You are on page 1of 16

Journal Reading

Gastroenteritis pada Anak

Oleh :
Anindita Putri Hapsari

G99141012/H1-15

Siska Dewi Agustina

G99141013/H2-15

Pembimbing:
dr. Mustarsid, Sp.A, (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015

Gastroenteritis pada Anak: Bagian 1. Diagnosis


Gastroenteritis akut pada anak merupakan penyebab utama kesakitan di
Amerika Serikat. Infeksi virus, terutama rotavirus, merupakan penyebab dari 7590% kasus. Penyebab lainnya adalah infeksi bakteri, yang mana sebanyak 10%
dari kasus tersebut merupakan kasus sekunder dari diare dengan penyebab
Eschericia coli. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada anak dengan gastroenteritis
sebaiknya fokus pada penilaian tanda-tanda dan derajat dehidrasi serta mencari
penyebab. Berat badan anak selama sakit dan setelah mendapatkan terapi sering
digunakan untuk mengevaluasi derajat dehidrasi secara retrospektif. Tiga tanda
pemeriksaan yang terbaik untuk mengetahui adanya dehidrasi pada anak adalah
pola pernafasan yang abnormal, turgor kulit abnormal dan waktu pengisian kapiler
yang memanjang, meskipun alloanamnesis dari orang tua anak juga membantu
dalam penilaian (penegakan diagnosis). Secara umum, pengukuran kadar elektrolit
serum bukan merupakan kebutuhan pada anak dengan derajat dehidrasi ringan
sampai sedang. Pemeriksaan laboratorium hanya direkomendasikan jika diduga
terdapat dehidrasi berat; pada kasus ini, pemberian cairan intravena sangat
dianjurkan. Meskipun kultur feses tidak rutin dilakukan, namun tetap harus
dilakukan jika diare persisten.
Gastroenteritis akut pada anak sering didefinisikan sebagai diare tanpa penyakit
kronik yang menyertai, dengan atau tanpa nyeri perut, demam, mual, atau muntah. Di
Amerika Serikat, kondisi ini merupakan penyebab utama kesakitan dan rawat inap pada
anak kurang dari 5 tahun, dilaporkan bahwa angka kematian mencapai 300 jiwa, lebih
dari 1,5 juta kunjungan pasien rawat jalan, dan 200.000 pasien rawat inap seiap tahunnya.
Biaya langsung rawat inap ini mencapai 250 juta dollar dan 1 miliar dollar pada biaya
tidak langsung. Infeksi rotavirus merupakan penyebab 1/3 kasus rawat inap oleh karena
diare pada anak kurang dari 5 tahun. Gastroenteritis pada anak juga merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian dunia, diperkirakan angka kematian mencapai 2,5 juta
setiap tahunnya pada anak kurang dari 5 tahun. Bagaimanapun dengan penggunaan terapi
rehidrasi oral, angka kematian dunia bisa turun menjadi separuhnya selama lebih dari 30

tahun. Artikel ini, bagian 1 dari 2 bagian, fokus pada evaluasi gastroenteritis pada anak.
Bagian 2 mendiskusikan mengenai terapi untuk kondisi tersebut.
Etiologi
Gastroenteritis akut di Amerika Serikat biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
Infeksi virus, terutama rotavirus, menyebabkan 75-90% kasus infeksi diare di negaranegara industri. Bakteri patogen menyebabkan 10-20% kasus, yang mana sebanyak 10%nya terjadi sekunder dari diare karena Eschericia coli (contoh : diare pelancong/
travelers diarrhea). Parasit seperti

Giardia intestinalis

dan

Cryptosporidium

menyebabkan kurang dari 5% kasus. Insidensi dari patogen yang berbeda mungkin
dipengaruhi oleh musim dan iklim. Sebagai contoh, infeksi rotavirus terutama terjadi
pada musim dingin. Risiko gastroenteritis akut pada anak meningkat pada tempat
penitipan anak dan daerah kumuh dengan sanitasi yang buruk.
Diagnosis banding gastroenteritis akut pada anak adalah gangguan gastrointestinal
yang

