Professional Documents
Culture Documents
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif
dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
PARADIGMA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik
keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,
social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju
kemandirian pasien/klien.
air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir,
misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan
esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat
yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif
yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi
lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.
TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai
upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan
keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks
komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu,
keluarga serta masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam
memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan
upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan
penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat
optimal.
SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan
tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran
dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang
belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu,
penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit
kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi,
seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK),
keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan
balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau
keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan
5. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas yang berbeda pada
waktu yang berbeda.
6. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada latar belakang budaya,
agama dan sosial klien.
7. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda pada waktu yang
berbeda.
8. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan rangsang internal dan
eksternal.
9. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan.
10. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya.
11. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu yang berbeda.
12. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien bergerak kea rah
kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka teori dan pendekatan
sistematik.
13. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan merubah
kebutuhan kesehatan.
ASUMSI KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA (1980) yaitu
keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan yang kompleks,
keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan kesehatan. Penentuan
kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, perawat dan klien membentuk
hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan kesehatan, lingkungan mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi tanggung jawab setiap individu.
KARAKTERISTIK KEPERAWATAN
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang
diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif dan
berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang
tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat,
pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat mengkaji dan
mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan
epidemiologi.
PRINSIP PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus
memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara
langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan
komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan
disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla
yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif
dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah dimasyarakat dan bukan di rumah
sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi kehidupan sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas digunakan untuk kegiatan
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit,
penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan
yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
TANGGUNG JAWAB PERAWAT KESEHATAN KOMUNITAS
Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat
komunitas adalah menyediakan pelayanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah
mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan lingkungan yang sehat,
mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit dan injuri, identifikasi
standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta melakukan
rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse),
memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai
standart, kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan
Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang
dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang
sehat sakit.
Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga,
berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case management dan konsultasi.
Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna
memenuhi kebutuhan anak dengan mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah
dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986).
Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang
adalah guru dan kader.
Perawat Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara
kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja
mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu,
kelompok dan masyarakat ditatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas
dan lain-lain.
Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan
kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia
tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjut
usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan
dan menunjang proses kematian yang bermartabat.
sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu subsistem akan
mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan,
dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.
MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.
MODEL SELF CARE D.E OREM (1971)
Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan
keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan
lima tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah, Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan, Memodifikasi
lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
secara tepat.
Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga fungsi tubuh
dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksanaan
kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan
guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit
(Orem, 1980).
Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan berbagai variasi
tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
Self Care : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti bagaimana untuk
memenuhi kebutuhan.
Keperawatan : pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal merupakan
tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan
kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan keperawatan mandiri dapat digunakan
dalam praktik keperawatan keluarga.
Sasaran
1. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Fokus Asuhan Keperawatan
1. Aspek interpersonal : hubungan di dalam keluarga
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS
PENDAHULUAN
Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan komunitas dan
praktik kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan
upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih
banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga
binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah
adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan
pemerintah.
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah, di
Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses
keperawatan komunitas.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi
data yang penting mengenai klien.
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya
mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.
3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah
pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah
kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka
sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader
Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan
laboratorium
Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas
bila stressor dari lingkungan
Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit,
contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan
pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan
kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara
teratur ke Posyandu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah
:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau
pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan
program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap
KONSEP PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi
kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL, dan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)
2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui
kegiatan pelatihan.
3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan
dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat
dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada.
Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah mencakup
:
Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini
adalah mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan gejalanya,
bagaimana cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang tepat.
Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun
kualitas, termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.
Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih,
pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.
pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat
adiktif/narkotik
Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan dibahas
berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR KEBERHASILAN
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam
masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat
Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan
sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya alam meliputi kondisi
geografisnya. Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan
menghasilkan sumber daya ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara penduduk
kaya dan miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.
Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat
Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada di masyarakat, tak akan berkembang dari
dalam tanpa adanya kegotong royongan diantara sesama anggota masyarakat.
Menggali Kontribusi Masyarakat
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah
menggali potensi masyarakat terutama potensi ekonomi yang ada dimasing-masing anggota
masyarakat.
Menjalin Kemitraan
Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai
sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat serta individu
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk membangun
kemandirian, kemitraan adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang mandiri adalah wujud
dari kemitraan antar anggota masyarakat itu sendiri atau diantara masyarakat dengan pihak-pihak
luar, baik pemerintah maupun swasta.
Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala
bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat
setempat, sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat,
peranan sistem yang ada diatasnya adalah fasilitator dan motivator.
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan.
Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah
memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau
memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan
kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut.
Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar
rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider
kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar
berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.
2. Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila
kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan
atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain
sebagai berikut :
a. Tokoh atau Pimpinan Masyarakat
Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau pemukiman
kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh masyarakat.
