You are on page 1of 25

MAKALAH FARMAKOLOGI DAN

TOKSIKOLOGI
TOKSISITAS PELARUT
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Farmakologi dan
Toksikologi

Oleh kelompok 3 :
Handi Hidayat

(31112021)

Iis Ratna Suminar

(31112023)

Nisa Arisanti

(31112033)

Rizal Nur Fadillah

(31112042)

Dewi Nuraini

(31112073)
3A

PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI
TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia setiap harinya bisa terpapar oleh toksikan, karena sumber
toksikan dapat kita temui dari mana saja, bisa dari lingkungan rumah,
lingkungan

kerja, bahkan dari makana n yang kita

konsumsi. Dari

lingkungan rumah contohnya debu, detergen, dan asap kendaraan yang dapat
kita hirup. sedangkan dari ligkungan kerja seperti terpaparnya rdiasi,
terhirupnya asbes, zat-zat kimia seperti timah hitam, formaldehid, pestisida
golongan organoklorin, dan karbon monoksida bagi orang-orang yang bekerja
dikawasan industry. Selain itu toksikan dapat kita temukan dari kosmetik,
makanan dan minuman yang kita konsumsi, karena menggnakan bahan-bahan
yang berbahaya.
Toksikan merupakan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka,
dapat mengenai manusia dengan berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan
kerusakan bila mengenai kulit atau bagian yang paling sensitif dari permukaan
paling luar dari tubuh manusia, mata. Zat-zat kimia yang masuk ke dalam
tubuh didistribusikan melalui aliran darah. Bila suatu toksikan masuk ke
dalam tubuh, maka harus diperhatikan organ yang mana yang akan
dirusaknya, berapa lama dia akan tinggal di dalam tubuh dan bagaimana cara
menghilangkannya.
Salah satu sumber toksikan yang akan kita bahas yaitu pelarut yang
biasanya kita temukan pada makanan atau minuan, maupun obat-obatan, atau
2

pun di laboratorium yang biasa digunakan untuk praktikum dan penelitian.


pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
yang menghasilkan sebuah larutan. Banyak pelarut yang digunakan dalam
industri untuk berbagai tujuan, antara lain proses ekstraksi: minyak makan,
minyak wangi, bahan farmasi, pigmen dan produk-produk lainnya dari sumber
alam. Menghilangkan lemak merupakan satu contoh penggunaan solven untuk
menghilangkan bahan-bahan yang tidak diinginkan. Solven ditambahkan
untuk memudahkan pemakaian penyalut (coating) pada adhesive, tinta, cat,
vernis, dan penyegel (sealer). Solven-solven ini mudah menguap, oleh karena
itu, mereka dengan sengaja dilepaskan ke atmosfer setelah penggunaan.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit
terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering
diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada
sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang
menstabil.
Air merupakan pelarut yang

sering digunakan dan paling aman.

Adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang
bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut
sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah

tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat
"hidrofobik" (takut-air).
Kebanyakan solven adalah depresan Susunan Syaraf Pusat. Mereka
terakumulasi di dalam material lemak pada dinding syaraf dan menghambat
transmisi impuls. Pada permulaan seseorang terpapar, maka fikiran dan
tubuhnya akan melemah. Pada konsentrasi yang sudah cukup tinggi, akan
menyebabkan orang tidak sadarkan diri. Senyawa-senyawa yang kurang polar
dan senyawa-senyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap
memiliki sifat depresan yang lebih besar. Solven adalah irritan. Di dalam paruparu, irritasi menyebabkan cairan terkumpul. lrritasi kulit digambarkan
sebagai hasil primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-sel keratin dari
epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih bawah. Kerusakan
dinding sel juga merupakan suatu faktor. Memerahnya kulit dan timbul tandatanda lain seperti inflammasi. Kulit pada akhirnya sangat mudah terinfeksi
oleh bakteri, menghasilkan roam dan bisul pemanah. Pemaparan kronik
menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya

kulit dan juga dapat

menyebabkan terbentuknya calluses dan kanker. Solven-solven bervariasi


tingkatannya untuk dapat menyebabkan initasi. Semakin nonpolar suatu
solven maka semakin efektif ia melarutkan lemak kulit.
Contoh pelarut yang bersifat sangat toksik yaitu pelarut organic yang
bersifat nonpolar. Solven-solven sangat nonpolar ini adalah campuran dari
hidrokarbon alifatis sederhana yang diperoleh dari penyulingan petroleum.
Mereka terdiri dari Carbon dan Hidrogen, dengan bermacam- macam nama

seperti naphtha, kerosene, gasoline, tigroin, benzine, petroleum distillates,


pentane, hexane, atau octane. Hidrokarbon dengan Berat Molekul yang rendah
adalah gas (methane, propane, dan butane), sedangkan hidrokarbon dengan.
Berat Molekul yang lebih tinggi, ditemukan dalam bentuk minyak mineral,
merupakan komponen solven yang tidak penting.
Hidrokarbon adalah senyawa kimia inert, suatu karakter yang paling
baik sebagai solven. Hidrokarbon dengan Berat Molekul sedang adalah mudah
menguap, dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui paru-paru. Mereka
menyebabkan depresi Susunan Syaraf Pusat, menyebabkan gejala-gejala
seperti mabuk. Pada level yang lebih tinggi (2000 ppm), pemaparan dalam
periode yang singkat akan menyebabkan bahaya yang serius. Solven
Hidrokarbon spesifik, heksan, adalah komponen solven hidrokarbon yang
paling banyak digunakan. Solven ini dimetabolisme di dalam tubuh menjadi
suatu zat yang merusak susunan syaraf perifer (peripheral nervous system,
PNS), jenis kerusakan berupa tremor dan gangguan pada muskuler. Gangguan
serius PNS terjadi di sebuah pabrik sepatu di Itali karena solven adhesiv
menggunakan heksan.
Karena

pelarut-pelarut

tersebut

dapat

kita

temukan

juga

di

laboratorium yang biasa digunakan untuk praktikum, yang apa bila kita
terpapar terlalu sering akan berakibat buruk bagi keshatan tubuh kita. Bagi
mahasiswa farmasi hal tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih dalam agar
kita tahu mekanisme terjadinya keracunan yang disebabkan oleh pelarut dan

pennganannya serta pencegahannya agar kita tidak tercemari oleh pelarut


tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pelarut yang seperti apa yang dapat bersifat toksik?
2. Bagaimana gejala yang terjadi dari keracunan pelarut?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya keracunan yang disebabkan oleh
pelarut?
4. Bagaimana penanganan untuk keracunan yang diakibatkan oleh
pelarut?
1.3 Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah tersebut, makalah ini bertujuan untuk:
1. mengetahui pelarut-pelarut yang bersifat toksik.
2. mengetahu gejala yang terjdi dari keracunan pelarut.
3. mengetahui mekanisme terjadinya keaacunan yang disebabkan oleh
pelarut.
4. mengetahui penanganan untuk keracunan yang diakibatkan oleh pelarut.
1.4 Manfaat Makalah
1. Agar mahasiswa mengetahui keracunan yang diakibatkan oleh pelarut.
2. Agar mahasiswa mengetahui penangan untuk keracunan yang
diakibatkan oleh pelarut.
3. Agar mahasiswa dapat terhindar dari racun yang diakibatkan oleh
pelarut saat praktikum di laboratorium.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Toksikologi Solven


Banyak pelarut yang digunakan dalam industri untuk berbagai tujuan,
antara lain proses ekstraksi: minyak makan, minyak wangi, bahan farmasi,

pigmen dan produk-produk lainnya dari sumber alam. Menghilangkan lemak


merupakan satu contoh penggunaan solven untuk menghilangkan bahan-bahan
yang tidak diinginkan. Solven ditambahkan untuk memudahkan pemakaian
penyalut (coating) pada adhesive, tinta, cat, vernis, dan penyegel (sealer).
Solven-solven ini mudah menguap, oleh karena itu, mereka dengan sengaja
dilepaskan ke atmosfer setelah penggunaan. Kebanyakan solven adalah
depresan Susunan Syaraf Pusat. mereka terakumulasi di dalam material lemak
pada dinding syaraf dan menghambat transmisi impuls. Pada permulaan
seseorang terpapar, maka fikiran dan tubuhnya akan melemah.
Pada konsentrasi yang sudah cukup tinggi, akan menyebabkan orang
tidak sadarkan diri. Senyawa-senyawa yang kurang polar dan senyawasenyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap memiliki sifat
depresan yang lebih besar. Solven adalah irritan. Di dalam paru-paru, irritasi
menyebabkan cairan terkumpul. lrritasi kulit digambarkan sebagai hasil
primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-sel keratin dari epidermis
terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih bawah. Kerusakan dinding
sel juga merupakan suatu faktor. Memerahnya kulit dan timbul tanda-tanda
lain seperti inflammasi. Kulit pada akhirnya sangat mudah terinfeksi oleh
bakteri, menghasilkan roam dan bisul pemanah. Pemaparan kronik
menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya

kulit dan juga dapat

menyebabkan terbentuknya calluses dan kanker. Solven-solven bervariasi


tingkatannya untuk dapat menyebabkan initasi. Semakin nonpolar suatu
solven maka semakin efektif ia melarutkan lemak kulit.