luas

(seperti

inflammatory

bowel

disease,

intususepsi,

enterokolitis

pseudomembran, appendisitis, alergi makanan, defisisensi laktase) dan gangguan


ekstraintestinal (seperti sepsis bakterial, otitis media, pneumonia, meningitis, infeksi
saluran kemih). Sebagai tambahan, gejala muntah sendiri dapat menjadi gejala pertama
yang muncul pada gagal jantung kongestif, trauma, gangguan metabolik, keracunan zat
toksik, atau peningkatan tekanan intrakranial.
Diare didefinisikan sebagai BAB cair 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Volume
cairan yang hilang per hari melalui BAB dapat bervariasi dari 5 ml/kgBB sampai 200
ml/kgBB atau lebih. Kurangnya kadar elektrolit dan dehidrasi terkait diare yang tidak
tertata laksana dengan baik merupakan penyebab kesakitan utama akibat gastroenteritis
akut. Diare non-inflamasi berupa BAB cair tanpa darah dan lendir, dan jarang disertai
demam. Sering melibatkan usus halus dan tidak menyebabkan kerusakan pada mukosa.
Sebaliknya diare inflamasi menyebabkan BAB yang disertai darah dan biasanya
mengandung leukosit. Diare tipe ini melibatkan usus besar dan bisa disertai demam,
muntah, dan nyeri abdomen.
Diare yang persisten minimal 14 hari biasanya disebabkan oleh infeksi parasit,
sedangkan diare dengan perubahan neurologis biasanya disebabkan oleh toksin. Diare

yang disertai gejala sistemik seperti ikterik, kelemahan, artritis (nyeri sendi) atau demam
bisanya disebabkan oleh bakteri atau virus. Tabel 1 memperlihatkan patogen penyebab
gastroenteritis akut pada anak.
Tabel 1. Patogen pada Gastroenteritis Akut Anak
Agen Non-inflamasi
Virus (75-90%)
Rotavirus
Adenovirus enterik
Calicivirus (contoh : Norovirus dan Sapovirus)
Astrovirus
Agen Inflamasi
Bakteri (10-20%)
Salmonella
Shigella
Campylobacter jejuni
Yersinia enterocolitica
Enterohemoragik
Escherichia
coli
(termasuk
O157:H7)
Agen diare E. coli yang lain
Clostridium difficile
Parasit (<5%)
Giardia intestinalis
Cryptosporidium
CATATAN : Daftar patogen tersebut diurutkan dari
penyebab tersering hingga terjarang di Amerika Serikat.

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai apakah anak
dehidrasi dan menentukan penyebab gastroenteritis akut, jika mungkin. Data anamnesis
yang harus didapatkan : seberapa sering anak BAK dan BAB, apakah gejala muntah
mengganggu kemampuan anak untuk menelan cairan dan makanan padat, durasi
penyakit, wujud feses (apakah disertai darah atau mukus), tipe muntah (apakah disertai
produk empedu/cairan hijau), adanya demam, status mental anak, adanya penyakit
penyerta, paparan terhadap suplai air yang tidak bersih atau membahayakan (contohnya
saat dalam perjalanan), kemampuan perawat untuk menyediakan terapi rehidrasi oral dan
apakah terapi rehidrasi oral yang telah diberikan memberikan perbaikan. Pertanyaan
spesifik sebaiknya diberikan untuk menyingkirkan penyakit lain yang dapat
menyebabkan diare. Perawat dapat ditelefon untuk menanyakan gejala anak. Daftar tanda
bahaya yang membutuhkan evaluasi yang cepat oleh dokter pada Tabel 2.

Tabel 2. Tanda Bahaya pada Anak dengan Diare yang Membutuhkan Evaluasi
Dokter Segera
Laporan perawat tentang penurunan produksi air mata, mata cekung, penurunan keluaran
urin, atau membran mukosa kering
Demam
38oC pada bayi kurang dari 3 bulan
39oC pada anak usia 3-36 bulan
Episode diare yang sering dan banyak
Riwayat kelahiran prematur, penyakit kronik atau penyakit penyerta
Perubahan status mental (apatis, letargi, iritabel)
Muntah yang persisten
Tidak respon terhadap terapi rehidrasi oral atau ketidakmampuan perawat dalam
memberikan terapi yang adekuat
Didapatkan darah pada feses
Usia muda (kurang dari 6 bulan) atau BB rendah (kurang dari 8 kg)

