Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
REFERAT
Disusun Oleh:
Christine Merlinda Timotius (112014351)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada TUHAN yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun referat ini dengan baik dan benar serta tepat
waktunya. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pembimbing koas,
yaitu dr.Yuswandi Affandi, Sp.THT-KL, karena dengan bimbingan beliau penulis juga
diberikan arahan dalam memahami konten dari referat ini. Juga kepada pembimbing kedua,
yaitu dr.Tantri Kurniawati, Sp.THT-KL, M.Kes. atas ilmu yang beliau bagikan kepada penulis
sehingga penulis mendapatkan pemahaman baru setiap harinya mengenai ilmu kesehatan
telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher yang sedang penulis dalami saat ini. Mereka
berdua ialah pembimbing yang luar biasa dan sangat besar andilnya dalam membantu penulis
memahami isi dari setiap kata per kata yang penulis cantumkan di dalam referat ini. Didalam
referat ini, penulis akan membahaskan mengenai teknik biopsi tumor pada THT-KL.
Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga
penelusuran situs medikal serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari pelbagai pihak
untuk membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan
referat ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
dapat membangun nilai kerja penulis ini. Kritikan yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya.Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis
memohon maaf sebesar-besarnya. Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
2
BAB I
3
PENDAHULUAN
Biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) adalah suatu
metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat
aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai penyakit
tumor. Tindakan biopsi aspirasi ditujukan pada tumor yang letaknya superfisial dan papable
misalnya tumor kelenjar getah bening, tiroid, kelenjar liur, payudara, dan lain-lain.
Sedangkan untuk tumor pada organ dalam misalnya tumor pada paru, ginjal, hati, limpa dan
lain-lain dilakukan dengan bantuan CT scan. (1,2)
Dengan metode FNAB diharapkan hasil pemeriksaan patologis seorang pasien dapat
segera ditegakkan sehingga pengobatan ataupun tindakan operatif tidak membutuhkan waktu
tunggu yang terlalu lama. Tindakan FNAB ini dapat dilakukan oleh seorang dokter terlatih
dan dapat dilakukan di ruang praktek sehingga ini sangat bermanfaat bagi pasien rawat jalan.
Untuk mendiagnosa limfoma maligna pada kelenjar getah bening, ketepatannya tinggi pada
lesi tumor yang derajat keganasannya high-grade. Bila dilakukan pada jaringan hati ketepatan
diagnosisnya 67-100%. Rata-rata 80% lesi keganasan di jaringan hati dapat didiagnosis
secara tepat sehingga sesuai dengan dugaan adanya korelasi antara analisis sitologi dengan
hasil pemeriksaan klinis yang baik.
Pada makalah ini penulis menjelaskan manfaat biopsi aspirasi jarum halus pada
bidang telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Selain itu juga menjelaskan secara khusus
indikasi, dan komplikasi pada bidang THT-KL dan beberapa hasil studi tentang penggunaan
biopsi aspirasi jarum halus di bidang THT-KL.
BAB 2
FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB)
2. 1. Definisi
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) atau biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
adalah suatu prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi benjolan atau massa yang superfisial
(di bawah kulit). Cara biopsi ini adalah sebuah jarum halus yang berongga dimasukkan ke
dalam massa tersebut kemudian sel-sel yang terambil diwarnai dan dilihat dibawah
mikroskop. (1,2)
Biopsi aspirasi jarum halus adalah prosedur operasi minor yang sangat aman dan
sangat kurang invasif dibandingkan dengan biopsi yang lain.Biopsi jarum halus membantu
membedakan lesi inflamasi, reaktif, atau fibrosis dari neoplasma serta lesi neoplastik jinak
dari yang ganas. Biopsi jarum halus relatif aman, sederhana, dan hemat biaya, dan itu
ditoleransi dengan baik oleh kebanyakan pasien. Namun, teknik yang tepat diperlukan untuk
memastikan hasil yang akurat. Karena ada resiko akibat halusnya jarum, sel yang terambil
menjadi sedikit dan sel yang patologis bisa tidak terambil. (2,3)
2.2. Sejarah
Biopsi aspirasi jarum halus ini pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada tahun
1891 di Maimonides Medical Center, yang meminimalisir biopsi dengan operasi terbuka dan
perawatan setelah biopsi. Sekarang ini, biopsi aspirasi jarum halus digunakan secara luas
untuk mendiagnosis kanker.
