You are on page 1of 17

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan Gangguan


Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

Oleh:

Ni Kadek Diyantini
1102105023

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2012

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN


OKSIGENASI
1. Definisi Oksigenasi
Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting.Tubuh bergantung pada
oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup.Oksigen harus secara adekuat diterima
dari lingkungan ke dalam paru-paru, pembuluh darah, dan jaringan ( Potter& Perry,
2005).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling dasar yang digunakan untuk
kelangsungan metbolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
dan sel tubuh (Sulistyo, 2012).
2. Anatomi dan fisiologi oksigenasi
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh sangat bergantung pada system kardiovaskuler,
hemato, dan system respirasi.
a. Sistem kardiovaskuler
Jantung merupakan organ muscular berongga, bentuknya menyerupai jantung pisang
dengan ukuran sebesar kepalan tangan kira-kira 250-300 gram. Jantung terletak di
bagian tengah rongga toraks. Jantung terdiri atas 4 ruangan, yaitu atrium kanan dan
kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Terdiri atas 3 lapisan, yaitu endokardium yang
melapisi bagian dalam dari jantung (rongga jantung), miokardium yang melapisi otototot jantung, dan pericardium yang melapisi bagian luar dari jantung. Jantung terdiri
dari 2 katup, yaitu katup arterioventrikular antara atrium dan ventrikel kiri
(bikuspidalis), antara atrium dan ventrikel kanan (trikuspidalis), dan katup
semilunaris antara ventrikel kiri dengan aorta (semilunaris aorta), antara ventrikel
kanan dengan arteri pulmonaris (semilunaris arteri pulmonaris).
Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah yang
dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir
melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran darah
gandayang terdiri dari :
1. Peredaran darah panjang/besar/sistemik
Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik
(ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar

dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida


dibawa melalui vena menuju serambi kanan (atrium) jantung.
2. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonal
Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan
kembali ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari bilik kanan dialirkan ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis, di alveolusparu-paru darah tersebut bertukar
dengan darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi
kiri jantung melalui vena pulmonalis.
b. Sistem hemato
Darah merupakan media transportasi zat-zat yang ada dalam tubuh. Darah beredar
dalam pembuluh darah dan berwarna merah. Banyaknya darah pada orang dewasa
sehat kurang lebih 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 L dengan pH 7,37-7,45.
Bagian-bagian darah terdiri dari sel-sel darah meliputi eritrosit, leukosit dan
trombosit, serta plasma darah.
Fungsi darah adalah:
1) Sebagai alat pengangkut, yaitu mengangkut O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh tubuh, mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paruparu, mengangkut zat-zat makanan untuk diedarkan maupun dikeluarkan ke/dari
tubuh.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap antigen melalui leukosit maupun antibody.
3) Sebagai pengatur suhu.
c. Sistem respirasi
Stuktur sistem pernafasan terdiri dari:
1. Sistem pernafasan atas
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, sinus paranasal, tulang turbinasi
(konka), faring tonsil, dan adenoid serta laring.
2. Sistem pernafasan bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi
dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua yaitu:
1) Pernapasan eksternal

Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses


pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum
proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
1. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus.
Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang
bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks
yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians
paru yang adekuat.
2. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk alveolar, proses pernapasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan
molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi
atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran
kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan
gas.
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah transpor gas-gas pernapasan.
Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon
dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
2) Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme
intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses
ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara
kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga
melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen

Keadekuatan sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transportasi gas ke jaringan dipengaruhi oleh
4 faktor, yaitu:
a. Faktor fisiologis
Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kerja kardiopulmonar secara langsung
akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
PROSES FISIOLOGIS

PENGARUH PADA OKSIGENASI

Anemia

Menurunkan

kapasitas

darah

yang

darah

yang

membawa oksigen
Racun inhalasi

Menurunkan

kapasitas

membawa oksigen
Obstruksi jalan nafas

Membatasi pengiriman oksigen yang


diinspirasi ke alveoli

Dataran tinggi

Menurunkan
inspirator

konsentrasi

karena

konsentasi

oksigen
oksigen

atmosfer yang lebih rendah.