BB anak selama sakit dibandingkan dengan setelah terapi sering digunakan untuk
menilai derajat dehidrasi secara retrospektif. Derajat dehidrasi dari beberapa organisasi
menggunakan beberapa gejala dan tanda untuk memprediksi derajat klinis dehidrasi.
Meskipun diagnosis tidak jelas, kategori umum dehidrasi meliputi tanpa dehidrasi
(kurang dari 3-5% penurunan BB), dehidrasi ringan sampai sedang (lebih dari 3%
sampai 10%) dan dehidrasi berat (lebih dari 10%).
Skala yang biasa digunakan untuk menilai dehidrasi adalah dari Centers for
Disease Control and Prevention (Tabel 3). Skala penilaian lain yang juga biasa
digunakan, adanya 2 dari 4 faktor abnormal (kondisi umum yang abnormal, waktu
pengisian kapiler lebih dari 2 detik, tidak adanya tangisan, membran mukosa kering)
memiliki rasio kemungkinan (likelihood ratio) 6.1 (interval kepercayaan 95%, 3.8-9.8)
ketika menilai apakah seorang anak setidaknya mengalami dehidrasi setidaknya sebesar
5%. Adanya 3 faktor abnormal mengindikasikan dehidrasi sebesar 5-10%, dan adanya 4
faktor mengindikasikan dehidrasi setidaknya 10%. Waktu pengisian kapiler yang
memanjang saja memiliki nilai prediktif tertinggi, dengan rasio kemungkinan 4.1.

Tabel 3. Gejala dan Tanda pada Anak sebagai Prediktor Derajat Dehidrasi
Gejala dan Tanda Dehidrasi
Evaluasi
Minimal/Tidak Ada
Ringan sampai Sedang Berat (>9%
(<3% penurunan BB)
(3-9% penurunan BB) penurunan BB)
Pernafasan
Normal
Normal, cepat
Dalam
Waktu pengisian
Normal
Memanjang
Memanjang
kapiler
Ekstremitas
Mata
Hangat
Dingin
Dingin, sianosis
Frekuensi denyut Normal
Agak cekung
Sangat cekung
jantung
Normal
Normal sampai
Takikardi, dengan
meningkat
penurunan frekuensi
denyut jantung pada
beberapa kasus berat
Apatis, letargi, tidak
Status mental
sadar
Baik, sadar
Normal, tampak
Kering sekali
Mulut dan lidah
lemas, iritabel
Lemah, tidak teraba
Kualitas nadi
Basah/lembab
Kering
Kembali lebih dari 2
Normal
Normal sampai
detik
Turgor kulit
menurun
Tidak ada
Cepat kembali
Kembali kurang dari 2 Tidak mau dan
Air mata
detik
mampu minum
Rasa haus
Ada
Menurun
Minum secara normal, Haus, ingin minum
Sedikit/ minimal
mungkin menolak
Keluaran urin
minum
Normal sampai
Menurun
menurun
CATATAN : Tidak adanya tanda khas mempunyai nilai prediktif tinggi untuk tidak ada dehidrasi: tidak
adanya keluaran urin yang rendah (RK=0.27), tidak adanya membran mukosa yang kering (RK=0.41),
tidak adanya mata cekung (RK=0.49), tidak adanya air mata (RK=0.54), waktu pengisian kapiler
memanjang (RK=0.57).
RK = rasio kemungkinan (likelihood ratio).

Meta analisis dari 13 penelitian menunjukkan bahwa 3 pemeriksaan terbaik untuk


menilai dehidrasi pada anak adalah pola pernafasan yang abnormal, turgor kulit yang
abnormal, dan waktu pengisian kapiler yang memanjang. Pada anak yang berpotensi
dehidrasi, frekuensi nafas harus dinilai untuk mengevaluasi adanya hiperpnea (nafas yang
cepat dan dalam tanpa disertai tanda-tanda distress pernafasan) yang mengindikasikan
kemungkinan asidosis. Turgor kulit yang abnormal sering dideskripsikan sebagai kulit
yang tidak elastis atau tenting. Penilaian turgor kulit dengan cara mencubit kulit di daerah
umbilikal dan dinding abdomen lateral, kemudian melepasnya dengan cepat dan
mengukur berapa lama kulit ke bentuk normalnya kembali (interpretasi hasilnya meliputi

