Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
dr. Pamela Tyas Milana
PUSKESMAS UNGARAN
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
Topik
Judul
: Tuberkulosis Paru
Tanggal Pengesahan :
Ungaran,
2014
Mengetahui
dr. Nugraha
NIP 19651108 2002121 1003
Pendamping,
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah
sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dihubungkan dengan tempat tinggal di
daerah urban, lingkungan yang padat. Pada tahun 1882 Robert Koch menemukan
kuman penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis
secara mikrobiologis dimulai dan penatalaksanaannya lebih terarah. Robert Koch
mengidentifikasi basil tahan asam M tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri
penyebab TB ini. Apalagi pada tahun 1896 Rontgen menemukan sinar X sebagai alat
bantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat. Penyakit ini kemudian dinamakan
Tuberkulosis, dan hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang olehnya tetapi yang
paling banyak adalah organ paru (Sudoyo et al, 2009).
Pada permulaan abad 19, insidensi penyakit tuberkulosis di Eropa dan
Amerika Serikat sangat besar. Angka kejadian cukup tinggi yakni 400 per 100.000
penduduk, dan angka kematian berkisar 15-30% dari semua kejadian. Sejarah
eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai pada tahun 1944 ketika seorang perempuan
umur 21 tahun dengan Penyakit TB paru lanjut menerima injeksi pertama
Streptomisin. Segera disusul dengan penemuan asam para amino salisilik (PAS).
Kemudian dilanjutkan dengan penemuan Isoniazid pada 1952, kemudian dikuti
penemuan berturut-turut Pirazinamid tahun 1954 dan Ethambutol 1952, Rifampicin
1963 menjadi obat utama TB sampai saat ini (Sudoyo et al.,2009).
Perkiraan insidensi TB yang dilaporkan secara internasional pada tahun 2007
mencapai 9,27 juta kasus, peningkatan dari 9,24 juta kasus pada tahun 2006.
Meskipun demikian, perkiraan total jumlah kasus per capita berkurang dari 142 kasus
per 100.000 penduduk pada 2004 menjadi 139 kasus per 100.000 penduduk pada
tahun 2007(WHO, 2011).
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB,
maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara
ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan
dikucilkan oleh masyarakat (Depkes, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Permasalahan
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB
tertinggi di dunia setelah Russia, India, Bangladesh, Pakistan. Estimasi prevalensi TB
semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2011) dan estimasi insidensi berjumlah
430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000
kematian per tahunnya. Indonesia merupakan negara dengan percepatan peningkatan
epidemi HIV yang tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai
epidemik terkonsentrasi (a concentrated epidemic), dengan perkecualian di provinsi
Papua yang prevalensi HIVnya sudah mencapai 2,5% (generalized epidemic). Secara
nasional, angka estimasi prevalensi HIV pada populasi dewasa adalah 0,2%.
Sejumlah 12 provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk intervensi HIV
dan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar 190.000-400.000.
Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah 2.8% (Kemenkes,
2010).
Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24 %. Sampai sekarang
angka kejadian TB di Indonesia relatif terlepas dari angka pandemic infeksi HIV
karena masih relatif rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah di
masa datang melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ke tahun
(Sudoyo et al.,2009).
a. Kejadian Tuberkulosis
Cara penularan
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
(Depkes, 2007).
b.
partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya (Sudoyo et al.,2009).
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan
disebut srang primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura dapat terjadi efusi pleura
(Sudoyo et al., 2009).
Kuman dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe,
orofaring dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam
vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal dan tulang. Bila masuk
ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalarann ke sluruh bagian paru menjadi TB
milier (Sudoyo et al., 2009).
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis local) disertai pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
regional). Sarang primer, limfangitis local dan limfadenitis regional akan membentuk
komplek primer Ranke (Sudoyo et al., 2009).
Kompleks primer dapat menjadi:
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. (Sudoyo,et
al.,2009).Adapun keluhan yang sering muncul pada pasien TB adalah
Demam
Batuk/batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk ditemukan karena adanya iritasi pada
bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah(Sudoyo,et al.,2009).
Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru (Sudoyo,et al.,2009)
Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila ada infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya (Sudoyo,et al.,2009)
Malaise
Gejala ini sering ditemukan berupa tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,keringat malam(Sudoyo,et
al.,2009).
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata
atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat
badan menurun.
Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan pun
terutama pada kasus-kasus dini. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam,
akan sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena hantaran getaran/suara
yang lebih dari 4cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi.
Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa (Sudoyo,et al,2009).