Demam

Meningkatkan frekuensi metabolism dan


kebutuhan oksigen di jaringan.

Penurunan pergerakan dinding dada Mencegah


(kerusakan muskulo)

menurunkan

penurunan
diameter

diafragma

dan

anteroposterior

thoraks pada saat inspirasi, menurunkan


volume udara yang diinspirasi.
Sumber : Potter & Perry, 2005
b. Tahap perkembangan
1) Bayi dan Todler
Bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran nafas atas sebagai hasil
pemaparan agen infeksi dan asap rokok. Ini terjadi karena saat lahir terjadi
perubahan respirasi yang besar, yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan
menjadi berisi udara.
2) Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja berisiko terpapar pada infeksi saluran pernafasan,
misalnya merokok dan menghirup asap rokok.

3) Dewasa muda dan dewasa


Dewasa muda dan pertengahan berisiko terhadap gangguan kardiopulmonar
akibat pengaruh diet yang tidak sehat, stress, kurang aktivitas, obat-obatan dan
merokok.
4) Lansia
Pada lansia, seiring bertambahnya usia terjadi penurunan pada fungsi system
kardiopulmonar. Pada pembuluh darah arteri bisa terjadi aterrosklerosis sehingga
bisa menyebabkan tekanan darah meningkat. Pada lansia juga terjadi penurunan
otot-otot pernafasan dan kompliansi dinding dada menurun. Selain itu karena
penurunan kerja silia dan mekanisme batuk efektif mengakibatkan mudahnya
mengalami infeksi saluran nafas.
c. Perilaku
Perilaku atau gaya hidup baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Factor gaya
perilaku atau gaya hidup yang mempengaruhi fungsi pernafasan, meliputi :
1) Nutrisi
Pada seseorang yang mengalami obesitas berat akan menyebabkan penurunan
ekspansi paru dan peningkatan kebutuhan oksigen.
Pada seseorang yang mengalami kekurangan gizi akan mengalami kelemahan otot
pernafasan sehingga akan menyebabkan kekuatan otot dan kerja pernafasan
menurun. Akibat kelemahan otot efisiensi batuk menjadi menurun sehingga
menyebabkan terjadinya retensi sekresi di saluran nafas.
2) Latihan fisik / aktivitas
Latihan fisik dapat meningkatkan metabolism tubuh dan kebutuhan akan oksigen.
Hal ini akan menyebabkan frekuensi dan kedalaman seseorang meningkat,
sehingga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghirup dan mengeluarkan
kelebihan oksigen.
3) Merokok
Merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah perifer.
Nikotin yang diinhalasi menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan

pembuluh darah koroner. Dampaknya akan meningkatkan tekanan darah dan


menurunkan aliran darah ke pembuluh darah perifer.
4) Penyalahgunaan substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan dapat menggangggu
oksigenasi dengan jalan mendepresi pusat pernafasan, menurunkan kedalaman
pernafasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi.
5) Stress
Keadan terus menerus pada ansietas berat akan meningkatkan laju metabolism
tubuh dan kebutuhan akan oksigen, yaitu dengan meningkatkan frekuensi dan
kedalaman nafas.
d. Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi. Semakin tinggi daratan,
semakin rendah PaO2, sehingga semakin sedikit O2 yang dapat dihirup. Akibatnya
seseorang yang hidup di daerah tinggi memiliki laju pernafasan, laju jantung dan
kedalaman pernafasan yang meningkat.
Pada lingkungan yang panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi untuk
memudahkan aliran darah. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen
juga akan meningkat. Sebaliknya pada daerah yang dingin, akan terjadi konstriksi
pembuluh darah perifer sehingga akan meningkatkan tekanan darah yang akan
menurunkan kegiatan-kegiatan jantungsehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
Pada lingkungan kerja yang penuh akan polutan, akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit pada saluran nafas.
4. Perubahan fungsi jantung
a. Gangguan dalam konduksi
Gangguan dalam konduksi merupakan gangguan yang terjadi karena penghantaran
hasil impuls listrik yang tidak sesuai. Gangguan irama disebut dengan disritmia, yaitu
penyimpangan pada irama jantung sinus normal. Hal ini merupakan respon terhadap
iskemia, kelainan katub jantung, ansietas dan keracunan obat; merupakan akibat dari
penggunaan kafein, alcohol atau tembakau; atau komplikasi dari ketidakseimbangan
asam basa dan elektrolit.