memanjang, sedikit melambat, cepat). Waktu pengisian kapiler dinilai dengan menekan
lapisan kulit (dengan pembuluh darah kapiler di permukaan) dan menghitung berapa
detik waktu yang dibutuhkan kulit untuk kembali ke warna normal setelah penekanan
dilepas. Waktu pengisian kapiler dapat bervariasi tergantung lokasi penekanan, suhu
lingkungan, penggunaan obat-obatan, pencahayaan dan perubahan otonom. Waktu
pengisian kapiler tidak dipengaruhi oleh demam dan normalnya kurang dari satu dan satu
setengah detik. Waktu pengisian kapiler sebaiknya dinilai di sternum pada bayi dan di
telapak tangan/jari (setinggi jantung/posisi berbaring) pada anak.
Laporan orang tua mengenai gejala pada anak dapat membantu menilai adanya
dehidrasi. Penelitian terbaru mendemonstrasikan bahwa laporan orang tua mengenai
penurunan masukan cairan, penurunan volume urin, diare dan muntah selama anak sakit
sensitif untuk mengidentifikasi klinis dehidrasi. Anak dengan tangisan normal seperti
yang dilaporkan orang tua memiliki kemungkinan yang kecil untuk mengalami dehidrasi
sebesar 5% atau lebih (rasio kemungkinan negatif = 0.4) atau asidosis (rasio
kemungkinan negatif = 0.1).
Pemeriksaan Laboratorium
Pengukuran elektrolit serum tidak terlalu dibutuhkan pada nak dengan dehidrasi
ringan sampai sedang. Pengukuran berat jenis urin dan nitrogen urea darah memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang buruk untuk mendiagnosis anak dengan dehidrasi.
Bagaimanapun, nilai bikarbonat serum normal (yaitu lebih dari 15-17 mEq/L[17-17
mmol/L]) mengurangi kemungkinan dehidrasi, dengan rasio kemungkinan antara 0.18
(interval kepercayaan 95%, 0.08-0.37) dan 0.22 (interval kepercayaan 95%, 0.12-0.43).
Nilai bikarbonat serum kurang dari 13 mEq/L (13 mmol/L) meningkatkan kemungkinan
bahwa terapi rehidrasi oral tidak efektif. Pemeriksaan laboratorium mungkin membantu
dalam mengevaluasi dehidrasi berat, yang mana cairan intravena dan suplementasi
elektrolit dibutuhkan (khususnya kalium, bikarbonat, dan natrium). Meskipun tidak
dibutuhkan secara rutin untuk melakukan kultur feses dan mengirimkan sampel feses
untuk dilakukan pemeriksaan ova (telur cacing) dan parasit, mereka tetap harus
melakukan pemeriksaan feses jika terdapat diare persisten (minimal 14 hari) atau jika
kejadian outbreak diare perlu untuk ditegakkan (contoh : infeksi rotavirus).

Rekomendasi Klinis
Derajat dehidrasi kurang dari 5% dapat ditegakkan
jika 2 atau lebih gejala berikut terdapat pada anak :
kondisi umum tampak sakit, waktu pengisian
kapiler lebih dari 2 detik, tidak adanya air mata dan
membran mukosa kering.
3 pemeriksaan fisik terbaik untuk menilai dehidrasi
pada anak adalah pola pernafasan yang abnormal,
turgor kulit yang abnormal dan waktu pengisian
kapiler yang memanjang.
Pemeriksaan laboratorium hanya direkomendasikan
pada kasus dengan dehidrasi berat (lebih dari 10%)
yang mana cairan untravena dan elektrolit
dibutuhkan.
Kultur feses direkomendasikan jika terdapat diare
persisten (setidaknya 14 hari) atau jika penegakan
diagnosis outbreak diare diperlukan (contoh :
infeksi rotavirus).

Derajat Bukti
C

A=konsisten, bukti berorientasi pada pasien dengan kualitas bagus; B=inkonsisten atau
kualitas bukti berorientasi pasien kurang; C=konsensus, bukti berorientasi pada
penyakit, praktek pada umumnya, pendapat ahli atau laporan beberapa kasus.

Gastroenteritis pada Anak: Bagian 2.