Pemimpin atau tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat, Lurah, Ketua
RT/RW) maupun bersifat informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap awal
pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan
pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
b. Organisasi Masyarakat
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun
informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan sebagainya.
c. Pendaaan Masyarakat
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi
beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama
(tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
d. Material Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.
e. Pengetahuan Masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).
MASYARAKAT (UKBM)
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang sehat,
meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan yang
lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum).
Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya
yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam
kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat terhindar dari
kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga produktivitas
penduduk.
JENIS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan Posyandu ini
telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak dari tahun 1982. Saat ini telah popular di
lingkungan Desa dan RW diseluruh Indonesia.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu
diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.
Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu dan kesehatan anak
lainnya.
Kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan pemeriksaan (Ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan balita), memberikan pertolongan persalinan normal yang bersih dan aman,
memberikan pelayanan KB, memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama
kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan masyarakat.
Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos Obat Desa merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan sederhana
terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (Penyakit rakyat/penyakit
endemik).
Dilapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada.
Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanannya a.l. menyediakan
obat bebas dan obat khusus untuk keperluan beberapa Program Kesehatan.
Pos Gizi (Pos Timbang)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan
pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat
perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya.
Dimasyarakat Karang Taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu
mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya
termasuk pula dalam pembangunar, kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan Posyandu, gerakan
kebersihan lingkungan, gotonog-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi
Karang Taruna ini sangat besar.
Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayan kesehatan diwilayah
terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan melalui Puskesmas Keliling. Upaya
pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat
rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera
diatas.
POSYANDU
1. POSYANDU
Latar Belakang
Puskesmas adalah ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan pertama di masyarakat yang
diperkenalkan mulai tahun 1968. Sejak berdirinya Puskesmas banyak bentuk pemberdayaan
masyarakat yang telah diselenggarakan, antara lain: Karang Balita (gizi), Pos KB Desa (KB), Pos
Imunisasi (Imunisasi), Daerah Kerja Intensif Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (penyuluhan).
Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka 1)
Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga
kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
Dasar Pelaksanaan
Penyelenggaraan Posyandu didasarkan pada keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri,
Menteri Kesehatan dan KBN melalui Surat Keputusan Bersama: dengan Nomor 23 tahun 1985,
21 /Men. Kes/Inst. B./IV 1985, dan 112/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu,
yaitu:
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu dalam lingkup
LKMD dan PKK
Sedangkan kegiatan lain atau yang disebut kegiatan tambahan anatara lain:
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Lear Biasa (KLB), Misalanya:
ISPA, DBD, Gizi buruk, Polio, Campak, Diphteri, pertusis, atau tetanus neonatorum.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD),
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD),
f. Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN)
g. Tabungan Masyarakat (TABUMAS)
h. Suami Siap Antar Jaga (SIAGA),
i. Ambulan Desa.
j. Penyehatan Air bersih clan penyehatan lingkungan pemukiman
k. Program diversivikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA),
Jenjang Posyandu
Menurut "Konsep ARRIF Jenjang Posyandu dikelompokkan menjadi empat strata:
a. Posyandu Pratama (warna merah)
Belum mantap
Kegiatan belum rutin
Kader terbatas
b. Posyandu Madya (warna Kuning)
Kegiatan lebih teratur
Jumlah kader minimal lima orang
c. Posyandu Purnama (warna Hijau)
Kegiatan sudah teratur
Cakupan program/kegiatan baik
Jumlah kader lebih dari lima orang
Mempunyai program tambahan
d. Posyandu Mandiri (warna biro)
Kegiatan teratur dan mantap
Memiliki dana sehat clan JKM yang mantap
2. KADER KESEHATAN
Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara Posyandu. L.A
Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan:
kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang
dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat". Direktorat
Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan, bahwa:"Kader adalah warga
masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara
sukarela ".
Dasar Pemikiran
a) Dari segi kemampuan masyarakat
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dalam bidang kesehatan, bentuk
pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek, akan
tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.
b) Dari segi kemasyarakatan
Perilaku kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat perlu memperhatikan keadaan sosial
c) Pengertian kerelawan yang dicerna secara kaku, menghambat pemanfaatan tenaga profesional,
d) Kegiatan Posyandu yang kurang variasi dan tidak partisipatif, membosankan para pengelola
dan peserta,
e) Penampilan Posyandu yang kurang variasi dan tidak atraktif, kurang menarik pengelola dan
peserta,
f) Ekspektasi peran yang berlebihan (bimbingan medis dan manajerial), membebani tugas dan
tanggungjawab Puskesmas.
DESA SIAGA DAN RW SIAGA
A. DESA SIAGA
Latar Belakang
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ IV/2000 telah
ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut
menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tingginya angka kematian, terutama kematian pada ibu (AKI) dan bayi (AKB) menunjukkan
masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan
yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti malaria
dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit bare yang bersifat pandemik seperti
HIV/AIDS, SARS dan flu burung serta masih banyak ditemukan penyakitpenyakit endemis
seperti diare dan demam berdarah. Keadaan tersebut diperparah lagi dengan timbulnya berbagai
jenis bencana karna faktor alam.