Bila dicurigai infiltrate yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup
dan auskultasi suara napas bronchial. Didapatkan juga suara napas tambahan berupa
ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate ini diliputi oleh penebalan
pleura, suara napasnya menjadi vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup
besar, perkusi memberikan suaraa hipersonor atau timpani dan auskultasi
memberikan suara amforik (Sudoyo,et al,2009).
Pada tuberculosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas akan terjadi
pengecilan aliran darah paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis
diikuti terjadinya kor pulmonalis dan gagal jantung kanan. Di sini akan didapatkan
tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti takipnea, takikardia,
sianosis, right ventricular lift, right atrial gallop, murmur, bunyi P2 yang
mengeras,tekanan jugularis yang meningkat, hepatomegaly, ascites dan edema
(Sudoyo,et al,2009).
Bila tuberculosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang
sakit terlihat agak teritnggal dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak.
Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali
(Sudoyo,et al,2009).
5. Pemeriksaan Dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-PagiSewaktu (SPS) (Sudoyo,et al, 2009)
S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali.
P (Pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur.
S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi.
b. Pemeriksaan biakan
Pada pemeriksaan dengan biakan, setelah 4-6 minggu penanaman sputum
dalam medium biakan, koloni kuman tuberculosis mulai tampak. Bila setelah 8
minggu penanaman koloni tidak juga tampak, biakan dinyatakan negative. Medium
yang digunakan yaitu Lowenstein Jensen, Kudoh atau ogawa (Sudoyo,et al.,2009).
Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila
dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:
- Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
- Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
- Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda (Depkes,
2007).
6. Pemeriksaan Radiologis
a. Tuberkulosis primer
Konsolidasi pada infeksi primer dapat melibatkan bagian manapun dari paru
dan penampakannya tidak spesifik kecuali bila ada limfadenopati. Daerah yang
terlibat bisa kecil atau mempengaruhi seluruh lobus, dan mungkin terlihat air
bronchogram (Sutton, 2003). Pada foto polos PA posisi erek tampak gambaran bercak
semiopak terletak di suprahiler (di atas hilus), perihiler (sepanjang limfangitis), dan
parakardial (di samping kor) dengan batas tak tegas. Tampak pembesaran limfonodi
di lnn. hilus, lnn. parabronkial, lnn. paratektal (Maleuka, 2008).
Pada fase lanjut tampak garis-garis fibrosis berupa garis-garis berjalan radier
dari hilus ke arah luar(superior), kalsifikasi di lnn. hilus, cairan di sinus
costophrenicus, pericardial effusion serta atelektasis di perihiler. Kadang konsolidasi
tampak sebagai nodul dengan batas tegas. Kesembuhan seringkali tanpa ada sequelae
pada radiologi thorax meskipun fibrosis dan kalsifikasi dapat terjadi (Maleuka, 2008,
Sutton, 2003).
Gambar 2.4. Gambaran foto thorax
pneumonia tuberculous (Sutton, 2003)
Gambaran foto thorax menunjukkan infiltrat pada lobus superior dextra dan
kavitas dengan air-fluid level pada pasien dengan tuberculosis aktif.
b. Tuberkulosis postprimer
Pada foto polos thoraks posisi erek tampak gambaran bercak semiopak bentuk
amorf seperti kapas batas tak tegas di infraklavikula (ini menunjukkan infiltrate),
tampak densitas inhomogen bentuk amorf di apeks dan basis paru (ini menunjukkan
fibroeksudatif) tampak garis-garis fibrosis, densitas sama dengan jantung yang
menarik organ sekitarnya kea rah ipsilateral (mediastinum, trakea, dan diafragma
(disebut tenting diaphragm), tampak kaverna (bulatan opak dengan lusen di
tengahnya) bentuk bulat atau oval, tampak bulatan opak, batas tegas, tepi ireguler,
inhomogen di dalamnya terdapat kalsifikasi amorf (ini merupakan gambaran
tuberkel/tuberkuloma) (Maleuka, 2008).
7. Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu diagnosis tuberkuosis
pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan
0,1cc tuberkulis PPD (Purified Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 TU. Tes
tuberculin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah
mengalami infeksi M. tuberculosae, M. bovis, vaksinasi BCG dan mycobacteria
pathogen lainnya. Dasar tes tuberculin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 4872 jam tuberculin disuntukkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan
(Sudoyo et al., 2009).
Hasil tes Mantoux dibagi dalam
-
8. Diagnosis
Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,
biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
Diagnosis TB ekstra paru.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain-lainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode
pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji
mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain (Depkes, 2007).
pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA
positif. (lihat bagan alur)
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT. (lihat bagan alur)
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi
perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk
menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma) (Depkes, 2007).
