Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Ni Kadek Diyantini
1102105023
Keadekuatan sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transportasi gas ke jaringan dipengaruhi oleh
4 faktor, yaitu:
a. Faktor fisiologis
Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kerja kardiopulmonar secara langsung
akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
PROSES FISIOLOGIS
Anemia
Menurunkan
kapasitas
darah
yang
darah
yang
membawa oksigen
Racun inhalasi
Menurunkan
kapasitas
membawa oksigen
Obstruksi jalan nafas
Dataran tinggi
Menurunkan
inspirator
konsentrasi
karena
konsentasi
oksigen
oksigen
menurunkan
penurunan
diameter
diafragma
dan
anteroposterior
yang adekuat. Manifestasi klinisnya adalah nyeri dada yang terasa seperti sensasi
pukulan, diremas, atau seperti tusukan.
5. Perubahan fungsi pernafasan
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah suatu kondisi ventilasi yang berlebihan, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolism
sel (Sulistyo, 2012).
Hiperventilasi
bisa
disebabkan
karena
ansietas,
infeksi,
obat-obatan,
ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia yang biasanya dikaitkan dengan embolus
paru dan syok.
Respon klinis yang dihasilkan adalah peningkatan frekuensi dan kedalaman
pernafasan, yang terjadi karena hemoglobin tidak bisa membebaskan oksigen ke
jaringan dengan mudah sehingga kan menyebabkan hipoksia jaringan.
Tanda dan gejala hiperventilasi alveolar (Potter & Perry, 2005), meliputi:
1) Takikardi
2) Nafas pendek
3) Nyeri dada
4) Pusing
5) Sakit kepala ringan
6) Disorientasi
7) Paretisia
8) Tinnitus
9) Penglihatan kabur
10) Tetani
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memnuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat.
Tanda dan gejala hipoventilasi alveolar (Potter & Perry, 2005), meliputi:
1) Pusing
2) Nyeri kepala
3) Letargi
4) Disorientasi
5) Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
6) Disritmia jantung
7) Ketidakseimbangan elektrolit
8) Konvulsi
9) Koma
10) Henti jantung
c. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi tidak adekuatnya pemenuhan O2 oleh tubuh atau sel akibat
dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat
sel (Sulistyo, 2012).
Hipoksia dapat disebabkan oleh penurunan kadar Hb dan penurunan kapasitas
pembawa oksigen, penurunan konsentrasi O2 yang diinspirasi, ketidakmampuan
jaringan untuk mengambil O2 dari darah, penurunan difusi O2 dari alveoli ke dalam
darah (mis. pada pneumonia), penurunan perfusi jaringan (mis. pada syok), dan
kerusakan/ gangguan ventilasi (mis. fraktur atau trauma dada).
Tanda dan gejala hipoksia (Potter & Perry, 2005), meliputi:
1) Gelisah
2) Rasa takut
3) Ansietas
4) Disorientasi
5) Penurunan kemampuan berkonsentrasi
6) Penurunan tingkat kesadaran
7) Peningkatan keletihan
8) Pusing
9) Perubahan perilaku
10) Peningkatan frekuensi nadi
11) Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
12) Peningkatan tekanan darah
13) Disritmia jantung
14) Pucat
15) Sianosis
16) Clubbing
17) Dispnea
6. Patofisiologi (terlampir)
Contoh kasus yang digunakan adalah anemia defisiensi besi.
7. Komplikasi gangguan oksigenasi
a. Komplikasi terapi oksigenasi
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila
oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.
Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang
merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom
yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas
karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada
bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan
kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi,
menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.
Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya
mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan
paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti
prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak
pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100%
pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga
kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan
terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan
jumlah O2 terlarut dalam darah.
a. Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi aadalah batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, mengi
dan nyeri dada.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat penyakit sekarang pada system pernafasan dimulai dari perjalanan penyakit,
dari timbul keluhan sampai pasien meminta pertolongan dan dilakukan pengkajian.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan pasien
dan anggota keluarganya. Pada system pernafasan yang dikaji adalah tentang
perawatan di rumah sakit atau pengobatan masalah keperawatan di masa lalu, riwayat
keluarga dengan penyakit pernafasan, dan ada tidaknya riwayat merokok atau
perokok dalam keluarga.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian yang dilakukan yaitu mencari riwayat keluarga yang memberikan
predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk lama, atau batuk darah
dari generasi sebelumnya. Selain itu riwayat tekanan darah tinggi dan diabetes juga
dapat memperparah keluhan pasien.
f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan pekerjaan pasien, lokasi dan lingkungan
tempat kerja, serta situasi tempat kerja. Situasi kerja meliputi ada tidaknya stress
dalam bekerja, koping stress, serta ada tidaknya polusi udara / allergen yang
berdampak pada kesehatan. Kebiasaan social meliputi kebiasaan atau gaya hidup
seperti merokok, minum alcohol atau pemakaian obat-obatan.
g. Hasil pemeriksaan fisik
1) Mata, yaitu pemeriksaan pada konjungtiva. Misalnya konjungtiva yang pucat
menandakan adanya anemia pada pasien.