LANDASAN HUKUM PENGEMBANGAN DESA SIAGA
1. Undang Undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1.
2. Undang Undang Nomor 4 tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular
3. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
4. Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
6. Undang Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pernbangunan Keuangan antara Pusat dan
pemerintah Daerah
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ V/2000 Tentang Pembangunan
Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.
8. KEPMENDAGRI No.9 tahun 2001 tentang Kader Pemberdayaan masyarakat.
PENGERTIAN DESA SIAGA
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam
rangka mewujudkan Desa Sehat.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti
tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader
desa, serta petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundangundangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait,
swasta, para donator, dan stakeholders lainnya.
TITIK AWAL PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Pengembangan Desa Siaga dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan
desa yang akan dikembangkan.
KRITERIA DESA SIAGA
Kriteria dari Desa Siaga adalah sebagai berikut :
1. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke
Puskesmas/Pustu, dikembangkan Pos Kesehatan Desa)
2. Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (misalnya
Posyandu, Pos/Warung Obat Desa dan lain-lain)
3. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
4. Memiliki system pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor resiko yang berbasis
masyarakat.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO, 1959).
Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan
masyarakat yaitu : Ilmu Keperawatan, Ilmu kesehatan masyarakat dan Ilmu social (peran serta
masyarakat).
Dalam melakasanakan asuhan keperawatan komunitas pada dasarnya menggunakan
pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah : pengkajian data, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masyarakat.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan objektif. Data subyektif
adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan sedangkan data
objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan dan komunitas.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya :
kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau anamnase,
pengamatan dan pemeriksaan fisik.
a.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan
pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, social ekonomi dan spiritual serta
factor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu data tersebut harus akurat dan dapat
dilakukan analisa untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :
1) Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah
binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas
(masyarakat rusal atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas
dan pola perubahan komunitas.
b) Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku,
bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agam dan komposisi keluarga.
c) Vital statistic
Jabarkan atau uraikan data tentang : angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka
pertambahan anggota, angka kelahiran.
d) Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic antara lain : dari
angka mortalitas, morbiditas, IMR. MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status kesehatan
komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan
lansia. Pada kelompok khusus di masyarakat : ibu hamil, pekerja industri, kelompok penyakit
kronis, penyakit menular. Adapun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini :
ISPA
Penyakit asthma
TBC paru
Penyakit kulit
Penyakit mata
Penyakit rheumatic
Penyakit jantung
Kelumpuhan
Pola eliminasi
Status psikososial :
Peran di masyarakat
Stabilitas emosi
Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan kekerasan
Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengkonsumsi alcohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola
konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.
Luas bangunan
Bentuk bangunan
Jenis bangunan
Atap rumah
Dinding
Lantai
Ventilasi
Pencahayaan
Penerangan
Kebersihan
b) Sanitasi
Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak dengan
sumber air
Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara pengolahannya :
dibakar, ditimbun, atau cara lainnya, sebutkan.
c) Fasilitas
Pekarangan
Sarana olahraga
Taman, lapangan
Ruang pertemuan
Sarana hiburan
Sarana ibadah
d) Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur, dan selatan
e) Sarana ibadah
3) Pelayanan kesehatan dan social
a) Pelayanan kesehatan
Jumlah kunjungan
System rujukan
Lokasi
Kepemilikan
Kecukupan
4) Ekonomi
a) Jenis Pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lansia
5) Keamanan dan transportasi
a) Keamanan
Penanggulangan kebakaran
Penanggulangan bencana
b) Transportasi
Kondisi jalan
a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
8) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal)
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut :
Karakteristik demografi
Karakteristik geografi
Menetapkan kekuatan
c.
d. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :
Perhatian masyarakat
Prevalensi kejadian
Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Abraham H.
Maslow yaitu :
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah actual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian sedangkan
masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian (American Nurses of
Association (ANA).
Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1) Problem (Masalah)
2) Etiologi (Penyebab)
3) Sign or Symptom (Tanda atau Gejala)
Perumusan daignosa keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Dengan rumus PES
: (masalah)
: .... (komunity)
Sehubungan dengan
Yang dimanifestasikan/
didemonstrasikan oleh
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Rencana keperawatan harus mencakup : Perumusan tujuan,
Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, kriteria hasil untuk menilai pencapaian
tujuan.
a.
Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
K.1 : Kondisi
P: Predikat
K.2 : Kriteria
Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan
masyarakat
4.
Pelaksanaan
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah : I2 RMU.
1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berdasar pada iman dan takwa
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesame profesi, tim kesehatan
lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan asas kemitraan
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun.
4. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta komponen.
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :
Keterpaduan antara : Biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana, dan prasarana dengan pelayanan
kesehatan maupun sector lainnya
Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
Fokus evaluasi
1) Relevansi
Apakah program yang diperlukan ?
Yang ada atau yang terbaru
2) Perkembangan kemajuan
Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana ?
Bagaimana staf, fasilitas dan jumlah peserta ?
