Professional Documents
Culture Documents
MINI PROJECT
F.7
Oleh :
dr. Gloria Kristina Liko
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan
Pelaksana Kegiatan
Jenis Kegiatan
: Mini Project
Kode Kegiatan
: F7
Magetan,
Menyetujui,
Dokter Pendamping
dr.Siti Sumarni
NIP. 19600813 198802 2 001
Pelaksana Kegiatan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Di seluruh dunia jumlah usia lanjut ( lansia) diperkirakan mencapai
angka 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun
2025 akan mencapai 1,2 milyar (Stanley,2007). Pertambahan jumlah lansia
di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2025, tergolong tercepat
didunia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penduduk
lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010
diperkirakan menjadi 23,9 juta jiwa (9,77%) dan pada tahun 2020 akan
berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%) (BPS,2010).
Karakter pasien lansia adalah multipatologi, menurunnya daya
cadangan biologis, berubahnya gejala dan tanda dari penyakit klasik,
terganggunya status fungsional pasien lansia, dan sering terdapat gangguan
nutrisi, gizi kurang atau buruk (Soejono,2006). Salah satu bentuk
terganggunya status fungsional yang paling menonjol dari pasien pralansia
dan lansia adalah penurunan fungsi kognitif. Kognitif adalah suatu konsep
yang komplek yang melibatkan sekurang-kurangnya aspek memori,
perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa, dan fungsi motorik
( Nehlig,2010) . Penurunan fungsi kognitif dapat meliputi berbagai aspek
yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, bahasa. Penurunan
ini dapat mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan informasi,
dalam memori panjang mereka akan kesulitan dalam mengungkapkan
kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan
informasi baru atau informasi tentang orang.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat penurunan
fungsi kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia, dari jumlah itu 5,8 %
laki-laki dan 9,5 % perempuan(Djojosugito, 2002). Perhatian dan
pengetahuan masyarakat terhadap gangguan kognmitif saat ini masih sangat
kurang. Masyarakat cenderung menganggap hal tersebut sebagai bagian dari
proses menua yang wajar. Pada umumnya masyarakat baru akan mencari
baik
secara
farmakologis
maupun
nonfarmakologis
dapat
hiperintensitas
substansia
putih
di
lobus
frontalis.
lansia di
B.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
Membuktikan terdapat pengaruh hipertensi terhadap penurunan fungsi
kognitif terhadap pasien lansia di wilayah kerja Puskesmas Plaosan.
b. Tujuan Khusus
1. Menganalisis pengaruh hipertesi terhadap penurunan fungsi
kognitif
Puskesmas Plaosan
2. Menganalisis pengaruh hipertesi terhadap penurunan fungsi kognitif
pada pasien lansia usia 60-74 th di wilayah kerja Puskesmas Plaosan
3. Menganalisis pengaruh hipertesi terhadap penurunan fungsi kognitif
pada pasien lansia
Plaosan
D.
MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan
dapat
membantu
pengembangan
HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh
nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun drastis.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila
tidak diobati akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan.
Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada orang dewasa. Tekanan darah juga diperngaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah
ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling
tinggi di waktu pagi ahri dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi
menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat
2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah
Tekanan Darah
Normal
< 120
< 80
Prahipertensi
120-139
80-89
Hipertensi derajat 1
140-159
90-99
Hipertensi derajat 2
> 160
> 100
Society
of
a. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
dan jenis kelamin. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya
kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi
Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita
oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah.
Dunia kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi
garam dapat menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium)
oleh obat diuretik (pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah.
2)
Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih
dari berat badan ideal, perhitungan IMT 27,0. Pada orang yang menderita
obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat sehinga
lebih cepat merasa gerah dan kelelahan. Akibat obesitas para penderita
cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes
mellitus.
3)
(tidak
menentu)
stress
yang
berkepanjangan
dapat
kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat, jika stress berlangsung cukup
lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul
kelainan organis atau perubahan patologis, gejala yang muncul dapat berupa
hipertensi atau penyakit maag. (Anjali, Arora, 2008).
4) Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah yaitu.
