Professional Documents
Culture Documents
Keberhasilan suatu restorasi untuk dapat bertahan cukup lama di dalam rongga mulut sangat
ditentukan oleh desain preparasi kavitas.
Yang dimaksud prinsip preparasi adalah sebagai berikut :
1. OUTLINE FORM
Merupakan bentuk daerah tepi marginal dari preparasi. Daerah tepi marginal ini diletakkan pada
struktur yang sehat (halus) serta harus mudah pembersihannya. Daerah cavosurface margin dari
preparasi merupakan daerah yang harus benar-benar diperhatikan. Untuk pemakaian bahan
tumpatan tuang, cavofurvace margin dibuat bevel dengan maksud supaya batas tepi tumpatan
dengan gigi dapat halus (tidak ada step). Sedangkan tepi preparasi untuk tumpatan amalgam
dibuat sudut 900. Yang termasuk didalam outline form ini ialah extension for prevention atau
cutting for immunity, yang berarti dilakukan perluasan preparasi guna mencegah terjadinya
sekunder karies. Daerah yang mudah terkena karies ialah pit dan fisura yang dalam, oleh karena
itu pit dan fisura yang dalam sebaiknya dimasukkan ke dalam extention for prevention
2. RESISTENSI FORM
Adalah bentuk reparasi kavitas dimana sisa jaringan gigi yang ada tetap kuat menerima daya
kunyah / tidak pecah oleh daya kunyah. Jadi pada waktu melakukan perluasan preparasi harus
diperhatikan sisa jaringan gigi yang ada cukup tebal. Apabila sisa jaringan gigi telah tipis dan
diperkirakan akan pecah pada saat pengunyahan, maka sebaiknya dimasukkan kedalam desain
reparasi. Perlu diperhatikan bahwa enamel harus didukung oleh dentin yang sehat.
3. RETENTION FORM
Pembuatan retensi pada preparasi adalah mencegah terlepasnya tumpatan dari kavitas pada saat
mengunyah.
Macam bentuk retensi :
Undercut mekanis
Groove
Posthole
Dovetail
Retensi frictional wall disebabkan karena adanya interlocking dari bahan tumpatan. Dari
pemikiran ini dinding kavitas yang kasar akan mempunyai retensi yang lebih baik. Perhatikan
untuk pemilihan bahan restorasinya. Undercut mekanis umumnya dibuat pada sudut preparasi
Klas V. Restorasi amalgam pada kavitas yang luas dapat di tambahkan pin untuk meningkatkan
retensinya.
4. CONVENIENCE FORM
Hal yang penting disini adalah untuk memperoleh jalan masuk yang mudah menuju preparasi
kavitas, terutama untuk penempatan bahan tumpatan. Cara untuk menghasilkan convinience
form adalah pemilihan alat-alat yang benar memperluas preparasi kavitas cara mekanikal,
contoh: menurunkan jaringan gingiva untuk memudahkan preparasi.
5. REMOVAL OF CARIES
Jaringan karies yang infeksius secara klinis umumnya terlihat seperti spon (spongy) dan lunak,
dapat diambil dengan bur putaran rendah atau bila karies itu sudah dekat dengan pulpa maka
harus diambil dengan eskavator. Bila dinding kavitas dekat dengan pulpa dapat dilakukan
pemberian Ca(OH)2, supaya jaringan pulpa tetap vital.