3) Cost efficiency (efisiensi biaya)
Bagaimana biaya ?
Apa keuntungan program ?
4) Efektifitas
Apakah tujuan tercapai ?
Apakah klien puas ?
Apakah focus pada formulatif dan hasil jangka pendek ?
5) Impact
Apakah dampak jangka panjang ?
Apa perubahan perilaku dalam 6 bulan atau 1 tahun ?
Apakah status kesehatan meningkat ?
b. Kegunaan evaluasi
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan yang diberikan.
3)
Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun
rencana dalam proses keperawatan.
c.
Hasil evaluasi
Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil evaluasi, yaitu :
1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat telah menunjukkan kemajuan sesuai
denga kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
memperbaiki atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tidak menunjukkan perubahan kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan dan faktor-faktor yang lain tidak
sesuai sehingga menjadi penyebab tidak tercpainya tujuan.
: Tn. A
: 37 tahun
: Pedagang
Nama
Hub.D
Um
:
Pend.
STATUS IMUNISASI
g.
ur
terak
ota
Kep.
(th
hir
keluar
Keluar
n)
Angg
ga
BC
G
POLIO
DPT
HEPATI
AK
TIS
1 2 3 4 1 2 3 1
CAMP
ga
Ny.K
ISTRI
35
SMP
An.M
Anak
12
SMP
An.N
SD
Anak
2
Genogram :
Keterangan :
=
keluarga
= meninggal
laki-laki
garis
hub.
= perempuan
= klien
6. Tipe Keluarga :
Keluarga Tn. A termasuk keluarga kecil yang terdiri dari Kepala Keluarga,
istri, 2 orang anak
7. Suku Bangsa :
Seluruh Anggota Keluarga berasal dari suku Makassar, Indonesia
8. Agama :
Semua anggota keluarga menganut agama Islam dan mereka taat beribadah
dan menjalankan perintah Allah SWT
9. Status Sosial Ekonomi keluarga :
Kepala Keluarga
: 500.000,-/bln
Istri (ibu K)
: 250.000,-/bln
Anak ke-1
:-
Anak ke-2
:-
Kepala Keluarga
dan rawat inap selama 8 hari di Rumah Sakit dan sekarang sudah sembuh.
Istri
kambuh tidak mengharuskan klien berobat dan rawat inap di RS akan tetapi
cukup membeli obat diapotek
Anak ke-1
Anak ke-2
tangan dislokasi akibat jatuh pada saat bermain, tapi tidak dibawa ke RS
untuk berobat akan tetapi hanya diberi obat gosok dan diurut saja
pergelangan tangannya dan kepala yang cedera hanya diberikan antiseptic
yang dibeli sendiri dari apotek. Namun klien masih terkadang mengeluhkan
tangannya terasa nyeri apabila banyak digerakkan saat bermain. Biasanya
saat kambuh, klien cukup diberi minyak gosok pada daerah yang terasa sakit
yang
kemudian
digunakan
untuk
sendirinya.
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya
istirahat
sampai
sembuh
dengan
Dari keluarga Tn.A tepatnya anak ke-2 (kakak KK) pernah mengidap sakit
DBD, sedangkan dari keluarga Ny.K tepatnya anak ke-2 (adik Ny.K) mengidap
penyakit diare.
C. Pengkajian Lingkungan
15. karakteristik rumah
Luas tanah
: 5 x 6 m2
Luas Rumah : 4 x 5 m2
Keterangan :
1. Rg. Tamu & rg. Keluarga
1
2. Kamar tidur
3. Dapur
4. Kamar mandi
5. Wc umum
10m
Tn.A :
Ny.K :
peran informal : hanya sebagai anggota masyarakat dan perkumpulan ibuibu dilingkungan tempat tinggal
Anak ke-1 :
Anak ke-2 :
kurang
membiasakan
menyadari
cuci
tangan
pentingnya
sebelum
menjaga
makan,
akan
kesehatan,
tetapi
mereka
kebersihan
juga
kurang
terpenuhi
dilihat
dari
makanan
yang
sering
etika
dan
sopan
santun.
Diterapkannya
demokrasi
dalam
anggota kelurga mengerti potensi yang ada pada setiap anggota kelurga
dan mengerti tentang sumber-sumber kelurga yang dimiliki
c.
jika anggota keluarga ada yang sakit dan sekiranya perlu penanganan
tenaga kesehatan, maka keluarga akan mempercayakan perawatan dan
Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang diderita tidak kambuh dan
selalu mencari solusi jika keluarga sakit.
a.
jumlah anak yang dimiliki Tn.A ada 2 orang yaitu 1 perempuan dan 1 lakilaki
b.
c.
stressor jangka pendek : kerusakan rumah akibat banjir dan trauma adanya
banjir susulan
ada
permasalahan
dalam
keluarga,
sering
diselesaikan
dengan
musyawarah.
32. strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah melakukan kekerasan, perlakuan kejam terhadap
anak,
mengkambinghitamkan
menyelesaikan masalah.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Tn.A (kepala keluarga)
TD
: 120/70 mmHg
: 24 x/menit
anak,
memberikan
ancaman
dalam
: 80 x/menit
: 36 0C
KEPALA
-
Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat
Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pembesaran polip
Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris
LEHER
Inspeksi : tidak ada nodul
DADA
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat palpitasi,
suara mur mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
ABDOMEN
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, pergerakan peristaltik
usus baik.
EKSTREMITAS
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
2. Ny.K (Istri)
TD
: 120/80 mmHg
: 26 x/menit
: 80 x/menit
: 36 0C
KEPALA
-
Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat
Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pembesaran polip
Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris
LEHER
Inspeksi : tidak ada nodul
DADA
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat palpitasi,
suara mur mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
ABDOMEN
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, pergerakan peristaltik
usus baik.
EKSTREMITAS
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
H. Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan
Keluarga berharap agar mampu memberikan pelayanan yang baik dan tepat
pada siapa saja yang membutuhkan tidak hanya pasien yang di RS tetapi
juga warga masyarakat yang membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan.
Jangan membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan antara masyarakat
miskin dengan kaya.
I. Pengkajian Fokus
-
Hubungan anak terhadap orang tua baik, walau pun sibuk bekerja ibu dan
ayah selalu meluangkan waktu disela- sela pekerjaan untuk pulang kerumah
memberi makan dan melihat keadaan anaknya
Hubungan anak dengan adiknya sangat baik, selalu bermain bersama meski
orang tua pergi bekerja (saling menjaga satu sama lain)
Orang tua membentuk jaringan dengan anak dengan cara tiap hari selalu
meluangkan waktu disela-sela pekerjaan menjenguk anaknya dirumah, tetap
memberikan kasih sayang, perhatian kepada seluruh keluarga dan tetap
menjaga komunikasi dengan baik.
Pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tetap terjaga dengan baik kedua
orang tua memiliki tugas sebagai kepala keluarga, isri, ayah dan juga ibu.
J. Analisa Data
SIMPTOM
ETIOLOGI
PROBLE
M
DO: bila lelah dan Ketidak mampuan keluarga untuk Nyeri
makannya
teratur
nampak
tidak mengenal
mengenai
Ny.K kesehatan
yang
menahan pengertian,
nyeri
factor
DS:
meliputi (Ny.K)
dan
gejala,
penyebab
yang
mengatakan
lelah
tanda
masalah Akut
dan
tidak
perutnya
terasa
nyeri.
Lalu
biasanya
cukup
ke
tidak
dokter
periksa
Skala nyeri : 4 (1-5)
DO:
keluarga Ketidak
tampak
tiduran
sering dalam
mampuan
mengambil
keluarga Sindrom
keputusan pasca
kecemasan
atau
trauma
yang dirasakan.
DS:
keluarga
mengaku
masih
tidak
dapat
berada
didalam
rumah
dengan
nyaman
dan
tenang.
Keluarga
tetap
waspada
dengan
adanya
banjir
susulan
akibat
cuaca
yang
tidak
K. Skoring
1.
Nyeri akut pada Ny.K pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.
N
o
1
Kriteria
Sifat
masalah:
aktual
Penghitung
Skor
Pembenaran
an
3/3x1 = 3/3
3/3=1
Kemungkina
1/2x2 = 1
n masalah
dapat
dapat
kekambuhan
diubah:
sebagian
klien
Potensial
2/3x1 = 2/3
2/3
mendorong
akan
merasakan
masalah
tindakan yang
untuk
mencegah
dicegah :
kekambuhan dapat
cukup
Menonjolnya
0/2x1 = 0
masalah:
mengatasi
masalah
yang
tidak
menyebabkan
dirasakan
masalah
masalah
sedederhana
tidak
Sindrom
pasca
trauma
pada
2/3
keluarga
Tn.A
berhubungan
dengan
Kriteria
Sifat
Penghitun
Skor
gan
3/3x1 = 1
Pembenaran
Masalah actual
masalah:
karena mekanisme
aktual
koping keluarga
kurang adekuat dan
stressor sangat
dirasakan keluarga
Kemungkinan
1/2x2 = 1
Semakin lama,
masalah
stressor makin
dapat diubah:
sedikit sehingga
sebagian
Potensial
2/3x1 = 1
2/3
sebagian.
Penerimaan dan
masalah
keikhlasan terhadap
untuk
dicegah:
mengurangi trauma
cukup
Menonjolnya
2/2x1 = 1
Trauma merupakan
masalah:
masalah
keadaan psikologis
berat,
perlu
yang terganggu
penanganan
serius
:32/3
L. Prioritas Masalah
1.
Sindrom
pasca
trauma
pada
keluarga
Tn.A
berhubungan
dengan
Nyeri
akut
pada
Ny.K
pada
keluarga
Tn.A
berhubungan
dengan
Hari/
Tangga
l
Diagnosa
Tujuan
Umum
Khusus
Intervensi
1.