Pencegahan dan Manajemen
Pengobatan gastroenteritis pada anak-anak berfokus kepada pencegahan
dehidrasi. Anak dengan dehidrasi minimal atau tanpa mengalami dehidrasi
seharusnya dimoivasi untuk melanjutkan diet mereka ditambah cairan dan minum
yang banyak untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Beberapa penelitian
menunjukkan diet reguler pada anak mengurangi durasi terjadinya diare. Terapi
rehidrasi oral dengan cairan rehidrasi pada berfungsi untuk mengobati diare pada
dehidrasi derajat ringan dan sedang. Ondansentron juga dapat diberikan untuk
mengurangi muntah atau membantu mencegah kebutuhan cairan melalui
intravena, tetapi daaat meningkatkan episode diare. Probiotik dapat diberikan
untuk meringankan diare pada anak. Kebiasaan mencuci tangan dapat mengurangi
insidensi gastroenteritis akut, tapi tidak untuk rotavirus. Munculnya vaksin
ritavirus di United States tahun 2006 secara signifikan mengurangi insidensi dari
gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus. Vaksin berisi virus hidup yang
diberikan secara oral memiliki rekam medis yang aman dan memiliki insidensi
yang minimal pada kejadian intususepsi.
Pencegahan dehidrasi merupakan fokus dari pengobatan gastroenteritis pada
anak-anak. Anak dengan dehidrasi minimal atau tanpa mengalami dehidrasi seharusnya
dimoivasi untuk melanjutkan diet mereka ditambah cairan dan minum yang banyak untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan diet reguler pada
anak mengurangi durasi terjadinya diare.Diet BRAT (bananas(pisang), rice (nasi),
applesauce (jus apel), toast (roti panggang)) terlalu restriktif, kecuali makanan tersebut
sudah menjadi makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh anak. Diet tersebut tidak
direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics. Pada artikel ini akan
didiskusikan mengenai terapi gastroenteritis pada anak-anak. Artikel sebelumnya (bagian
1) membahas mengenai evaluasi dan diagnosis.

Terapi rehidrasi oral menggunakan larutan rehidrasi oral (Oral Rehydration


Solution, ORS), sebelum anak mengalami dehidrasi derajat berat, merupakan hal yang
sangat penting dan dapat dilakukan di rumah, cara terbaik untuk terapi awal tersebut
adalah dengan melatih pegawai ahli medis untuk menjelaskan penggunaan ORS. Cairan
yang jernih seperti air putih, soda, kaldu ayam, dan jus apel, bukan merupakan ORS
karena mereka bersifat hiperosmolar dan tidak memiliki kandungan potasium,
bikarbonat, dan sodium yang cukup. Cairan seperti air dan jus apel dapat menyebabkan
hiponatremi. ORS bagi dewasa juga tidak boleh digunakan. Perbandingan sodium dan
glukosa pada ORS adalah 1:1.
Menggunakan ORS (seperti Pedialyte, Infalyte, Rehydrate, Resol, Naturalyte)
direkomendasikan bagi pengasuh anak sehingga dapat menggunakannya dengan mudah.
Mereka tersedia dalam bentuk botol, kotak jus, dan es krim. ORS terdiri dari sodium,
dekstros, dan bikarbonat dengan perbandingan yang tidak melebihi perut yang hiperaktif
dengan saluran hiperosmolar, tapi juga harus cukup kuat untuk mengganti kehilangan
elektrolit. Pengasuh anak sebaiknya diberikan penjelasan mengenai jumlah ORS, karena
arah label secara umum tidak membutuhkan cairan pengganti

untuk anak yang

mengalami dehidrasi. Tabel 1 menunjukkan prinsip terapi gastroenteritis pada anak yang
disetujui oleh Centers for Diseass Control and Preventation, WHO, dan American
Academy of Pediatrics.
Dehidrasi ringan sampai sedang
Pada dehidrasi ringan sampai sedang tujuan dari terapinya adalah untuk
menggantikan defisit cairan dan pemeliharaan hodrasi. Komposisi ORS biasanya teridiri
dari 50 mEq per L sodium, 25 g per L dekstros, dan 30 mEq per L bikabonate. Dehidrasi
ringan sampai sedang dapat diterapi dengan menggantikan cairan yang hilang sebanyak
50 ml per kg. Hal ini dapat diatasi di rumah oleh pengasuh anak yang kompeten
menggunakan spuit untuk memperkirakan 1 ml ORS per kg BB setiap lima menit selama
tiga sampai empat jam. Apabila terjadi muntah, ORS diberikan setelah 10 menit sampai
satu jam. Pemberian cairan sebanyak 10 ml per kg BB sebaiknya ditambahkan setiap
anak mengalami BAB atau episode muntah. Spuit atau alat kaliberasi sangat dianjurkan
untuk pengukuran yang lebih akurat.