2. 3. Indikasi
Secara umum, biopsi aspirasi jarum halus digunakan untuk mengidentifikasi benjolan
atau massa yang mencurigakan yang terlihat atau teraba di bawah kulit, atau yang terdeteksi
oleh alat-alat pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen, mammografi atau ultrasonografi.
2. 4. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk FNAB. Jika masaa dekat dengan organ atau
struktur yang vital, FNAB dapat dilakukan dengan bimbingan CT scan atau USG jika
tersedia.(1,2)
Pasien dengan gangguan pembekuan darah perlu mendapat perhatian khusus. Perlu
dilakukan konsultasi medis dan pengobatan yang tepat sebelum prosedur. Pada pasien yang
menggunakan antikoagulan, sebaiknya dihentikan terlebih dahulu sebelum prosedur. Apabila
antikoagulan tidak dapat dihentikan dengan aman, harus dipertimbangkan penggunaan jarum
dengan diameter sekecil mungkin, gesekan sesedikit mungkin dan atau menggunakan
panduan ultrasonografi untuk mengidentifikasi dan menghindari pembuluh darah.(2,3)
2. 5. Alat(1)
Alat yang dibutuhkan terlihat pada gambar :
Jarum: Sebagian besar literatur menggunakan jarum 22-27 Gauge dengan panjang
lebih besar.
Pistol grip jarum suntik, ini sangat dianjurkan dan memungkinkan daya hisap lebih
2. 6. Prosedur
6
2. 6. 1. Persiapan
Beberapa persiapan dibutuhkan sebelum melakukan prosedur(5) :
biopsi.
Pastikan riwayat penggunaan obat antikoagulan darah.
Antibiotik profilaksis dapat diberikan.
Sebelum prosedur dimulai, tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, suhu,
pernafasan) diperiksa. Pada keadaan tertentu mungkin dibutuhkan pemasangan jalur
intravena, pasien sangat gelisah mungkin perlu diberikan obat penenang dengan jalur
intravena. Untuk pasien yang tidak terlalu gelisah dapat diberikan obat oral (Valium)
dapat diresepkan sebelum prosedur.
2. 6. 2. Posisi Pasien
Posisi
sedemikian rupa sehinga massa dapat dipalpasi secara optimal. Jika massa sulit dipalpasi
maka dapat dilakukan biopsi dengan bantuan ultrasonografi atau CT. (2)
2. 6. 3. Anastesi
Penggunaan anestesi lokal sebelum biopsi jarum halus bergantung pada kebijaksanaan
masing-masing dokter. Beberapa penulis tidak merekomendasikan penggunaan anestesi lokal
sebelum biopsi jarum halus, terutama untuk massa dangkal. Mereka mencatat bahwa suntikan
anestesi lokal dapat menyebabkan rasa sakit sesakit biopsi jarum halus itu sendiri. Selain itu,
infiltrasi anestesi lokal bisa membuat massa kecil lebih sulit untuk teraba. Seorang penulis
merekomendasikan penempatan es kecil di kulit di atasnya sebelum biopsi. Untuk anak-anak,
penerapan 30-60 menit topikal anestesi sebelum prosedur dapat mengurangi rasa sakit dan
kecemasan.(1,2)
Penulis
lain
berpendapat
bahwa
penggunaan
anestesi
lokal
mengurangi
ketidaknyamanan pasien dan kecemasan. Lidocaine 1-2% dengan atau tanpa epinefrin
1:100.000 adalah obat pilihan. Kadang-kadang, infiltrasi lebih dalam anestesi diperlukan jika
massa target meradang.(1,2)
2. 6. 4. Teknik
Biopsi aspirasi jarum halus adalah prosedur sederhana yang memerlukan waktu
beberapa menit. Sangat ideal jika ada ahli patologi pada saaat aspirasi dilakukan, hal ini
memungkinkan penilaian langsung dari kecukupan spesimen. Jika sel-sel tidak cukup,
