Professional Documents
Culture Documents
Pembuluh limfe besar adalah ductus thoracicus, yang berasal dari sekitar
bagian terendah vertebrae dan mengumpulkan cairan limfe dari extremitas
inferior, pelvis, abdomen, dan thorax bagian inferior. Pembuluh limfe ini
berjalan melewati thorax dan bersatu dengan vena besar di leher sebelah kiri.
Ductus limfatikus dextra mengumpulkan cairan limfe dari leher sebelah
kanan, thorax, dan extremitas bagian superior kemudian menyatu dengan vena
besar pada leher kanan.
Limpa berada di kuadran kiri atas abdomen. Tidak seperti jaringan limfoid
lainnya, darah juga mengalir melewati limpa. Hal ini dapat membantu untuk
mengontrol volume darah dan jumlah sel darah yang bersirkulasi dalam tubuh
serta dapat membantu menghancurkan sel darah yang telah rusak.
B. Definisi
Limfoma atau limfoma maligna adalah sekelompok kanker di mana sel-sel
limfatik menjadi abnormal dan mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Karena
jaringan limfe terdapat di sebagian besar tubuh manusia, maka pertumbuhan
limfoma dapat dimulai dari organ apapun.
C. Klasifikasi
Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Limfoma Hodgkin (LH)
Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular
predominan limfosit, di mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat
subtipe menurut Rye, antara lain:
a. Nodular Sclerosis
b. Lymphocyte Predominance
c. Lymphocyte Depletion
d. Mixed Cellularity
2. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin
menjadi tiga kelompok utama, antara lain:
(binucleated),
berlobus
dua
(bilobed),
atau
berinti
banyak
(a)
(b)
Gambar. Gambaran histopatologis (a) Limfoma Hodgkin dengan Sel Reed Sternberg dan
(b) Limfoma Non Hodgkin
/
2
2.3 Epidemiologi
Pada tahun 2002, tercatat 62.000 kasus LH di seluruh dunia. Di negaranegara berkembang ada dua tipe limfoma hodgkin yang paling sering terjadi, yaitu
mixed cellularity dan limphocyte depletion, sedangkan di negara-negara yang
sudah maju lebih banyak limfoma hodgkin tipe nodular sclerosis. Limfoma
hodgkin lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dengan distribusi usia
antara 15-34 tahun dan di atas 55 tahun.1
Berbeda dengan LH, LNH lima kali lipat lebih sering terjadi dan
menempati urutan ke-7 dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia.
Secara keseluruhan, LNH sedikit lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.
Rata-rata untuk semua tipe LNH terjadi pada usia di atas 50 tahun.6
Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia
menduduki urutan keenam tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya
mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat. Adanya hubungan yang
erat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya hubungan
antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya.
D. Etiologi
Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Beberapa hal yang diduga berperan sebagai penyebab
penyakit ini antara lain:
1. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)
2. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida, herbisida, bahan
kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan radiasi.
3. Inflamasi kronis karena penyakit autoimun
4. Faktor genetic
E. Patofisiologi
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada sel-sel
tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi terjadinya
keganasan. Gen-gen tersebut adalah proto-onkogen, gen supresor tumor, gen yang
mengatur apoptosis, gen yang berperan dalam perbaikan DNA.
Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi pertumbuhan
dan diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen yang produknya dapat
menyebabkan transformasi neoplastik, sedangkan gen supresor tumor adalah gen
yang dapat menekan proliferasi sel (antionkogen). Normalnya, kedua gen ini bekerja
secara sinergis sehingga proses terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun, jika
terjadi aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi inaktivasi gen supresor
tumor, maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi tanpa henti.
Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur
apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang
mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami kematian yang terprogram,
sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi. Jika
gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan seharusnya sudah mati
menjadi tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya, sehingga
proliferasi sel menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan
DNA dalam memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel
normal menjadi sel kanker.
F. Gejala Klinis
Baik tanda maupun gejala limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Manifestasi Klinis dari Limfoma
Limfoma Hodgkin
Asimtomatik limfadenopati
Gejala
Anamnesis
sistemik
Limfoma Non-Hodgkin
Asimtomatik limfadenopati
(demam Gejala
(demam
BB turun)
BB turun)
Nyeri
dada,
batuk,
napas
pendek
Nyeri
Mudah lelah
Gejala obstruksi GI tract dan
Pruritus
Pemeriksaan Fisik
sistemik
Urinary tract.
tulang
atau
nyeri
punggung
Teraba pembesaran limonodi
pada satu kelompok kelenjar
perifer
Cincin Waldeyer dan kelenjar
&
Splenomegali
&
Splenomegali
Massa di abdomen dan testis
(degenerasi
serebral
dan
neuropati)
Selain tanda dan gejala di atas, stadium limfoma maligna secara klinis juga
dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi Ann Arbor yang telah dimodifikasi
Costwell.1,3,6
Tabel 2. Klasifikasi Limfoma Menurut Ann Arbor yang telah dimodifikasi oleh Costwell
Keterlibatan/Penampakan
Stadium
I
Kanker mengenai 1 regio kelenjar getah bening atau 1 organ
II
ekstralimfatik (IE)
Kanker mengenai lebih dari 2 regio yang berdekatan atau 2 regio yang
III
letaknya berjauhan tapi masih dalam sisi diafragma yang sama (IIE)
Kanker telah mengenai kelenjar getah bening pada 2 sisi diafragma
IV
Suffix
A
B
Tanpa gejala B
Terdapat salah satu gejala di bawah ini:
G. Diagnosis
Diagnosis limfoma hodgkin maupun non-hodgkin dapat ditegakkan
melalui prosedur-prosedur di bawah ini.3
1. Anamnesis lengkap yang mencakup pajanan, infeksi, demam, keringat
malam, berat badan turun lebih dari 10 % dalam waktu kurang dari 6
bulan.