Merokok
Minuman beralkohol
Olahraga
10
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih
serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi
disebut sebagai silent killer karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala
biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat
diketahui dengan mengukur secara teratur.
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
11
dalam
mengatur
tekanan
darah.
Darah
mengandung
12
tekanan darah anda tinggi atau tidak normal, tidak perlu khawatir ada 7
langkah untuk mengatasinya antara lain:
a. Mengatasi Risiko
Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: apakah anda memiliki
sejarah keluarga penderita hipertensi? Apakah anda memiliki berat badan
berlebihan? Apakah anda makan makanan berkadar garam tinggi? Apakah
anda cukup olahraga atau apakah anda merokok? Jika jawaban anda ya pada
salah satu pertanyaan diatas anda berisiko memiliki tekanan darah tinggi.
b. Mengontrol pola makan
Apabila anda ingin terhindar dari risiko hipertensi jauhi makanan
berlemak dan mengandung garam.
c. Tingkat konsumsi potassium (K) dan magnesium (mg)
Pola makan yang rendah potassium dan magnesium menjadi salah
satu faktor pemicu tekanan darah tinggi, buah-buahan dan sayur segar
adalah sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut.
d. Makan makanan jenis padi-padian
Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal
Clinical Nutrition ditemukan pria yang makan sedikitnya satu porsi perhari
sereal dari jenis padi-padian kecil kemungkinan terkena penyakit hingga
20%.
e. Tingkat aktifitas
Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap
tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya
menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan
tekanan darah. Jika anda menyandang tekanan darah tinggi, latihan aerobic
sedang selama 30 menit sehari selama beberapa hari setiap minggu dapat
menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan
13
14
fungsi
jantung
perlu
dilakukan
untuk
menentukan
pengobatanya.
5) Hipertensi pada gagal ginjal
Pengobatan pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua bagian besar yakni
pengobatan pada refrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna,
pengobatan pada nefrosisklerosis benigna dilakukan secepatnya hingga
mendekati normal penurunan tekanan darah yang cepat akan mengurangi
kerusakan akibat nekrosis arteroti sehingga dalam jangka panjang
diharapkan terjadi perbaikan fungsi ginjal.
Perubahan gaya hidup
15
16
lain atau mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran
penurunan tekanan darah adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping
minimal penurunan dosis obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi
ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama satu tahun.
1. Diuretik
Diuretic adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan darah
akan turun dan efek hipotensifnya kurang kuat. Obat yang sering digunakan
adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis
tunggal, diutamakan diuretic yang hemat kalium seperti spironolacton, HCT,
Furosemide.
2. Alfa-Bloker
Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek
hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya
hipotensi ostotatik dan tachikardia maka jarang digunakan. Seperti
prognosin dan terazosin.
3. Beta-Blocker
Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti
diduga kerjanya berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga
mengurangi daya dan frekuensi kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan
darah akan menurun dan daya hipotensinya baik. Seperti : propanolol,
bisoprolol, dan antenolol.
17
Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriola
Antagonis Kalsium
Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan
ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari
turunya tekanan darah seperti : nipedipin,amlodipine, dan verapamil.
7.
Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
Jenis obat
Frekuensi
Min
Maks
pemakaian sehari
HCT
12,5-25
50
1x
Chlorbalidone
12,5-25
50
1x
Indopamide
2,5
1x
Spironolactone
2,5
10
1x
0,1
1,2
2x
Diuretik
Bekerja netral
Clonidene
18
Gufacine
1x
250
2000
2x
Prozoin
1-2
20
2x
Doxazosin
1-2
15
1x
Terazosin
1-2
20
1x
Metoprolol
50
200
1x
Atenolol
25
150
1x
Propanolol
40
320
1x
Acebutolol
200
1200
1x
Hydralazine
50
300
2x
Ecarazine HCL
30
120
2x
Captopril
25-50
300
1-3x
Lisinopril
40
1x
Enalapril
2,5-5
40
1-2x
Methidopa
3
Penyakit alfa-1
Penyekat beta
Vasodilator
Penghambat ACE
a.
19
alpukat, mengkudu masak (pace), mentimun, daun seledri, daun selada dan
bawang putih.
Tabel 2.4
Efek Samping obat anti hipertensi
Golongan obat
Thiazide/diuretic menyerupai thiaziae
misalnya aprinox
Efek samping
- Kadar kalium dalam darah rendah
(dideteksi dengan pemeriksaan
darah)
- Toleransi glukosa terganggu (kadar
glukosa darah diatas normal)
terutama jika dikombinasi dengan
beta blocker (dideteksi pemeriksaan
darah)
- Peningkatan kadar kolesterol LDL,
trigliserida dan asam urat (cek darah
dan urine).
- Disfungsi ereksi (impotensi pada
pria)
- Gout (radang pada persendian akibat
Alfa blocker
(misalnya cardura)
Beta-blocker
(misalnya cardicor)
Inhibitor ACE
pada tungkai.
- Batuk
- Fungsi ginjal memburuk
20
(misalnya capoten)
- Ruam
- Edema perifer (akumulasi cairan dan
pembengkakan di mata kaki)
- Pembesaran gusi dan konstipasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau
mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer
lengkap, kimia darah, (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,
kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG.
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejalagejala klinis pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien
duduk bersandar setelah beristirahat selama 5 menit dengan ukurang
pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan) tensimeter dengan
air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Anamnesis
dilakukan
meliputi
tingkat
hipertensi
dan
lama
21
LANSIA
1. Definisi
Definisi lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
22
sehingga
tidak
dapat
bertahan
terhadap
infeksi
serta
23
24
kecil
informasi
selama
<30
detik
dan
mampu
untuk
mengeluarkanya kembali.
2) Konsentrasi
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang untuk
memusatkan perhatiannya pada satu hal. Fungsi ini dapat dinilai dengan
meminta seseorang tersebut untuk mengurangkan 7 secara berturut-turut
dimulai dari angka 100 atau dengan memintanya mengeja kata secara
terbalik.
d. Memori
Memori verbal yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
informasi yang diperolehnya.
1) Memori baru
Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang
diperolehnya pada beberapa menit atau hari yang lalu.
2) Memori lama
Kemampuan untk mengingat informasi yang diperolehnya pada
beberapa minggu atau bertahun-tahun yang lalu.
3) Memori visual
Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali infromasi berupa
gambar.
e. Fungsi konstruksi, mengacu pada kemampuan seseorang untuk
membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan
meminta orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok
25
26
menjadi
suatu
media
untuk
mendeteksi
dan
mengikuti
4. Validitas
27
MMSE
sebagai
penilai
fungsi
kognitif
yang
28
MMSE dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien
yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan
ambang skor berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi
demensia.
Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya
atau ketidakmampuannya untuk menilai kemampuan kognitif yang
terganggu di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain
(misalnya terbatas item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian
masalah atau judgment), MMSE juga relatif tak sensitif terhadap penurunan
kognitif yang sangat ringan (terutama pada individual dengan status
pendidikan tinggi). Walaupun batasan-batasan ini mengurangi manfaat
MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk
penilaian fungsi kognitif.
6. Intepretasi MMSE
Intepretasi MMSE didasarkan pada skor yang diperoleh pada saat
pemeriksaan:
a) Skor 24-30 diintepretasikan sebagai fungsi kognitif normal.
b) Skor<24 berarti definite gangguan kognitif
BAB III
29
Hipertensi
Penurunan
fungsi
kognitif
Tekanan
darah ke otak
meningkat
Vasokontriksi
pembuludarah
otak
Sebagial
sel-sel
saraf otak
mati
Sel-sel saraf
kekurangan
asupan
darah
B. KERANGKA KONSEPSIONAL
HIPERTENSI
FUNGSI KOGNITIF
C. HIPOTESIS
Terdapat pengaruh hipertensi terhadap penurunan fungsi kognitif pada
pasien lansia di wilayah kerja Puskesmas Plaosan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
30
Kriteri inklusi:
1. Merupakan pasien usia lanjut yang berumur 45 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Plaosan.
2. Bersedia mengikuti penelitian/ mengisi quesioner
3. Pasien usia lanjut yang tidak mengalami kecacatan mental dan
fisik.