Disritmia diklasifikasikan berdasarkan respon jantung dan tempat asal impuls.


Respon jantung dapat berupa takikardi (frekuensi denyut jantung lebih dari 100
x/menit), bradikardi (frekuensi denyut jantung kurang dari 60 x/menit), denyut
premature (denyut dini), dan blok jantung (denyut jantung tertunda atau tidak ada).
b. Perubahan curah jantung
Kegagalan miokard untuk memompa darah dengan jumlah yang cukup untuk
sirkulasi pulmonary dan sistemik dapat menyebabkan gagal jantung. Kegagalan
pompa miokard bisa disebabkan oleh penyakit arteri koroner primer, kondisi
kardiomiopati, gangguan katub, dan penyakit pulmonar.
Gagal jantung kiri ditandai dengan kerusakan ventrikel kiri akibat tekanan pulmonary
yang meningkat, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah darah yang
dipompa oleh ventrikel kiri dan penurunan curah jantung. Gejal klinis yang
ditemukan meliputi suara cracles saat diauskultasi, hipoksia, nafas pendek saat
ekspirasi dan istirahat, dan batuk.
Gagal jantung kanan disebabkan karena kerusakan fungsi ventrikel kanan yang
ditandai dengan kongesti vena pada sirkulasi sistemik. Gejala klinis yang ditemukan
meliputi berat badan meningkat, vena di leher mengalami distensi, dan edema perifer.
c. Kerusakan fungsi katub
Penyakit katub jantung merupakan gangguan katub jantung yang didapat atau
congenital. Penyakit ini ditandai dengan stenosis dan obstruksi aliran darah atau
degenerasi katub katub dan regurgitasi darah.
d. Iskemia miokard
Iskemia miokard terjadi apabila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak
cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen pada organ. Ada dua manifestasi umum
dari iskemia miokard, yaitu
1) Angina pectoris, yaitu ketidakseimbangan sementara antara suplai dan kebutuhan
darah miokard. Manifestasi klinisnya adalah nyeri dada yang menimbulkan rasa
sakit, nyeri tajam, kesemutan, terbakar, atau terasa seperti tekanan.
2) Infark miokard, yaitu disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner yang tibatiba atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard tanpa disertai perfusi koroner

yang adekuat. Manifestasi klinisnya adalah nyeri dada yang terasa seperti sensasi
pukulan, diremas, atau seperti tusukan.
5. Perubahan fungsi pernafasan
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah suatu kondisi ventilasi yang berlebihan, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolism
sel (Sulistyo, 2012).
Hiperventilasi

bisa

disebabkan

karena

ansietas,

infeksi,

obat-obatan,

ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia yang biasanya dikaitkan dengan embolus
paru dan syok.
Respon klinis yang dihasilkan adalah peningkatan frekuensi dan kedalaman
pernafasan, yang terjadi karena hemoglobin tidak bisa membebaskan oksigen ke
jaringan dengan mudah sehingga kan menyebabkan hipoksia jaringan.
Tanda dan gejala hiperventilasi alveolar (Potter & Perry, 2005), meliputi:
1) Takikardi
2) Nafas pendek
3) Nyeri dada
4) Pusing
5) Sakit kepala ringan
6) Disorientasi
7) Paretisia
8) Tinnitus
9) Penglihatan kabur
10) Tetani
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memnuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat.
Tanda dan gejala hipoventilasi alveolar (Potter & Perry, 2005), meliputi:
1) Pusing
2) Nyeri kepala
3) Letargi