9. Klasifikasi penyakit
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
pasien
tuberkulosis
yang
sebelumnya
pernah
mendapat
c. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan
sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan (Depkes, 2007).
Paduan
OAT
yang
digunakan
oleh
Program
Nasional
\
2. Kategori II (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan. Cara
melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg)
(Depkes, 2007)
3. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap
intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Pengguanaan dosis sama dengan pada kategori I (Depkes, 2007).
Tabel 2.4 Dosis sisipan OAT KDT (Depkes, 2007)
gejala-gejala
mencurigakan
TB
untuk
segera
Pemeriksaan dahak
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa
Efek Samping
Efek
Penye
Penatalaksa
Samp
bab
naan
ing
Tidak ada nafsu
Rifampicin
Pirasinamid
INH
Beri Aspirin
Beri vitamin B6 (piridoxin)
terbakar di kaki
Warna kemerahan
Rifampisin
penjelasankepada pasien
Liat petunjuk di bawah *
kemerahan kulit
Tuli
Streptomicin
Streptomicin dihentikan,
Streptomicin
ganti Ethambutol
Streptmicin dihentikan,
ganti ethambutol
Hentikan semua OAT
Gangguan
Keseimbangan
Ikterus tanpa
penyebab lain
Bingung dan muntah Hampir semua OAT
muntah
Gangguan
Etambutol
hati
Hentikan Ethambutol
Penglihatan
Purpura dan Syok
Rifampicin
Hentikan Rifampicin
* Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatalgatal singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu antihistamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatalgatal tersebut pada sebagian pasien hilang, namun pada sebagian
pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti
ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut
hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu
dirujuk
11. Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif
- Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada AP dan
pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya
- Pengobatan Lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara
lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
- Meninggal
Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab
apapun.
- Pindah
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang
lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
- Default (Putus berobat)
Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.
- Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
(Depkes, 2007)
12. Pengobatan TB pada keadaan khusus
a. Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda
dengan pengobatan
semua
OAT
aman
untuk
kehamilan,
kecuali
streptomisin.
mengakibatkan
terjadinya
gangguan
pendengaran
dan
TB
kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut
dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
c. Pasien TB pengguna kontrasepsi
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB,
suntikan KB, susuk KB), sehingga dapat menurunkan
efektifitas
mendahulukan
pengobatan
TB.
Pengobatan
Universal)
Pengobatan
Tb sangat
ada
kecurigaan
gangguan
faal
hati,
dianjurkan
standar
pada
pasien-pasien
dengan
gangguan
ginjal.
dapat
RINGKASAN
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah
sangat lama dikenal pada manusia . Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Indonesia sekarang
berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Sekitar 75%
pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50
tahun).
Kuman yang keluar melalui droplet nuclei berada dalam udara bebas selama
1-2 jam. Pada TB primer kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk
sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut srang primer atau sarang (fokus)
Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar
sampai ke pleura dapat terjadi efusi pleura. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka
terjadi penjalarann ke sluruh bagian paru menjadi TB milier. Dari sarang primer akan
timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local) disertai
pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer,
limfangitis local dan limfadenitis regional akan membentuk komplek primer Ranke.
Pada TB pasca primer kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Pemeriksaan keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau
kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat
badan menurun. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan
dengan pneumonia biasa. Bila dicurigai infiltrate yang agak luas, maka didapatkan
perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronchial. Didapatkan juga suara
napas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate ini
diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesicular melemah. Bila
terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suaraa hipersonor atau
timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.
Pemeriksaan penunjang pada TB antara lain:
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dengan biakan
Pemeriksaan rontgen dada
Tes tuberculin
Pengobatan TB. dilakukan dengan prinsip OAT harus diberikan dalam bentuk
kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan, dilakukan pengawasan langsung, serta pengobatan TB diberikan
dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI,Pedoman Nasional Penanggulan Tuberkulosis Edisi Kedua. 2007.Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
Fauci, AS, Kasper, DL, Longo, DL. Harrisons Principle of Internal Medicine 17 th
Edition. 2008. United States of America: McGraw-Hill.
Kemenkes RI, Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. 2011.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Maleuka, Rusdy G. Radiologi Diagnostik. 2008. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
Sudoyo,A.W., Setiyohadi B., Alvi I., Simadibrata,M., Setiati.,S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi Kelima. 2009.Jakarta: Interna Publishing
Sutton, David. Textbook of Radiology Imaging Volume 1 Seventh Edition.2003.
Elsevier Science.
WHO. Global Tuberculosis Control: WHO report 2011. 2011. Geneva: World Health
Organization.
LAMPIRAN