2.2 Macam Macam Solven yang Dapat Bersifat Toksik


2.2.1 Hidrokarbon-hidrokarbon Petroleum
Solven-solven sangat nonpolar ini adalah campuran dari hidrokarbon
alifatis sederhana yang diperoleh dari penyulingan petroleum. Mereka terdiri
dari Carbon dan Hidrogen, dengan bermacam- macam nama seperti naphtha,
kerosene, gasoline, tigroin, benzine, petroleum distillates, pentane, hexane,
atau octane. Hidrokarbon dengan Berat Molekul yang rendah adalah gas
(methane, propane, dan butane), sedangkan hidrokarbon dengan Berat
Molekul yang lebih tinggi, ditemukan dalam bentuk minyak mineral,
merupakan komponen solven yang tidak penting. Hidrokarbon adalah
senyawa kimia inert, suatu karakter yang paling baik sebagai solven.
MK terjadinya keracunan : Hidrokarbon dengan Berat Molekul sedang
adalah mudah menguap, dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui paruparu. Mereka menyebabkan depresi Susunan Syaraf Pusat, menyebabkan
gejala-gejala seperti mabuk. Pada level yang lebih tinggi (2000 ppm),
pemaparan dalam periode yang singkat akan menyebabkan bahaya yang
serius. Solven Hidrokarbon melarutkan lemak kulit, menyebabkan kulit
menjadi kering, bersisik, mengiritasi kulit pada kontak yang lama.
Hidrokarbon spesifik, heksan, adalah komponen solven hidrokarbon yang
paling banyak digunakan. Solven ini dimetabolisme di dalam tubuh menjadi
suatu zat yang merusak susunan syaraf perifer (peripheral nervous system,
PNS), jenis kerusakan berupa tremor dan gangguan pada muskuler. Gangguan
serius PNS terjadi di sebuah pabrik sepatu di Itali karena solven adhesiv
menggunakan heksan.

2.2.2 Hidrokarbon Aromatis


a. Benzene
Hidrokarbon aromatis adalah juga sangat nonpolar. Mereka secara
kimia berbeda dari fraksi petroleum, mempunyai cincin benzen di dalam
strukturnya. Hidrokarbon aromatis diperoleh dari uap batubara selama
produksi batu arang. Benzene (tidak sama dengan benzine) digunakan sebagai
komponen tambahan pada bahan bakar motor bebas timah, Ph, namun
penggunaan ini dibatasi karena toksisitasnya. Benzen ditemukan di dalam
campuran beberapa senyawa solven, seperti Stoddard's solvent. Benzene
digunakan sebagai solven dalam cat, karet, plastik, dan tinta, dan digunakan
juga untuk mengekstraksi lemak dan minyak. Benzen sangat penting sebagai
suatu intermediet kimia dalam suatu sintesis. Diperkirakan sekitar 2 juta
pekerja di Amerika Serikat telah terpapar benzene.
MK terjadinya keracunan : Benzene adalah senyawa yang mudah
menguap, dan terpapar secara luas dalam bentuk uap menyebabkan kerusakan
Susunan Syaraf Pusat, saluran pencemaan, dan sumsum tulang yang
membentuk sel-sel darah merah. Para pekerja yang terpapar secara berlebihan
(overexposed workers) menderita anemia dan menurunnya jumlah sel darah
putih. Kontak dalam waktu yang lama dengan kulit menyebabkan kerusakan
kulit mirip akibat terbakar, dan beberapa pekerja menjadi lebih sensitif. Studi
epidemiologi terhadap para pekerja yang terpapar benzene dalam periode
waktu yang lama menunjukkan bertambahnya pekerja yang menderita kanker,
terutama kanker darah (leukimia).
b. Toluene, Xylene, Ethyl Benzene, dan Cumene

Senyawa-senyawa ini umumnya adalah solven hidrokarbon aromatis.


Semuasenyawa ini diproduksi sampai level jutaan metrik ton per tahun.
Xylene, jugadisebut xylol, sebenarnya merupakan suatu campuran dari tiga
derivat benzene. Ethyl benzene dan cumene disubstitusikan ke dalam struktur
benzene, dimanagrup ini menjadi lebih besar. Penggunaan, termasuk sebagai
bahan tambahanpada bahan bakar motor, sama seperti penggunaan benzene.
MK terjadinya keracunan : Pada umumnya solven-solven aromatis ini
menyebabkan lebih mengiritasi kulit dari pada benzene. Kecuali untuk
cumene, mereka kurang baik diserap melalui kulit dari pada benzene, dan
tidak menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang, tetapi efeknya lebih besar
terhadap Susunan Syaraf Pusat dari pada benzene. Sebagai suatu komponen
perekat, di dalam rumah tangga, toluene tercium seperti bau narkotika oleh
orang yang menggunakan perekat tersebut dan dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal dan hati.

2.2.3

Hidrokarbon terklorinasi
Secara kimiawi, senyawa-senyawa ini adalah hidrokarbon petroleum,

biasanya dengan beberapa atom klor per molekul menggantikan atom


hidrogen. Mereka adalah pelarut nonpolar yang unggul, dan memiliki
tambahan keuntungan karena tidak mudah menguap. Sekitar 1.5 biliun pound
setiap tahunnya solven hidrokarbon terklorinasi terutama 1,1,1-trikloroetan,
metilen klorida, perkloro etilen, dan trikloro etilen diproduksi dan digunakan
untuk kepentingan Amerika Serikat. Karena adanya tekanan dari para pencinta

10

lingkungan dan juga adanya peraturan, maka penambahan jumlah dari


senyawa-senyawa ini harus melalui daur ulang (recyling). Diketahui bahwa
solven baru yang diproduksi setiap tahunnya sekitar 0,4 biliun pound di daur
ulang oleh pengguna solven, dan 0.26 biliun pound didaur ulang oleh
perusahaan. Solven-solven hidrokarbon terklorinasi digunakan secara luas
sebagai solven di industri dan merupakan solven pilihan (the solvent of
choise) penghilang lemak dan zat pembersih/pengering. Trikloretilen dan
1,1,1-trikloroetan digunakan terutarna untuk membersihkan minyak dari
logam, sementara perkloroetilen sangat berguna untuk pembersih kering.
Karbon tetra klorida digunakan dalam jumlah besar sebagai solven pembersih
kering (dry cleaning)., sebagai cairan pada alat pemadam api, dan lain-lain,
tetapi sekarang ia sudah banyak digantikan dengan solven lain yang lebih
aman. Beberapa solven hidrokarbon terklorinasi digunakan pada adhesive.
Metilen klorida digunakan dalam aerosol, dan untuk melarutkan plastik, karet,
minyak dan lilin. Untuk keperluan di rumah tangga biasanya dipakai sebagai
solven penghapus cat. Metil klorida digunakan sebagai suatu pendingin dan
sebagai suatu propellan (bahan pembakar) aerosol.
MK terjadinya keracuan : Senyawa hidrokarbon lainnya juga
menyebabkan iritasi kulit dan hilangnya lemak kulit serta menekan, susunan
syaraf pusat. Beberapa solven terklorinasi menyebabkan timbulnya bengkak
pada kulit seperti jerawat, suatu kasus yang disebut dengan jerawat klor
(chloracne). Depresi susunan syaraf pusat dapat menyebabkan anaestesia.

11

Terbukti bahwa salah satu dari senyawa ini, Kloroform, bersifat anaestesi dan
digunakan selama bertahun-tahun sebagai anaestetika.
Karbon tetraklorida mempunyai efek yang tidak baik terhadap
kesehatan. Senyawa ini diabsorbsi segera melalui kulit atau paru-paru. Di
dalam tubuh, karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan pada hati dan
kemudian ginjal bila terpapar secara terus menerus (on continued exposure).
Karbon tetraklorida juga potensial menyebabkan tumor hati.
Kloroform mempunyai efek yang sama dengan karbon tetraklorida,
termasuk kemampuannya menyebabkan kanker pada binatang percobaan.
NamunKloroform sangat sedikit digunakan sebagai solven dibanding dengan
Karbon tetraklorida.
Metilen

klorida

adalah

depresan

susunan syaraf

pusat.

Dia

dimetabolisme menjadi karbon monoksida, yang dapat beikatan sangat kuat


dengan hemoglobin, menyebabkan berkurangnya kapasitas transpor oksigen di
dalam tubuh. Bahaya seperti ini terjadi pada penghisap rokok (perokok), yang
kapasitas hemoglobinnya telah berkurang akibat berikatan dengan karbon
monoksida yang terkandung pada asap rokok. Namun toksisitasnya lebih
rendah jika disbanding dengan karbon tetra klorida dan kloroform. American
Conference of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) memasukkan
metilen klorida sebagai zat penyebab kanker.
Metil kloroform tampaknya merupakan salah satu solven terklorinasi
yang paling aman. Ia tidak bersifat narcose, tidak merusak liver, dan tidak
mengiritasi kulit, dan ia tidak terdaftar sebagai suatu karsinogen. Disisi lain,

12

asetilen tetraklorida merupakan salah satu yang paling buruk efeknya. Ia


bersifat sangat narkose dan menyebabkan kerusakan yang serius terhadap
lever, ginjal, dan paru-paru.
Tetrakloroetilen menyebabkan jenis kerusakan yang sama, tetapi
efeknya lebih kecil. Trikloroetilen adalah suatu narkotik yang kuat. Dari suatu
pengamatan yang cermat diketahui bahwa pemaparan oleh beberapa
hidrokarbon terklorinasi berkombinasi dengan pemaparan dari alkohol seperti
isopropil atau etil alkohol, atau dengan ketone seperti acetone, mempertinggi
efek toksik dari hidrokarbon terklorinasi.
2.2.4

Alkohol
Alkohol digunakan secara luas sebagai solven, terutama pada industri

pelapis (coatings industry). Metil alkohol dan etil alkohol sering ditambahkan
pada bahan bakar motor, namun dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
bahan bakar di dalam mobil yang terbuat dari karet yang dapat dirusak oleh
alkohol. Dewasa ini, alkohol ditambahkan pada bahan bakar untuk
meninggikan kandungan oksigennya. Karena tingginya kadar oksigen, maka
produksi karbon monoksida pada pembakaran berkurang. Kota-kota dengan
tingkat karbon monoksida yang tinggi di udaranya mengharapkan menemukan
cara untuk bisa mengatasinya.
Etil alkohol bersifat memabukkan yang terdapat di dalam minuman
beralkohol. Tinktur adalah obat yang dilarutkan di dalam etil alkohol untuk
diusapkan/ digosokkan pada kulit. Isopropil alkohol digunakan sebagai
alkohol gosok (rubbing alcohol). Problem keracunan alkohol tidak begitu

13

lazim, karena ia tidak diabsorbsi melalui kulit secara efektif. Dengan adanya
gugus alkohol (-OH) yang sangat polar, menambah dengan tajam titik didih,
dan mengurangi volatilitas, dari molekul. Juga menambah kelarutan suatu
struktur kimia dalam air dan kemampuannya melarutkan solutes polar.
Alkohol dengan molekul kecil, seperti metil dan etil alkohol, atau molekul
dengan gugus poli alkohol, seperti gliko l atau karbohidrat, adalah sangat
mudah larut dalam air. Tetapi jika ditambah atom karbon pada struktur ini
maka kelarutannya dalam air berkurang. Sebagai contoh, senyawa dengan 4
karbon C (butil alkohol) mempunyai kemampuan terbatas larut dalam air.
Beberapa senyawa alkohol juga memiliki sifat-sifat toksik. Gugus alcohol
menyebabkan senyawa ini bersifat iritasi yang lebih besar dan narkose, tetapi
sifat ini tidak diberikan oleh alkohol dengan molekul lebih besar. Disisi lain,
MK terjadinya keracunan alkohol dengan molekul besar adalah larut
dalam lemak. Sebagai akibatnya, mereka tinggal lebih lama di dalam tubuh,
dan lebih merusak organ-organ bagian dalam (to demage internal organs).
Karena derajat penguapannya relatif rendah, maka problem serius terhadap
inhalasi uap alkohol tidak umum terjadi. Metil alkohol (metanol) adalah
molekul alkohol yang paling kecil. Terpapar secara berlebihan dengan
senyawa ini menyebabkan narkose sama seperti efek etil alkohol, namun efek
narkose etil alkohol lebih besar. Harus diperhatikan secara serius, suatu hasil
metabolik dari metil alkohol menyerang syaraf mata, menyebabkan kebutaan.
Efek toksik terjadi dari absorpsi metil alkohol melalui kulit.

14

Metil alkohol adalah suatu zat yang di dalam industri ditambahkan ke


dalam etil alkohol, untuk segala macam keperluan kecuali untuk diminum.
Problem dengan metil alkohol adalah konsumsi yang disengaja. Ia dapat
dikonsumsi baik sebagai metil alkohol murni, kekeliruan dalam mengambil
etil alkohol, atau menggunakan alkohol denaturasi.
Etil alkohol biasanya dikonsumsi dengan sengaja sebagai sesuatu yang
memabukkan, menyebabkan problem yang lebih rumit di lingkungan kerja
dibandingkan dengan efek terpaparnya sebagai solven. Dalam hal problem
pada syaraf mata, etil alkohol sebenarnya potensial lebih toksik dari pada
metil alkohol; namun ia lebih cepat dimetabolisme menjadi produk akhir yang
kurang berbahaya dibandingkan dengan metil alkohol. Propil alkohol dan
isopropil alkohol keduanya lebih toksik dari pada etanol, dan nbutil alkohol (n
butanol) adala h lebih toksik lagi. Namun, tekanan uap dari senyawa-senyawa
ini adalah lebih rendah, dan masalah toksik yang ditimbulkannya jarang
terjadi.

2.2.5

Glikol dan eter glikol


Glikol dan eter-eternya digunakan sebagai solven (pelarut) untuk

plastik, aditif pada bahan makanan, bahan-bahan farrnasi, pernis, tinta, dan
cat. Mereka merupakan zat anti beku, berubah jika kena panas, dan merupakan
cairan hidraulik. Glikol mempunyai tekanan uap yang sangat rendah, dan oleh

15

karena itu ia hanya akan berada di udara dalam konsentrasi tertentu jika
larutannya dipanaskan. Glikol tidak mengiritasi kulit atau mata.
MK terjadinya keracunan : Derivatnya yang harus diperhatikan dengan
serius adalah etilen glikol, yang di dalam tubuh dimetabolisme menjadi asam
oksalat, suatu senyawa yang menyebabkan kerusakan serius terhadap ginjal.
Eter-eter glikol, disebut juga cellosolves, adalah lebih mudah menguap dan
lebih toksik, Metil cello solve adalah suatu iritan terhadap saluran pernafasan.
Ia diabsorpsi dengan cepat melalui kulit, dan di dalam tubuh ia menyebabkan
kerusakan ginjal dan susunan syaraf pusat.Butil cellosolve memiliki sifat
toksik yang hampir sama, dan ditambah dengan merusak sel-sel darah merah,
menyebabkan hemoglobin bisa muncul di dalam urin. Etil cellosolve
kelihatannya kurang toksik terhadap organ-organ dalam. Namun, keduanya
metil dan etil cellosolve ternyata merusak sistem reproduksi pria (the male
reproductive system). Selanjutnya, etil cellosolve baru-baru ini diketahui
merupakan teratogenik terhadap tikus. Propilen glikol digunakan dalam
bidang farmasi, kosrnetik, dan makanan tanpa kesukaran. Eter propilen glikol
tidak toksik dan tidak rnemiliki sifat-sifat teratogenik.

2.2.6

Eter
Seperti Hidrokarbon, eter adalah suatu struktur tanpa reaktivitas kimia.

Sifat ini membuat mereka berguna sebagai media tempat terjadinya reaksi
tanpa ada interferensi solven. Mereka adalah solven nonpolar dan mampu
melarutkan solute nonpolar, tetapi dengan adanya oxigen menyebabkan

16

rnereka berinteraksi dengan dan melarutkan air dalam derajat yang lebih besar
dibandingkan dengan pelarut nonpolar lainnya. Juga seperti hidrokarbon, etereter mempunyai sifat norkose. Dietil eter digunakan sebagai suatu anaestetik
dalam operasi pembedahan selama bertahun-tahun.
MK terjadinya Keracunan : sangat mudah meficouap, cepat diabsorbsi
melalui paru-paru, dan sedikit mengiritasi. Diisopropil eter adalah lebih toksik
dan lebih mengiritasi dibanding dengan dietil eter, sementara eter-eter tidak
jenuh dan terklorinasi bersifat lebih toksik. Dua eter siklik yang umum
digunakan adalah dioksan dan tetrahidrofuran. Dioksan digunakan di industri
dalam jumlah yang besar. Ia mengiritasi bagian atas saluran pemafasan dan
mata, dan menyebabkan bermacam-macam simptom. Ia dapat diabsorbsi
melalui paru-paru dan kulit. Ginjal, lever, dan susunan syaraf pusat akan rusak
sebagai akibat terpapar dengan dioksan. Ia menunjukkan sifat karsinogenik
pada binatang percobaan. Tetrahidrofuran adalah suatu narkotik kuat dan
menyebabkan kerusakan ginjai, namun ia tidak begitu toksik terhadap ginjal
jika dibandingkan dengan dioksan. Konsentrasi tinggi sebesar 3000 ppm
menyebabkan iritasi.

2.2.7

Aldehid
Aldehid adalah bersifat iritasi yang kuat terhadap kulit, mata dan

saluran pernafasan. Pengaruhnya terutama oleh aldehid dengan Berat Molekul


lebih rendah dan menguap, dan memiliki ikatan rangkap dalam strukturnya.
Pemaparan

biasanya

dibatasi

oleh

17

ketidaksadaran

pekerja

yang

menginhalasinya dalam dosis yang berbahaya. Asetaldehid digunakan secara


luas di industri. Secara toksikologi, ia bukan merupakan ancaman yang serius,
namun terhadap binatang ia menunjukkan efek teratogenik dan embriotoksik.
Inilah suatu kasus dimana hasilnya terhadap binatang tidak bisa diekstrapolasi
terhadap manusia.
2.2.8

Keton
Keton, terutama aseton dan metil etil keton digunakan secara luas

dimana solven yang lebih polar dibutuhkan. Keton dalam jumlah besar
digunakan dalam industry penyalut (the coatings industry). Seperti aldehid,
keton juga bersifat mengiritasi, dan dengan alasan itu ia tidak dibenarkan
diinhalasi dalam jumlah yang berbahaya (in dangerous quantity). Toksisitas
bertambah dengan bertambahnya Berat Molekui, dan jika ikatan rangkap
ditambahkan ke dalam strukturnya. Aseton, umumnya suatu senyawa yang
sangat atnan, dan hanya akan menyebabkan perasaan mengantuk dan iritasi
pada dosis yang tinggi. Metil etil keton sama seperti solven dengan bahaya
yang rendah (a low-hazard solvent), tetapi metil buill keton dimetabolisme,
seperti juga heksan, menjadi suatu neurotoksin yang kuat 2,5 hexsanedione.

2.2.9

Senyawa-senyawa lain
Dimetilsulfoksida adalah suatu solven yang sering juga digunakan. Ia

bersifat polar dan oleh karena itu ditemukan dalam penggunaan yang khusus.
Ia masuk ke kulit (penetrasi) secara efektif, tetapi ia memiliki sifat toksik yang
rendah. Namun, ia membawa bahan-bahan kimia yang bercampur dengannya

18

melewati kulit, menyebabkan konsekuensi yang serius bila ia bercampur


dengan suatu toksikan yang kuat. Dimetilformarnida dapat terinhalasi atau
diabsorbsi melalui kulit; ia merusak lever.
Karbon disulfida sangat mudah menguap, dan memiliki uap bersifat
berbahaya. Lebih signifikan lagi, ia menyebabkan kerusakan yang serius
terhadap otak dan susunan syaraf perifer (peripheral nervous system). Ia juga
berkontribusi terhadap penyakit jantung koroner (coronary heart disease).
Asetonitril adalah suatu asphyxiant (penyebab sesak nafas/dada)
karena bila ia pecah menghasilkan ion sianida. Karena pecahnya ini berjalan
lambat, maka efek pemaparannya dapat tertunda. Sesak dada/nafas dan muka
menjadi kemerahan menunjukkan keracunan sianida. Kadang-kadang ia
mengiritasi hidung dan kerongkongan. Bila terpapar dalam konsentrasi yang
tinggi, maka akan terjadi nausea dan muntah. Ia diabsorbsi melalui kulit, oleh
karena itu harus dihindari kontak dengannya.
2.3 Pencegahan Keracunan
Dalam lingkungan industri, pencegahan merupakan tindakan yang
lebih baik dari pada membiarkan terjadi keracunan. Antisipasi dan tindakan
keamanan harus merupakan upaya pertama. Prinsip kerja secara aman adalah
penting, namun sering dianggap berlebihan karena mengeluarkan biaya lebih
banyak dan tidak menghasilkan nilai tambah yang nyata pada produk.
Pencegahan terjadinya keracunan dalam proses produksi di industri dapat
dilakukan dengan menggunakan zat kimia alternatif yang kurang toksik, dan

19

mengurangi bahaya dan resiko yang mungkin dapat ditimbulkan pada pekerja
dan lingkungan.
Selain itu perlu diusahakan upaya pengamanan seperti menyediakan
tempat penyimpanan yang aman, tersedianya sarana air pembilas di tempat
tempat strategis, menyediakan dokter perusahaan, melengkapi pekerja dengan
masker dan sarung tangan, dan sebagainya.
2.4 Penanggulangan Dini Keracunan
Penanggulangan keracunan perlu dilakukan untuk kasus akut maupun
kronis. Kasus akut lebih mudah dikenal sedangkan kasus kronis lebih sulit
dikenal. Pada kasus kecacunan akut, diagnosis klinis perlu segera dibuat. Ini
berarti mengelompokkan gejala-gejala yang diobservasi dan menghubungkan
dengan golongan xenobiotik yang memberi tanda-tanda keracunan tersebut.
Hal ini tentu membutuhkan pengetahuan luas tentang suatu toksis semua zat
kimia. Tindakan dini dapat dilakukan sebelum penyebab pasti dari kasus
diketahui, karena sebagian besar keracunan dapat diobati secara simtomatis
menurut kelompok kimianya.

Beberapa contoh tindakan yang perlu dilakukan pada kasus keracunan


akut adalah sebagai berikut:
a. Koma
Penderita hilang kesadarannya. Periksalah apakah penderita masih
bernafas teratur sekitar 20 kali semenit. Bila tidak bernafas maka perlu

20

dilakukan pernafasan buatan. Dalam keadaan koma penderita harus segera


dibawa ke rumah sakit yang besar yang biasa merawat kasus keracunan.
Jangan diberi minum apa-apa, dan hanya boleh dirangsang secara fisik untuk
membangunkan seperti mencubit ringan atau menggosok kepalan tangan di
atas tulang dada (sternum). Obat perangsang seperti kafein tidak boleh
diberikan persuntikan. Bila muntah, tidurkanlah telungkup supaya muntahan
tidak terhirup dalam paru-paru.
b. Kejang
Bila terdapat kejang maka penderita perlu diletakkan dalam sikap yang
enak dan semua pakaian dilepas. Menahan otot lengan dan tungkai tidak boleh
terlalu keras, dan di antara gigi perlu diletakkan benda yang tidak keras supaya
lidah tidak tergigit. Penderita keracunan dengan kejang harus diberi diazepam
intravena dengan segera, namun perlu dititrasi, karena bila berlebihan dapat
membahayakan. Penderita juga harus segera dirawat di rumah sakit. Gejalagejala keracunan perlu dikelompokkan. Misalnya bila terdapat koma dengan
gejala banyak keringat dan mulut penuh dengan air liur berbusa, muntah,
denyut nadi cepat, maka dapat dipastikan bahwa hal ini merupakan keracunan
insektisida organofosfat atau karbamat. Pemeriksaan laboratorium mungkin
tidak diperlukan. Antidotumnya sangat ampuh. yaitu atropin dosis besar yang
diulangulang pemberiannya. Bila terdapat kelompok gejala: kulit kering (tidak
lembab), mulut kering, pupil membesar dan tidak bereaksi terhadap cahaya
lampu, serta denyut jantung cepat, maka dapat dipastikan bahwa racun
penyebabnya sejenis atropin. Bila hal ini disertai dengan denyut jantung yang

21

tidak teratur, maka kemungkinan besar zat ini merupakan obat antidepresan
(yang menyerupai atropin). Pengenalan penyebab keracunan harus didasarkan
pada pengetahuan sifat-sifat obat dan zat kimia dalam kelompok-kelompok
gejala seperti di atas. Walaupun secara pasti belum dapat ditentukan zat
kimianya, namun pengenalan kelompoknya sudah cukup untuk dapat
melakukan upaya pengobatannya. Biladiinginkan identifikasi zat yang lebih
pasti maka diperlukan bantuan laboratorium toksikologi. Namun perlu
disadari bahwa tanpa pedoman diagnosis kelompok penyebab, laboratorium
sulit sekali melakukan testing. Selain itu perlu juga diwaspadai bahwa setiap
keracunan dapat mirip dengan gejala penyakit.
2.5 Manajemen Penderita Keracunan
Tindakan pada kasus keracunan bila tidak ada tenaga dokter di tempat
adalah sebagai berikut:
- Tentukan secara global apakah kasus merupakan keracunan
- Bawa penderita segera ke rumah sakit, terutama bila tidak sadar

Sebelum penderita dibawa kerumah sakit, mungkin ada beberapa hal


yang perlu dilakukan bila terjadi keadaan sebagai berikut:
-

Bila zat kimia terkena kulit, cucilah segera (sebelum dibawa kerumah
sakit) dengan sabun dan air yang banyak. Begitu pula bila kena mata (air

saja). Jangan menggunakan zat pembersih lain selain air.


Bila penderita tidak benafas dan badan masih hangat, lakukan pernafasan
buatan sampai dapat bernafas sendiri, sambil dibawa ke rumah sakit

22

terdekat. Bila tanda-tanda bahwa insektisida merupakan penyebab, tidak


-

dibenarkan meniup ke dalam mulut penderita.


Bila racun tertelan dalam batas 4 jam, cobalah memuntahkan penderita
bila sadar. Memuntahkan dapat dengan merogoh tenggorokan (jangan

sampai melukai !).


Bila sadar, penderita dapat diberi norit yang digerus sebanyak 40 tablet,

diaduk dengan air secukupnya.


Semua keracunan harus dianggap berbahaya sampai terbukti bahwa

kasusnya tidak berbahaya.


Simpanlah muntahan dan urin (bila dapat ditampung) untuk diserahkan
kepada rumah sakit yang merawatnya.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Toksikan merupakan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka,
dapat mengenai manusia dengan berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan
kerusakan bila mengenai kulit atau bagian yang paling sensitif dari permukaan
paling luar dari tubuh manusia, mata.

23

Salah satu sumber toksikan yaitu pelarut yang biasanya kita temukan
pada makanan atau minuan, maupun obat-obatan, atau pun di laboratorium
yang biasa digunakan untuk praktikum dan penelitian. pelarut adalah benda
cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan
sebuah larutan.
Macam macam solven yang dapat bersifat toksik:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Hidrokarbon-hidrokarbon Petroleum
Hidrokarbon Aromatis
Hidrokarbon terklorinasi
Alkohol
Glikol dan eter glikol
Eter
Aldehid
Keton
Senyawa-senyawa lain seperti Dimetilsulfoksida, Karbon disulfide, dan
Asetonitril
DAFTAR PUSTAKA

Kusnoputranto, H. (1995). Toksikologi Lingkungan. Universitas Indonesia.


Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pusat Penelitian Sumberdaya
Manusia dan Lingkungan, Jakarta.
Manahan, Stanley E. (1994). Environmental Chemistry. sixth edition. Lewis
Publishers. Boca Raton, Ann Arbor, London, Tokyo
Scott, Ronald McLean. (1989). Chemical Hazard in the Workplace. Lewis
Publishers, Inc. 121 South Main Street, Chelsea, Michigan 48118

24

Mc Graw Hill Lange. Poisoning & Drug Overdose. Kent R. Olson fifth
edition, by the Faculty, Staff, and Associateds of the California Poison
Control System
Martindale. 1996. The Extra Pharmacopoeia .Thirty first edition. James E F
Reynolds . London Roya Pharmaceutical Society

25

You might also like