditelantarkan:
dilakukannya
dengan KH:
berhubungan denganmenunjukkan rasa
pembedahan
pasien
menghargai,
dan
Pasien tampak tenang
menerima
orang
2. Berikan informasitersebut, membantu
Pasien tidak gelisah
akurat dan konsistenmeningkatkan rasa
mengenai
Menunjukkan
percaya.
kemampuan
untukprognosis.hindari
2.Dapat mengurangi
menghadapi masalah argumentasi
mengenai
persepsiansietas
dan
pasien
terhadapketidakmampuan
situasi tersebut
pasien
untuk
membuat
3. Waspada
keputusan/pilhan
terhadap tanda-tandaberdasarkan realita
penolakan/depresi,mis
:menarik diri, marah,3. Pasien mungkin
ucap-ucapan
yangakan menggunakan
tidak tepat. Tentukanmekanisme bertahan
timbulnya ide bunuhdengan penolakan
diri
dan
kajidan terus berharap
potensialnya
padabahwa diagnosanya
skala 1-10
tidak
akurat.rasa
bersalah dan tekanan
4. Berikan
spiritual
mungkin
lingkungan terbukaakan
dimana pasien akanmenyebabkanpasien

merasa aman untukmenarik diri dan


mendiskusikan
percaya
bahwa
perasaan
ataubunuh diri adalah
menahan diri untuksuatu alternatif
berbicara
4. Membantu pasien
5. Izinkan
pasienuntuk
merasa
untuk merefleksikanditerima
pada
rasa
marah,takut,kondisi
sekarang
putus
asa
tanpatanpa
persaan
konfrontasi. Berikandihakimi
dan
informasi
bahwameningkatkan
perasaannya adalahpersaan harg diri dan
normal dan perlukontrol.
diekspresikan.
5. Penerimaan
perasaan
akan
membuat
pasien
dapat
menerima
situasi
6

Kurangnya

Seteleh diberikan askep1. Menjelaskan


1.Memberikan
selama ..x jam pasientindakan dan rasionalinformasi,
pengetahuan
berpartisipasi
dalamyang ditentukan untukmenjelaskan
berhubungan
proses
belajar,kondisi hemoragi
kejelasan
konsep
mengungkapkan dalam
pemikiran
ibu
dengan
kurang
istilah
sederhana2. Berikan
mengenai prosedur
pemahaman ataumengenai patofisiologikesempatan bagi ibuyang akan dilakukan
untuk
mengajukandan
dan implikasi klinis.
menurunkan
tidak mengenal
pertanyaan
danstress
yang
mengungkapkan
sumber-sumber
berhubungan dengan
kesalahan konsep.
prosedur
yang
informasi Post op
diberikan
3. Diskusikan
kemungkinan
2.Memberikan
komplikasi
jangkaklarifikasi
dari
pendek pada ibu/janinkonsep yang salah,
dari
keadaanidentifikasi masalahperdarahan
masalah
dan
4. Tinjau
ulangkesempatan untuk
komplikasi
jangkamemulai
panjang
terhadapmengembangkan
situasi
yangketrampilan
atau
memerlukan evaluasipenyesuaian
dan
tindakankoping.
tambahan
3.Memberikan
informasi
tentang
kemungkinan
komplikasi
dan
meningkatkan
harapan realitas dan

kerjasama
dengan
aturan tindakan.
4. Ibu
dengan
kehamilan ektopik
dapat
memahami
kesulitan
mempertahankan
setelah pengankatan
tuba atau ovarium
yang sakit.

Nyeri
akutSetelah dibserika askep1.
Tentukan
1.
Menentukan
berhubungan
selama.x jam pasienkarakteristik
dantindak
lanjut
dengan
dapat
lokasi
nyeri,intervensi
diskontinuitasjari mendemonstrasikan
perhatikan
isyarat
dapat
ngan
kulitteknik relaksasi, tanda-verbal dan nonverba. 2.Nyeri
menyebabkan
sekunder akibattanda vital dalam batas
Panatu tekanangelisah serta tekanan
laparotomi
normal, tidak meringis 2.
darah,
nadi
dandarah
meningkat,
pernafasan
nadi,
pernafasan
meningkat
3.
Kaji
stres
psikologis ibu dan3. Ansietas sebagai
respon
emosionalrespon
terhadap
terhadap kejadian
situasi
dapat
memperberat
4.
Terapkan teknikketidaknyamanan
distraksi
karena
sindrom
ketegangan
dan
5.
Ajarkan teknik
nyeri
relaksasi(napas
dalam) dan sarankan4.Mengalihkan
ntuk mengulangi bilaperhatian dari rasa
merasa nyeri
nyeri
6.
Beri dan biarkan5. Relaksasi
pasien posisi yangmengurangi
paling nyaman
ketegangan otot-otot
sehingga

Kolaborasi:
7.
pemberian
analgetik.

mengurangi
penekanan dan nyeri
6.Mengurangi
ketegangan
nyeri

area

7.Analgetik
akan
mencapai pusat rasa
nyeri
dan
menimbulkan
penghilangan nyeri
8

Risiko
infeksiSetelah
dibserikan1.
Kaji
adanya1.
Menentukan
berhubungan
askep selama.x jam,tanda-tanda infeksi tindak
lanjut
dengan
lukadiharapkan infeksi tidak
intervensi
2.
Ukur
tandaoperasi
danterjai dengan KH:
tanda
vital
2. Untuk mendeteksi
pemasangan alatDolor
(-)
secara dini gejala
alat perawatan
3.
Observasi tanda-awal
terjadinya
- Rubor (-)
tanda infeksi
infeksi
- Tumor (-)
- Kalor (-)
- Fungsiolaesa (-)

4.
Lakukan
3. Deteksi
dini
perawatan
lukaterhadap
infeksi
dengan menggunakanakan mempermudah
teknik septik dandalam penanganan
aseptik
4.Menurunkan
5.
Observasi lukaterjadinya
resiko
insisi
infeksi
dan
penyebaran
bakteri.
Kolaborasi:
6.
Berikan
antibiotik
indikasi

5. Memberikan
sesuaideteksi dini terhadap
infeksi
dan
perkembangan luka
6. Mencegah
terjadinya infeksi

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba
dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika
pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD
(Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas,
kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi
di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi
perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan
meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan
penanganan secara tepat dan cepat.

Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua


wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu,
adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan
sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin
berlipat ganda.
B. SARAN
Guna penyempurnaan Makalah ini,kelompok kami sangat mengharapkan
kritik,saran serta masukan dari Rekan-rekan pembaca khususnya Dosen
Pembimbing. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi teman-teman dalam
membantu kegiatan belajar kita.Sekian & Terima Kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung :
FK UNPAD
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Doenges, M.E ( 2010). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk
Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC
http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31
Desember 2005
http://www.medicastore.com/kehamilanektopik,kehamilanluarkandungan/page:14
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media
Aesculapius FKUI
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin,A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:YBP-SP.
Sulistyowati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada
Salemba Medika.

Masa Kehamilan.

Jakarta:

Sumarah, Yani Widyastuti, Nining Wiyati.(2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Bersalin Cetakan ketiga. Yogyakarta: Fitramaya.

Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP

You might also like