Professional Documents
Culture Documents
ARDIANSYAH ISFANHARI
130070300011005
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT
A. DEFINISI
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir
dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan
suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya
proses inflamasi pada lambung atau usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak
dari keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk
cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2
berdasarkan
mula
dan
lamanya
yaitu
diare
akut
dan
kronis
(Mansjoer,A.1999,501).
B. ETIOLOGI
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari
sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahanbahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan
saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi
imum
terutama
bulin A)
yang
cholera,
Vibrio
eltor,
Vibrio
parahemolyticus,
Clostridium
C. PATOFISIOLOGI
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari
yang berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi
cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar jumlah tersebt
diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar.
Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa
sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan
diare
sangat
erat
hubungannya satu sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang
mengkat akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena
meningkatnya volume sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila
waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu
penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit,
air dan zat-zat lain terganggu. Bagan patofisiologi diare dan mekanisme
kompensasi dengan larutan gula garam secara sederhana dapat dilihat pada
gambar berikut:
Dinding Epitel
Cl diiringi H2O, K+, Na+, HCO3
Glukosa diiringi H2O, Na+, K+, Cl-,
HCO3
Lumen Usus
Entero toksin
AMP Siklik
Cl
(H2O, K+, Na+, HCO3)
Glukosa
Na+
Glukosa
H2O
HCO3
ClNa+
K+
Vaskuler
Mekanisme Kerja Enterotoksin AMP Siklik dan Cara Kompensasi dengan Larutan Gula Garam
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena
infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang
dapat menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau
lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan
juga mencakup flora normal usus.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat
menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi V.cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama
waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen
sumber penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi
Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain
membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang suatu toksoid berulangkali akan
gangguan
motalitas
usus,
terjadinya
hiperperistaltik
akan
asam
laktat
karena
adanya
anorexia
jaringan.
Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
-
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi klien akan meninggal.
D. PATHWAY
faktor infeksi
F malabsorbsi
KH,Lemak,Protein
F makanan
F. Psikologi
cemas
Hipersekresi air
dan elektrolit
( isi rongga usus)
hiperperistaltik
menurunya kesempatan usus
menyerap makanan
D I AR E
distensi abdomen
integritas kulit
perianal
As. Metabl
mual, muntah
sesak
nafsu makan
Gang. Oksigensi
BB menurun
Gangg. Tumbang
Faktor infeksi
Faktor malabsorbsi
Endotoksin
Tekanan osmotik
Gangguan peristaltik
Hiperperistaltik
Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus
Pergeseran cairan
dan elektrolit ke
lumen usus
Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Isi lumen usus
Rangsangan pengeluaran
Hiperperistaltik
Diare
Gangguan keseimbangan cairan
Hiponatremia
Hipokalemia
ubun-
tremor
kejang, peka rangsang, denyut
jantung cepat dan lemah
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
G. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
H. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa
Keadaan umum
Sehat
Gelisah, cengeng
Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk
atau syok
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Sedang (120-
Lemas >40
Denyut nadi/mata
Kuat <120
140)
Keterangan
-
c. Gejala klinis
Ringan
Gejala klinis
Sedang
Berat
Kesadaran
Baik (CM)
Gelisah
Apatis-koma
Rasa haus
++
+++
N (120)
Cepat
Cepat sekali
Biasa
Agak cepat
Kusz maull
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Biasa
Agak kurang
Kurang sekali
Normal
Oliguri
Anuri
Normal
Agak kering
Kering/asidosis
Gejala klinis
Keadaan umum
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub
I.
anak
Berat Badan
Total/24 jam
Cairan/Kg BB/24
3 hari
3.0
250-300
jam
80-100
10 hari
3.2
400-500
125-150
3 bulan
5.4
750-850
140-160
6bulan
7.3
950-1100
130-155
9 bulan
8.6
1100-1250
125-165
1 tahun
9.5
1150-1300
120-135
2 tahun
11.8
1350-1500
115-125
4 tahun
16.2
1600-1800
100-1100
6 tahun
20.0
1800-2000
90-100
10 tahun
28.7
2000-2500
70-85
14 tahun
45.0
2000-2700
50-60
18 tahun
54.0
2200-2700
40-50
Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998),
Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI
(1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi
pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Derajat Dehidrasi
Ringan
PWL
50
NWL
100
CWL
25
Jumlah
175
Sedang
75
100
25
200
Berat
125
100
25
250
Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3. Memberikan terapi simtomatik
4. Memberikan terapi definitif.
1.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan
cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
-
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan
= 5% x kg BB
= 10% x kg BB
Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah
=1
=1
=2
=1
* Kesadaran apatis
=1
=1
* Facies cholerica
=2
* Vox cholerica
=2
=1
=1
* Ekstremitas dingin
=1
* Sianosis
=2
=1
=2
Kebutuhan cairan =
Skor
-------- x 10% x kgBB x 1 ltr
15
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena.
Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g
NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan
sebagai
upaya
pertama
dan
juga
setelah
rehidrasi
inisial
untuk
mempertahankan hidrasi.
4) Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau
sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai
rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua
yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase
inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada
akhir jam ke-3.
2.
4.
a. Pemberian
cairan,
jenis
cairan,
cara
memberikan
cairan,
jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa.
Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringansedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
-
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
-
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak
tak jenuh
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
ASUHAN KEPERAWATAN
GASTROENTERITIS AKUT
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi
Pertumbuhan
o
o
b.
Fase anal :
Pengeluaran
tinja
menjadi
sumber
kepuasan
libido,
meulai
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i.
j.
Laboratorium :
2)
PENATALAKSANAAN DIARE
Rehidrasi
1. jenis cairan
1)
o
2)
Cairan I : RL dan NS
BB (kg) x 50 cc
Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
b.
Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi
elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 5 tahun
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : <
40 x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5)
Kolaborasi :
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca,
BUN)
Kriteria
Intervensi :
1)
2)
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)
4)
5)
Tujuan
2)
3)
2)
3)
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga
tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak
rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun
non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa
aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.
EGC. Jakarta.
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
Lab/ UPF IKA, 1994.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,
Ed.4, EGC, Jakarta
Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang R.F.
Jakarta, EGC
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta