Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI 1,2
Diabetes adalah gangguan metabolism yang dapat disebabkan
berbagai macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis
akobat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya.
Diabetes mellitus tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan
metabolism glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik, keadaan ini
diakibatkan oleh kerusakan sel beta pancreas baik oleh proses autoimun
maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang, bahkan berhenti.
EPIDEMIOLOGI 1,4,7
Angka penderita diabetes yang didapatkan di Asia Tenggara adalah :
Singapura 10,4 persen (1992), Thailand 11,9 persen (1995), Malaysia 8
persen lebih (1997), dan Indonesia (5,6 persen (1992). Kalau pada 1995
Indonesia berada di nomor tujuh sebagai negara dengan jumlah diabetes
terbanyak di dunia, diperkirakan tahun 2025 akan naik ke nomor lima
terbanyak. Pada saat ini, dilaporkan bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta
dan Surabaya, sudah hampir 10 persen penduduknya mengidap diabetes.1
Berdasarkan data rumah sakit terdapat 2 puncak insidens DM tipe-1
pada anak yaitu pada usia 5-6 tahun dan 11 tahun. Patut dicatat bahwa lebih
dari 50% penderita baru DM tipe-1 berusia lebih dari > 20 tahun.
Factor genetic dan lingkungan sangat berperan dalam terjadinya DM
tipe-1. Walaupun hamper 80% penderita DM tipe-1 baru tidak mempunyai
riwayat keluarga dengan penyakit serupa, namun factor genetic diakui
berperan dalam pathogenesis DM tipe-1. Factor genetic dikaitkan dengan
pola HLA tertentu, tetapi system HLA bukan merupakan satu-satunya
ataupun factor dominan pada pathogenesis DM tipe-1. System HLA
berperan sebagai suatu sespectibility gene atau factor kerentanan.
Diperlukan suatu factor pemicu yang berasal dari lingkunagan (infeksi
virus,toksin) untuk menimbulkan gejala klinis DM tipe-1 pada seseorang
yang rentan.5
ETIOLOGI 5,7
kesalahan
reaksi
autoimunitas
yang
(ICAs),
autoantibodies
to
insulin
(IAAs),
PATOFISIOLOGI 1,2,4,5
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan
dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika
pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama
sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak
dapat diangkut ke dalam sel. Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada
anak dan remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa,
khususnya yang
Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan
diagnosis. Fase ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun
trauma fisik.
Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut
penyakit ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap
insulin.
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Fase ini terjadi akibat
berfungsinya kembali jaringan residual pancreas sehingga pancreas
mensekresikan kembali sisa insulin. Fase ini akan berakhir apabila
pancreas sudah menghabiskan kembali seluruh sisa insulin. Pada saat ini,
kebutuhan insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila
insulin tidak disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih
menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan.
Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur
untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada
penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan
penyakitnya.
Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase
ini terjadi kekurangan insulin endogen.
1. DIAGNOSIS 4,7
Diagnosis dapat ditegakan jika didapat salah satu dari gejala di bawah ini :
1. Adanya gejala yang klasik seperti poliuria, polifagi, polidipsi, dan
ketonuria, penurunan berat badan yang cepat disertai dengan kadar
glukosa darh plas >200mg/dl.
2. Pada individu asimtomatik, jika terdapat peningkatan kadar glukosa
darah puasa dan peningkatan kadar glukosa darah yang menetap
selama dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO/OPGTT) yang
dilakukan lebih dari 1 kali.
Pada anak biasanya tes toleransi glukosa tidak perlu dilakukan untuk
mendiagnosis DM tipe-1. Indikasi TTG pada anak adalah pada kasus yang
Belum
pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
<110
110-199
>200
Darah Kapiler
<90
90-199
>200
Plasma vena
<110
110-125
>126
Darah Kapiler
<90
90-109
>110
PENGELOLAAN 4,6,7
Hal pertama yang harus dipahami adalah bahwa DM tipe-1 tidak
dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan
seoptimal mungkin dengan control metabolic yang baik. Yang dimaksud
control metabolic yang baik adalah mengusahakan kadar glukosa darah
dalam batas normal atau mendekati nilai normal tanpa menimbulkan
hipoglikemia. Parameter HbA1c merupakan parameter control metabolic
standar pada DM. nilai HbA1c < 7% berarti control metabolic baik, HbA1c
< 8% cukup dan apabila > 8% dianggap buruk. Dalam jangka pendek,
penatalaksanaan
DM
bertujuan
untuk
menghilangkan/mengurangi
komplikasi.