2) Hidung, yaitu pemeriksaan pada pola nafas pasien, ada tidaknya pernafasan
cuping hidung.
3) Mulut dan bibir, yaitu pemeriksaan pada membrane mukosa. Misalnya membrane
mukosa yang sianosis menunjukan adanya penurunan asupan oksigen.
4) Vena leher, yaitu melihat ada tidaknya bendungan atau distensi yang menunjukan
adanya kegagalan pada jantung kanan.
5) Kulit, yaitu memeriksa ada tidaknya sianosis perifer, penurunan turgor, dan
edema.
6) Jari dan kuku, yaitu memeriksa ada tidaknya sianosis perifer yang menunjukan
kurangnya suplai oksigen ke perifer.
7) Dada dan toraks, yaitu pemeriksaan dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi pada daerah dada baik interior dan posterior. Pada inspeksi yang
dilihat adalah postur, bentuk dan kesimetrisan dada. Inspeksi pada saat bergerak
untuk mengetahui frekuensi, sifat, pola dan ritme pernafasan. Pada palpasi untuk
mengkaji kesimetrisan pergerakan dada, mengobservasi abnormalitas dan keadaan
kulit pasien. Pada perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada
disekitarnya dan pengembangan diafragma. Pada auskultasi untuk mengkaji suara
nafas normal dan suara tambahan (abnormal).
h. Hasil pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung, yaitu
EKG, monitor holter, Exercise Stress Test, dan pemeriksaan elektrofisiologis
(PEF).
2) Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah, yaitu
echocardiografi, skintigrafi, katetrisasi jantung dan angiografi.
3) Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi, yaitu
pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri, kecepatan aliran ekspirasi puncak,
pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap.
4) Pemeriksaan untuk melihat struktur system pernafasan, yaitu dengan X-Ray
toraks, bronkoskopi, dan pemindaian paru.
5) Pemeriksaan untuk menentukan sel abnormal/infeksi system pernafasan, yaitu
kultur pus tenggorok, specimen sputum, pemeriksaan kulit, dan torasentesisi.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Tujuan
Intervensi
Rasional
keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan
NIC Label :
Pola Nafas
Respiratory
tindakan
keperawatan
Monitoring
selama x 24
1. Monitor
1. Untuk
jam, diharapkan
kecepatan, ritme
mengetahui
dan kedalaman
perkembangan
dapat kembali
nafas pasien
kondisi
efektif, dengan:
NOC Label :
Respiratory
pernafasan pasien
2. Monitor suara
nafas pasien
2. Untuk
mengetahui
Status : Airway
perkembangan
Patency
kondisi
Dengan criteria
pernafasan pasien
hasil:
1. Ritme nafas
3. Monitor pola
nafas pasien
3. Untuk
mengetahui
pasien
perkembangan
normal (4)
kondisi
pernafasan pasien
2. Kedalaman
inspirasi
pasien
4. Monitor dyspnea
4. Untuk
mengetahui
normal (4)
perkembangan
3. Dyspnea
kondisi
pernafasan pasien
4. Pernafasan
Ventilation
cuping
Assistance
hidung tidak
1. Posisikan pasien
ada (4)
1. Untuk memelihara
fowler
efektif
2. Monitor
2. Untuk mengetahui
perubahan posisi
efektifitas dari
yang dilakukan
perubahan posisi
yang dilakukan
Medication
Administration :
Nasal
1. Ikuti 5 benar
1. Untuk menjaga
dalam pemberian
keselamatan
obat (benar
pasien
pasien, obat,
dosis, rute, waktu)
2. Kaji riwayat
alergi pasien
2. Untuk mengetahui
ada tidaknya
riwayat alergi dan
meminimalkan
resiko
3. Monitor respon
pasien
3. Untuk mengetahui
efektifitas terapi
terhadap pasien
4. Dokumentasikan
terapi
4. Prosedur tindakan
4. Evaluasi
S
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik. Ed.
4. Vol. 1&2. Jakarta : EGC.
Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori Dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta : EGC.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) : Konsep, Proses Dan
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graham Ilmu.
Meyer, dkk. 2011. Buku ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nanda International DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.
Nursing Interventions Classification (NIC), Fourth Edition.