Rabu/
Sindrom pasca
Setelah
22/12/1
trauma pada
dilakukan
mampu
untuk
men
keluarga Tn.A
tindakan
mengenal
mengungkapkan
yang
berhubungan
selama 2
masalah
kecemasannya
pera
dengan
hari
trauma dalam
ketidakmampu diharapkan
1. Keluarga
keluarga
men
2. Anjurkan keluarga
yang
untuk mengurangi
2. Den
an keluarga
keluarga
2. Keluarga
dalam
mampu
mampu
stressor yang
men
mengambil
mengatasi
memutuskan
menyebabkan
men
keputusan
sindrom
tindakan yang
kecemasan seperti
yang
mengenai
pasca
tepat untuk
anjurkan keluarga
dan
tindakan yang
trauma
mengatasi
kelu
tepat atas
kecemasan
terhadap kejadian
men
kecemasan
dan trauma
3. Keluarga
berkesan dan
yang
mampu
merusak harta
dirasakan
melakukan
benda.
atau trauma
tindakan
keperawatan
untuk tetap
kelu
mencegah
mempertahankan
dapa
trauma yang
mekanisme koping
trau
berlebih
keluarga dalam
4. Keluarga
mampu
memelihara
menghadapi
masalah
4. Anjurkan keluarga
4. Kea
dan
lingkungan
untuk menjaga
kelu
fisik, psikis,
hubungan social
mem
dan social
dengan tetangga
kese
untuk
yang memiliki
mempertahan
kesamaan senasib
kan derajat
dan
kesehatan
5. Keluarga
sepenanggungan,
menjaga keadaan
mampu
psikis dengan
memanfaatka
mampu menerima
n sumberdaya
dengan ikhlas
yang ada
keadaan yang
mer
dimasyarakat
menimpanya.
bent
5. Pela
5. Anjurkan keluarga
yang
puskesma,
untuk meminta
dima
posyandu
untuk
kesehatan dalam
memperoleh
upaya mengurangi
pelayanan
masalah kesehatan
seperti
kesehatan.
2.
Rabu/
Nyeri akut
Setelah
22/12/1
pada Ny.K
dilakukan
1. Keluarga
1. Jelaskan tentang
1. Klie
mampu
penyakit gastritis,
mem
mengenal
Tn.A
selama 2
penyakit
peng
berhubungan
hari
gastritis.
penyebab,
geja
dengan
diharapkan 2. Keluarga
penanganan dan
pena
ketidakmampu Ny.K
mampu
pencegahan serta
penc
an keluarga
mampu
memutuskan
akibat bila
akib
untuk
mengatasi
tindakan yang
penanganan tidak
pena
mengenal
nyeri
tepat untuk
tepa
masalah
mengatasi
segera ditangani
ditan
kesehatan
kekambuhan
anggota
Ny.K
mudah dipahami.
keluarga.
3. Keluarga
2. Jelaskan kepada
mampu
keluarga mengenai
melakukan
tindakan
dilakukan saat
mem
keperawatan
penyakit Ny.K
yang
pencegahan
kambuh
keluarga untuk
3. Keik
mampu
membantu klien
kelu
memelihara
dalam menghindari
optim
lingkungan
dan
mem
fisik, psikis,
meminimalisasikan
mem
dan social
segala bentuk
kese
sehingga
makanan dan
dapat
minuman yang
menunjang
dapat menyebabkan
peningkatan
penyakit Ny.K
kesehatan
kambuh
Ny.K
4. Anjurkan kepada
mampu
memanfaatka
kecapean dan
dapa
n sumberdaya
banyak pikiran.
men
5. Anjurkan kepada
kese
5. Keluarga
yang ada
dimasyarakat
keluarga untuk
5. Pem
seperti
memeriksakan Ny.K
tera
puskesmas,
kepelayanan
men
psyandu,
kesehatan terdekat
peny
kartu sehat
bera
untuk
men
memperoleh
mengetahui
kese
pelayanan
perkembangan
kesehatan
penyakit Ny.K
bagi Ny.K
N. IMPLEMENTASI
Hari/tgl
Kamis/
23/12/2010
No. Dx
IMPELEMENTASI
1 1. Menganjurkan keluarga untuk mengungkapkan kecemasanny
Hasil : keluarga mengungkapakan kecemasannya
2. Menganjurkan keluarga untuk mengurangi stressor yang
Hari/tgl
DIAGNOSA
EVALUASI
sabtu /
25/12/2010
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
dalam mengambil
setempat secepatnya.
keputusan mengenai
sabtu /
yang dirasakan
Nyeri akut pada Ny.K pada
25/12/2010
keluarga Tn.A
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
saat kambuh
kesehatan anggota
penjelasan
keluarga.
apakah tersedia sarana , kapan saja dibuka, biayanya apakah terjangkau oleh komunitas. Rekreasi
ini hendaknya dapat digunakan komunitas unyuk mengurangi stress.
