You are on page 1of 10

1 Term of Reference

PRINSIP SYARIAH TENTANG PELESTARIAN HUTAN


Teori, Praktik dan Sosialisasi Gerakan Penanaman Pohon

Kementerian Kehutanan Himpunan Ilmuwan dan


Republik Indonesia Sarjana Syariah Indonesia
(HISSI)
Term of Reference 2

Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia (HISSI)


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gd. Akademik Lt. 2
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat Jakarta Selatan15412
Email : hissi1207@yahoo.co.id
Phone : 021-71102467 / 7401925 Ext. 1907
CP : 085715162880 (Indra) / 081315510673 (Mara)
http://www.hissi.or.id
3 Term of Reference

Latar Belakang
Hutan adalah ekosistem, sebuah komunitas tumbuhan dan hewan,
yang saling berinteraksi satu sama lain. Manusia dan hutan tumbuh dan
berkembang bersama-sama, kehidupan kita dan kehidupan hutan selalu saling
terkait. Hutan mempunyai peranan yang sangat penting pada lingkungan
secara menyeluruh. Pohon, tanah, air dan hewan, semuanya berinteraksi untuk
menciptakan keseimbangan lingkungan, yang sangat bermanfaat bagi manusia.
Keseimbangan ini harus terus dipertahankan dalam sebuah siklus yang saling
terkait.
Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah ruah, potensi kekayaan alam
Indonesia antara lain, kekayaan hutan, alam, emas dan barang-barang tambang
lainnya. Kawasan hutan Indonesia termasuk yang paling luas di dunia, tanahnya
subur, dan alamnya indah. Akan tetapi, pada saat sekarang keindahan alam
Indonesia yang terkenal dengan zamrud khatulistiwa dunia, mungkin hanya
akan tinggal catatan sejarah.
Menurut data Bank Dunia setidaknya 2,5 juta hektar hutan Indonesia
hilang setiap tahunnya dan jika dibiarkan maka diperkirakan pada tahun 2011
hutan tropis Indonesia akan musnah. Data resmi Departemen Kehutanan
mencatat laju kerusakan hutan produksi di Indonesia mencapai 1,8 juta hektar
pertahun Sedangkan menurut WALHI (2008-2009) bahwa setiap tahun hutan di
Indonesia berkurang 2,7 juta hektar sehingga menurut WALHI, jka hal ini terus
dibiarkan maka lima belas tahun lagi hutan di Indonesia akan habis.
Walaupun terjadi perbedaan catatan data yang dikeluarkan masing-
masing lembaga, namun ada hal yang sangat penting dari data-data tersebut
yang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa hutan di Indonesia telah mengalami
penyusutan dan kerusakan yang sangat memprihatinkan dari tahun ke tahun.
Kerusakan dan penyusutan hutan ini tentunya memiliki dampak bagi kehidupan
makhluk hidup. Hutan berfungsi sebagai penyimpan air hujan sehingga dapat
mengurangi risiko banjir serta untuk menjaga ketersediaan sumber-sumber
mata air di saat musim kemarau tiba. Hutan juga berfungsi sebagai paru-paru
dunia hingga bisa mengurangi polusi udara.
Akibat dari kerusakan lingkungan atau hutan ini timbulnya bencana alam
seperti banjir, kekeringan, tanah longsor dan efek degradasi lingkungan lainnya
(populer dengan sebutan pemanasan global/Global Warming) hal ini menjadi
bukti bahwa alam akan memberikan reaksi balik atas ulah manusia. Jika manusia
mampu menjaga alam, maka alam akan memberikan manfaat yang tak ternilai
harganya dan sebaliknnya, jika mansia berbuat semaunya, maka bencana alam
siap menanti.
Term of Reference 4

Tragisnya lagi diakui atau tidak, kita yang mengaku manusia modern,
rasional dan selalu berfikir logis-sistematis ternyata ketika dihadapkan dengan
alam seringkali memposisikan diri tidak sebagai mitra. Namun sebagai sosok-
sosok yang durhaka dengan merasa benar berbuat apa saja termasuk kepada
alam.
Dalam Al-Quran, pesan-pesan mengenai lingkungan sangat jelas dan
prospektif. Peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi
karena ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk
Allah, sebagaimana firman Allah SWT surah Al-Araf: 56 yaitu:

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Mengatasi krisis lingkungan yang kini sedang melanda dunia bukanlah


melulu persoalan teknis, ekonomi, politik, hukum, tapi juga masalah sosial-
budaya (nilai/etika), hal ini terlihat adanya serangkaian kegiatan seperti UN
Conference on Human Environment di Stackholm, Swedia, tahun 1972, World
Summit on Sustainable Development di Johannesburg Afrika Selatan (2002),
bahkan hingga penyelenggaraan konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (United
Nation For Climate Change Conference, UNFCC) di Bali (tanggal 3-14 Desember
2007), dan yang baru-baru ini di Kopenhagen Denmark tanggal 7-18 Desember
2009 tetapi krisis lingkungan bukan semakin berkurang, malah sebaliknya justru
aksi-aksi destruktif dan tidak bertanggung jawab semakin merajalela.
Untuk itu perlu upaya-upaya penegakan hukum yang berkesinambungan
serta diimbangi dengan wawasan etika lingkungan hidup melalui internalisasi
kegiatan/proses produksi dan konsumsi, menanamkan nilai serta etika
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses pembelajaran sosial
serta pendidikan formal pada semua tingkatan, karena peran pelestarian alam
dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di
muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah ayat 30 yang
berbunyi: (“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.”…).
Ayat ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, Dosen
studi Islam di George Washington University, Amerika Serikat dalam dua bukunya
“Man and Nature (1990)” dan “Religion and the Environmental Crisis (1993)”, yang
disajikan sebagai berikut:

“……Man therefore occupies a particular position in this world. He is at


the axis and centre of the cosmic milieu at once the master and custodian
5 Term of Reference

of nature. By being taught the names of all things he gains domination


over them, but he is given this power only because he is the vicegerent
(khalifah.) of God on earth and the instrument of His Will. Man is given the
right to dominate over nature only by virtue of his theomorphic make up,
not as a rebel against heaven.”

Fiqh lingkungan (fiqh al-bî’ah) merupakan terobosan baru bagi upaya


“konservasi” dan “restorasi” lingkungan hidup dengan perspektif keagamaan.
Oleh karenanya, fiqh lingkungan yang dimaksud adalah pengetahuan atau
tuntunan syar’i untuk masalah-masalah ekologi atau tuntunan syar’i yang dipakai
untuk memecahkan masalah lingkungan melalui pendekatan agama.
Kegiatan yang akan dimulai dari Focus Group Discussion, seminar,
sampai dengan sosialisasi program-program rekomendasi kerjasama antara
Kementrian Kehutanan dan Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia
(HISSI) diharapkan mampu untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan
hidup demi menunjang pembangunan nasional.

Tujuan kegiatan
1. Kerjasama pengembangan wawasan keilmuwan dan aplikasi dengan
pendekatan keagamaan transformatif terutama dalam bidang pelestrain
hutan dan lingkungan hidup
2. Menumbuhkan kesadaran pelestarian lingkungan hidup di masyarakat luas
dengan etika lingkungan yang berwawasan syarì’
3. Memberikan teladan yang konkrit, terukur dan terealisasi secara nyata
4. Penegakan hukum, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
lingkungan hidup

Ruang lingkup kegiatan


1. Melakukan kajian akademis upaya pelestarian lingkungan hidup dengan
pendekatan umum (konvensional) dan teks keagamaan (fiqh lingkungan/
fiqh al-bi`ah)
2. Meningkatkan peranan, sosialisasi, advokasi dan kepedulian pihak-pihak
yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup
3. Mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum
dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan
sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan
berkeadilan
Term of Reference 6

Sasaran, Target dan Output


Melalui pelaksanaan serangkaian kegiatan yang direalisasikan dengan aksi
gerakan penanaman pohon sasaran dan targetnya adalah dapat menggerakkan
partisipasi seluruh masyarakat Indonesia dalam upaya pelestarian dan
pemeliharaan lingkungan dalam wujud penanaman pohon. Salah satu cara
adalah dengan menggunakan pendekatan Snow Ball Effect yang mempunyai
konsep imitasi dan identifikasi, artinya gerakan penanaman pohon yang
dilakukan minimal satu orang dapat memberikan contoh yang sama kepada
orang lain untuk mengerjakan hal yang sama.

Jenis dan Bentuk Kegiatan


Kegiatan ini terbagi dalam beberapa jenis dan bentuk yang akan dilakukan
secara simultan, terstruktur dan bertahap, yaitu:

1. Kajian ilmiah dan perumusan materi serta pembentukan team fasilitator

Kajian ilmiah dengan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh
berbagai pakar sebagai pendalaman kajian dan konsep advokasinya.

FGD ini memfokuskan pada tema Integrasi etika lingkungan hidup dengan
pendekatan keagamaan (Fiqh Lingkungan).

2. Seminar lokal dan nasional

Seminar ini dilakukan sebagai follow up dari Focus Group Discusion dan
sebagai sosialisasi tahap awal.

3. Pembentukan kelompok-kelompok kerja (Pokja)

Pembentukan kelompok-kelompok kerja (Pokja) sebagai tim perumus dan


pelaksana guna melalkukan sosialisasi dan advokasi sebagai pematangan
framework advokasi (FGD)
7 Term of Reference

4. Pelaksanaan sosialisasi dan advokasi secara simultan dan bertahap

Dalam hal sosialisasi dan advokasi, Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah
Indonesia (HISSI) telah mempunyai 18 Majelis Pengurus Wilayah (MPW) dan
10 Majelis Pengurus Daerah (MPD) dapat berkerjasama dan berkolaborasi
sinergis dengan seluruf sfaff dan jajaran Kementrian Kehutanan sebagai
tindaklanjut dari sosialisasi dan advokasi program tersebut.

5. Gerakan penanaman pohon

6. Monitoring dan evaluasi program

Agar program-program yang telah direkomendasikan dapat berjalan dengan


lancar dan tepat sasaran, maka harus dilakukan tindakan monitoring selama
kegiatan berlangsung dan evaluasi di akhir kegiatan.

7. Penerbitan hasil kajian keilmiahan

Penerbitan hasil kajian keilmiahan melalui buku dan modul instruksional;


sebagai media sosialisasi dan advokasi pematangan framework (FGD)
RENCANA GLOBAL

NO. WAKTU ACARA PEMBICARA LOKASI

1. MARET 2010 Seminar Nasional & FGD

Pembentukan kelompok-kelompok
APRIL-MEI
2. kerja (Pokja) dan pematangan
2010
konsep sosialisasi dan advokasi

1. Gubernur DKI
Pembukaan Sosialisasi dan Aksi
Jakarta
3. JUNI 2010 Gerakan Penanaman Pohon: DKI JAKARTA
2. Menteri Kehutanan
3. Ketua Umum HISSI

NANGGROE
ACEH
Sosialisasi dan Aksi Gerakan 1. Gubernur NAD
DARUSSALAM
4. JULI 2010 Penanaman Pohon: 2. Menteri Kehutanan
(NAD)
3. Ketua Umum HISSI

1. Gubernur Sumatera PALEMBANG


Sosialisasi dan Aksi Gerakan
Selatan (SUMATERA
5. AGUSTUS 2010 Penanaman Pohon:
2. Menteri Kehutanan SELATAN)
3. Ketua Umum HISSI
Term of Reference
8
9

1. Gubernur Sumatera
Sosialisasi dan Aksi Gerakan PADANG
Barat
Term of Reference

6. OKTOBER 2010 Penanaman Pohon: (SUMATERA


2. Menteri Kehutanan
BARAT)
3. Ketua Umum HISSI

1. Gubernur Kaliman-
Sosialisasi dan Aksi Gerakan BANJARMASIN
NOPEMBER tan Selatan
7. Penanaman Pohon: (KALIMANTAN
2010 2. Menteri Kehutanan
SELATAN)
3. Ketua Umum HISSI

1. Gubernur Goron-
Sosialisasi dan Aksi Gerakan
DESEMBER talo
8. Penanaman Pohon: GORONTALO
2010 2. Menteri Kehutanan
3. Ketua Umum HISSI

Ketua Umum
Majelis Pimpinan Nasional
Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM


Term of Reference 10

reduce.reuse.recycle

You might also like