Tujuan
tersebut
dengan
cara
Sedang
Buruk
- puasa
80-109
110-139
>140
-2 jam
HbA1c (%)
Kolesterol total (mg/dl)
Kolesterol LDL
110-159
4-6
<200
160-199
6-8
200-239
>200
>8
>240
- tanpa PJK
<130
130-159
>159
- dengan PJK
Kolesterol HDL (mg/dl)
Trigliserida (mg/dl)
<100
>45
11-129
35-45
>129
<35
- tanpa PJK
<200
<200-249
>250
- dengan PJK
BMI/IMT
<150
<150-199
>200
- perempuan
18,9-23,9
23-25
>25
- laki-laki
20 -24,9
25-27
<140/90
140-160/90-
atau
<18,5
95
pemantauan
pemantauan
glukosa
komplikasinya serta
DM/keluarga
penyakitnya
darah,
urin,
secara
mengenai
teratur
pemakaian
dengan
insulin
3. Fase pemeliharaan
dan
komplikasi
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi
dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga,
maupun oleh lingkungan
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya
Keadaan ideal yang ingin dicapai ialah penyandang DM tipe 1 dalam
keadaan asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam
semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa
takut terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
10
11
insulin pada saat makan atau tidak. Setelah makan, glukosa meningkat di
dalam peredaran darah dan pengeluaran insulin oleh pankreas juga
meningkat. Tugas pokok insulin adalah mengatur pengangkutan atau
masuknya glukosa dari darah ke dalam sel sehingga glukosa darah bisa
turun. Jadi, insulin berperan dalam mengatur kestabilan glukosa di dalam
darah. Insulin juga bekerja di hati. Setelah makan, kadar insulin meningkat
dan membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin
turun. Maka hati akan memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke
darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar yang
normal.
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja
insulin tersebut, yakni :
1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4. Mixed Insulin
5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
Awitan
(jam)
Puncak kerja
(jam)
Lama kerja
(jam)
0,25-0,5
0,25-0,5
0,5-1
0,5-1
3-4
3-5
0,5-1
2-4
4-8
12
NPH
Lente
Long acting
Ultra Lente
Insulin Glargine
Premixed
70/30 ( 70% NPH/30%
Regular)
50/50(50% NPH/50%
Regular)
Mix 25( 75% NPH/25%
Lispro)
Novolog Mix ( 70%
NPH/30%
Aspart)
2-4
3-4
4-10
6-12
12-24
12-24
4-6
2-4
6-12
NA
18-24
24+
0,5-1
0,5-1
0,25-0,5
0,25-0,5
2-8
2-6
1-2
1-2
12-24
12-24
12-24
12-24
13
14
15
5. Buang jarum suntik apabila telah bengkok atau tumpul atau telah
bersentuhan dengan bagian badan lainnya selain kulit.
6. Buang jarum suntik apabila angka-angka sudah tidak/kurang terbaca
Penyuntikan
Ketrampilan penyuntikan harus dikuasai oleh penderita, selain itu,
perlu diketahui tempat penyuntikan dan factor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi insulin. Suntikan insulin yang digunakan sebaiknya selalu
disesuaikan dengan kekuatan insulin yang dipakai (misal insulin kekuatan
100 U/ml sebaiknya menggunakan jarum suntik 1 cc=100 U), bila tidak
sama, perhitungan dosis harus diulang minimal 2 kali dan ditanyakan
kepada orang lain untuk konfirmasi. 4 Untuk mendapatkan efek insulin
yang diharapkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan
insulin. Faktor tersebut adalah lokasi ( dinding perut tercepat, lalu lengan,
paha dan bokong), kedalaman suntikan (suntikan intramuscular akan
mempercepat absorbsi), jenis insulin, dosis insulin ( dosis kecil lebih cepat
absorbsinya), kegiatan fisik (olahraga meningkatkan absorbsi), ada
tidaknya lipodistrofi atau lipohipertrofi (kedua hal tersebut memperlambat
absorbsi) dan perbedaan suhu (suhu panas mempercepat absorbsi).
Teknik penyuntikan
Insulin harus disuntikan secara subkutan dalam dengan melakukan
cubitan, dan jarum suntik harus membentuk sudut 45 atau 90 bila
jaringan subkutannya tebal, untuk penyuntikan tidak perlu menggunakan
alkohol untuk tindakan aseptis. Tempat suntikan dapat dilakukan di
abdomen, paha bagian depan, pantat dan lengan atas. Penyuntikan dapat
dilakukan pada daerah yang sama setiap hari, tapi tidak dianjurkan untuk
melakukan penyuntikan di titik yang sama. Rotasi penyuntikan sangat
diperlukan untuk mencegah timbulnya lipohipertrofi atau lipodistrofi.
Penyuntikan insulin kerja cepat lebih dianjurkan didaerah abdomen karena
16
17
18
19
Reaksi lokal
Reaksi lokal insulin jarang terjadi, bila terjadi biasanya disebabkan
karena zat aditif dalam insulin seperti: metacresol, phenol atau
metilhidroksibenzoat. Urtikaria karena dingin bisa terjadi bila insulin
langsung disuntikan dari lemari es.
Nutrisi 1,4,7
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan
diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makanan
yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makanan harus disesuaikan
menurut kebiasaan masing-masing individu. Faktor yang berpengaruh
pada respons glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan
makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak
dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari
karbohidrat lebih penting daripada sumber atau macam karbohidratnya.
Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan. Pada keadaan glukosa
darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula
pasir) sampai 5% kebutuhan kalori.
Penatalaksanaan dietetik pada penyandang DM tipe 1 bertujuan
agar selain dapat menjaga kadar glukosa darah mendekati normal atau
normal, dengan menjamin kalori yang diberikan dapat dipakai untuk
metabolisme basal, pertumbuhan, pubertas, ataupun untuk aktivitas yang
dilakukan. Pengaturan glukosa darah pada anak agak sulit dilakukan oleh
karena aktivitas harian yang bervariasi, aktivitas sosial anak yang tidak
tetap, sedangkan penyuntikan insulin tetap waktunya. Dengan demikian
penatalaksanaan dietetik pada penyandang DM ini seharusnya merupakan
bagian yang integral dari program edukasi/penyuluhan yang akan
diberikan.
Istilah diet sebaiknya dihindari pada edukasi anak dengan DM
tipe1. Hal ini disebabkan pengertian yang salah pada masyarakat akan arti
20
diet itu sendiri. Selain itu dengan lebih memasyarakatnya DM tipe2, yang
seringkali menderita kegemukan, diet diidentikkan dengan menguruskan
badan sehingga harus dikurangi. padahal anak sedang tumbuh kembang
sehingga anak memerlukan kalori yang cukup, oleh sebabitu sebaiknya
digunakan istilah pengaturan makan.
Salah satu kunci keberhasilan terapi dietetik ialah keteraturan
jadwal makan serta pengaturan diet sehingga tidak terlalu dibedakan
dengan diet anak lainnya atau dengan diet keluarganya. Diet optimal yang
diberikan biasanya terdiri dari 3 kali makan utama dan 3 kali pemberian
snack. Dengan membiasakan anak dalam pola hidup yang agak teratur
diharapkan kadar glukosa darahnya dapat dikontrol dan komplikasi
hipoglikemi tidak sering terjadi. Tidak ada diet khusus yang dianjurkan
pada anak tetapi ada peneliti yang menganjurkan pemberian diet yang
mengandung banyak serat seperti Buah-buahan, Sayur-sayuran dan cereal.
Oleh karena anak masih dalam proses pertumbuhan, kita harus
hati-hati dengan restriksi diet. Pada setiap kunjungan sebaiknya diberikan
penjelasan mengenai diet, agar dapat disesuaikan untuk umur, kegiatankegiatan atau aktivitas yang dilakukan, masa pubertas dan sebagainya.Pola
makan ini bisa disesuaikan dengan pemberian insulin ataupun dengan hasil
monitoring kadar glukosa darahnya. Manajemen pengaturan makan pada
penderita DM tipe1 bertujuan mencapai kontrol metabolic yang baik,
tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan untuk metabolisme basal,
pertumbuhan, pubertas atau aktifitas yang dilakukan, serta selera anak.
