Professional Documents
Culture Documents
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan
rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh
chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung
pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, servik yang
inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau
penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan
pemeriksaan dalam
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi terutama kematian
perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang bulan (prematur), dan kejadian infeksi
yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan pada kasus Ketuban
Pecah Dini terutama pada penanganan konservatif.
Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan
kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim. Terjadinya kematian pada ibu dan
anak dengan adanya masalah tersebut maka peran perawat yaitu memberikan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dan persalinan secara komprehensif sehingga ibu dan janin
mendapatkan perawatan yang optimal.
Angka kematian ibu di propinsi Jambi tahun 2010 yaitu 116/100.000 kelahiran hidup
dengan penyebab perdarahan 72 orang (62,07%), ketuban pecah dini 30 orang (10,23%),
eklampsia 19 orang (16,38%), infeksi 5 orang (4,31%) orang dan lain-lain 20 orang (17,24%).
Berdasarkan catatan medis medical record rumah sakit umum daerah jambi Raden
Mattaher , pada 6 bulan terakhir, jumlah pasien yang dirawat di bangsal kebidanan sebanyak
356 orang dan yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 21 orang dengan perincian dari
bulan November 2011 sampai januari 2012, sebanyak 12 kasus dan bulan februari sampai juli
2012 sebanyak 9 kasus.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan multipel, trauma,
hidroamnion, dan gemelli. Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini
sindrom distress pernapasan, kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat, korioamnionitis (radang
pada korion dan amnion). Oleh sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan
pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan
penolong persalinan (bidan atau dokter). Dengan demikian akan menurunkan atau memperkecil
resiko kematian ibu dan bayinya. Dari uraian di atas penulisan merasa tertarik untuk mengambil
kasus ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUANG VK RSUD. RADEN MATTAHER JAMBI
B. Rumusan masalah
Dari paparan di atas, maka permasalahannya adalah Bagaimana Asuhan keperawatan
pada klien Ny. S pada ketuban pecah dini di ruang VK RSUD. Raden Mattaher JAMBI.
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran secara umum proses keperawatan pada klien
dengan ketuban pecah dini di ruang VK RSUD.Raden Mattaher JAMBI.
2. Tujuan khusus
a.
Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan ketuban pecah dini di Ruang VK RSUD.Raden
Mattaher Jambi.
b. Dapat mengetahui dan merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
ketuban pecah dini ruang VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
c.
Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang
VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang VK
RSUD.Raden Mattaher Jambi.
e.
Dapat mengevaluasi hasil asuhankeperawatan yang diberikan pada klien dengan ketuban pecah
dini di ruang VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi fisiologi
1. Fisiologi air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari lapisan selaput
ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban (loquor amnii). Volume
air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml: warna agak keruh, serta amempunyai bau
yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini dengan berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98%
air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila di teliti benar, terdapat
rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi). Protein ini ditemukan rata-rata 2,6%
perliter,sebagian besar sebagai albumin.
Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur meconium (kotoran pertama
yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan empedu). Berat jenis liquor ini berasal belum diketahui
dengan pasti,masih dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Telah banyakteori ditemukakan
mengenai hal ini,antara lain bahwa kebutuhan ini berasal dari lapisan amnio, terutama dari
bagian pada plasenta. Teori lain mengemukakan kemungkinan berasal dari plasenta.
Air ketuban (liquor amni) makin banyak menarik perhatian untuk pembuatan diagnosis
mengenai kelaina atau keadaan janin, misalnya jenis kelamin janin, golongan darah A, B, AB,
dan O, janin dalam rhesus isoimunisasi , apakah janin cukup bulan, adanya macam-macam
kelainan genetic dan lain-lain. Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang terdapat
di dalam air ketuban dengan melakuakan fungsi kedalam ruang ketuban Rahim melalui dinding
depan perut unutk memperoleh sampel cairan ketuban (amniocentesis). Dewasa ini lebih sering
dilaksanakan melalui perut (transabdominal). Umumnya pada kehamilan minggu ke-14 hingga
16 dengan ultra sonografi ditentukan sebelum letak plasenta, untuk menghindari plasenta
ditembus. Fungsi melaluui plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan pencemaran liquir amnii
oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan sitotrauma pada janin. Plasenta pencampuran
darah antara lain antara janin dan ibu dengan kemungkinan sensitive (sensitization), dan
abortus,meskipun ini jarang diterjadi, maka dari hal itu, amnioncentesis hendaknya hanyaa
dikerjakan bila ada indikasi yang tepat.