2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian khusus pada sistem limfatik (kelenjar
getah bening, hati, dan lien dengan dokumentasi ukuran), infiltrasi kulit
atau infeksi.
3. Hitung sel darah rutin, pemeriksaan differensiasi sel darah putih, dan
hitung trombosit.
4. Pemeriksaan kimia darah, mencakup tes faal hati dan ginjal, asam urat,
laktat dehidrogenase (LDH), serta alkali fosfatase.
5. Pembuatan radiogram dada untuk melihat adanya adenopati di hilus
(pembesaran kelenjar getah bening bronkus, efusi pleura, dan penebalan
dinding dada.
6. CT scan atau MRI dada, abdomen, dan pelvis.
7. Scan tulang jika ada nyeri tekan pada tulang.
8. Scan galium, dilakukan sebelum dan sesudah terapi, dapat menunjukkan
area penyakit atau penyakit residual pada mediastinum.
9. Biopsi dan aspirasi sumsum tulang pada limfoma stadium III dan IV.
10. Evaluasi sitogenetik dan sitometri aliran.
H. Diagnosis Banding
Citomegalovirus
Mononukleosis infeksiosa
Ca Paru
Artritis rheumatoid
Sarkoidosis
Serum Sickness
Sifilis
Lupus Eritematosus Sistemik
Toxoplasmosis
Tuberculosis
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara,
yaitu:
1. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang
terbatas dalam pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma,
seperti limfoma gaster yang terbatas pada bagian perut saja atau jika ada
resiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif, pembedahan masih
6
digunakan
untuk
mengobati
limfoma
hodgkin
seperti
dari
limfoma
secara
langsung,
sedangkan
radioisotope
4. Imunoterapi
Stadium IV
Jumlah limfosit < 600/mm3 atau < 8% dari total jumlah sel darah putih
Jika pasien memiliki 0-1 faktor di atas maka harapan hidupnya mencapai
10
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, angina/nyeri dada.
Tanda :Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran
nodus limfa adalah kejadian yang jarang).
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati
dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin
tanda lanjut). Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c. Integritas ego
Gejala : Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga.
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut
mati.
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi).
Masalah finansial biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut
kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang
tergantung pada keluarga.
Tanda :Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi
(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal).
Tanda : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada
palpasi (hepatomegali). Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan
pembesaran pada palpasi (splenomegali).
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/
gagal ginjal). Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang
spinal terjadi lebih lanjut).
e. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia/kehilangna nafsu makan, disfagia (tekanan pada
easofagus), adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan
sama dengan 10% atau lebih dari berat
11
stridor,
sianosis.
Diagnosa
Intervensi
keperawatan
12
komprehensif termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
tehnik
kualitas
Observasi reaksi non
nonfarmakologi
unyuk
verbal
dari
ketidaknyamanan
Bantu
pasien
dan
dengan
dan
manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
menemukan
dukungan
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi
nyeri
pencahayaan
dan
kebisingan
Mengajarkan
tentang
tidur.
distraksi,
kompres
hangat/ dingin
Monitor
vital
sign
b.d NOC
setelah dilakukan tindakan
tidak
efektifnya
keperawatan selama 3x24 jam
termoregulasi
pasien menunjukkan suhu
sekunder terhadap
tubuh dalam batas normal
inflamasi.
dengan kriteria hasil:
Suhu 36 37oC
analgesik
pertama kali
NIC
Moninor suhu sesering
mungkin
Monitor
suhu kulit
Monitor tekanan darah,
warna
nadi dan RR
13
dan
Nadi
dan
RR
dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan
tingkat kesadaran
Kompres pasien pada
Monitor
penurunan
udara
3. Ketidakseimbangan
nutrisi :
lebih
sedikit dari
kebutuhan
tubuh b.d anoreksia/
penurunan
makan .
nafsu
NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan Monitor
adanya
darah
Monitor
terpenuhi
criteria
dengan
hasil:
Menunjukkan peningkatan
BB/ BB stabil.
Nafsu
makan
klien
meningkat
Klien
menunjukkan
untuk
mempertahankan
berat
lingkungan
selama makan
Monitor turgor kulit
Moninor
kekeringan,
rambut kusam
Monitor
mual
muntah
Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dessain,
S.K.
2009.
Hodgkin
Disease.
dan
[serial
online].
2.
Ford-Martin,
Paula.
2005.
Malignant
Lymphoma.
[serial
online].
3.
4.
Jakarta: EGC
Reksodiputro, A. dan Irawan, C. 2006. Limfoma Non-Hodgkin. Disunting
oleh Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
5.
Universitas Indonesia.
Kumar, Abbas, dan Fausto. 2005. Phatologic Basis of Diseases 7th Edition.
6.
7.
Non-Hodgkin.
[serial
online].
15