Disamping itu dengan pengaturan makan ini diharapkan anak tidak
menjadi obes, dapat mencegah timbulnya komplikasi akut semisal
hipoglikemia, krisis hiperglikemia danmencegah komplikasi kronis yang
berupa mikro dan makrovaskuler.
Jumlah kebutuhan kalori dapat ditentukan dengan menggunakan
tabel standar yang sudah ada atau untuk anak usia 1 tahun sampai dengan
usia pubertas dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
21
Olahraga 4,7
Olahraga dapat membantu mempertahankan berat badab ideal, dan
meningkatkan rasa percaya diri, selain itu dapat membantu untuk
menurunkan kadar g;ikosa darah, menimbulkan perasaan sehat, dan
meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Pada beberapa penelitian
dengan olahraga dapat meningkatkan kapasitas jantung dan mengurangi
komplikasi.
22
terjadinya
komplikasi.
Sesuai
dengan
tujuan
utama
23
Edukasi 1,4,7
Edukasi merupakan unsur penting pengelolaan DM tipe -1, yang
harus dilakukan secara terus-menerus dan bertahap sesuai tingkat
24
komplikasinya.
Memotivasi penderita dan keluarganya agar patuh berobat.
Memberikan penanganan DM tipe-1 .
Mengembangkan sikap positif terhadap penyakit.
Mencapai control metabolic yang baik
Menyadarkan penderita bahwa DM tipe-1 bukanlah halangan
untuk mencapai cita-cita
Penyuluhan terhadap penyandang DM dan keluarganya dapat
Transplantasi Pankreas 3
Pembedahan pada anak dengan diabetes mellitus (DM) sebaiknya
dilakukan hanya pada rumah-sakit yang telah mempunyai fasilitas
memadai serta tenaga ahli (ahli endokrinologi anak, ahli bedah, ahli
anastesi, dan staf keperawatan) yang cakap dan terlatih untuk mengelola
diabetes mellitus pada anak(5).
Transplantasi pancreas merupakan salah satu pilihan terapi yang
menunjukkan perbaikan nyata pada pasien diabetes, baik transplantasi
keseluruhan atau transplantasi pulau Langerhans.
Managemen Selama Pembedahan
Tujuan pengelolaan yang harus dicapai adalah(4,6):
1. Mencegah hipoglikemia selama anastesi.
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan.
3. Mencegah anak jatuh kedalam KAD.
4. Mengatasi masalah yang tidak langsung, antara lain: infeksi,
kesembuhan luka yang lama, dan adanya gangguan kardiovaskuler.
Kecuali pada dengan indikasi mutlak, pembedahan darurat harus
dihindarkan atau ditunda pada anak dalam kondisi ketoasidosis diabetes
(KAD), sampai kondisinya stabil dan terkontrol. KAD sendiri sering
memberikan gambaran klinis menyerupai akut abdomen yang akan
menghilang sendiri dengan terapi KAD. Secara umum, apabila
26
150 mg/dL, kadar gula 2 jam PP > 200 mg/, HbA1 > 10% dan HbA1c >
8%(4,5). Penjadwalan operasi sedapat mungkin dijadwalkan pagi hari, hal
ini untuk memungkinkan stabilisasi pasca operasi dapat dilakukan saat jam
kerja(1,5).
Pemberian cairan: Sejak anak dipuasakan, pemberian cairan intravena
sudah harus dimulai, yang diberikan sebagai cairan rumatan dengan
menggunakan larutan dextrose 5% (tabel 1). Sebagai alternatif, kecepatan
pemberian cairan adalah 1500 ml/m2/24 jam tanpa memperhatikan umur.
Tabel 1: Cairan rumatan berdasarkan umur(5,7).
Umur
2 - 6 th
7 10 th
> 10 th
Jumlah cairan
100 ml/kg BB/24 jam
th 80 ml/kg BB/24 jam
60 ml/kg BB/24 jam
27
28
KOMPLIKASI 1,7
Komplikasi DM tipe 1 dapat digolongkan sebagai akut atau kronik,
reversibel atau irreversibel, sebagian besar komplikasi akut bersifat
reversibel sedangkan yang kronis bersifat ireversibel, tetapi perjalanan
penyakitnya bisa diperlambat.