aspirasi dapat diulang. Kadang-kadang diagnosis dapat dibuat dengan segera.(2)
Kulit yang akan dibiopsi dibersihkan dengan kapas yang mengandung isopropil
alkohol 70%. Untuk operator dengan tangan kanan dominan, massa digenggam dengan
tangan kiri dan diusahakan stabil.(2)
Sebuah jarum suntik siap pakai dengan jarum 23-gauge terpasang ditempatkan tepat
di bawah permukaan kulit. Tekanan negatif dibuat dengan menarik plunger jarum
suntik.Jarum dimasukkan pada massa dan ditarik berulang tanpa keluar dari kulit, kira-kira
sebanyak enam kali. Jika yang ditemukan adalah kista, maka harus benar-benar dievakuasi,
dengan cairan dan kapsul dikirim untuk sitologi. Ingat bahwa cairan kista mungkin mendilusi
spesimen dan membuat interpretasi sitologi tidak mungkin dilakukan. Dengan demikian,
sangat ideal bila mengasipirasi bagian padat dari massa.(2)
Setetes kecil cairan yang telah disedot ditempatkan pada slide kaca, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Sebuah smear dilakukan dengan meletakkan satu
8
slide kaca di atas setetes cairan dan menarik slide terpisah untuk menyebarkan cairan, seperti
yang ditunjukkan pada gambar kedua di bawah. Sediaan yang basah ditempatkan di dalam
ethyl alkohol 95% dan lakukan pewarnaan dan teknik sesuai teknik Papanicolau. Sediaan ini
dapat memberi informasi detail dan dapat menentukan dimana asal dari tumor metastasis.
Spesimen dikeringkan dengan udara kemudian diwarnai dengan pewarnaan Wright- Giemsa
apabila diagnosis banding meliputi tumor kelenjar saliva, limfoproliperatif, dan atau lemak.
Setelah itu sediaan siap dilihat dibawah mikroskop dan dievaluasi secara sitologis.(2)
10
3. Kegunaan ekonomis terutama bagi daerah yang jauh dari fasilitas yang memadai
biopsi aspirasi lebih menguntungkan terutama untuk mengurangi ketergantungan
pemakaian alat-alat canggih.
11
BAB III
FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DI BIDANG THT-KL
3.1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) di Bidang THT-KL
Pada bidang THT-KL, FNAB sangat berguna untuk mendiagnosis massa atau
benjolan pada leher. Seringkali dilakukan biopsi pada lesi jelas bahwa terletak pada atau di
mukosa. Massa leher yang dibiopsi biasanya teraba, Namun, pada beberapa kasus tempat
benjolan tidak jelas atau massa leher tidak mudah teraba, maka pencitraan diperlukan.
Ultrasonografi, CT, dan MRI telah digunakan untuk memandu lokasi perangkat biopsi atau
untuk memaksimalkan kemungkinan mendapatkan jaringan yang patologis.(6)
Massa di kepala atau leher dapat menunjukkan suatu penyakit yang serius, seperti
kanker. Meskipun tidak selalu terjadi, suatu massa mungkin membutuhkan biopsi jarum halus
untuk diagnosis. Usia, jenis kelamin, dan kebiasaan, seperti merokok dan minum, juga faktor
penting yang membantu dalam diagnosis massa. Gejala sakit telinga, peningkatan kesulitan
menelan, penurunan berat badan, atau riwayat gangguan tiroid atau kanker kulit sebelumnya
(karsinoma sel skuamosa) juga perlu digali dengan anamnesis yang baik untuk membantu
diagnosis suatu massa.(7)
Indikasi untuk diagnosis dengan biopsi jarum halus pada bidang THT termasuk halhal berikut(1,7):
goiter toksik.