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :
a. Melindungi janin terhadap trauma luar
b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c. Melindungi suhu tubuh janin
d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga serviks membuka.
e. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan mempengaruhi
keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami infeksi.
f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum yang kemudian dikeluarkan
melalui kencing.
2. Fisiologi selaput ketuban
Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan ovum normal atau pada dasarnya berkembang menjadi sebuah kantong kecil yang
menutupi permukaan dorsal embrio. Ketika amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini
meliputi embrio yang sedang berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya. Distensi
kantong amnion akhirnya mengakibatkan kontong tersebut menempel dengan bagian didalam
ketuban (interior korion) , dan amnion dekat akhir trimester pertama mengakibatkan kantong
tersebut menempel dengan bagian di dalam ketuban (entrior korion), dan dekat akhir trimestet
pertama mengakibatkan menghilangnya alat tubuh atau rongga karena penyakit (obliterasi),
amnion dan korion, walaupun sedikit menempel tidak pernah berhubungan erat dan biasanya
dapat dipisahkan dengan mudah, bahkan pada waktu attern. Amnion normal mempunyai tebal
0,02 sampai 0,5 mm.
Tidak ditemukannya pembuluh-pembuluh darah atau saraf dalam amnion pada berbagai
stadium perkembangan, dan meskipun diduga terdapat ruang-ruang di dalam lapisan fibrolastik
dan spongiosium, tidak dapat ditemukan saluran-saluran limfatik yang jelas.
B. Konsep dasar
1. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda persalinan yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.Ketuban pecah dini adalah
pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu
1 jam belum dimulai tanda persalinan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya
selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multi para
kurang dari 5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
2. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti. Penyebab ketuban pecah dini
mempunyai dimensi multi factorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.
Serviks inkompeten
d. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP
e.
f.
Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga
memudahkan ketuban pecah
Adanya hiper mortilitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Infeksi (amnionitis/khorioamnionitis)
8. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap
ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah
dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan
prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu
diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur hamil, makin besar peluang terjadi infeksi dalam
rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin,
dan persalinan prematuritas.
c. Dengan perkiraan janin yang sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d. Pada umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu di pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak
dapat di selamatkan.
e. Pemeriksaan yang penting dilakukan USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru melalui
perbandingan L/S.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil adalah :
a.
Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10 /mm, kemungkinan ada infeksi
b. USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta, serta
jumlah air ketuban.
c.
1. Pengkajian
a.
Biodata
Meliputi: nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah, nama
suami, agama, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah
b. Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK) penyakit jantung
sebelumnya)
c.
Integritas Ego
Adanya ansietas sedang
f.
Keamanan
Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
g. Interaksi Sosial
Mungkin tergolong kelas sosial ekonomi rendah.
h. Penyuluhan atau pembelajaran
Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal mungkin dibawah usia 18 atau lebih
dari 40 tahun penggunaan alcohol atau obat lain, penunjang pada dietilstibesterol (DES)
i.
Pemeriksaan Leopold
Leopold I :
2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas
panggul
j.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Ultrasonografi : pengkajian gestasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2499 g)
b. Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya
air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5, darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes
yang positif palsu
c.
f.
3. Perencanaan
a.
Cemas berhubungan dengan bertambahnya pembukaan dan perasaan gagal dan kebutuhan yang
diakibatkan persalinan.
Tujuan : cemas tidak ada lagi
Kriteria Hasil :cemas berkurang
Rencana tindakan :
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini adalah :
a.
f.
5. Evaluasi
Evaluasi dari ketuban pecah dini adalah :
a.
Infeksi tidak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalam batas normal
f.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
1. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
: 6 november 2012
Tanggal masuk
: 6 november 2012
Tanggal pengkajian
: 6 November 2012
Jam masuk
: 03.00
Ruangan/kelas
: VK
Diagnose medis
a.