Langkah pengkajian :
a. Mengumpulkan data primer
a) Wawancara
Masyarakat
Tokoh masyarakat
Kader
Aparat kelurahan / desa
Pemerintah Daerah setempat
b) Observasi
Norma
Nilai
Keyakinan
Struktur kekuatan
Proses penyelesaian masalah
Dinamika kelompok masyarakat
Pola komunikasi
Situasi/ kondisi lingkungan wilayah
b. Mengumpulkan data sekunder
Dilakukan dengan cara mencatat data dan informasi dari sumber yang relevan untuk wilayah
yang menjadi tanggung jawabnya.misalnya catatan kelahiran, kematian, cakupan pelayanan.
c. Membahas data yang terkumpul
Kegiatan yang dilakukan yaitu Lokakarya mini atau pertemuan khusus pada forum koordinasi.
Melalui pembahasan ini dirumuskan masalah serta mencari penyebabnya.
1. DIMENSI LOKASI
(data Dimensi lokasi bisa mengambil dari data Rt/Rw/Desa/Kecamatan)
1) Batasan Komunitas
a. Batas wilayah dan peta wilayah dari tempat praktek
b. Karakteristik batasan wilayah (zona wilayah)
c. Lokasi Pelayanan Kesehatan
a) Tempat dan jarak pelayanan kesehatan
b) Cara mencapai lokasi yankes
2) Gambaran Geografis
a. Kesuburan dan peta topografi
b. Kemiringan dan ketinggian tanah
3) Iklim
a. Curah hujan dan kelembaban
b. Prakiraan musim hujan dan kemarau
pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah
kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka
sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader
Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
D. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan
sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan
biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan
lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan
penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya
kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang
serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat
usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.
Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their
health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or
group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope
with the environment. (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya dan sebagainya).
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan
sebagai berikut : Health promotion is programs are design to bring about changewithin
people, organization, communities, and their environment.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi
dan lingkungannya.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan
perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan
merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok
potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut
juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran
tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk
kebijakan dan peraturan perundangan.
E. Pemberdayaan komunitas
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi
kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: advokasi, dukungan sosial, dan
pemberdayaan masyarakat.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan
sebagainya.
2. Community organization (organisasi masyarakat). organisasi seperti PKK, karang taruna,
majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
3. Community Fund (pendanaan masyarakat): Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu
prinsip pemberdayaan masyarakat.
4. Community material (material masyarakat) : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang
dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil
pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke
puskesmas.
5. Community knowledge (pengetahuan masyarakat): pemberdayaan bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan
community based health education.
6. Community technology (teknologi masyarakat): teknologi sederhana di komunitas dapat
digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau
arang.
Contoh Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama menanggulangi
masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam memecahakan masalah yang
dihadapi.
b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi
Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan peduli
terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat
Hal yang perlu diperhatikan :
Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam
rangka meningkatkan pendapatan.
Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda setempat
untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.
c. Pemberdayaan Petugas
d. Subsidi Langsung
F. Berkolaborasi dengan berbagai sector
G. Rujukan kesehatan
Adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal
maupun horizontal. Pelayanan kesehatan masyarakat terdiri dari 3 bentuk yaitu :
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama ( primary health care )
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat
yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah
kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar ( lebih kurang 85% ), pelayanan yang
diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar ( basic health services ), atau
juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama ( primary health care ). Bentuk
pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas yaitu puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan
balkesmas.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua ( secondary health service )
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan inap yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk
pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D memerlukan tersedianya tenaga tenaga
spesialis.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tertiary health service )
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah komplek dan memerlukan tenaga
tenaga super spesialis.
H. Evaluasi keperawatan komunitas
Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:
a) Relevansi antara kenyataan dengan target
b) Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana, fasilitas dan
jumlah peserta
c) Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d) Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.
Proses Evaluasi
1. Menilai respon verbal dan nonverbal
2. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
I. Dokumentasi keperawatan komunitas
Dokumentasi proses keperawatan
merupakan pernyataan tentang kejadian / aktivitas dengan catatan tertulis
dari pengkajian sampai evaluasi
sarana komunikasi
dapat sebagai alat bukti
memudahkan & membantu mengatasi masalah klien
referensi pembelajara
KONSEP KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS
A. Pengertian Kelompok khusus
Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental maupun social budaya
dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan
dan keperawatan terhadap dirinya sendiri.
Perawatan kelompok kusus adalah upaya di bidang keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan kepada kelompok kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan kesehatan dan kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut yang
dilaksanakan secara terorganisir dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat
kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya
kuratif dan rehabilitative yang ditujukan kepada mereka yang tinggal dipanti dan kepada
kelompok kelompok yang ada dimasyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan
pendekatan pemecahan masalah melalui proses keperawatan.
B. Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong diri mereka
sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung kepada pihak lain.
Tujuan khusus
Agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam hal:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai dengan
macam, jenis dan tipe kelompok.
2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan yang mereka hadapi berdasarkan
permasalahan yang terdapat pada kelompok.
3. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan
rencana yang telah mereka susun bersama.
4. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan mereka sendiri.
5. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan
perawatan diri sendiri.
6. Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak berbuat dalam rangka
meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri.
7. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang fungsi
puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan mayarakat.
C. Sasaran
Ada dua sasaran pokok pembinaan yaitu melalui institusi institusi yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan pelayanan kelompok khusus dimasyarakat
yang telah terorganisir secara baik atau melalui melalui posyandu yang ditujukan untuk ibu
hamil, bayi dan anak balita atau terhadap kelompok kelompok khusus dengan cirri khas
tertentu misalnya kelompok usila, kelompok penderita berpenyakit kusta dan sebagainya.
D. Pelayanan kelompok khusus di institusi
Pelayanan terhadap lembaga lembaga social kemasyarakatan yang menyelenggarakan
pemeliharaan dan pembinaan kelompok kelompok khusus tertentu, diantaranya:
*Panti wreda
*Panti asuhan
*Pusat rehabilitasi anak cacat (fisik, mental, social)
*Penitipan balita
Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi meliputi:
Penghuni panti
Merupakan prioritas utama karena mereka yang rawan terhadap masalah kesehatan dan
umumnya merekalah yang bermasalah baik secara individu maupun kelompok. Dalam mengatasi
permasalahan perlu kolaborasi dengan profesi kesehatan lain maupun dengan petugas petugas
terkait.
Petugas pantiMerupakan orang yang setiap berhubungan langsung dengan pelayanan penghuni
panti dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dan merekalah yang paling mengetahui.
Lingkungan panti
Merupakan salah satu mata rantai penyebaran penyakit
E. Pelayanan kelompok khusus di masyarakat
Dilakukan melalui kelompok kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan diantara kelompok tersebut yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas, selain itu lahan pembinaan kelompok
khusus masyarakat dapat dilakukan melalui posyandu terhadap kelompok ibu hamil, bayi dan
anak balita serta kelompok lainnya yang mungkin dapat dilakukan.
F. Klasifikasi
Kelompok khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka
hadapi, diantaranya:
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan akibat pertumbuhan
dan perkembangannya misal:
Kelp. Ibu hamil
Kelp. Ibu bersalin.
Kelp. Ibu nifas.
Kelp. Bayi dan anak balita.
Kelp. Anak usia sekolah.
Kelp. Usia lanjut.
Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan,
diantaranya:
Kelp. penderita penyakit menular (kusta, TBC, AIDS, Peny. Kelamin)
Kelp. Penderita penyakit tidak menular (DM, Jantung, Stroke)
Kelp. Cacat yang memerlukan rehabilitasi (Fisik, mental, social)
Kelp. Khusus yang mempunyai resika terserang penyakit (WTS, penyalahgunaan obat &
narkotika, pekerja tertentu).
G. Ruang lingkup kegiatan.
Kegiatan perawatan kelompok khusus mencakup upaya upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitative dan resosialitatif melalui kegiatan kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut:
Pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Penyuluhan kesehatan.
Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok, kader kesehatan dan petugas
panti.
Penemuan kasus secara dini.
Melakukan rujukan medic dan kesehatan.
Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat, kader dan petugas panti atau pusat
pusat rehabilitasi kelompok khusus.
Alih tegnologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas panti, kader
kesehatan.
H. Prinsip dasar
Yang menjadi prinsip dasar dalam perawatan kelompok khusus adalah:
Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus dalam meningkatkan kesehatan
mereka sendiri.
Menekankan kepada upaya preventif dan promotif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitative.
Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan secara konsisten dan
berkesinambungan.
Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan dan kelompok sebagai subyek
maupun obyek pelayanan.
Dilakukan diinstitusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kelompok
khusus dimasyarakat terhadap kelompok khusus yang mempunyai masalah yang sama.
Ditekankan pada pembinaan perilaku penghuni panti,petugas panti, lingkungan panti bagi
yang diinstitusi dan masyarakat yang mempunyai masalah yang sama kearah perilaku sehat.
I. Tahap tahap perawatan kelompok khusus
1. Tahap persiapan
Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan jumlah panti atau pusat
pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.
Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok khusus terhdap
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan kelompok
khusus yang ada di masyarakat.
Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan di panti /institusi melalui
pengumpulan data.
Menganalisa data kelompok khusus dimasyarakat dan diinstitusi
Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus di
masyarakat dan institusi.
Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan masalah dan prioritas
masalah kesehatan/keperawatan kelompok khusus melibatkan kader kesehatan dan petugas panti
2. Tahap perencanaan
Menyusun perencanaan penanggunangan masalah kesehatan /keperawatan bersama petugas panti
(bagi yang diinstitusi) dan kader kesehatan (yang dimasyarakat). Yang manyangkut:
Jadwal kegiatan (Tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya, kriteria hasil).
Jadwal kunjungan.
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka
mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa
berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun
diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi,
karakteristik lingkungan.
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya
mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.
3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah
pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah
kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka
sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader
a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b) Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau
pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta
c) Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan
program.
d) Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap
tindakan yang dilaksanakan.
e) Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan
yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun