You are on page 1of 85

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN


KOMUNITAS
Pengertian
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya
secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu,
keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh
manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan
dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi
keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang
mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985;
Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik
kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah
suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif
dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
PARADIGMA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik
keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,
social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju
kemandirian pasien/klien.

2. Keluarga Sebagai Klien


Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan
nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan
keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun
mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu
anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.
3. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma,
hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung
mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat
faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan
perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan

air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir,
misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan
esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat
yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif
yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi
lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.
TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai
upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan
keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks
komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu,
keluarga serta masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam
memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan
upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan
penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.

g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat
optimal.
SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan
tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran
dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang
belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu,
penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit
kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi,
seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK),
keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan
balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau
keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan

kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan,


pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan
berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium,
ataupun pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan
melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari
Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada,
ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompokkelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui
kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagainya, kegiatan
fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena
penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.
FALSAFAH
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai - nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu
tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai
pekerjaan yang luhur dan manusiawi.
Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas, vaitu:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral dari upaya kesehatan
yang harus ada dan terjangkau serta dapat di terima oleh semua orang.
2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara berkelanjutan.
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan kesehatan, menjalin
suatu.hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan
pelayanan kesehatan.
5. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan berkesinambungan.
6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas kesehatannya. la harus ikut
mendorong, medidik, dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
FILOSOFI
Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai berikut :
1. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang.
2. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan.
3. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu meningkkan
kesehatannya.
4. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat bagi dirinya.

5. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas yang berbeda pada
waktu yang berbeda.
6. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada latar belakang budaya,
agama dan sosial klien.
7. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda pada waktu yang
berbeda.
8. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan rangsang internal dan
eksternal.
9. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan.
10. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya.
11. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu yang berbeda.
12. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien bergerak kea rah
kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka teori dan pendekatan
sistematik.
13. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan merubah
kebutuhan kesehatan.
ASUMSI KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA (1980) yaitu
keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan yang kompleks,
keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan kesehatan. Penentuan
kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, perawat dan klien membentuk
hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan kesehatan, lingkungan mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi tanggung jawab setiap individu.
KARAKTERISTIK KEPERAWATAN
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang
diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif dan
berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang
tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat,
pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat mengkaji dan
mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan
epidemiologi.
PRINSIP PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus
memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara

langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan
komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan
disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla
yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif
dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah dimasyarakat dan bukan di rumah
sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi kehidupan sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas digunakan untuk kegiatan
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit,
penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan
yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
TANGGUNG JAWAB PERAWAT KESEHATAN KOMUNITAS
Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat
komunitas adalah menyediakan pelayanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah
mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan lingkungan yang sehat,
mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit dan injuri, identifikasi
standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta melakukan
rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse),
memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai
standart, kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan

adekuat, melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan


profesional, serta menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan melaksanakan riset
keperawatan.
PERAN PERAWAT KOMUNITAS
1. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien membuat
pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar
klien.
2. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya.
3. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan
yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.
4. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
5. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku
sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan
teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik keperawatan.
7. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat
kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
TATANAN PRAKTIK DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi dengan fokus utama
klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976). Tatanan praktik dalam keperawatan
kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan perawat komunitas dapat
memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan primer, sekunder dan tertier.
Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat sekolah,
perawat kesehatan kerja atau pegawai gerontology.
Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang
dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan
pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).

Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang
dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang
sehat sakit.
Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga,
berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case management dan konsultasi.
Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna
memenuhi kebutuhan anak dengan mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah
dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986).
Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang
adalah guru dan kader.
Perawat Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara
kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja
mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu,
kelompok dan masyarakat ditatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas
dan lain-lain.

Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan
kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia
tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjut
usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan
dan menunjang proses kematian yang bermartabat.

KONSEP MODEL KEPERAWATAN


KOMUNITAS
Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan meliputi
fisik, biologis, psikologis, sosial dan cultural serta spiritual, terhadap kesehatan masyarakat dan
memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan dalam
upaya mencapai tujuan.
MODEL SISTEM IMOGENE M. KING (1971)
Komunitas merupakan suatu system dari subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah system

sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu subsistem akan
mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan,
dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.
MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.
MODEL SELF CARE D.E OREM (1971)
Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan
keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan
lima tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah, Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan, Memodifikasi
lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
secara tepat.

Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga fungsi tubuh
dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksanaan
kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan
guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit
(Orem, 1980).
Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan berbagai variasi
tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
Self Care : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti bagaimana untuk
memenuhi kebutuhan.
Keperawatan : pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal merupakan
tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan
kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan keperawatan mandiri dapat digunakan
dalam praktik keperawatan keluarga.
Sasaran
1. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Fokus Asuhan Keperawatan
1. Aspek interpersonal : hubungan di dalam keluarga

2. Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang berada disekitarnya.


3. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi
perubahan yang terjadi
4. Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga di
rumah misalnya : mengompres dengan baik dan benar.
System keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan atau melakukan keperawatan
mandiri. System keperawatan mandiri dibagi tiga kategori bantuan sebagai berikut :
a. Wholly comphensatory, bantuan secara keseluruhan dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak berespon terhadap rangsangan.
b. Partially compensantory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh klien yang mengalami
keterbatasan gerak karena sakit, misalnya kecelakaan.
c. Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang membutuhkan
bantuan untuk mempelajari agar melakukan keperawatan mandiri.
MODEL HEALTH CARE SYSTEM BETTY NEUMAN
Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari paradigm keperawatan
yang terkait keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan
merupakan satu kesatuan dari variable-variabel: fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual.
2. Lingkungan
3. Sehat
4. Keperawatan
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan biopsiko sosio cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan
ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus pada empat intervensi
yaitu : intervensi yang bersifat promosi dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis
pertahanan normal yang terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau rehabilitasi
dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien
(individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang berhubngan dengan ketidakseimbangan
yang terjadi pada ketiga garis pertahanan yaitu fleksibel, normal dan resisten serta berupaya
membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada garis pertahanan yang mengalami
gangguan :
1. Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis pertahanan fleksibel
2. Intervensi bersifat prevensi untuk gangguan pada garis pertahanan normal
3. Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis pertahanan resisten
Aplikasi Model Neuman pada Komunitas

Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS
PENDAHULUAN
Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan komunitas dan
praktik kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan
upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih
banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga
binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah
adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan
pemerintah.
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah, di
Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses

keperawatan komunitas.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi
data yang penting mengenai klien.

Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :


a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan.
Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress.
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi.
System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR
(Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan
sesuai status ekonomi tersebut.
Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka
mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa
berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun
diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi,
karakteristik lingkungan.

Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya
mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.
3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah
pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah
kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka
sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader
Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik

Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan
laboratorium
Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas
bila stressor dari lingkungan
Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit,
contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan
pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan
kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara
teratur ke Posyandu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah
:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau
pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan
program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap

tindakan yang dilaksanakan.


e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan
yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

KONSEP PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi
kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL, dan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)
2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui
kegiatan pelatihan.
3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan
dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat
dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada.
Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah mencakup
:
Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini
adalah mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan gejalanya,
bagaimana cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang tepat.
Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun
kualitas, termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.
Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih,
pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.
pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat
adiktif/narkotik
Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan dibahas
berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR KEBERHASILAN
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam
masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat
Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan
sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya alam meliputi kondisi
geografisnya. Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan

menghasilkan sumber daya ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara penduduk
kaya dan miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.
Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat
Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada di masyarakat, tak akan berkembang dari
dalam tanpa adanya kegotong royongan diantara sesama anggota masyarakat.
Menggali Kontribusi Masyarakat
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah
menggali potensi masyarakat terutama potensi ekonomi yang ada dimasing-masing anggota
masyarakat.
Menjalin Kemitraan
Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai
sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat serta individu
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk membangun
kemandirian, kemitraan adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang mandiri adalah wujud
dari kemitraan antar anggota masyarakat itu sendiri atau diantara masyarakat dengan pihak-pihak
luar, baik pemerintah maupun swasta.
Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala
bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat
setempat, sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat,
peranan sistem yang ada diatasnya adalah fasilitator dan motivator.
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan.
Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah
memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau
memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan
kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut.
Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar
rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider
kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar
berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.
2. Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila
kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan

atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain
sebagai berikut :
a. Tokoh atau Pimpinan Masyarakat
Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau pemukiman
kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh masyarakat.
Pemimpin atau tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat, Lurah, Ketua
RT/RW) maupun bersifat informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap awal
pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan
pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
b. Organisasi Masyarakat
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun
informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan sebagainya.
c. Pendaaan Masyarakat
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi
beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama
(tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
d. Material Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.
e. Pengetahuan Masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).

f. Teknologi Masyarakat (Community Technologi)


Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau
arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya
ditaruh kaca, untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

3. Contoh Pemberdayaan Masyarakat


a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama menanggulangi
masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam memecahakan masalah yang
dihadapi.
b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi
Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan peduli
terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.
Hal yang perlu diperhatikan :
Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam
rangka meningkatkan pendapatan.
Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda setempat
untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.
c. Pemberdayaan Petugas
d. Subsidi Langsung
1. Indikator Input :
a. Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal dari
kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.
c. Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan
2. Proses, misalnya seperti
a. Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis
b. Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis
c. Banyaknya kader yang telah dilatih
d. Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb
3. Output, a.l. seperti
a. Jumlah/jenis UKBM
b. Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat
perilaku kesehatannya.
c. Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.
4. Dampak
a. Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit
b. Penurunan angka-angka kematian secara umum
c. Penurunan angka-angka kelahiran kasar
d. Peningkatan status gizi balita dsb.

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA

MASYARAKAT (UKBM)
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang sehat,
meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan yang
lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum).
Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya
yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam
kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat terhindar dari
kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga produktivitas
penduduk.
JENIS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan Posyandu ini
telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak dari tahun 1982. Saat ini telah popular di
lingkungan Desa dan RW diseluruh Indonesia.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu
diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.
Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu dan kesehatan anak
lainnya.
Kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan pemeriksaan (Ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan balita), memberikan pertolongan persalinan normal yang bersih dan aman,
memberikan pelayanan KB, memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama
kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan masyarakat.
Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos Obat Desa merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan sederhana
terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (Penyakit rakyat/penyakit
endemik).
Dilapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada.
Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanannya a.l. menyediakan
obat bebas dan obat khusus untuk keperluan beberapa Program Kesehatan.
Pos Gizi (Pos Timbang)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan
pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat

menurunkan status gizi.


Dengan sasaran kegiatan yakni: 1) Bayi umur 6 11 bulan terutama mereka dari keluarga
miskin, 2) Anak umur 12 23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 3) Anak umur 24
59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 4) Seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang
menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada Pos Gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak
masih menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) maka, makanan tambahan terus dilanjutkan
sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke Puskesmas (dirujuk).
Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara nasional
hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa peningkatan
jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa
(PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat kecamatan.
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh Poskestren adalah takjauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos ini
khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui
cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
Saka Bakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembang minat, pengetahuan dan ketrampilan dibidang kesehatan bagi
generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada
masyarakat dilingkungan sekitar.
Sasarannya adalah para peserta didik antara lain: Pramuka Penegak dan Pandega, Pramuka
Penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan
anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pimpinan saka.
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam
meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan penyuluhan kesehatan,
melakukan pemeriksaan secara berkala, memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin
kemitraan.
Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan teurtama
dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.
Karang Taruna Husada.
Karang Taruna Husada adalah wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar

perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya.
Dimasyarakat Karang Taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu
mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya
termasuk pula dalam pembangunar, kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan Posyandu, gerakan
kebersihan lingkungan, gotonog-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi
Karang Taruna ini sangat besar.
Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayan kesehatan diwilayah
terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan melalui Puskesmas Keliling. Upaya
pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat
rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera
diatas.

POSYANDU

1. POSYANDU
Latar Belakang
Puskesmas adalah ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan pertama di masyarakat yang
diperkenalkan mulai tahun 1968. Sejak berdirinya Puskesmas banyak bentuk pemberdayaan
masyarakat yang telah diselenggarakan, antara lain: Karang Balita (gizi), Pos KB Desa (KB), Pos
Imunisasi (Imunisasi), Daerah Kerja Intensif Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (penyuluhan).
Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka 1)
Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga
kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
Dasar Pelaksanaan
Penyelenggaraan Posyandu didasarkan pada keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri,
Menteri Kesehatan dan KBN melalui Surat Keputusan Bersama: dengan Nomor 23 tahun 1985,
21 /Men. Kes/Inst. B./IV 1985, dan 112/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu,
yaitu:
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu dalam lingkup
LKMD dan PKK

b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi Posyandu serta


meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program pembangunan masyarakat desa.
c. Meningkatkan peran fungsi LKMD dan PKK dengan mengutamakan peranan kader
pembangunan.
Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Departemen Kesehatan (1988) telah merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu
adalah untuk:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia, dari Sejahtera (NKKBS)
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang menunjang
kesehatan, dan
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan lainnya yang
menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan Dinas Kesehatan DKI (2006) merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu
antara lain :
a. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar.
Penyelenggaraan Posyandu
Pada permulaan munculnya ide pembentukkan Posyandu, dibeberapa daerah sudah ada pos-pos
pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat, namun pada umumnya pelayanan yang
diberikan hanya salah satu pelayanan kesehatan, misalnya: pos penimbangan, pos imunisasi, pos
KB desa, atau pos kesehatan Untuk itu, maka Posyandu diselenggarakan berdasarkan
pengembangan dari pos-pos tersebut dengan melaksanakan berbagai pelayanan kesehatan secara
terpadu. Sedangkan bagi daerah yang belum ada, dihimbau untuk pembentukan yang baru.

Sedangkan kegiatan lain atau yang disebut kegiatan tambahan anatara lain:
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Lear Biasa (KLB), Misalanya:
ISPA, DBD, Gizi buruk, Polio, Campak, Diphteri, pertusis, atau tetanus neonatorum.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD),
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD),
f. Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN)
g. Tabungan Masyarakat (TABUMAS)
h. Suami Siap Antar Jaga (SIAGA),
i. Ambulan Desa.
j. Penyehatan Air bersih clan penyehatan lingkungan pemukiman
k. Program diversivikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat

Keluarga (TOGA),
Jenjang Posyandu
Menurut "Konsep ARRIF Jenjang Posyandu dikelompokkan menjadi empat strata:
a. Posyandu Pratama (warna merah)
Belum mantap
Kegiatan belum rutin
Kader terbatas
b. Posyandu Madya (warna Kuning)
Kegiatan lebih teratur
Jumlah kader minimal lima orang
c. Posyandu Purnama (warna Hijau)
Kegiatan sudah teratur
Cakupan program/kegiatan baik
Jumlah kader lebih dari lima orang
Mempunyai program tambahan
d. Posyandu Mandiri (warna biro)
Kegiatan teratur dan mantap
Memiliki dana sehat clan JKM yang mantap
2. KADER KESEHATAN
Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara Posyandu. L.A
Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan:
kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang
dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat". Direktorat
Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan, bahwa:"Kader adalah warga
masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara
sukarela ".
Dasar Pemikiran
a) Dari segi kemampuan masyarakat
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dalam bidang kesehatan, bentuk
pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek, akan
tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.
b) Dari segi kemasyarakatan
Perilaku kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat perlu memperhatikan keadaan sosial

budaya masyarakat, sehingga untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan


dibidang kesehatan, harus berusaha menumbuhkan kesadaran untuk dapat memecahkan
permasalahan sendiri dengan memperhitungkan sosial budaya setempat.
Persyaratan menjadi kader
Proses pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah dengan Masyarakat, dan Para pamong
desa harus juga mendukung. Persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan
kader antara lain:
a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
c. Mempunyai penghasilan sendiri
d. Tinggal tetap di desa yang bersangkutan,
e. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya,
f. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat,
g. Berwibawa,
h. Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan
keluarga.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Dr. Ida Bagus, mengenai persyaratan bagi seorang kader
antara lain :
a. Berasal dari masyarakat setempat
b. Tinggal di desa tersebut
c. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama
d. Diterima oleh masyarakat setempat
e. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah
f. Sebaiknya yang bias baca tulis
Fungsi Kader
a. Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan data-data, melaksanakan survey mawas diri,
membahas hasil survey, menyajikan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), menentukan
masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat, menen tukankegiatanpenanggulangan masalah
kesehatan ada bersama-bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
b. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi, wawanmuka (kunjungan), dengan
menggunakan alat peraga dan percontohan.
c Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk bergotong royong, memberikan
informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
d. Memberikan pelayanan yaitu,:
Membagi obat
Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
Memberikan pertolongan pemantauan penyakit

Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya


5) Melakukan pencatatan, tentang:
Jumlah akseptor KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
KIA: jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
Imunisasi: jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan
Gizi: jumlah bayi yang ada, jumlah bayi atau balita yang mempunyai KMS, balita yang
ditimbang dan yang naik timbangan.
Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk.
6) Melakukan pembinaan keluarga mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan. Keluarga
binaan untuk masing-masing kader berjumlah 10-20 KK atau sesuai dengan kemampuan kader
setempat.
Tugas Kader
Kader bukanlah tenaga professional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun
jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh kader dan semua pihak dalam
rangka melaksanakan kegiatan, antara lain :
a. Kegiatan di Posyandu:
Melaksanan pendaftaran.
Menimbang bayi dan balita, Bumil/ ibu menyusui, WUS atau PUS,
Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan,
Mengisi KMS
Memberikan penyuluhan.
Memberi dan membantu pelayanan.
b. Kegiatan- diluar Posyandu:
Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Posyandu,
Melaksanakan kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan yang ada, misalnya:
Pemberantasan penyakit menular.
Penyehatan rumah dan pembuangan sampah.
Pembersihan sarang nyamuk.
Penyediaan sarana air bersih.
Penyediaan sarana jamban keluarga.
Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
3. REVITALISASI POSYANDU
Permasalahan yang dirasakan pada tataran konsep dan operasionalisasi Posyandu antara lain:
a) Kurang dilibatkannya anggota dan tokoh masyarakat yang secara sosial, budaya, dan ekonomi
lebih potensial, membatasi akses sumber daya,
b) Pengertian pemberdayaan masyarakat hanya secara fisik, menghambat keterlibatan semua
anggota masyarakat

c) Pengertian kerelawan yang dicerna secara kaku, menghambat pemanfaatan tenaga profesional,
d) Kegiatan Posyandu yang kurang variasi dan tidak partisipatif, membosankan para pengelola
dan peserta,
e) Penampilan Posyandu yang kurang variasi dan tidak atraktif, kurang menarik pengelola dan
peserta,
f) Ekspektasi peran yang berlebihan (bimbingan medis dan manajerial), membebani tugas dan
tanggungjawab Puskesmas.
DESA SIAGA DAN RW SIAGA

A. DESA SIAGA
Latar Belakang
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ IV/2000 telah
ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut
menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tingginya angka kematian, terutama kematian pada ibu (AKI) dan bayi (AKB) menunjukkan
masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan
yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti malaria
dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit bare yang bersifat pandemik seperti
HIV/AIDS, SARS dan flu burung serta masih banyak ditemukan penyakitpenyakit endemis
seperti diare dan demam berdarah. Keadaan tersebut diperparah lagi dengan timbulnya berbagai
jenis bencana karna faktor alam.
LANDASAN HUKUM PENGEMBANGAN DESA SIAGA
1. Undang Undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1.
2. Undang Undang Nomor 4 tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular
3. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
4. Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
6. Undang Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pernbangunan Keuangan antara Pusat dan
pemerintah Daerah
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ V/2000 Tentang Pembangunan
Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.
8. KEPMENDAGRI No.9 tahun 2001 tentang Kader Pemberdayaan masyarakat.
PENGERTIAN DESA SIAGA
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam
rangka mewujudkan Desa Sehat.

TUJUAN DESA SIAGA


1. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan
di wilayahnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa adanya resiko dan bahaya
yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan (bencana, wabah penyakit, kegawatdaruratan
dan sebagainya). .
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pembiayaan kesehatan.
e. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pengampu (stakeholders) dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat desa.
f. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya dibidang
kesehatan.
SASARAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi :
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan ma
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desanya.

2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti
tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader
desa, serta petugas kesehatan.

3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundangundangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait,
swasta, para donator, dan stakeholders lainnya.
TITIK AWAL PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Pengembangan Desa Siaga dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan
desa yang akan dikembangkan.
KRITERIA DESA SIAGA
Kriteria dari Desa Siaga adalah sebagai berikut :
1. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke
Puskesmas/Pustu, dikembangkan Pos Kesehatan Desa)
2. Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (misalnya
Posyandu, Pos/Warung Obat Desa dan lain-lain)
3. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
4. Memiliki system pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor resiko yang berbasis
masyarakat.

5. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis


masyarakat.
6. Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


MASYARAKAT (JPKM) DAN DANA SEHAT
A. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN JPKM
1. Dalam undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 1 No.1 5
JPKM adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan
azas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin
serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya.
2. Pasal 66 ayat (1) UU No. 23 tahun 1992
Pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat sebagai cara yang dijadikan landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan, yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya berazaskan usaha bersama dan
kekeluargaan.
TUJUAN JPKM
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemeliharaan kesehatan pari
purna yang bermutu dan merata dengan mengendalikan biaya yang berasal dari peserta.
POKOK-POKOK KEGIATAN PENYELENGGARAAN JPKM
1. Pengembangan Organisasi Badan penyelenggara
Fungsi utama badan penyelenggara
a. Fungsi pengelolaan kepesertaan
b. Fungsi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan
c. Fungsi pengelolaan keuangan
d. Fungsi pengelolaan system informasi manajemen
b. Pengembangan Kepesertaan JPKM
Peserta adalah mereka yang telah menyetarakan kesediaannya untuk memakai jasa pemeliharaan
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam ikatan kontrak.
Kepesertaan JPKM bersifat aktif, masyarakat melaksanakan kewajibannya untuk ikut serta
memelihara kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya seperti dinyatakan dalam pasal 5 UU no.
23 tahun 1992 tentang kesehatan, dan memilih secara aktif salah satu badan penyelenggara yang
paling sesuai dengan kebutuhannya.
3. Pengembangan Pemeliharaan Kesehatan
Diselenggarakan melalui suatu paket pemeliharaan kesehatan yang merupakan rangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan serta berkesinambungan.
Paket tersebut terdiri dari :
a. Paket pemeliharaan kesehatan dasar
b. Paket pemeliharaan tambahan

4. Pengembangan Pengelolaan Keuangan


Pengelolaan keuangan dalam JPKM mempunyai dua sisi. Di satu pihak mengupayakan agar
terkumpul dana seoptimal mungkin dan dilain pihak mengupayakan agar dengan dana yang
terkumpul tersebut dapat dibiayai seluruh kegiatan Badan Penyelenggara yang telah terencana.
5. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Bapel JPKM merupakan suatu organisasi yang bertanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan
sejumlah orang yang menjadi pesertanya.
BERBAGAI BENTUK UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Pemeliharaan kesehatan pegawai negeri, penerima pension dan keluarga
2. Pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarga
3. Pemeliharaan kesehatan swasta
Beberapa pengusaha swasta telah mulai menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan
berdasarkan JPKM untuk golongan tertentu dari masyarakat, terutama segmen yang
berpenghasilan menengah ke atas.
4. Pemeliharaan kesehatan diri oleh dan untuk masyarakat (Dana Sehat)
Dana sehat adalah suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri oleh dan untuk masyarakat umum.
MASALAH JPKM DI INDONESIA
Banyak faktor yang sebagai penyebab kenapa program JPKM belum berkembang di tanah air
secara garis besar dapat dibedakan atas 5 macam :
1. Kurangnya komitmen serta dukungan politis dari pemerintah dalam mengembangkan program
JPKM
2. Tidak siapnya aparat yang menangani program JPKM yang dapat dilihat antara lain dari masih
rendahnya pemahaman petugas tentang program JPKM. Hasil penelitian. DepKes mencatat
hanya sekitar 20% dari petugas kesehatan yang diteliti mengetahui apa yang dimaksud dengan
JPKM.
3. Belum berkembangnya badan pelaksanan (Bapel) JPKM. Tercatat sampai dengan akhir tahun
1998, hanya 17 Bapel JPKM saja yang telah memperoleh izin operasional
4. Tidak siapnya penyelenggara pelayanan kesehatan dengan cara pembayaran yang baru, yakni
yang semula menerapkan cara pembayaran tunai (fee for service) merubah menjadi cara
pembayaran pra upaya (prospective payment)
5. Rendahnya minat masyarakat menjadi peserta program JP-KM, yang menyebabkan intara lain
masih terjangkaunya pelayanan kesehatann adanya kebiasaan meminta bantuan dari anggota
keluarga (exteitdvd family) serta rendahnya kesadaran berasuransi.

Asuhan Keperawatan Komunitas


A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO, 1959).
Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan
masyarakat yaitu : Ilmu Keperawatan, Ilmu kesehatan masyarakat dan Ilmu social (peran serta
masyarakat).
Dalam melakasanakan asuhan keperawatan komunitas pada dasarnya menggunakan
pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah : pengkajian data, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masyarakat.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan objektif. Data subyektif
adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,

kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan sedangkan data
objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan dan komunitas.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya :
kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau anamnase,
pengamatan dan pemeriksaan fisik.
a.

Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan
pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, social ekonomi dan spiritual serta
factor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu data tersebut harus akurat dan dapat
dilakukan analisa untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :

1) Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah
binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas
(masyarakat rusal atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas
dan pola perubahan komunitas.

b) Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku,
bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agam dan komposisi keluarga.

c) Vital statistic
Jabarkan atau uraikan data tentang : angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka
pertambahan anggota, angka kelahiran.
d) Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic antara lain : dari
angka mortalitas, morbiditas, IMR. MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status kesehatan
komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan
lansia. Pada kelompok khusus di masyarakat : ibu hamil, pekerja industri, kelompok penyakit
kronis, penyakit menular. Adapun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini :

Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas

Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh

Kejadian penyakit (dalam 1 tahun terakhir) :

ISPA

Penyakit asthma

TBC paru

Penyakit kulit

Penyakit mata

Penyakit rheumatic

Penyakit jantung

Penyakit gangguan jiwa

Kelumpuhan

Penyakit menahun lainnya

Riwayat penyakit keluarga

Pola pemenuhan sehari-hari :

Pola pemenuhan nutrisi

Pola pemenuhan cairan dan elektrolit

Pola istirahat dan tidur

Pola eliminasi

Pola aktivitas gerak

Pola pemenuhan kebersihan diri

Status psikososial :

Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan

Hubungan dengan orang lain

Peran di masyarakat

Kesedihan yang dirasakan

Stabilitas emosi

Penelantaran anak atau lansia

Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan kekerasan

Status pertumbuhan dan perkembangan

Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan

Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengkonsumsi alcohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola
konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.

2) Data lingkungan fisik


a) Pemukiman

Luas bangunan

Bentuk bangunan

Jenis bangunan

Atap rumah

Dinding

Lantai

Ventilasi

Pencahayaan

Penerangan

Kebersihan

Pengaturan ruangan dan perabot

Kelengkapan alat rumah tangga

b) Sanitasi

Penyediaan air bersih (MCK)

Penyediaan air minum

Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak dengan
sumber air

Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara pengolahannya :
dibakar, ditimbun, atau cara lainnya, sebutkan.

Polusi udara, air, tanah atau suara/kebisingan

Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya, sebutkan.

c) Fasilitas

Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain

Pekarangan

Sarana olahraga

Taman, lapangan

Ruang pertemuan

Sarana hiburan

Sarana ibadah

d) Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur, dan selatan
e) Sarana ibadah
3) Pelayanan kesehatan dan social
a) Pelayanan kesehatan

Lokasi sarana kesehatan

Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader)

Jumlah kunjungan

System rujukan

b) Fasilitas social (pasar, took ,swayalan)

Lokasi

Kepemilikan

Kecukupan

4) Ekonomi
a) Jenis Pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lansia
5) Keamanan dan transportasi
a) Keamanan

Sistem keamanan lingkungan

Penanggulangan kebakaran

Penanggulangan bencana

Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah

b) Transportasi

Kondisi jalan

Jenis transportasi yang dimiliki

Sarana transportasi yang ada

6) Politik dan pemerintahan

a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
8) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal)

Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas

Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia

c) Jenis bahasa yang digunakan


9) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi
c)

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut :

1) Klasifikasi data atau kategori data


Cara mengkategori data :

Karakteristik demografi

Karakteristik geografi

Karakteristik social ekonomi

Sumber dan pelayanan kesehatan


(Anderson & Mc Farlane, 1981. Community as Client)

2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly


3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah
yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan
analisa data adalah :

Menetapkan kebutuhan komunity

Menetapkan kekuatan

Mengidentifikasi pola respon komunity

Mengidentifikasi pola kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

c.

Perumusan atau penentuan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh
masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu perlu
diprioritaskan masalah.

d. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :

Perhatian masyarakat

Prevalensi kejadian

Berat ringannya masalah

Kemungkinan masalah untuk diatasi

Tersedianya sumber daya masyarakat

Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Abraham H.
Maslow yaitu :

Keadaan yang mengancam kehidupan

Keadaan yang mengancam kesehatan

Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah actual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian sedangkan
masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian (American Nurses of
Association (ANA).
Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1) Problem (Masalah)
2) Etiologi (Penyebab)
3) Sign or Symptom (Tanda atau Gejala)
Perumusan daignosa keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Dengan rumus PES

DK : P (Problem/masalah) + E (Etiologi/penyebab) + S (Symptom/gejala)


2) Dengan rumus PE
DK : P (Problem/masalah) + E (Etiologi/penyebab)
Jadi menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen tersebut diatas,
disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosa keperawatan menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
1) Masalah . Sehat . Sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (Epidemiologi triagle)
Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family Centered Nursing in the Community :
Diagnosa resiko
Diantara

: (masalah)
: .... (komunity)

Sehubungan dengan

: ( Karakteristik komunity dan lingkungan)

Yang dimanifestasikan/
didemonstrasikan oleh

: ... ( Indikator kesehatan/analisa data)

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Rencana keperawatan harus mencakup : Perumusan tujuan,

Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, kriteria hasil untuk menilai pencapaian
tujuan.
a.

Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Berfokus pada masyarakat


2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
Formulasi kriteria tujuan : T = S + P + K.1 + K.2
S: Subjek

K.1 : Kondisi

P: Predikat

K.2 : Kriteria

Selain itu dalam perumusan tujuan :


1) Dibuat berdasarkan goal : sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) Specific
4) Measurable atau dapat diukur
5) Attainable atau dapat dicapai
6) Relevant/realistic atau sesuai
7) Time-Bound atau waktu tertentu
8) Sustainable atau berkelanjutan
b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

Langkah-langkah dalam perencanaan perawatan kesehatan melalui kegiatan :


1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perncanaan melalui kegiatan : musyawarah
masyarakat desa atau lokakarya mini
4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5)

Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan
masyarakat

6) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai


7) Tindakan harus bersifat realistic
8) Disusun secara berurutan
c.

Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan


Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut

1) Menggunakan kata kerja yang tepat


2) Dapat dimodifikasi
3) Bersifat spesifik :
Siapa yang melakukan ?
Apa yang dilakukan ?
Dimana dilakukan ?
Kapan dilakukan ?
Bagaimana melakukan ?
Frekuensi melakukan ?

4.

Pelaksanaan
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah : I2 RMU.

1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berdasar pada iman dan takwa
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesame profesi, tim kesehatan
lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan asas kemitraan
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun.
4. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta komponen.
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :
Keterpaduan antara : Biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana, dan prasarana dengan pelayanan
kesehatan maupun sector lainnya
Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.

Adanya penyelenggaraan system rujukan baik medis maupu rujukan kesehatan.


5. Evaluasi
a.

Fokus evaluasi

1) Relevansi
Apakah program yang diperlukan ?
Yang ada atau yang terbaru
2) Perkembangan kemajuan
Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana ?
Bagaimana staf, fasilitas dan jumlah peserta ?
3) Cost efficiency (efisiensi biaya)
Bagaimana biaya ?
Apa keuntungan program ?
4) Efektifitas
Apakah tujuan tercapai ?
Apakah klien puas ?
Apakah focus pada formulatif dan hasil jangka pendek ?
5) Impact
Apakah dampak jangka panjang ?
Apa perubahan perilaku dalam 6 bulan atau 1 tahun ?
Apakah status kesehatan meningkat ?
b. Kegunaan evaluasi
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan yang diberikan.

3)

Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun
rencana dalam proses keperawatan.

c.

Hasil evaluasi
Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil evaluasi, yaitu :

1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat telah menunjukkan kemajuan sesuai
denga kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
memperbaiki atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tidak menunjukkan perubahan kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan dan faktor-faktor yang lain tidak
sesuai sehingga menjadi penyebab tidak tercpainya tujuan.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga

: Tn. A

2. Umur Kepala Keluarga

: 37 tahun

3. Alamat Kepala Keluarga

: Jln. Baji minasa, Kel.tamarunang, Kec.Mariso

4. Pekerjaan Kepala Keluarga

: Pedagang

5. Pendidikan Kepala Keluarga : SLTP


6. Komposisi Keluarga
N

Nama

Hub.D

Um

:
Pend.

STATUS IMUNISASI

g.

ur

terak

ota

Kep.

(th

hir

keluar

Keluar

n)

Angg

ga

BC
G

POLIO

DPT

HEPATI

AK

TIS

1 2 3 4 1 2 3 1

CAMP

ga

Ny.K

ISTRI

35

SMP

An.M

Anak

12

SMP

An.N

SD

Anak
2

Genogram :

Keterangan :
=
keluarga

= meninggal

laki-laki

garis

hub.

= perempuan

= tinggal satu rumah

= klien

6. Tipe Keluarga :
Keluarga Tn. A termasuk keluarga kecil yang terdiri dari Kepala Keluarga,
istri, 2 orang anak
7. Suku Bangsa :
Seluruh Anggota Keluarga berasal dari suku Makassar, Indonesia
8. Agama :
Semua anggota keluarga menganut agama Islam dan mereka taat beribadah
dan menjalankan perintah Allah SWT
9. Status Sosial Ekonomi keluarga :
Kepala Keluarga

: 500.000,-/bln

Istri (ibu K)

: 250.000,-/bln

Anak ke-1

:-

Anak ke-2

:-

Untuk pendapatan KK dengan Istri, dijadikan satu sehingga menjadi


Rp.750.000,-/bln dengan rata-rata pengeluaran Rp.600.000,-/bln. Dilihat dari
penghasilan anggota keluarga dan harta benda yang dimiliki dalam keluarga,
keluarga tersebut mempunyai status social ekonomi rendah
10. Aktivitas rekreasi keluarga :
Setiap hari KK dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan
hiburan biasanya menonton TV, berkumpul dengan keluarga dan melepas
lelah diruang keluarga, untuk anak ke-1 dan ke-2 sering keluar bermain
dengan teman-temannya disore hari.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


11. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Keluarga Tn.A mempunyai 2 orang anak, anak pertama perempuan dengan
umur 14 thn, anak kedua laki-laki dengan umur 12 thn, maka keluarga Tn.A
berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
12. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Adanya masalah kesehatan yang dihadapi oleh Ny.K menderita

gastritis, dan adanya

stress/trauma keluarga yang mengganggu anak-anaknya.


13. Riwayat Keluarga Inti
Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan
menurun. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga adalah
sebagai berikut :

Kepala Keluarga

: Klien pernah sakit apendisitis sehingga harus operasi

dan rawat inap selama 8 hari di Rumah Sakit dan sekarang sudah sembuh.

Istri

: Klien memiliki penyakit magh/gastritis, namun jika penyakitnya

kambuh tidak mengharuskan klien berobat dan rawat inap di RS akan tetapi
cukup membeli obat diapotek

Anak ke-1

: tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk

berobat dan rawat inap di RS

Anak ke-2

: klien pernah mengalami cedera di kepala dan pergelangan

tangan dislokasi akibat jatuh pada saat bermain, tapi tidak dibawa ke RS
untuk berobat akan tetapi hanya diberi obat gosok dan diurut saja
pergelangan tangannya dan kepala yang cedera hanya diberikan antiseptic
yang dibeli sendiri dari apotek. Namun klien masih terkadang mengeluhkan
tangannya terasa nyeri apabila banyak digerakkan saat bermain. Biasanya
saat kambuh, klien cukup diberi minyak gosok pada daerah yang terasa sakit
yang

kemudian

digunakan

untuk

sendirinya.
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya

istirahat

sampai

sembuh

dengan

Dari keluarga Tn.A tepatnya anak ke-2 (kakak KK) pernah mengidap sakit
DBD, sedangkan dari keluarga Ny.K tepatnya anak ke-2 (adik Ny.K) mengidap
penyakit diare.
C. Pengkajian Lingkungan
15. karakteristik rumah
Luas tanah

: 5 x 6 m2

Luas Rumah : 4 x 5 m2

Tipe Rumah : Rumah panggung/rumah kayu dengan jumlah ruang 1 kamar


tidur, 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 1 dapur, kamar mandi diluar
rumah, dan WC umum. Jumlah jendela 3, setiap ruangan dimanfaatkan
sebagaimana fungsinya secara optimal. Peletakan perabot rumah tangga
tidak tertata dengan rapi. Tidak ada septic tank, pembuangan langsung ke
selokan besar, jarak antara wc dengan sumber air kurang lebih 10 meter,
sumber air minum PAM.
Denah Rumah :

Keterangan :
1. Rg. Tamu & rg. Keluarga
1

2. Kamar tidur
3. Dapur

4. Kamar mandi

5. Wc umum

10m

16. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas RW


Tetangga klien yang ada di sekitar rumah ramah-ramah. Klien tinggal di
wilayah perkotaan sehingga jarak rumah satu dengan yang lain cukup dekat.
Penduduk setempat juga mempunyai kesepakatan apabila ada warga baru
dan ada tamu yang menginap harap lapor pada RT/RW. Saat terjadi wabah
DBD, malaria, atau pun diare diadakan kerja bakti.