Biodata
Nama ibu
: Ny.S
Umur
: 24 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh
Suku/bangsa
: Melayu/Indonesia
Alamat rumah
Nama suami
: Tn.A
Agama
: islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Suku/bangsa
: Melayu/Indonesia
Alamat rumah
b. Riwayat kesehatan
1) Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk dengan keluhan lemah, perut terasa sakit, keluar cairan pervaginam
berwarna putih keruh 1 hari. klien mengatakan usia kehamilan 9 bulan (36 37 minggu).
2) Riwayat masuk sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, nyeri berkurang di saat istirahat, dan nyeri
meningkat apabila klien melakukan pergerakan atau aktivitas. Dan merupakan kehamilan primi
gravida, dengan usia kehamilan 37 minggu.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami kejadian seperti ini karena ini adalah
kehamilan pertama (primi gravida) selain itu klien tidak pernah mengalami penyakit kronis.
4) Riwayat haid
Menarche pada umum 14 tahun, siklus haid 28 hari, teratur lamanya 7 hari, keluar darah
haid, sebanyak 3-4 kali ganti pembalut sehari, keluhan waktu haid : nyeri dan mulas mulas.
HPHT 16-03-2012
5) Riwayat kontasepsi
Klien mengatakn belum pernah mengguankan alat kontrasepsi sebelum nya.
6) Riwayat kehamilan
Usia kehamilan 9 bulan ( 36 37 minggu)
Gravida: 1 partus : 0 abortus :0
c.
Keadaan umum
Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis
Tanda tanda vital : tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi 84x/I, pernapasan 20x/I, suhu 36 C
d. Pemeriksaan fisik
1)
Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan kekenyalan kulit baik.
2)
Rambut
Rambut merta, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak berketombe.
3)
Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
4)
Mata
Mukosa mulut lembab, gigi utuh, caries tidak ada, keadaan mulut bersih.
6)
Dada
Payudara
Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran, putting susu menonjol, tidak
ada pelebaran vena sekitar payudara, colostrum ada, aerola berwarna kehitaman.colostrum
keluar sejak usia kehamilan 8 bulan.
8)
Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus Dextrose + amp piton gtt: 8 tetes/menit
sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada.
9)
Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan
b) Palpasi
Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:
opold I
Tinggi fundus Uteri antara pusat dengan procesus xypodseus atau 32 cm dari simpisis pubis
sampai procesus xypoideus.
Leopold II
Leopold III
opold IV
Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya sebagian kecil dari kepala turun
kedalam rongga panggul.
c) Auskultasi
Dengan mwenggunakan dopler vetal terdengar denyut jantung janin ( 136 / menit teratur )
d) Genetalia
Pada vulva terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tidak ditemukan tanda tanda infeksi tapi
keluar cairan pervaginam berwarna putih keabu - abuan.
e.
Data biologis
BAK
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari
c)
Seksual
Selama klien hamil tua sampai saat ini klien tidak pernah melakukan hubungan seksual.
f.
Data psikologis
1) Status perkawinan
Klien mengatakan menikah 12 bulan, dan ini adlah pernikahan pertamanya.
2) Perilaku verbal
Klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, klien sering bertanya tentang penyakitnya
b. Golongan darah A
b) Therapi/pengobatan
Tanggal 6-11-2012
Infus RL + ampul piton gtt : 8 tetes/menit
Tanggal 6-11-2012
Amoxcan 1 cc (IV)
Oral : seloxy : 2x1 tablet / hari
Duphaston : 3x1 tablet/hari
Trosyd : salep
Buvadilon : 3x1 tablet/ hari
h. Analisa data
n
Data
penyebab
masalah
o
1
Resiko
tinggi
terhadap
infeksi
sakit
dalam
ketuban
Gangguan
rasa
nyaman
Do :
ekspresi
wajah
tampak
nyeri
umum
lemah,
klien
Rasa nyeri
Intoleransi
aktifitas
2. Diagnosa keperawatan
a.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil 9 bulan, pada
pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm dengan cara tusse.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut, ekpresi wajah meringis, klien menahan sakit, keadaan
umum lemah.
c.
Inroleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik di tandai dengan klien
mengatakan tidak dapat turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari, aktivitas kebutuhan sehari-hari di bantu orang lain, klien tidak dapat
melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain, klien merasakan nyeri yang hilang timbul, air
masih keluar.