Dehidrasi sedang sampai berat


Dehidrasi sedang sampai berat biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit,
walaupun terapi rehidrasi oral dapat diusahakan di bagian gawat daurat menggunakan
spuit atau nasogastric tube apabila anak atau bayi menolak untuk minum. Kriteria
perawatan di rumah sakit termasuk pengasuh yang tidak dapat memberikan ORS di
rumah, muntah terus menerus, rendahnya intake ORS melewati mulut atau nasogastric
tube, diare yang banyak, rewel dan gelisah atau mengantuk, atau tidak ada perbaikan
setelah 24 jam pemberian ORS di rumah. Diet reguler pada anak sebaiknya dilanjutkan
selama terapi rehidrasi oral, apabila memungkinkan dapat diberikan cairan intravena di
rumah sakit.
Metode akselerasi pada terapi rehidrasi oral untuk anak dan balita dengan diare
berat atau muntah memerlukan cairan 30 ml per jam ORS pada balita, 60 ml per jam pada
bayi, dan 90 ml per jam pada anak yang lebih tua. Dan pemberian ORS sebanyak 10 ml
per kg sebaiknya ditambahkan setiap buang air besar atau episode muntah. Ondansentron
(zofran), antagonis 5-hidroksitriptamin-3 serotonin, dapat digunakan di instalasi gawat
darurat apabila muntah mengakibatkan sulitnya intake lewat oral. Meta analisis
menunjukkan ondansentron (0,15-0,3 mg per kg secara intravena, atau 1,6 sampai 4 mg
per kg secara oral, tergantung usia) yang secara signifikan menurunkan muntah pada anak
dengan gastroenteritis akut setelah pemberian obat (jumlah yang digunakan untuk terapi
= 5). Risiko yang dibutuhkan untuk rehidrasi dengan cairan intravena yang secara
signifikan berkurang (risiko relatif = 0,4; interval kepercayaan 95%, 0,3-0,7). Pasien yang
menggunakan ondansentron secara signifikan mengurangi risiko perawatan di rumah
sakit (7,5 versus 14,6%; risiko relatif 0,52; interval kepercayaan 95%, 0,27-0,95).
Ondansentron juga dapat ditoleransi dengan baik, tetapi dapat meningkatkan episode
diare sampai 48 jam setelah digunakan. Meta analisis lain menunjukkan ondansentron
dapat menurunkan muntah yang persisten, membutuhkan cairan intravena, dan perawtan
rumah sakit pada anak dengan gastoenteritis. Obat anti emetik lain sebaiknya tidak
digunakan karena efek potensial yang berlawanan.
Cairan intravena dibutuhkan minimal selama empat sampai enam jam di instalasi
gawat darurat atau selama perawatan di rumah sakit. Rehidrasi dengan cairan intravena
menggantikan defisit sodium dan cairan. Tergantung dari derajat keparahan dehidrasi,

dapat diberikan cairan intravena satu jalur atau dua jalur. Cairan bolus yang cepat
diberikan sebanyak 20 ml per kg BB. Bolus sebanyak 10 ml per kg dapat diberikan pada
anak yang lemah. Pilihan cairan untravena adalah salin 0,9%, walaupun ringer laktat juga
dapat digunakan. Pemilihan cairan intravena tergantung dari tingkat sodium dalam serum.
Perlu dilakukan pengetesan rutin terhadap output urin, elektrolt, BUN, kreatinin, dan
kadar glukosa darah. Cairan pemeliharaan sebaiknya diberikan sebanyak 100 ml per kg
BB untuk 10 kg awal, kemudian 50 ml per kg BB untuk 10 kg berikutnya, dan 20 ml per
kg BB untuk 10 kg selanjutnya. Secepatnya setelah kebutuhan cairan tercapai, rehidrasi
oral dapat diberikan sejlaan dengan diet reguler anak dan pemberian cairan melalui
intravena

dapat

dihentikan.

Pasien

dengan

risiko

aspirasi

karena

ada

nya

ketidakseimbangan elektrolit dapat diberikan ORS dengan nasogastric tube. Komplikasi


dari rehidrasi melalui intravena adalah hiponatremi, jipernatremi, dan hipoglikemi,
elektrolit dalam serum juga perlu dimonitoring secara ketat.
Tabel 1. Prinsip Penanganan Gastroenteritis
dan Dehidrasi pada Anak
- Rehidrasi secara oral dengan cairan rehidraso (Oral Rehidration
Solution, ORS)
- Anak-anak seharusnya mendapatkan rehidrasi oral yang cepat (dalam
waktu tiga sampai empat jam setelah munculnya onset)
- Pada bayi, proses menyusui harus dilanjutkan
- Pada bayi yang mengonsumsi formula, mengencerkan formula tidak
direkomendasikan, dan formula spesial biasanya tidak
dibutuhkan
- Seceoatnya setelah dehidrasi dikoreksi, diet reguler harus segera
diberikan.
- Setiap pasien mengalami diare harus segera digantikan dengan ORS
sesuai dosis yang telah ditentukan.
- Medikasi dan pemeriksaan laboratorium yang tidak diperlukan
sebaiknya dihindari.