17. Mobilitas Geografis Keluarga


Sejak Tn.A menikah dengan Ny.K, keluarga Tn.A sudah 2 kali pindah pertama
di Panampu dan yang kedua di kecamatan Mariso dan tidak pernah pindah
lagi.
18. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Setiap hari, pada saat sore dan malam hari klien dan keluarganya selalu
meluangkan waktu untuk berkumpul. Keluarga klien juga berinteraksi baik
dengan masyarakat disekitar.
19. Sistem Pendukung Keluarga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga
saling menyayangi satu sama lain keluarga klien memiliki fasilitas kesehatan
MCK, tempat tidur, sumber air bersih, dan sepeda sebagai sara transportasi,
sedangkan fasilitas sosialnya berupa mengikuti penyuluhan kesehatan
diposyandu misalnya : penyuluhan tentang DBD,diadakannya imunisasi,
sedangkan dukungan psikologi dan spiritual keluarga terpenuhi dengan baik.
D. Struktur keluarga
20. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan dengan masyarakat
adalah bahasa makassar dan Indonesia. Komunikasi antara keluarga lebih
sering mulai sore hari karena hampi semua anggota keluarga pulang kerja
disore hari.
21. Struktur Kekuatan Keluarga
Klien memberi nasehat kepada anak-anaknya bagaimana cara berperilaku
yang baik , sopan santun, tata karma, cara menjaga hubungan baik dengan
orang lain. Untuk kekuatan keluarga masih tetap berada pada Tn.A jika ada
masalah diselesaikan dengan baik oleh Tn.A dan istrinya beserta kedua
anaknya.
22. Struktur Peran

Tn.A :

peran informal : hanya sebagai anggota masyarakat

peran formal : menjadi kepala keluarga, suami, ayah

Ny.K :

peran informal : hanya sebagai anggota masyarakat dan perkumpulan ibuibu dilingkungan tempat tinggal

peran formal : sebagai ibu rumah tangga, istri. ibu

Anak ke-1 :

peran informal : sebagai anggota masyarakat dan pelajar

peran formal : sebagai anak

Anak ke-2 :

peran informal : sebagai anggota masyarakat dan pelajar

peran formal : sebagai anak


23. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga

kurang

membiasakan

menyadari

cuci

tangan

pentingnya
sebelum

menjaga

makan,

akan

kesehatan,
tetapi

mereka

kebersihan

lingkungan disekitarnya tidak dijaga dengan baik, kecukupan gizi dalam


keluarga

juga

kurang

terpenuhi

dilihat

dari

makanan

yang

sering

dikonsusmsi tiap harinya dikarenakan ekonomi rendah (tidak memenuhi 4


sehat 5 sempurna).
E. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga klien saling memberikan perhatian dan kasih saying. Klien selalu
mendukung apa yang dilakukannya selama dalam batas kewajaran dan tidak
melangga

etika

dan

sopan

santun.

mengatasi permasalahan keluarga.


25. Fungsi Sosial

Diterapkannya

demokrasi

dalam

Interaksi antara anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota


keluarga masih memperhatikan dan menerapkan etika sopan santun dalam
berperilaku.
26. Fungsi Perawatan Kesehatan
a.

kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan


keluarga cukup mengetahui mengenai penyakit, namun pengetahuan
mengenai penanganan jika mengalami kekambuhan penyakit kurang.
Terbukti saat Ny.K kambuh penyakitnya dia hanya membeli obat di apotek
tanpa berobat ke dokter dulu, dan juga ketika anaknya mengalami cedera
hanya diberi minyak gosok di area yang sakit, lalu digunakan untuk istirahat
sampai terasa baik.

b. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat


-

anggota kelurga mengerti potensi yang ada pada setiap anggota kelurga
dan mengerti tentang sumber-sumber kelurga yang dimiliki

keluarga kurang menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang


bersih dapat mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit. Terbukti dari
lingkungan sekitar banyak terdapat tumpukan sampah, tidak terdapat juga
empat sampah.

Keluarga kurang mengerti dan menyadari tentang pentingnnya hygien


sanitasi untuk menciptakan rumah yang sehat. Terbukti jendela rumah
jarang dibuka.

Keluarga secara keseluruhan kurang mampu mempertahankan kondisi


kesehatan mereka. Terbukti pemenuhan gizi seimbang kurang, tidur tidak
teratur, mengatur waktu antara bekerja dan berkumpul dengan keluarga
kurang baik, terbukti keluarga mengutamakan pekerjaan.

c.

Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

pegetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas, keluarga sedikit mengerti


mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan yang perlu
dilakukan untuk mencegah kekambuhan

jika anggota keluarga ada yang sakit dan sekiranya perlu penanganan
tenaga kesehatan, maka keluarga akan mempercayakan perawatan dan

penyembuhan pada tenaga kesehatan. Namun bila sakitnya masih tergolong


ringan, keluarga cukup menganjurkan istirahat, pemenuhan kebutuhan dan
konsumsi obat antiseptic, generic, dll dari apotek atau warung kepada
anggota keluarga yang sakit.
-

Untuk berjaga-jaga, keluarga hanya menyediakan obat-obatan yang sering


dikonsumsi dan cocok bagi masing-masing anggota keluarga. Apabila
penyakit yang diderita dirasa parah, keluarga langsung membawa ke tenaga
kesehatan.

Keluarga memberikan perhatian, kasih saying dan support agar dapat


membantu proses penyembuhan.

d. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan


yang tepat :
-

keluarga cukup mengerti tentang kesehatan pada anggota keluarganya


anggota keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit.
Namun, terkadang maslah kesehatan tersebut dianggap sepele atau tidak
begitu diperhatikan secara lebih lanjut.

Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang diderita tidak kambuh dan
selalu mencari solusi jika keluarga sakit.

Keluarga sangat cemas dengan kemungkinan penyakit yang menyerang


anggota keluarga yang lain.

Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif

Keluarga kurang mendapat informasi yang tepat mengenai tindakan yang


dilakukan jika maslah kesehatan muncul dalam keluarga, sehingga tidak
dapat mengambil keputusan.
27. fungsi reproduksi

a.

jumlah anak yang dimiliki Tn.A ada 2 orang yaitu 1 perempuan dan 1 lakilaki

b.

keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dengan menjaga jarak


kelahiran anak yang satu dengan yang lainnya.

c.

Tn.A dan Ny.K menggunakan metode program KB alami


28. fungsi ekonomi

keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari


pendapatan yang diterima per bulan, namun keluarga kurang mampu
menyisihkan pendapatannya untuk keperluan yang tidak terduga

keluarga kurang mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,


seperti posyandu, puskesmas dll.

F. Stress dan Koping Keluarga


29. stressor jangka pendek dan jangka panjang
-

stressor jangka pendek : kerusakan rumah akibat banjir dan trauma adanya
banjir susulan

stressor jangka panjang : kekambuhan penyakit magh/gastritis pada Ny.K


30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Untuk stress jangka pendek, keluarga mengaku sedikit cemas karena tidak
dapat tenang

dan nyaman beristirahat dirumahnya.meskipun demikian

keluarga telah berusaha memperbaiki rumahnya sehingga layak untuk dihuni


dan tetap waspada dengan adanya banjir susulan yang bisa datang lagi.
Untuk stressor jangka panjang keluarga (terutama Ny.K) berusaha mencegah
kekambuhan penyakitnya. Namun terkadang Ny.K tetap mengkonsumsi
makanan yang menjadi pantangannya misalnya makanan pedas dan asam.
31. strategi koping yang digunakan
Bila

ada

permasalahan

dalam

keluarga,

sering

diselesaikan

dengan

musyawarah.
32. strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah melakukan kekerasan, perlakuan kejam terhadap
anak,

mengkambinghitamkan

menyelesaikan masalah.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Tn.A (kepala keluarga)
TD

: 120/70 mmHg

: 24 x/menit

anak,

memberikan

ancaman

dalam

: 80 x/menit

: 36 0C

KEPALA
-

Rambut dan kulit kepala


Inspeksi : rambut lurus, kulit sawo matang

Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat

Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pembesaran polip

Mulut dan faring

Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris

LEHER
Inspeksi : tidak ada nodul
DADA
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat palpitasi,
suara mur mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
ABDOMEN
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, pergerakan peristaltik
usus baik.
EKSTREMITAS
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
2. Ny.K (Istri)
TD

: 120/80 mmHg

: 26 x/menit

: 80 x/menit

: 36 0C

KEPALA
-

Rambut dan kulit kepala


Inspeksi : rambut lurus, kulit putih bersih

Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat

Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pembesaran polip

Mulut dan faring

Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris

LEHER
Inspeksi : tidak ada nodul
DADA
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat palpitasi,
suara mur mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
ABDOMEN
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, pergerakan peristaltik
usus baik.
EKSTREMITAS
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
H. Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan
Keluarga berharap agar mampu memberikan pelayanan yang baik dan tepat
pada siapa saja yang membutuhkan tidak hanya pasien yang di RS tetapi
juga warga masyarakat yang membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan.
Jangan membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan antara masyarakat
miskin dengan kaya.
I. Pengkajian Fokus
-

Hubungan anak terhadap orang tua baik, walau pun sibuk bekerja ibu dan
ayah selalu meluangkan waktu disela- sela pekerjaan untuk pulang kerumah
memberi makan dan melihat keadaan anaknya

Hubungan anak dengan adiknya sangat baik, selalu bermain bersama meski
orang tua pergi bekerja (saling menjaga satu sama lain)

Orang tua membentuk jaringan dengan anak dengan cara tiap hari selalu
meluangkan waktu disela-sela pekerjaan menjenguk anaknya dirumah, tetap
memberikan kasih sayang, perhatian kepada seluruh keluarga dan tetap
menjaga komunikasi dengan baik.

Pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tetap terjaga dengan baik kedua
orang tua memiliki tugas sebagai kepala keluarga, isri, ayah dan juga ibu.

J. Analisa Data
SIMPTOM

ETIOLOGI

PROBLE

M
DO: bila lelah dan Ketidak mampuan keluarga untuk Nyeri
makannya
teratur
nampak

tidak mengenal

mengenai

Ny.K kesehatan

yang

menahan pengertian,

nyeri

factor

DS:

meliputi (Ny.K)
dan

gejala,

penyebab

yang

pasien mempengaruhinya serta persepsi

mengatakan
lelah

tanda

masalah Akut

dan

tidak

bila keluarga terhadap masalah


makan
teratur

perutnya

terasa

nyeri.

Lalu

biasanya

cukup

minum obat magh


(antasida),
pernah

ke

tidak
dokter

periksa
Skala nyeri : 4 (1-5)
DO:
keluarga Ketidak
tampak
tiduran

sering dalam

mampuan
mengambil

keluarga Sindrom
keputusan pasca

dan mengenai tindakan yang tepat trauma

berkumpul diruang atas


tamu.

kecemasan

atau

trauma

yang dirasakan.

DS:

keluarga

mengaku

masih

sedikit cemas dan


keluarga

tidak

dapat

berada

didalam

rumah

dengan

nyaman

dan

tenang.

Keluarga

tetap

waspada

dengan

adanya

banjir

susulan

akibat

cuaca

yang

tidak

menentu dan tidak


disangka-sangka.

K. Skoring
1.

Nyeri akut pada Ny.K pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.
N
o
1

Kriteria
Sifat
masalah:
aktual

Penghitung

Skor

Pembenaran

an
3/3x1 = 3/3

3/3=1

Masalah sudah terjadi

Kemungkina

1/2x2 = 1

Kebiasaan klien yang

n masalah

dapat

dapat

kekambuhan

diubah:

terulang kembali saat

sebagian

klien

Potensial

dalam keadaan sehat


Sumber-sumber dan

2/3x1 = 2/3

2/3

mendorong
akan

merasakan

masalah

tindakan yang

untuk

mencegah

dicegah :

kekambuhan dapat

cukup
Menonjolnya

0/2x1 = 0

dijangkau oleh klien


Kebiasaan
dalam

masalah:

mengatasi

masalah

yang

tidak

menyebabkan

dirasakan

masalah

masalah

sedederhana
tidak

dianggap serius oleh


klien dan keluarga
:2
2.

Sindrom

pasca

trauma

pada

2/3

keluarga

Tn.A

berhubungan

dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan


yang tepat atas kecemasan atau trauma yang dirasakan.
N
o.
1

Kriteria
Sifat

Penghitun

Skor

gan
3/3x1 = 1

Pembenaran
Masalah actual

masalah:

karena mekanisme

aktual

koping keluarga
kurang adekuat dan
stressor sangat
dirasakan keluarga

Kemungkinan

1/2x2 = 1

Semakin lama,

masalah

stressor makin

dapat diubah:

sedikit sehingga

sebagian

trauma dapat diatasi

Potensial

2/3x1 = 1

2/3

sebagian.
Penerimaan dan

masalah

keikhlasan terhadap

untuk

suatu peristiwa dapat

dicegah:

mengurangi trauma

cukup
Menonjolnya

2/2x1 = 1

Trauma merupakan

masalah:

salah satu tanda

masalah

keadaan psikologis

berat,

perlu

yang terganggu

penanganan
serius
:32/3
L. Prioritas Masalah
1.

Sindrom

pasca

trauma

pada

keluarga

Tn.A

berhubungan

dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan


yang tepat atas kecemasan atau trauma yang dirasakan
2.

Nyeri

akut

pada

Ny.K

pada

keluarga

Tn.A

berhubungan

dengan

ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan anggota


keluarga.

M. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.A


N

Hari/

Tangga
l

Diagnosa

Tujuan
Umum
Khusus

Intervensi

1.

Rabu/

Sindrom pasca

Setelah

22/12/1

trauma pada

dilakukan

mampu

untuk

men

keluarga Tn.A

tindakan

mengenal

mengungkapkan

yang

berhubungan

selama 2

masalah

kecemasannya

pera

dengan

hari

trauma dalam

ketidakmampu diharapkan

1. Keluarga

keluarga

1. Anjurkan keluarga 1. Den

men
2. Anjurkan keluarga

yang

untuk mengurangi

2. Den

an keluarga

keluarga

2. Keluarga

dalam

mampu

mampu

stressor yang

men

mengambil

mengatasi

memutuskan

menyebabkan

men

keputusan

sindrom

tindakan yang

kecemasan seperti

yang

mengenai

pasca

tepat untuk

anjurkan keluarga

dan

tindakan yang

trauma

mengatasi

untuk tidak berfokus

kelu

tepat atas

kecemasan

terhadap kejadian

men

kecemasan

dan trauma

banjir yang paling

3. Keluarga

berkesan dan

yang

mampu

merusak harta

dirasakan

melakukan

benda.

atau trauma

tindakan

3. Anjurkan keluarga 3. Mek

keperawatan

untuk tetap

kelu

mencegah

mempertahankan

dapa

trauma yang

mekanisme koping

trau

berlebih

keluarga dalam

4. Keluarga
mampu
memelihara

menghadapi
masalah
4. Anjurkan keluarga

4. Kea
dan

lingkungan

untuk menjaga

kelu

fisik, psikis,

hubungan social

mem

dan social

dengan tetangga

kese

untuk

yang memiliki

mempertahan

kesamaan senasib

kan derajat

dan

kesehatan
5. Keluarga

sepenanggungan,
menjaga keadaan

mampu

psikis dengan

memanfaatka

mampu menerima

n sumberdaya

dengan ikhlas

yang ada

keadaan yang

mer

dimasyarakat

menimpanya.

bent

5. Pela

5. Anjurkan keluarga

yang

puskesma,

untuk meminta

dima

posyandu

bantuan dari tega

untuk

kesehatan dalam

memperoleh

upaya mengurangi

pelayanan

masalah kesehatan

seperti

kesehatan.

2.

Rabu/

Nyeri akut

Setelah

22/12/1

pada Ny.K

dilakukan

pada keluarga tindakan

1. Keluarga

1. Jelaskan tentang

1. Klie

mampu

penyakit gastritis,

mem

mengenal

meliputi: pengertian, gast

Tn.A

selama 2

penyakit

tanda dan gejala,

peng

berhubungan

hari

gastritis.

penyebab,

geja

dengan

diharapkan 2. Keluarga

penanganan dan

pena

ketidakmampu Ny.K

mampu

pencegahan serta

penc

an keluarga

mampu

memutuskan

akibat bila

akib

untuk

mengatasi

tindakan yang

penanganan tidak

pena

mengenal

nyeri

tepat untuk

tepat atau tdk

tepa

masalah

mengatasi

segera ditangani

ditan

kesehatan

kekambuhan

dengan bahasa yang

anggota

Ny.K

mudah dipahami.

keluarga.

3. Keluarga

2. Jelaskan kepada

mampu

keluarga mengenai

melakukan

hal-hal yang dapat 2. Kelu

tindakan

dilakukan saat

mem

keperawatan

penyakit Ny.K

yang

pencegahan

kambuh

penyakit Ny.K 3. Anjurkan kepada


4. Keluarga

keluarga untuk

3. Keik

mampu

membantu klien

kelu

memelihara

dalam menghindari

optim

lingkungan

dan

mem

fisik, psikis,

meminimalisasikan

mem

dan social

segala bentuk

kese

sehingga

makanan dan

dapat

minuman yang

menunjang

dapat menyebabkan

peningkatan

penyakit Ny.K

kesehatan

kambuh

Ny.K

4. Anjurkan kepada

mampu

keluarga untuk tidak4. Dor


moti
membiarkan Ny.K

memanfaatka

kecapean dan

dapa

n sumberdaya

banyak pikiran.

men

5. Anjurkan kepada

kese

5. Keluarga

yang ada

dimasyarakat

keluarga untuk

5. Pem

seperti

memeriksakan Ny.K

tera

puskesmas,

kepelayanan

men

psyandu,

kesehatan terdekat

peny

kartu sehat

baik saat kambuh

bera

untuk

maupun tidak untuk

men

memperoleh

mengetahui

kese

pelayanan

perkembangan

kesehatan

penyakit Ny.K

bagi Ny.K
N. IMPLEMENTASI
Hari/tgl
Kamis/
23/12/2010

No. Dx
IMPELEMENTASI
1 1. Menganjurkan keluarga untuk mengungkapkan kecemasanny
Hasil : keluarga mengungkapakan kecemasannya
2. Menganjurkan keluarga untuk mengurangi stressor yang

menyebabkan kecemasan seperti anjurkan keluarga untuk tid

berfokus terhadap kejadian banjir yang paling berkesan dan m


harta benda.

Hasil ; keluarga mendengarkan dengan baik apa yang disrank

ingin mencoba melaksanakan apa yang telah dingajurkan per

3. Menganjurkan keluarga untuk tetap mempertahankan mekan


koping keluarga dalam menghadapi masalah

Hasil : keluarga mendengarkan dengan seksama anjuran yang

diberikan perawat dan ingin memperbaiki koping keluarganya

4. Menganjurkan keluarga untuk menjaga hubungan social deng

tetangga yang memiliki kesamaan senasib dan sepenanggung

menjaga keadaan psikis dengan mampu menerima dengan ik


keadaan yang menimpanya.