6. FINISHING OF THE ENAMEL WALL
Dinding kavitas dibuat lurus dan rata. Tepi cavosurface dibuat bevel atau sudut 90 0 . Untuk
meratakan dinding kavitas dapat digunakan bur putaran rendah atau dikombinasi dengan hand
cutting instrumen yang tajam contoh ; chisel. Pada tumpatan amalgam, dinding kavitas yang
agak kasar dapat menambah retensi. Pada tumpatan tuang sebaiknya dinding kavitas dibuat
halus
7. TOILET OF CAVITY
Tahapan yang penting setelah selesai preparasi kavitas, adalah pembersihan kavitas dari debris,
cairan darah, saliva dan muchin yang akan meningkatkan adaptasi bahan restorasi pada dinding
kavitas. Pada tahap ini dianjurkan pemakaian rubberdam untuk isolasi gigi. Daerah undercut
dapat dibersihkan dengan ujung explorer yang tajam secara hati-hati
FAKTOR ISOLASI
Agar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak mengganggu
jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan dengan struktur gigi, yaitu email dan
dentin. Struktur gigi yang dibonding memerlukan lingkungan yang terisolasi dari kontaminasi
cairan mulut atau kontaminan lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi pembentukan
ikatan. Jika daerah operasi dapat diisolasi dengan baik, maka prosedur bonding yang dilakukan
akan berhasil. Hal ini berlaku untuk penggunaan restorasi komposit, bonded amalgam, atau
ionomer kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen penyemenan yang
tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari kontaminasi, maka yang
digunakan adalah sebuah restorasi nonbonded amalgam, karena kehadiran cairan mulut tidak
menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.
FAKTOR OKLUSAL
Material resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam, namun
penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak jauh berbeda dengan
amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau restorasi pada seluruh
permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik dibandingkan dengan resin komposit.
Namun pada gigi dengan dengan tekanan oklusal yang normal dan kontak oklusal normal pada
struktur gigi penggunaan resin komposit baik sebagai bahan restorasinya.
TEKNIK PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT
Terdapat tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional, beveled conventional, dan
modifikasi. Konvensional preparasi dapat digunakan untuk meningkatkan resistance form yang
dapat meminimalkan terjadinya fraktur pada gigi dan bahan komposit pada saat selesai preparasi.
Preparasi konvensional ini juga digunakan pada gigi dengan area preparasi yang luas serta
memiliki tekanan oklusal yang besar. Desain bevel konvensional, preparasi konvensional, atau
kombinasi keduanya, dasar kavitas yang rata untuk menerima tekanan oklusal, kekuatan gigi,
serta konfigurasi dari permukaan restorasi merupakan unsur-unsur yang dapat membantu dalam
menahan kemungkinan frakturnya gigi dan restorasi.
Restorasi kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat menggunakan preparasi
modifikasi, yang biasanya tidak memiliki karakteristik resistance form pada preparasi
konvensional. Preparasi jenis modifikasi ini memiliki pelebaran pada bagian cavosurface tanpa
adanya bagian yang datar pada pulpa atau axial wall. Preparasi ini biasanya lebih membulat dan
lebih kecil, sehingga lebih bersifat konservatif pada gigi. Pada preparasi jenis ini dapat
digunakan cutting instrument.
Berbagai tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi kelas I, secara umun
ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan ketajamannya dapat berguna dalam pembentukan
retensi dan resistensi yang diinginkan. Bila permukaan oklusal yang akan direstorasi lebih luas,
maka dapat kita gunakan disain boxlike preparation, preparasi ini menghasilkan resistensi dan
retensi yang besar terhadap terjadinya fraktur.
a. KONVENSIONAL
Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted cone diamond
lewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar dengan sumbu akar dan mahkota.
Saat diantisipasi bahwa seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove yang akan dipreparasi,
lebih mudah memasukkan bagian distal terlebih dulu dan kemudian melintasi mesial.
Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama melakukan
preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang diukur dari sentral
groove. Setelah daerah groove sentral dibuang, facial atau lingual diukur kedalaman, ini akan
lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm, tetapi ini tergantung pada kecuraman dari kecondongan
cuspal. Biasanya kedalaman awal ini adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di Dej. diamond
dipindahkan ke mesial untuk menyertakan sisa lain, mengikuti groove sentral, sebaik turun
naiknya DEJ.
Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies, material restorasi
lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal dan marginal ridge sebanyak mungkin.