4) Disorientasi
5) Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
6) Disritmia jantung
7) Ketidakseimbangan elektrolit
8) Konvulsi
9) Koma
10) Henti jantung
c. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi tidak adekuatnya pemenuhan O2 oleh tubuh atau sel akibat
dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat
sel (Sulistyo, 2012).
Hipoksia dapat disebabkan oleh penurunan kadar Hb dan penurunan kapasitas
pembawa oksigen, penurunan konsentrasi O2 yang diinspirasi, ketidakmampuan
jaringan untuk mengambil O2 dari darah, penurunan difusi O2 dari alveoli ke dalam
darah (mis. pada pneumonia), penurunan perfusi jaringan (mis. pada syok), dan
kerusakan/ gangguan ventilasi (mis. fraktur atau trauma dada).
Tanda dan gejala hipoksia (Potter & Perry, 2005), meliputi:
1) Gelisah
2) Rasa takut
3) Ansietas
4) Disorientasi
5) Penurunan kemampuan berkonsentrasi
6) Penurunan tingkat kesadaran
7) Peningkatan keletihan
8) Pusing
9) Perubahan perilaku
10) Peningkatan frekuensi nadi
11) Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
12) Peningkatan tekanan darah
13) Disritmia jantung
14) Pucat

15) Sianosis
16) Clubbing
17) Dispnea
6. Patofisiologi (terlampir)
Contoh kasus yang digunakan adalah anemia defisiensi besi.
7. Komplikasi gangguan oksigenasi
a. Komplikasi terapi oksigenasi
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila
oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.
Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang
merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom
yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas
karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada
bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan
kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi,
menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.
Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya
mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan
paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti
prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak
pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100%
pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga
kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan
terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan
jumlah O2 terlarut dalam darah.

B. KONSEP DASAR ASKEP


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan secara umum, meliputi :

a. Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi aadalah batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, mengi
dan nyeri dada.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat penyakit sekarang pada system pernafasan dimulai dari perjalanan penyakit,
dari timbul keluhan sampai pasien meminta pertolongan dan dilakukan pengkajian.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan pasien
dan anggota keluarganya. Pada system pernafasan yang dikaji adalah tentang
perawatan di rumah sakit atau pengobatan masalah keperawatan di masa lalu, riwayat
keluarga dengan penyakit pernafasan, dan ada tidaknya riwayat merokok atau
perokok dalam keluarga.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian yang dilakukan yaitu mencari riwayat keluarga yang memberikan
predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk lama, atau batuk darah
dari generasi sebelumnya. Selain itu riwayat tekanan darah tinggi dan diabetes juga
dapat memperparah keluhan pasien.
f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan pekerjaan pasien, lokasi dan lingkungan
tempat kerja, serta situasi tempat kerja. Situasi kerja meliputi ada tidaknya stress
dalam bekerja, koping stress, serta ada tidaknya polusi udara / allergen yang
berdampak pada kesehatan. Kebiasaan social meliputi kebiasaan atau gaya hidup
seperti merokok, minum alcohol atau pemakaian obat-obatan.
g. Hasil pemeriksaan fisik
1) Mata, yaitu pemeriksaan pada konjungtiva. Misalnya konjungtiva yang pucat
menandakan adanya anemia pada pasien.
2) Hidung, yaitu pemeriksaan pada pola nafas pasien, ada tidaknya pernafasan
cuping hidung.