Kelenjar saliva neoplasma jinak maupun ganas, limfoma, lesi inflamasi, dan kista
Lesi leher kistik kista duktus branchial dan tiroglosus.
Massa lain paratiroid neoplasma, kista dermoid, dan teratoma.
Massa di dalam mulut
Setiap benjolan atau masa selain di atas yang terdapat di leher yang dapat dipalpasi
atau pencitraan (seperti USG) jika mereka tidak bisa dipalpasi.
Prosedur FNAB pada pasien THT-KL sama dengan prosedur FNAB di bagian lain,
namun yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa kebanyakan FNAB pada pasien THT
adalah mengambil spesimen dari massa pada leher. Leher merupakan bagian tubuh di mana
terdapat banyak struktur-struktur penting seperti pembuluh darah, saraf, otot dan sebagainya
12
sehingga diperlukan kehati-hatian yang lebih. Jika hal-hal tersebut luput dari perhatian,
makan akan menimbulkan komplikasi seperti(1) :
Kelumpuhan saraf laring yang mengikuti biopsi jarum halus dari kelenjar tiroid
jarang. Satu penelitian melaporkan 4 : 10000 pasien dengan kelumpuhan pita suara
setelah biopsi jarum halus dari nodul tiroid. Perubahan suara pada pasien terjadi 1
atau 2 hari setelah biopsi jarum halus, dan kelumpuhan pita suara dapat dikonfirmasi
oleh laringoskopi fleksibel. Kelumpuhan pada semua pasien menghilang spontan
dalam 6 bulan.
Tusukan yang menembus trakea saat biopsi jarum halus dari kelenjar tiroid dapat
menyebabkan batuk dan hemoptisis ringan. Gejala-gejala tersebut hanya sesaat dana
dari kepala dan leher. Dalam laporan tahun 1991 Birchall dan rekan
menunjukkan bahwa FNAB dari massa leher adalah 100% spesifik untuk karsinoma
13
sel skuamosaleher. Kekuatan prediksi dari FNAB dalam mendiagnosis karsinoma sel
skamosa kepala dan leher memungkinkan dokter untuk mempersempit pencarian
tumor primer.(1)
Nodul tiroid
Prevalensi nodul tiroid dapat mendekati 70% dalam populasi. Insiden
bervariasi menurut usia dan metode deteksi. Insiden karsinoma dalam nodul tiroid
kurang dari 10% di sebagian besar populasi.Banyak studi telah meneliti penggunaan
FNAB dalam diagnosis massa yang mencurigakan untuk keganasan tiroid. Pada tahun
1991, Klemi dan koleganya menguji 186 aspirasi dari kelenjar tiroid. Di antara
histologi-dikonfirmasi kasus, FNAB nodul tiroid memiliki spesifisitas 100%,
sensitivitas 55%, dan akurasi 95%.(1)
tepat dapat ditemui ketika mencoba untuk membedakan limfoma dari limfadenitis
reaktif.(1)
Diagnosis seluler akurat dari limfoma tertentu tergantung pada perubahan
dalam arsitektur kelenjar getah bening, yang memerlukan pemeriksaan morfologi
dari seluruh node. Namun, ketika cytoarchitecture sebelumnya spesimen limfoma
diketahui, FNAB handal dalam memprediksi kekambuhan.(1)
Beberapa laporan menunjukkan bahwa Hodgkin limfoma dapat akurat
didiagnosis oleh FNAB. Hodgkin limfoma didiagnosis pasti dengan keberadaan
sel Reed-Sternberg. Peran FNAB dalam diagnosis limfoma non-Hodgkin masih
kontroversial. Hasil diagnostik FNAB rendah karena sulit membedakan limfoma
non-Hodgkin dari tiroiditis limfositik dan karsinoma tiroid anaplastik. Studi yang
menggabungkan FNAB dengan flowcytometry dan imunohistokimia dapat
meningkatkan ketepatan diagnosis limfoma tanpa perlu biopsi eksisi.(1)
o Infeksi
FNAB secara rutin digunakan untuk diagnosis histologis massa leher
neoplastik. Namun, penggunaan FNAB dalam diagnosis lesi inflamasi terbatas.
