You are on page 1of 28

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

MINI PROJECT
Program Penyuluhan Penyakit Osteoarthritis di Posyandu Lansia Griya
Indah Jombang

Oleh:
dr. Ferdianto Eki Kurniawan

Pembimbing:
dr. Agus Widjaja

PUSKESMAS TAMBAKREJO
DINAS KESEHATAN KABUPATEN JOMBANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT
Program Penyuluhan Penyakit Osteoarthitis di Posyandu Lansia di Griya
Indah Jombang
Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka
memenuhi tugas internsip di Puskesmas

Peserta,

Jombang, Mei 2015


Dokter Pendamping Internsip,

dr. Ferdianto Eki Kurniawan

dr. Agus Widjaja

DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul...............................................................................................
Daftra Isi........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
1.4 Manfaat.......................................................................................

1
3
4
4
5
5
5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................


2.1 Definisi Penyakit Osteoarthritis..................................................
2.2 Etiologi.......................................................................................
2.3 Klasifikasi..................................................................................
2.4 Epidemiologi..............................................................................
2.5 Faktor Resiko.............................................................................
2.6 Patogenesis.................................................................................
2.7 Gejala klinis...............................................................................
2.8 Diagnosa Penyakit Osteoarthritis...............................................
2.9 Pemeriksaan penunjang..............................................................
2.10 Penatalaksanaan.........................................................................

6
6
6
6
7
7
8
11
13
13
16

BAB 3 METODE..........................................................................................
3.1 Rancangan Mini Project.............................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Kegiatan.......................................................
3.3 Populasi Mini Project.................................................................
3.3 Subyek Mini Project...................................................................

21
21
21
21
21

BAB 4 HASIL...............................................................................................
4.1 Data Geografis dan Demografis...............................................
4.2 Sumber Daya Kesehatan..........................................................
4.3 Sarana Pelayanan Kesehatan....................................................
4.4 Hasil Pretest dan Posttest.........................................................

22
22
22
22
22

BAB 5 DISKUSI...........................................................................................

24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan...............................................................................
6.2 Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................

25
25
27
28

BAB I
PENDAHULUAN
3

1.1 Latar Belakang


Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit
sendi degeneratif, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang
melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral. OA
merupakan bentuk yang paling umum dari artritis. Penyakit ini memiliki
prevalensi yang

cukup tinggi, terutama pada orang tua. Selain itu,

osteoarthritis ini juga merupakan penyebab kecacatan paling banyak pada orang
tua. Faktor resiko utama penyakit ini

adalah obesitas. Oleh sebab itu,

semakin tinggi prevalensi obesitas pada

suatu

populasi

akan

meningkatkan angka kejadian penyakit osteoarthritis.


Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu. Sendi yang sering
terkena

meliputi tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral,

pinggul, lutut, dan sendi phalangeal metatarsal. Di tangan, OA juga sering


terjadi pada sendi interphalangeal distal dan proksimal dan pangkal ibu jari.
Biasanya sendi-send yang tidak rentan terkena OA adalah pergelangan tangan,
siku, dan pergelangan kaki. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang telah
disebutkan di atas dimungkinkan karena sendi- sendi tersebut mendapat
beban

yang

cukup

berat

dari

aktivitas

sehari-hari

seperti

memegang/menggenggam benda yang cukup berat (memungkinkan OA terjadi


di dasar ibu jari), berjalan (memungkinkan OA di lutut dan pinggul), dan lain
1

sebagainya.
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis
dan atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Menurut studi kadaver
pada
antara

tahun-tahun terdahulu, perubahan struktural OA hampir universal,


lain

hilangnya

berkurangnya/menyempitnya

tulang
ruang

rawan

sendi

pada

(dilihat

sebagai

pemeriksaan

radiologis

sinar-x) dan osteofit. Banyak orang yang didiagnosis mengalami OA


berdasarkan temuan radiologis tidak menunjukkan gejala pada sendi.1
Osteoarthritis

simptomatik

(nyeri

pada persendian

yang

didukung

gambaran radiologis OA) pada lutut terjadi sebesar 12% dari orang usia 60 di
Amerika Serikat dan 6% dari seluruh orang dewasa usia 30. OA panggul
simptomatik kira-kira sepertiga dari penyakit OA pada lutut. Sementara
4

OA asimtomatik (tidak menimbulkan gejala namun sudah dibuktikan dari


gambaran radiologis) pada tangan seringkali terjadi pada pasien usia lanjut.
Meski begitu, OA simptomatik di tangan juga terjadi pada 10% orang tua
dan sering menghasilkan keterbatasan fungsi gerak sendi.2,4
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal
tersebut, OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan
sangat lazim terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Penyekit ini juga jauh
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam proyek ini adalah bagaimana cara mendeteksi dini adanya kelainan
Osteoarthritis pada lansia.
1.3 Tujuan
Tujuan dari mini proyek ini adalah meningkatkan pengetahuan lansia yg
ikut posyandu lansia di Griya Indah Jombang tentang cara mendeteksi dini adanya
kelainan penyakit Osteoarthritis.
1.4 Manfaat
Diharapkan mini proyek ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi
dan masukan dalam program deteksi dini kelainan penyakit Osteoarthritis.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat

lokal, progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis


pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago
hialin. Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan sklerosis dari
5

subchondral yang bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian


sendi,

peregangan kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan

lemahnya otot-otot yang menghubungkan persendian.1


2.2 Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik
proses

dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam

terjadinya

osteoarthritis.