Meskipun ikatan akhir restorasi komposit akan membantu memulihkan beberapa kekuatan
melemah, permukaan yang tidak dipreparasi, lingual mesial, atau distal struktur gigi, bentuk
outline harus sebagai konservatif mungkin di daerah ini. Perluasan pada cups harus seminimal
mungkin. Perluasan sampai marginal ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan gigi
sisa struktur (diukur dari perluasan internal ke kontur proksimal) untuk premolar dan kira-kira 2
mm untuk geraham. Perluasan terbatas tergantung oleh dukungan dentin pada marginal ridge
email dan cups. Diamond berjalan sepanjang groove dan menghasikan pulpal floor yang datar
dan mengikuti naik turunnya DEJ. Jika perluasan mengharuskan pengurangn cups, ini sama kirakira 1,5 mm kedalaman dipertahankan, biasanya menghasilkan pulpal floor naik ke oklusal.
Mesiodistal initial pulpal depth preparation follows DEJ. A, Mesiodistal cross-section of premolar. B, Move cutting
instrument mesially. C, Follow contour of DEJ.
Groove extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B, Extension through cusp ridge at 1.5
mm initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm inside the DEJ. C, Facial view.
Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a 45-degree angle. A, Facial
view. B, Occlusal view.
(bevel convensional)
b. MODIFIED
Preparasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketebalan yang cukup bagi
bahan restorative, atau kavitas kecil. Semua tepi harus mempunyai butt-joint cavosurface angle
90 untuk mendapatkan kekuatan tepi bagi bahan restorasi. Semua tepi dan sudut harus dibuat
membulat untuk menghindari tekanan pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi
kemungkinan terjadinya fraktur.
Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi harus yang berbentuk
tappered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke arah oklusal. Bentuk divergen ini akan
mempermudah insersi pasif untuk restorasi. Ujung mata bur harus bulat supaya sudut yang
dibentuk tidak tajam, sehingga dapat mengurangi stress internal. Derajat divergensi di antara 25 pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument potong digunakan untuk membuat
dinding vertikal sejajar aksis panjang mahkota gigi.
Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan komposit dan keramik
memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran 1,5mm untuk mengurangi fraktur pada
restorasi. Dinding fasial dan lingual dipreparasi sehingga cusps datar dan halus. Idealnya, tidak
boleh ada undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika ada undercut yang kecil, bisa
ditutupi dengan menggunakan liner semen ionomer. Dinding pulpa juga harus rata dan halus.
Jika sisa karies atau bahan restorasi yang sebelumnya akan dibuang, dindingnya direstorasi
dengan liner/base light-cured semen ionomer. Margin gingival dikurangi seminimal mungkin
karena margin pada enamel lebih sering digunakan untuk bonding.
Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies, maka preparasi
dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang transitional line angle agar kerusakan dapat
dihilangkan. Dinding aksial pada pelebaran ini di preparasi untuk mendapatkan ketebalan
restorasi yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3 atau lebih dari
groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping, preparasi dikurangi 1,5-2mm dan
mempunyai cavosurface angle 90. Apabila cusps dikapping, terutama centric cusps, shoulder
haruslah dibuat dengan cavosurface margin fasial dan lingual menjauhi dari kontak gigi
antagonis.
C. BOX
Indikasi hanya permukaan proksimal rusak, dan tidak ditemukan adanya lesi pada
permukaan oklusal. Bagian proksimal dipreparasi dengan inverted atau round bur dengan sumbu
parallel dengan sumbu panjang gigi. Intial proksimal kedalaman aksial dipreparasi sedalam 0,2
mm di DEJ.
D. LINGUAL/FACIAL SLOT
Untuk merestorasi lesi pada bagian proksimal pada gigi posterior dimana akses didapatkan
melalui daerah facial atau lingual, contoh pada preparasi klas III gigi anterior. Menggunakan
round bur kecil. Diperluas ke bagian oklusogingival atau facial gingival
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. http://potooloodental.blog.com/?p=259
Baum L, Phillipis RW, Lund MR. 1995. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 3, W.B. Saunders
Company. Philadelphia.
Summitt JB, Robbins JW, Hilton TJ, Schwartz RS. 2006. Fundamentals of Operative Dentistry,
A Contemporary Approach. Quintessence Publishing Co, Inc. Chicago.
Studervant CM, Barton RE, Sockwell CL, Strickland WD. The Arst and Science of Operative
Dentistry, 2 nd ed. St. Louis: Mosby Company, 2001:1