FNAB kemungkinan dapat digunakan untuk mengisolasi organisme individu atau
setidaknya memungkinkan untuk budaya organisme menyinggung. Sebuah array
laporan kasus dan seri kasus telah menunjukkan penggunaan untuk FNA dalam
diagnosis penyakit menular leher. Beberapa penyebab d2dentifikasi meliputi
Staphylococcusaureus, Escherichia coli, dan Bacteroides fragilis, Cryptococcus,
Mycobacterium,
Coccidioides,
Bacteroides,
Streptococcus,
Haemophilus,
Sensitivitas
FNAB
untuk
TB
meningkat
dari
70-90%
bila
Metastasis dari tumor ganas karsinoma sel skuamosa rongga mulut, orofaring,
hipofaring, laring, dan nasofaring adalah ke rangkaian kelenjar limfa jugularis
superior.Adanya massa tumor yang berada di preaurikula umumnya disebabkan
oleh tumor primer dari kelenjar parotis atau metastasis tumor ganas dari kulit
muka, kepala, dan telinga homolateral.Pada kelenjar submental dapat berasal dari
tumor ganas di kulit hidung atau bibir, atau dasar mulut bagian anterior.Pada
segitiga submandibula dapat disebabkan oleh tumor primer pada kelenjar
submandibula atau metastasis tumor yang berasal dari kulit muka homolateral,
bibir, rongga mulut, atau sinus paranasal.(12)
Pada daerah jugularis interna superior, dapat berasa dari tumor ganas di
rongga mulut, nasofaring, orofaring posterior, nasoaring, dasar lidah atau laring.
Tumor dari daerah jugularis bagian bawah umunya berupa tumor pada subglotis,
laring tiroid atau esofagus bagian servikal.
suboksopital biasanya berupa metastasis tumor yang berasal dari kulit kepala
bagian posterior atau tumor promer di aurikula. Massa di supraklavikula,
biasanya oleh karena tumor primer di infraklavikula, tumor esofagus bagian
servikal, atau tumor tiroid.(12)
Pembesaran kelenjar getah bening leher juga bisa disebabkan oleh metastasis
dari tumor ganas payudara, paru, dan organ intraabdomen.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) atau biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
adalah suatu prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi benjolan atau massa yang superfisial
(di bawah kulit), atau yang dapat terdeteksi oleh pencitraan. Cara biopsi ini adalah sebuah
jarum halus yang berongga dimasukkan ke dalam massa tersebut kemudian sel-sel yang
terambil diwarnai dan dilihat dibawah mikroskop.
Pada bidang THT-KL, FNAB sangat berguna untuk mendiagnosis massa atau
benjolan pada leher. Massa di kepala atau leher dapat menunjukkan suatu penyakit yang
serius, seperti kanker. Namun bisa juga infeksi atau kelainan kongenital. FNAB sangat
berguna untuk membedakan hal-hal tersebut. Secara umum, FNAB pada bidang THT-KL
tidak jauh berbeda seperti di bidang lainnya. Prosedur, indikasi, kontraindikasi tidak berbeda,
yang berbeda hanya komplikasinya, karena pada leher banyak terdapat struktur penting yang
dapat terganggu jika teknik FNAB tidak benar.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Boone J,
JT.
Fine-Needle
Aspiration
of
Neck
Masses .
Available
at:
Biopsy.
Available
at:
http://endocrinediseases.org/thyroid/
Available
at:
http://www.entnet.org/HealthInformation/fineNeedle
18