Hasil : kelurga menjaga hubungan social dengan tetangga yan

memiliki kesamaan senasib dan sepenanggungan, menjaga k

psikis dengan mampu menerima dengan ikhlas keadaan yang

menimpanya, meskipun jarang berkumpul dan berkomunikasi


mereka.
5. Menganjurkan keluarga untuk meminta bantuan dari tenaga
kesehatan dalam upaya mengurangi masalah kesehatan.

Hasil : keluarga menerima saran untuk meminta bantuan kepa


Kamis/
23/12/2010

tenaga kesehatan dan keluarga mengatakan akan melaksana


1. Menjelaskan tentang penyakit gastritis, meliputi: pengertian,

dan gejala, penyebab, penanganan dan pencegahan serta aki

penanganan tidak tepat atau tdk segera ditangani dengan ba


yang mudah dipahami.

Hasil : klien tampak mendengarkan dan dengan seksama dan


mengatakan agak mengerti dengan penjelasan yang diberika

2. Menjelaskan kepada keluarga mengenai hal-hal yang dapat d


saat penyakit ny.x kambuh.

Hasil : klien tampak mengerti dengan penjelasan yang diberik

perawat, dan klien mengatakan akan melaksanakan apa yang


disarankan.

3. Menganjurkan kepada keluarga untuk membantu klien dalam


menghindari dan meminimalisasikan segala bentuk makanan
minuman yang dapat menyebabkan penyakit Ny.K kambuh

Hasil : keluarga tampak mengerti dan bersedia membantu klie

4. Menganjurkan kepada keluarga untuk tidak membiarkan ny.x


kecapean dan banyak pikiran.
Hasil ; keluarga mengatakan akan selalu mengingatkan klien

menjaga kebiasaan dan aktivitas yang menyebabkan kekamb


penyakit klien.
5. Menganjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan Ny.K

kepelayanan kesehatan terdekat baik saat kambuh maupun ti


untuk mengetahui perkembangan penyakit Ny.K

Hasil : keluarga mendengarkan dengan baik dan menerima sa

yang diberikan dan akan mengaplikasikannya.


O. EVALUASI
No.
1

Hari/tgl

DIAGNOSA

EVALUASI

sabtu /

Sindrom pasca trauma

S : keluarga mengatakan kini sudah

25/12/2010

pada keluarga Tn.A

hari-hari kemarin karena rumah yan

berhubungan dengan

diperbaiki, danada info bahwa akan

ketidakmampuan keluarga

selokan dan pembuangan air bah ol

dalam mengambil

setempat secepatnya.

keputusan mengenai

O : keluarga tampak lebih tenang

tindakan yang tepat atas

A : masalah teratasi sebagian (inter

kecemasan atau trauma

berhasil/ intervensi 2, 3, 2 = belum

sabtu /

yang dirasakan
Nyeri akut pada Ny.K pada

P: lanjutkan intervensi : 2, 3,dan 4


S : Ny.x mengatakan kini telah mem

25/12/2010

keluarga Tn.A

penyakitnya dan apa saja yang perl

berhubungan dengan

mencegah kekambuhan dan yang p

ketidakmampuan keluarga

saat kambuh

untuk mengenal masalah

O : - klien tampak mengangguk sa

kesehatan anggota

penjelasan

keluarga.

- klien mengatakan mengerti dengan


perawat
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


A. Pengkajian keperawatan komunitas
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal
komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negative yang berbenturan dengan masalah
kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan
merancang strategi promosi kesehatan. Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan
sosialisasi program perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan
bersamasama dalam komunitas tersebut.
Pengkajian dilakukan dengan teknik survey atau sensus terhadap tiap responden / tiap keluarga,
kemudain hasil pengkajian tersebut dituangkan kedalam tiap-tiap dimensi diatas dalam bentuk
pengklasifikasian data/tabulasi data sehingga akan terlihat bagaimana distribusi datanya.
Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai dari pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah perioritas. Kumpulan
individu/ keluarga di komunitas merupakan Core dari asuhan keperawatan komunitas.
Demografi, populasi, nilai- nilai, keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatannya, serta dipengaruhi pula oleh delapan sub sistem: fisik dan lingkungan perumahan,
pendidikan , keselamatan dan transportasi, politik dan kebijakan pemerintah, kesehatan dan
pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi..
Data inti :
1) Usia yang berisiko
2) Pendidikan
3) Jenis kelamin
4) Pekerjaan
5) Agama
6) Keyakinan
7) Nilai nilai
8) Riwayat komunitas, yang dapat merupakan stressor timbulnya gangguan
Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan
Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak
menimbulkan stress.
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau

merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.


System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi
misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai
dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga
upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk
konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka
mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
Data Subsistem
1) Physical Environment
Perumahan yang dihuni penduduk, apakah penerangan, sirkulasi, kepadatannya merupakan
stressor bagi penduduk.
2) Education
(Status pendidikan, sarana pendidikan) apakah dapat digunakan untuk peningkatan pengetahuan
3) Safety & Transportation
(Pelayanan perlindungan: kebakaran, polisi, sanitasi; Transportasi : berupa jalan dan sarana
angkutan ) di lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress
4) Politics & Government
Politik dan kebijakan pemerintah ( tingkat RT, RW, Lurah, Camat dan lainlain) apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai bidang termasuk
kesehatan.
5) Health & Social Services
(PKK, Karang taruna, panti , LKMD, Posyandu dan lain-lain) apakah tersedia untuk melakukan
deteksi dini pada gangguan / merawat / memantau apabila gangguan sudah terjadi.
6) Communication
(Formal : koran, radio, TV ; informal : papan pengumuman, poster dan sebagainya) apakah
sarana komunikasi dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan kesehatan, misalnya televisi, radio, koran, leaflet yang diberikan kepada
komunitas.
7) Economics
tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR ( Upah
Minimum Regional / individu/ bulan ) dibawah atau diatas sehingga upaya pelayanan, misalnya
anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8) Recreation

apakah tersedia sarana , kapan saja dibuka, biayanya apakah terjangkau oleh komunitas. Rekreasi
ini hendaknya dapat digunakan komunitas unyuk mengurangi stress.
Langkah pengkajian :
a. Mengumpulkan data primer
a) Wawancara
Masyarakat
Tokoh masyarakat
Kader
Aparat kelurahan / desa
Pemerintah Daerah setempat
b) Observasi
Norma
Nilai
Keyakinan
Struktur kekuatan
Proses penyelesaian masalah
Dinamika kelompok masyarakat
Pola komunikasi
Situasi/ kondisi lingkungan wilayah
b. Mengumpulkan data sekunder
Dilakukan dengan cara mencatat data dan informasi dari sumber yang relevan untuk wilayah
yang menjadi tanggung jawabnya.misalnya catatan kelahiran, kematian, cakupan pelayanan.
c. Membahas data yang terkumpul
Kegiatan yang dilakukan yaitu Lokakarya mini atau pertemuan khusus pada forum koordinasi.
Melalui pembahasan ini dirumuskan masalah serta mencari penyebabnya.
1. DIMENSI LOKASI
(data Dimensi lokasi bisa mengambil dari data Rt/Rw/Desa/Kecamatan)
1) Batasan Komunitas
a. Batas wilayah dan peta wilayah dari tempat praktek
b. Karakteristik batasan wilayah (zona wilayah)
c. Lokasi Pelayanan Kesehatan
a) Tempat dan jarak pelayanan kesehatan
b) Cara mencapai lokasi yankes
2) Gambaran Geografis
a. Kesuburan dan peta topografi
b. Kemiringan dan ketinggian tanah
3) Iklim
a. Curah hujan dan kelembaban
b. Prakiraan musim hujan dan kemarau

4) Flora dan Fauna


a. Jenis tanaman
b. Jenis hewan (ternak dan liar)
5) Lingkungan buatan
a. Sarana Olah Raga
b. Saranan Rekreasi
c. Lingkungan pemukiman
2. DIMENSI POPULASI
1). Ukuran
Jumlah Penduduk : . Jiwa
Laki-laki : .. jiwa (%)
Perempuan : .. jiwa (%)
2). Jumlah kepala Keluarga : . KK
3). Kepadatan
a. Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah keseluruhan
b. Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah pemukiman
c. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin:
NO
Kelompok Umur
L
P
Jumlah
%
1
2
Jumlah
1. Disribusi penduduk menurut tingkat pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
1
2
Jumlah

Distribusi penduduk menurut Mata Pencaharian


No
Mata Pencaharian
Jumlah
%
1
2
Jumlah
4). Budaya Penduduk
a. Latar Belakang budaya / etnik penduduk
b. Sejarah Budaya Penduduk
c. Mobilitas Penduduk
a) Jenis Kependudukan (penduduk menetap /penduduk sementara
b) Pemanfaatan waktu oleh penduduk (berdasarkan struktur keluarga & berdasarkan jenis
pekerjaan.
B. Diagnose keperawatan komunitas
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa
berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun
diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi,
karakteristik lingkungan.
1. Merumuskan diagnosa keperawatan komunitas memerlukan pemikiran yang kritis dalam
mengambil keputusan
2. Ini sebuah tantangan dan tugas utama
3. Komplet dan validnya diagnosa akan berdampak pada tahap selanjutnya dari proses
keperawatan dan dasar dari perencanaan program kesehatan
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya
mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.
C. Perencanaan keperawatan komunitas
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah

pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah
kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka
sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader
Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
D. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan
sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan
biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan
lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan
penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya
kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang
serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.

Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat
usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.
Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their
health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or
group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope
with the environment. (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya dan sebagainya).
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan
sebagai berikut : Health promotion is programs are design to bring about changewithin
people, organization, communities, and their environment.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi
dan lingkungannya.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan
perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan
merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok
potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut
juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran
tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk
kebijakan dan peraturan perundangan.
E. Pemberdayaan komunitas
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi
kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: advokasi, dukungan sosial, dan
pemberdayaan masyarakat.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :

1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)


2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui
kegiatan pelatihan.
3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan
dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat.
Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara
bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:
1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok,
dan masyarakat.
2. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau
sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
3. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku
sehat.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:
1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi
pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok
dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi
masyarakat setempat.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan
melakukan tindakan pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam
kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
Prinsip pemberdayaan masyarakat
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
2. Mengembangkan gotong-royong masyarakat.
3. Menggali kontribusi masyarakat.
4. Menjalin kemitraan.
5. Desentralisasi.
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat
1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan
masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan
pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
Ciri pemberdayaan masyarakat
1. Community leader (pimpinan masyarakat). petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada

tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan
sebagainya.
2. Community organization (organisasi masyarakat). organisasi seperti PKK, karang taruna,
majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
3. Community Fund (pendanaan masyarakat): Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu
prinsip pemberdayaan masyarakat.
4. Community material (material masyarakat) : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang
dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil
pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke
puskesmas.
5. Community knowledge (pengetahuan masyarakat): pemberdayaan bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan
community based health education.
6. Community technology (teknologi masyarakat): teknologi sederhana di komunitas dapat
digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau
arang.
Contoh Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama menanggulangi
masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam memecahakan masalah yang
dihadapi.
b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi
Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan peduli
terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat
Hal yang perlu diperhatikan :
Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam
rangka meningkatkan pendapatan.
Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda setempat
untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.
c. Pemberdayaan Petugas
d. Subsidi Langsung
F. Berkolaborasi dengan berbagai sector
G. Rujukan kesehatan
Adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal
maupun horizontal. Pelayanan kesehatan masyarakat terdiri dari 3 bentuk yaitu :
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama ( primary health care )
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat
yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah

kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar ( lebih kurang 85% ), pelayanan yang
diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar ( basic health services ), atau
juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama ( primary health care ). Bentuk
pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas yaitu puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan
balkesmas.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua ( secondary health service )
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan inap yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk
pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D memerlukan tersedianya tenaga tenaga
spesialis.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tertiary health service )
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah komplek dan memerlukan tenaga
tenaga super spesialis.
H. Evaluasi keperawatan komunitas
Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:
a) Relevansi antara kenyataan dengan target
b) Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana, fasilitas dan
jumlah peserta
c) Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d) Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.
Proses Evaluasi
1. Menilai respon verbal dan nonverbal
2. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
I. Dokumentasi keperawatan komunitas
Dokumentasi proses keperawatan
merupakan pernyataan tentang kejadian / aktivitas dengan catatan tertulis
dari pengkajian sampai evaluasi
sarana komunikasi
dapat sebagai alat bukti
memudahkan & membantu mengatasi masalah klien
referensi pembelajara
KONSEP KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS
A. Pengertian Kelompok khusus
Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental maupun social budaya
dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan
dan keperawatan terhadap dirinya sendiri.

Perawatan kelompok kusus adalah upaya di bidang keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan kepada kelompok kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan kesehatan dan kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut yang
dilaksanakan secara terorganisir dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat
kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya
kuratif dan rehabilitative yang ditujukan kepada mereka yang tinggal dipanti dan kepada
kelompok kelompok yang ada dimasyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan
pendekatan pemecahan masalah melalui proses keperawatan.
B. Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong diri mereka
sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung kepada pihak lain.
Tujuan khusus
Agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam hal:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai dengan
macam, jenis dan tipe kelompok.
2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan yang mereka hadapi berdasarkan
permasalahan yang terdapat pada kelompok.
3. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan
rencana yang telah mereka susun bersama.
4. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan mereka sendiri.
5. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan
perawatan diri sendiri.
6. Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak berbuat dalam rangka
meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri.
7. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang fungsi
puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan mayarakat.
C. Sasaran
Ada dua sasaran pokok pembinaan yaitu melalui institusi institusi yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan pelayanan kelompok khusus dimasyarakat
yang telah terorganisir secara baik atau melalui melalui posyandu yang ditujukan untuk ibu
hamil, bayi dan anak balita atau terhadap kelompok kelompok khusus dengan cirri khas
tertentu misalnya kelompok usila, kelompok penderita berpenyakit kusta dan sebagainya.
D. Pelayanan kelompok khusus di institusi
Pelayanan terhadap lembaga lembaga social kemasyarakatan yang menyelenggarakan
pemeliharaan dan pembinaan kelompok kelompok khusus tertentu, diantaranya:
*Panti wreda
*Panti asuhan
*Pusat rehabilitasi anak cacat (fisik, mental, social)
*Penitipan balita

Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi meliputi:
Penghuni panti
Merupakan prioritas utama karena mereka yang rawan terhadap masalah kesehatan dan
umumnya merekalah yang bermasalah baik secara individu maupun kelompok. Dalam mengatasi
permasalahan perlu kolaborasi dengan profesi kesehatan lain maupun dengan petugas petugas
terkait.
Petugas pantiMerupakan orang yang setiap berhubungan langsung dengan pelayanan penghuni
panti dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dan merekalah yang paling mengetahui.
Lingkungan panti
Merupakan salah satu mata rantai penyebaran penyakit
E. Pelayanan kelompok khusus di masyarakat
Dilakukan melalui kelompok kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan diantara kelompok tersebut yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas, selain itu lahan pembinaan kelompok
khusus masyarakat dapat dilakukan melalui posyandu terhadap kelompok ibu hamil, bayi dan
anak balita serta kelompok lainnya yang mungkin dapat dilakukan.
F. Klasifikasi
Kelompok khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka
hadapi, diantaranya:
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan akibat pertumbuhan
dan perkembangannya misal:
Kelp. Ibu hamil
Kelp. Ibu bersalin.
Kelp. Ibu nifas.
Kelp. Bayi dan anak balita.
Kelp. Anak usia sekolah.
Kelp. Usia lanjut.
Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan,
diantaranya:
Kelp. penderita penyakit menular (kusta, TBC, AIDS, Peny. Kelamin)
Kelp. Penderita penyakit tidak menular (DM, Jantung, Stroke)
Kelp. Cacat yang memerlukan rehabilitasi (Fisik, mental, social)
Kelp. Khusus yang mempunyai resika terserang penyakit (WTS, penyalahgunaan obat &
narkotika, pekerja tertentu).
G. Ruang lingkup kegiatan.
Kegiatan perawatan kelompok khusus mencakup upaya upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitative dan resosialitatif melalui kegiatan kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut:
Pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Penyuluhan kesehatan.
Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok, kader kesehatan dan petugas

panti.
Penemuan kasus secara dini.
Melakukan rujukan medic dan kesehatan.
Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat, kader dan petugas panti atau pusat
pusat rehabilitasi kelompok khusus.
Alih tegnologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas panti, kader
kesehatan.
H. Prinsip dasar
Yang menjadi prinsip dasar dalam perawatan kelompok khusus adalah:
Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus dalam meningkatkan kesehatan
mereka sendiri.
Menekankan kepada upaya preventif dan promotif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitative.
Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan secara konsisten dan
berkesinambungan.
Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan dan kelompok sebagai subyek
maupun obyek pelayanan.
Dilakukan diinstitusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kelompok
khusus dimasyarakat terhadap kelompok khusus yang mempunyai masalah yang sama.
Ditekankan pada pembinaan perilaku penghuni panti,petugas panti, lingkungan panti bagi
yang diinstitusi dan masyarakat yang mempunyai masalah yang sama kearah perilaku sehat.
I. Tahap tahap perawatan kelompok khusus
1. Tahap persiapan
Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan jumlah panti atau pusat
pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.
Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok khusus terhdap
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan kelompok
khusus yang ada di masyarakat.
Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan di panti /institusi melalui
pengumpulan data.
Menganalisa data kelompok khusus dimasyarakat dan diinstitusi
Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus di
masyarakat dan institusi.
Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan masalah dan prioritas
masalah kesehatan/keperawatan kelompok khusus melibatkan kader kesehatan dan petugas panti
2. Tahap perencanaan
Menyusun perencanaan penanggunangan masalah kesehatan /keperawatan bersama petugas panti
(bagi yang diinstitusi) dan kader kesehatan (yang dimasyarakat). Yang manyangkut:
Jadwal kegiatan (Tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya, kriteria hasil).
Jadwal kunjungan.

Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan.


Dsb.
3. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan didasarkan atas rencana kerja yang telah disepakati bersama, yang disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan kegiatan dapat berupa:
Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Penyuluhan kesehatan.
Imunisasi.
Penemuan khasus dini.
Rujukan bila dianggap perlu.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan.
Proses Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi
data yang penting mengenai klien.
Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan.
Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress.
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi.
System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR
(Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan
sesuai status ekonomi tersebut.
Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka
mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa
berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun
diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi,
karakteristik lingkungan.
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya
mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.
3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah
pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah
kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka
sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader

Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat


d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut
4. Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan
laboratorium
Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas
bila stressor dari lingkungan
Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
5. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit,
contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan
pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan
kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara
teratur ke Posyandu.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah
:

a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b) Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau
pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta
c) Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan
program.
d) Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap
tindakan yang dilaksanakan.
e) Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan
yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun

You might also like