Probiotik
Probiotik sangat penting dalam memodulasi respon imun melawan antigen pada
anak-anak dengan gastroenteritis. Probiotik tidak berkolinisasi di saluran pencernaan dan
segera dieliminasi dalam waktu satu sampai dua jam. Probiotik mendegradasi dan
memodifikasi antigen yang berasal dari makanan dan menyeimbangkan sitokin anti
inflamasi. Tidak terdapat adanya interaksi antara probiotik dengan pengobatan. Probiotik
banyak digunakan di luar United States karena mereka banyak tersedia di toko, dan dapat

diberikan di rumah, dan banyak direkomendasikan oleh dokter untuk mengurangi diare.
Penggunaan probiotik masih sedikit di United States.
Review dari Cochrane menyimpulkan bahwa probiotik mengurangi durasi diare
kurang lebih satu hari ketika digunakan bersamaan dengan ORS. Namun review tersebut
tidak menerangkan mengenai tipe probiotik spesifik mana yang lebih superior. Meta
analisis terapi lactobacillus GG menunjukkan terapi tersebut signifikan mengurangi
durasi diare 1,1 hari dan diare yang diakibatkan oleh rotavirus sebanyak 1,2 hari.
Peneltian pada pemberian Saccharomyces boulardii pada anak-anak dengan
gastroenteritis akut di instalasi gawat darurat secara signifikan dapat mengurangi
frekuensi buang air besar setelah 48 jam, mengurangi diare 1 hari lebih awal, dan
mengurangi durasi perawatan di rumah sakit sebanyak satu hari. Tidak terdaoat adanya
penurunan yang signifikan pada jumlah anak yang membutuhkan rehidrasi cairan melalui
intravena, pada penelitian randomized control trial, S boulardii memberikan dampak
berupa menurunnya diare sebanyak 1,5 hari, akselerasi penyembuhan kurang dari tujuh
hari, dan mengurangi risiko diare berkepanjangan (lebih dari 7 hari). Terapi S. Boulardii
bekerja paling baik selama 48 jam setelah onset diare muncul.
Dalam sebuah penelitian randomized control trial, dari lima probiotik yang
berbeda diberikan kepada pasien, menunjukkan median durasi diare dan jumlah feses
secara signifikan berkurang pada 24 jam pertama pada pemberian Lactobacillus GG atau
campuran dari empat bakteri (seperti Lactobacillus delbruecky var bulgarius,
Streptococcus thermophillus, Lactobacillus acidophillus, dan Bifidobacterium bifidum).
Tidak terdapat efek pada jumlah anak-anak yang masuk ke rumah sakit, durasi demam,
atau durasi muntah. Anak yang diberikan S. Boullardi tidak menunjukkan adanya
peningkatan.
Anti-diare
Secara umum, medikasi untuk anti diare sebaiknya tidka digunakan pada anakanak dengan gastroenteritis akut karena mereka memperlambat eliminasi agen infeksi
dari usus. Loparamide (Imodium) menghambat motilitas dari usus dan dapat
mempengaruhi elektrolit dan pergerakan cairan dalam perut. Walaupun Loparamid biasa
digunakan pada pasien anak yang lebih tua dengan gastroenteritis, terdapat keterbatasan

data yang menunjang terapi tersebut. Loparamide tidak dianjurkan pada pasien dengan
usia di bawah dua tahun, dan anak yang lebih tua dengan risiko konstipasi, depresi sistem
saraf pusat seperti sedasi dan naussea.
Racecadotril (Acetorphan) merupakan obat antisecretory yang banyak digunakan
di Eropa yang dapat menghambat intestine enkephalinase tanpa menunjukkan
perlambatan transit usus atau meningkatkan perkembangan bakteri. Obat tersebut
mengurangi feses yang keluar dan durasi diare pada gastroenteritis akut, termasuk yang
disebabkan oleh rotavirus. Walaupun obat tersebut aman dan efektif, obat tersebut tidak
terdapat di United States.
Rekomendasi dalam Praktik
Rekomendasi Klinik
- Reguler diet pada anak tetap dilanjutkan selama anak
mengalami episode gastroenteritis.
- Ketika pemberian rehidrasi pada anak dengan
gastroenteristis menggunakan ORS, cairan sebanyak 10
ml per kg BB sebaiknya ditambahkan setiap kehilangan
feses atau episode muntah
- Ketika pemberian ORS, probiotik dapat membantu
mengurangi durasi diare pada anak dengan
gastroenteritis.