3) Mulut dan bibir, yaitu pemeriksaan pada membrane mukosa. Misalnya membrane
mukosa yang sianosis menunjukan adanya penurunan asupan oksigen.
4) Vena leher, yaitu melihat ada tidaknya bendungan atau distensi yang menunjukan
adanya kegagalan pada jantung kanan.
5) Kulit, yaitu memeriksa ada tidaknya sianosis perifer, penurunan turgor, dan
edema.
6) Jari dan kuku, yaitu memeriksa ada tidaknya sianosis perifer yang menunjukan
kurangnya suplai oksigen ke perifer.
7) Dada dan toraks, yaitu pemeriksaan dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi pada daerah dada baik interior dan posterior. Pada inspeksi yang
dilihat adalah postur, bentuk dan kesimetrisan dada. Inspeksi pada saat bergerak
untuk mengetahui frekuensi, sifat, pola dan ritme pernafasan. Pada palpasi untuk
mengkaji kesimetrisan pergerakan dada, mengobservasi abnormalitas dan keadaan
kulit pasien. Pada perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada
disekitarnya dan pengembangan diafragma. Pada auskultasi untuk mengkaji suara
nafas normal dan suara tambahan (abnormal).
h. Hasil pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung, yaitu
EKG, monitor holter, Exercise Stress Test, dan pemeriksaan elektrofisiologis
(PEF).
2) Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah, yaitu
echocardiografi, skintigrafi, katetrisasi jantung dan angiografi.
3) Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi, yaitu
pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri, kecepatan aliran ekspirasi puncak,
pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap.
4) Pemeriksaan untuk melihat struktur system pernafasan, yaitu dengan X-Ray
toraks, bronkoskopi, dan pemindaian paru.
5) Pemeriksaan untuk menentukan sel abnormal/infeksi system pernafasan, yaitu
kultur pus tenggorok, specimen sputum, pemeriksaan kulit, dan torasentesisi.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Diagnose keperawatan yang berhungan dengan gangguan oksigenasi (NANDA, 2012)


meliputi :
1) Ketidakefektifan pola nafas
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3) Gangguan pertukaran gas
4) Intoleransi aktivitas
5) Resiko infeksi
3. Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa yang diambil adalah ketidakefektifan pola nafas.
Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan

NIC Label :

Pola Nafas

Respiratory

tindakan
keperawatan

Monitoring

selama x 24

1. Monitor

1. Untuk

jam, diharapkan

kecepatan, ritme

mengetahui

pola nafas pasien

dan kedalaman

perkembangan

dapat kembali

nafas pasien

kondisi

efektif, dengan:
NOC Label :
Respiratory

pernafasan pasien
2. Monitor suara
nafas pasien

2. Untuk
mengetahui

Status : Airway

perkembangan

Patency

kondisi

Dengan criteria

pernafasan pasien

hasil:
1. Ritme nafas

3. Monitor pola
nafas pasien

3. Untuk
mengetahui

pasien

perkembangan

normal (4)

kondisi
pernafasan pasien

2. Kedalaman
inspirasi
pasien

4. Monitor dyspnea

4. Untuk
mengetahui

normal (4)

perkembangan

3. Dyspnea

kondisi

tidak ada (4)

pernafasan pasien

4. Pernafasan

Ventilation

cuping

Assistance

hidung tidak

1. Posisikan pasien

ada (4)

1. Untuk memelihara

pada posisi semi

pola nafas yang

fowler

efektif

2. Monitor

2. Untuk mengetahui

perubahan posisi

efektifitas dari

yang dilakukan

perubahan posisi
yang dilakukan

Medication
Administration :
Nasal
1. Ikuti 5 benar

1. Untuk menjaga

dalam pemberian

keselamatan

obat (benar

pasien

pasien, obat,
dosis, rute, waktu)
2. Kaji riwayat
alergi pasien

2. Untuk mengetahui
ada tidaknya
riwayat alergi dan
meminimalkan
resiko

3. Monitor respon
pasien

3. Untuk mengetahui
efektifitas terapi
terhadap pasien

4. Dokumentasikan
terapi

4. Prosedur tindakan

4. Evaluasi
S

: Pasien mengatakan sesaknya berkurang

: Ritme nafas pasien normal (3)


Kedalaman inspirasi pasien normal (3)
Pernafasan cuping hidung tidak ada (4)
Dyspnea masih ada (3)

: Dx Ketidakefektifan Pola Nafas (dilanjutkan)

: Lanjutkan intervensi (Respiratory Monitoring, Ventilation Assistance)

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik. Ed.
4. Vol. 1&2. Jakarta : EGC.
Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori Dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta : EGC.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) : Konsep, Proses Dan
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graham Ilmu.
Meyer, dkk. 2011. Buku ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nanda International DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.
Nursing Interventions Classification (NIC), Fourth Edition.

You might also like