31
kemampuan
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner data diri responden dan kuesioner
yang mengacu pada kuesioner MMSE. Instrumen ini tidak dilakukan uji
validitas dan reliabilitas karena telah banyak digunakan untuk meneliti
tentang fungsi kognitif lansia.
H. Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti
dengan menggunakan teknik wawancara.
I. Pengolahan dan Analisis data
Pengolahan Data
32
33
Karakteristik
Frekuensi
Ya
27
54
Tidak
23
46
orang atau 56%, sedangkan yang tidak menderita hipertensi 23 orang atau
46%
%
36,36
62,5
Fungsi Kognitif
terganggu
Frekuensi
%
7
63,63
3
37,5
Total
11
8
Dari tabel diketahui bahwa pasien usia lanjut berusia 45-59 tahun, yang
menderita hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif (63,63% ) lebih
34
Hipertensi
Ya
Tidak
%
28,57
57,14
Fungsi Kognitif
terganggu
Frekuensi
%
10
71,42
6
42,85
Total
14
14
Dari tabel diketahui bahwa pasien usia lanjut berusia 60-74 tahun, yang
menderita hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif (71,42% ) lebih
banyak dibandingkan yang memiliki fungsi kognitif normal (28,57%).
Sedangkan yang tidak menderita hipertensi dengan gangguan fungsi
kognitif (42,85%) lebih sedikit dibandingkan yang memiliki fungsi kognitif
normal (57,14%)
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi fungsi kognitif pasien lansia berusia 7590tahun di wilayah kerja Puskesmas Plaosan.
Hipertensi
Ya
Tidak
%
50
0
Fungsi Kognitif
Total
terganggu
Frekuensi
%
1
50
1
100
2
1
Dari tabel diketahui bahwa pasien usia lanjut berusia 75-90 tahun yang
menderita hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif (50% ) sama dengan
yang memiliki fungsi kognitif normal (50%). Sedangkan yang tidak
menderita hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif (100%)
35
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Fungsi kognitif dengan hipertensi
Hasil penelitian berdasarkan penyakit hipertensi yaitu didapatkan
bahwa pasien usia lanjut usia45 tahun di wilayah kerja puskesmas Plaosan
dengan penyakit hipertensi sebanyak 27 orang dan tanpa penyakit hipertensi
sebanyak 23 orang. Dari penelitian yang dilakukan, usia dari pasien usia
lanjut dibagi menurut WHO menjadi menjadi empat kriteria berikut: usia
pertengahan (middle age)adalah 45-59 tahun, lanjut usia (ederly) adalah 6074 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)
adalah diatas 90 tahun (Makhfudli,2009)
Dari kriteria usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59tahun,
didapatkan hasil dengan frekuensi yang menderita hipertensi dengan
gangguan fungsi kognitif (63,63% ) lebih banyak dibandingkan yang
memiliki fungsi kognitif normal (36,36%).
Dari kriteria lanjut usia (ederly) yaitu usia 60-74 tahun didapatkan
hasil dengan frekuensi yang menderita hipertensi dengan gangguan fungsi
36
B. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian
yang hanya memotert dan menganalisa suatu keadaan dalam suatu saat
tertentu saja.
2. Adanya kemungkinan terjadinya bias karena faktor kesalahan
interpretasi responden dalam memahami maksud dari pertanyaan
sebenarnya.
Jawaban
responden
tergantung
pada
pemahaman
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh hipertensi terhadap penurunan fungsi kognitif
pada pasien lansia usia 45-59tahun (63,63%) dan lansia usia 60-74
tahun ( 71,42%)
2. Pada pasien lansia usia 75-90tahun tidak didapatkan pengaruh
hipertensi terhadap fungsi kognitif (50%).
B. Saran
1. Bagi keluarga dapat memberikan dukungan emosional dan perhatian
khusus bagi pasien usia lanjut yang mengalami penurunan fungsi
kognitif,
karena
keluarga
memiliki
peranan
penting
dalam
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
39
40
Intepretasi Hasil:
Skor 24-30 :Fungsi Kognitif
Normal
Skor <24: definitive Fungsi
Kognitif
Nama Pasien:..(laki/perempuan)
Usia:pendidikan:
Riwayat Penyakit: Hipertensi (..)
41
42