Rating Bukti
C

Referensi
1,2

20

A = konsisten, kualitas baik pada bukti yang berorientasi pada pasien


B = inkonsisten atau kualitas yang terbatas pada bukti yang berorientasi pada pasien
C = konsensus, beroeirntasi pada penyakit, opini praktisi, case series

Pencegahan
Cuci Tangan
Dari tiga pulluh penelitian meta analisis menunjukkan adanya cuci tangan dapat
mengurangi insidensi gastroenteritis sebanyak 31% (interval kepercayaan 95%, 19
sampai 42). Penggunaan sabun dalam cuci tangan sangat efektif, dan penggunaan sabun
anti bakteri memberikan keuntungan yang lebih banyak.penelitian lain menunjukkan
bahwa tangan yang bersih dapat mengurangi insidensi gastroenteritis, tetapi memiliki
efek yang lebih sedikit dalam transmisi rotavirus.
Vaksi Rotavirus
Vaksi rotavirus merupakan vaksin oral yang mengandung virus hidup, The
Centers for Disease Control and Preventions Advisory Committee on Immuniation

Practices merekomendasikan penggunaan vaksin rotavirus pada usia dua, empat, dan
enam bulan. Terdapat guideline spesifik untuk pemberian pada bayi prematur dn bayi
yang terlewat tidak mendapatkan dosis inisial. Kontraindikasi pemberian vaksin ini
adalah bayi yang memiliki hipersensitivitas terhadap vaksin, malformasi saluran
gastrointestinal, dan pasien dengan immunodeficiency. Virus yang hidup diekskresikan
lewat feses pada 25% bayi yang mendapat vaksin tersebut dan dapat ditransmisikan lewat
unvaccinated contact.
Vaksin rotavirus (Rotashield) dicabut dari pasaran karena vaksin tersebut
diasosiasikan dengan peningkatan risiko intusupsesi, dengan insidensi satu dari 10.000.
dua vaksin Rotarix (Monovalent human vaccine) dan Rotateq (pentavalent bovine-human
ressortant vaccine). Kedua vaksin tersebut tidak diasosiasikan dengan peningkatan risiko
intususepsi dalam interbal 30 dan 42 hari. Penelitan terbaru mengenai Rotarix di Mexico
dan Brail menunjukkan risiko terjadinya intususepsi yang rendah, yaitu 1 dalam 50.000
sampai 68.000 bayi.Di Mexico, vaksin Rotarix mencegah 11.551 perawatan di rumah
sakit dan 663 kematian pada anak dari rotavirus, dan 41 perawatan rumah sakit karena
intususepsi. Penelitian terbaru mengenai Rotateq di Australia juga menunjukkan
kemiripan, vaksin tersebut menurunkan risiko intususepsi pada anak.
Menurut beberapa penelitian ekstensif , kedua vaksin rotavirus memiliki rekam
medis yang aman . Vaksin tersebut mencegah kejadian gastroenteritis karena rotavirus
dan mengurangi derajat keparahan penyakit. Dari penelitian tersebut juga dilaporkan
kunjungan ke dokter mengalami penurunan selama tahun 2007-2008 di musim rotavirus
sebanyak 90 % area selatan, barat laut, dan barat United States, dan sebanyak 53% di area
bagian barat United States. Penggunaan vaksin tersebut juga mengurangi perawatan di
rumah sakit sebanyak 83% dari tahun 2007 sampai 2008 dan sebanyak 66% dari tahun
2008 sampai 2009.

DAFTAR PUSTAKA
Churgay CA, Aftab Z (2012). Gastroenteritis in children : part I. Diagnosis. Am Fam
Physician, 85(11):1059-1062.
Churgay CA, Aftab Z (2012). Gastroenteritis in children : part II. Prevention and
Management. Am Fam Physician, 85(11):1066-1070

You might also like