3. Perencanaan
a.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil 9 bulan, pada
pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm.
Tujuan
Kriteria hasil :
(1)
(2)
(3)
Persalinan normal
Intervensi :
Kriteria hasil ;
1) Rasa nyeri berkurang
2) Klien tampak tenang
3) Keadaan umum baik
Intervensi ;
1) Kaji skala nyeri
2) Beritahu klien penyebab rasa nyeri
3) Atur posisi yang menyenangkan
4) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
Rasionalisasi ;
1) Untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan
2) Bantuan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien
3) Aktifitas bertahap untuk mencegah terjadinya kontraktur
4. implementasi (terlampir)
5. evaluasi (terlampir)
2. Pembahasan
Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus langsung pada klien Ny. B serta
menemukan kesenjangan pada klien yang penulis lakukan selama 3 hari dibandingkan dengan
teori yang telah penulis paparkan pada bab II.
1. Pengkajian
Pada pengkajian secara teoritis ditemukan data, resiko tinggi, infeksi, nyeri, intoleransi
akifitas. Sedangkan pengkajian pada Ny. B juga terdapat pengkajian secara teoritis, hanya saja
tidak semua data pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. B perbedaan tersebut penulis dapat
memberikan analisa bahwa terdapat resiko tinggi trauma maternal, resiko tinggi trauma fetal,
tidak ditemukan pada klien karena klien pada waktu hamil dengan keadaan ketuban pecah dini
janin belum lahir. Pada waktu melakukan pengkajian klien belum mengalami persalinan.
2. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnose yang mungkin timbul pada klien ketuban pecah dini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Karena terjadi masalah
ini berisiko terjadinya infeksi, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu penanganan yang baik
dari perawat. Hal ini yang mendasari untuk ditegakan diagnose ini. Berdasarkan analisa tersebut
maka masalah ini menjadi prioritas pertama.
b. Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
berhubungan
dengan
kontraksi
uterus.
termasuk
kedalamkebutuhan rasa nyaman dan aman. Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini
menjadi prioritas kedua.
c.
Intoleren aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik. Karena tubuh yang lemah,
segala aktifitas pemenuhan kebutuhan diri akan tergantung pada orang lain, hal ini yang
mendasari ditegakan diagnose ini karena peran perawat dan keluarga sangat dominan untuk
membantu kebutuhan klien. Masalah ini menjadi prioritas ketiga.
Dari diagnose yang ditemukan pada Ny. B terdapat 3 diagnose keperawatan yang sesuai
dengan teoritis, sedangkan 4 diagnosa keperawatan secara teoritis tidak munculpada klien, alas
an yang dapat penulis berikan adalah :
a.
Pada diagnose keperawatan resiko tinggi trauma maternal dan fetal tidak muncul karena tidak
ada data senjang yang menunjang.
b. Pada diagnose keperawatan ganggguan pola tidur tidak muncl karena klien sudah bisa tidur
setelah klien beberapa hari persalinan dapat istirahat.
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada klien tetapi tidak terdapat secara teoritis
yakni diagnose intoleran aktifitas. Diagnose ini ditegakan karena ada data senjang yang
menunjang. Sehingga perlu dilakukan intervensi.
3. Perencanaan
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Ny.B selanjutnya berdasarkan :
a. Kebutuhan dasrar menurut maslow
b. Derjat masalah yang timbul berdasarkan SUN (Segera, Urgen, dan Non Urgen)
c. Tingkat kebutuhan pengobatan atau prosedur medic
d. Pertimbangan kemampuan dan kemauan pasien
e. Kemungkinan masalah dapat diatasai dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang ada
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah realisasi dari rencana tindakan. Tidak semua rencana dapat
dilakukan karena keterbatasan sumber-sumber, sarana, prasarana, tingkat kemampuan klien
sendiri.