Komplikasi akut
Komplikasi akut yang sering terjadi adalah hipoglikemi dan ketoasidosis.
a. Hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan komplikasi akut yang paling sering terjadi
dan manifestasi klinisnya dapat sangat menakutkan ( kejang, koma dan
mati) . Bila penderita sering mengalami hipoglikemi, dapat menyebabkan
dia disisihkan dari temantemannya karena takut. Keadaan ini merupakan
kendala pada pengelolaan diabetes melitus pada anak.
29
Gambaran klinis
Terapi
Lapar, tremor, shakiness, Sari buah, limun manis,
pucat, nervous, ansietas, anggur
keringat,
manis,makanan
takikardi,
penurunan sangat
ringan
dapat
dengan
kognitif.
jadwal
memajukan
makan,
bila
episode
jadwal
yang
ditentukan
Sedang
kesulitan
bicara,
30
Berat
Disorientasi
penurunan
koma, kejang
ekstrim, Diluar
RS
injeksi
infus
dextrose
menstabilkan
darah
antara
Pencegahan hipoglikemi.
Hipoglikemi pada anak dapat dicegah dengan keteraturan
pengobatan insulin serta pengaturan makan, akan tetapi keteraturan ini
pada anak kecil sulit diharapkan sehingga pengawasan orang tua
diperlukan. Penyebab hipoglikemi tersering adalah asupan makanan yang
tidak adekuat atau teratur, olah raga tanpa asupan makanan yang adekuat,
kesalahan dosis insulin, dan idiopatik. Anak penderita DM tipe 1
sebaiknya membawa tablet glukosa, sehingga bila terjadi hipoglikemi
dapat diatasi segera dengan mengkonsumsi tablet glukosa tersebut,
disamping itu edukasi terhadap orang tua dan anak mengenai pengenalan
gejala hipoglikemia ini merupakan hal penting dalam pencegahan
hipoglikemi.
31
Terapi Hipoglikemi
Hipoglikemi ringan atau sedang dapat diatasi dengan pemberian
1020 gr karbohidrat yang dapat dicerna secara cepat, diikuti makanan kecil
untuk menstabilkan kadar glukosa darah. Madu, tablet glukosa, limun dan
orange jus dapat dipakai sebagai hipoglikemi ringan atau sedang. Biasanya
keluarga penderita membawa permen untuk mengatasi keadaan tersebut.
4,7 Untuk hipoglikemi berat, terapi harus dilakukan karena penderita
biasanya tidak sadar atau kejang, selama penderita tidak sadar, jangan
diberikan terapi oral. Orang tua dianjurkan memberikan suntikan glukagon
0,5 mg atau 1 mg untuk anak diatas usia 5 tahun. Semua penderita DM
sebaiknya menyimpan glukagon dirumahnya.
b. Ketoasidosis
Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat diagnosis
pertama DM tipe 1 atau akibat salah pemakaian insulin ( tidak patuh atau
menghentikan insulin pada saat sakit). Ada empat komponen penting
pada pengelolaan KAD yaitu : 1. insulin 2. cairan yang sesuai 3)
keseimbangan elektrolit dan 4) keseimbangan asambasa. Pada KAD
insulin yang digunakan adalah tipe short acting yang diberikan secara
intravena. Bila saat pemeriksaan ditemukan tanda renjatan, pengelolaan
syok segera dilakukan sesuai standar (1020 ml/kg/jam) dan setelah syok
teratasi dilanjutkan dengan protokol KAD. Pada KAD pemberian cairan
yang benar akan menurunkan kadar glukosa darah sebesar 50 %. Cairan
sebaiknya isotonik dan jumlah cairan yang dibutuhkan sebaiknya
diberikan dalam 36 48 jam.
Komplikasi kronis
Komplikasi kronis DM disebabkan karena perubahan mikrovaskuler
( retinopati, nefropati, dan neuropati) dan makrovaskuler. Pada anak komplikasi
akibat perubahan makrovaskuler tidak dijumpai sedangkan komplikasi akibat
perubahan mikrovaskuler dapat ditemukan. Retinopati lebih sering dijumpai pada
32
33