Adapun pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah sebagai berikut :
a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya adalah
melakukan cuci tangan sebellum dan sesudah melakukan tindakan, periksa dalam dengan
memakai hand scone yang steril, mengganti perban dibawah bokong setiap dua jam sekali,
memantau vital sign, tindakan tersebut sesuai dengan konsep teoritis yang ada dan
pelaksanaannya tidak ada hambatan,
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan tindakannya
adalah menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi, mengobservasi vital
sign, memberikan analgetik jika dibutuhkan sesuai rasa yang dirasakan, tindakan ini susuai
dengan konsep dasar teoritis yang ada. Dalam melaksanakan penulis menemui hambatan, karena
tindakan tersebut mandiri dari perawat serta tidak tergantung alat-alat.
c. Intoleransi aktifitas berhubungn dengan keterbatasan mobilitas fisik. Pelaksanaannya adalah
mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas, membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, memotifasi keluarga untuk selalu membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien.
5. Evaluasi
Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau tindakan yang
telah dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:
a.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada Ny. S ketuban pecah dini merupakan pecahnya
selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan
penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban pecah
dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih lama dari
biasanya dan waktu his terasa sakit.
Dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Ny. S maka penulis dapat mengambil
kesimpulan :
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny. S ditemukan data resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman
nyeri, intoleran aktivitas, dan pemeriksaan penunjang hanya pemeriksaan darah (HB dan
golongan darah).
2. Diagnose keperawatan
Dari hasil pengkajian pada Ny. S dapat dirumuskan 7 diagnosa keperawatan, dimana 3 diagnosa
sesuai dengan teoritis yaitu resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri,
intoleransi aktivitas, sedangkan 4 diagnosa tidak sesuai dengan teoritis karena adanya data yang
menunjang yaitu resiko tinggi trauma maternal, resiko trauma fetal, gangguan pola tidur, dan
ansietas
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan telah disusun masalah menurut prioritas sesuai dengan data kondisi klien
dengan berpedoman kepada kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dan tingkat
kepentingan.
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan pada klien Ny. S sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
dilakukan oleh penulis sendiri, perawat ruangan dan keluarga klien.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, ada beberapa masalah teratasi sesuai
dengan tujuan, criteria hasil seperti masalah nyeri, gangguan psikologi cemas.
B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit
a.
Meningkatkan mutu pendidikan baik tiap-tiap perawatnya dimana dalam hal ini tidak hanya
dibutuhkan skill dalam tiap tindakan yang akan dilakukan naming intelegensi tiap tindakan
hendaknya dilakukan juga.
Memperdalam materi pada setiap mahasiswa dalam pemahaman materi ketuban pecah dini.
Lampiran II
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Ny.B
Ruangan
: VK
NO
TANGGAL
DIANGNOSA
CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
KEPERAWATAN
1
6 November 2012
Resiko
tinggi
terhadap
infeksi
berhubungan
dengan
ketuban
pecah dini
pada
pemeriksaan
dalam
tidak
Terlalu sering
Jam
-kolaborasi dalam pemberian antibiotik
I:
- melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
- mendengarkan denyut jantung janin
dengan
doplet 1-4 jam
6 november 2012
Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
perut
berhubungan
dengan
konstruksi uterus
obat
I:
- mengkaji tingkat nyeri
- memberi tahu klien penyebab rasa
nyeri
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Ny.B
Ruangan
: VK
NO
TANGGAL
DIANGNOSA
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN
1
7 November 2012
Gangguan rasa
nyaman nyeri
perut
berhubungan
dengan konstruksi
uterus
obat
I:
- mengkaji tingkat nyeri
- memberi tahu klien penyebab rasa nyeri
PARAF
7 november 2012
Intoleransi aktifitas
berhubungan
dengan
keterbatasan
mobilitas fisik
ditandai dengan
klien mengatakan
tidak dapat turun
dari tempat
tidur, aktivitas
kebutuhan seharihari dibantu orang
lain, klien
merasakan nyeri
yang hilang
timbul,cairan
pervagina masih
keluar
S:
- klien mengatakan tidak dapat turun
dari tempat tidur
- klien mengatakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari
- klien merasa nyeri yang hilang timbul
O:
- aktifitas kebutuhan sehari-hari ibantu
orang lain
- klien tidak dapat melakukan aktifitas
tanpa bantuan orang lain.
A. intoleransi aktifitas
P:
- Observasi tingkat kemampuan
mobilitas
- Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
-Motivasi keluarga untuk selalu membantu
klien dalam pemenuhan kebutuhan klien.
I:
- mengbservasi tingkat kemampuan
mobilitas
- membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
- memotivasi keluarga untuk selalu
membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan klien.