Faktor

biomekanik

yaitu

kegagalan

mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian,


serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu
akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa
terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis,
dan sebagainya.
2.3 Klasifikasi
Menurut penyebabnya osteoarthritis dikategorikan menjadi5 :
a.

Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa
adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan
beban tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan
kerusakkan akibatproses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi
panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki

b.

Osteoarthritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat dari

suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistem
sistemik. Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal daripada
osteoarthritis primer.
2.4 Epidemiologi
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang
tua. Prevalensinya

meningkat

seiring

bertambahnya

usia.

Di Amerika

Serikat, prevalensi osteoartritis pada populasi dengan usia di atas 65 tahun


mencapai 80% dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2020.

1,2

OA

terjadi pada 13,9% orang dewasa berusia lebih dari 25 tahun dan 33,6% dari
6

mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi sendi yang terkena OA
menurut temuan radiologis adalah pada tangan 7,3%, kaki 2,3%, lutut 0,9%,
dan panggul 1,5%. Prevalensi OA menurut gejala yang ditemui yaitu pada
tangan 8%, kaki 2%, lutut 12,1% pada orang dewasa berusia lebih dari 60
tahun dan 16% pada orang dewasa berusi 45 60 tahun, dan panggul 4,4%.
Angka kematian yang diakibatkan osteoarthritis adalah sekitar 0,2
hingga 0,3 kematian per 100.000 (1979-1988). Angka kematian akibat OA
sekitar 6% dari semua kematian akibat arthritis. Hampir 500 kematian per
tahun disebabkan OA dan angka tersebut meningkat selama 10 tahun
terakhir.2,4
2.5 Faktor resiko
a. Faktor resiko sistemik
1. Usia : merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses
penuaan meningkatkan kerentanan
mekanisme. Kartilago

sendi

pada sendi orang

melalui

berbagai

tua sudah kurang

responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang distimulasi oleh


pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada orang tua
memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan
mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan
hal inilah yang menyebabkan peningkatan resiko kerusakan sendi.
Selain itu, otot-otot yang menunjang sendi menjadi semakin lemah
dan memiliki respon yang kurang cepat terhadap impuls. Ligamen
menjadi

semakin

regang, sehingga kurang bisa mengabsorbsi

impuls. Faktor-faktor ini secara

keseluruhan

meningkatkan

kerentanan sendi terhadap OA.


2. Jenis

kelamin

masih

belum

banyak

diketahui

mengapa

prevalensi OA pada perempuan usila lebih banyak daripada lakilaki usila. Resiko

ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon

pada perempuan pasca menopause.


3. Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur7

unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam


timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
b. Faktor intrinsik
1. Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.
2. Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis.
c. Faktor beban pada persendian
1. Obesitas : beban berlebihan pada sendi dapat mempercepat
kerusakan pada sendi.
Penggunaan sendi yang sering : aktivitas yang sering dan berulang pada
sendi dapat

menyebabkan

lelahnya

otot-otot yang membantu pergerakan

sendi.5,6,7
2.6 Patogenesis
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan
tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh
kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme
lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.7
Pada Osteoarthritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi.
Perubahan tersebut berupa peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul
matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Hal ini
menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya
kadar air tulang rawan sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago artikular menghasilkan suatu
substansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag
untuk menhasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks
ekstraseluler.5
Gambaran utama pada Osteoarthritis adalah : 8
1. Dektruksi kartilago yang progresif
2. Terbentuknya kista subartikular
3. Sklerosis yang mengelilingi tulang
4. Terbentuknya osteofit
8

5. Adanya fibrosis kapsul


Perubahan dari proteoglikan menyebabkan tingginya resistensi dari tulang rawan untuk
menahan kekuatan tekanan dari sendi Penurunan kekuatan dari tulang rawan disertai degradasi
kolagen memberikan tekanan yang berlebihan pada serabut saraf dan tentu saja
menimbulkan kerusakan mekanik. Kondrosit sendiri akan mengalami kerusakan. Selanjutnya
akan terjadi perubahan komposisi molekuler dan matriks rawan sendi, yang diikuti oleh kelainan
fungsi matriks rawan sendi. Melalui mikroskop terlihat permukaan mengalami fibrilasi dan
berlapis-lapis. Hilangnya tulang rawan akan menyebabkan penyempitan rongga sendi. Pada tepi
sendi akan timbul respons terhadap tulang rawan yang rusak dengan pembentukan osteofit.
Pembentukan tulang baru (osteofit) dianggap suatu usaha untuk memperbaiki dan membentuk
kembali persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban,
osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada
Osteoarthritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi sepanjang garis permukaan sendi. Adanya
pengikisan yang progresif menyebabkan tulang yang dibawahnya juga ikut terlibat. Hilangnya
tulang-tulang tersebut merupakan usaha untuk melindungi permukaan yang tidak terkena.
Sehingga tulang subkondral merespon dengan meningkatkan selularitas dan invasi
vaskular,akibatnya tulang menjadi tebal dan padat (eburnasi). Pada akhirnya rawan sendi menjadi
aus, rusak dan menimbulkan gejala-gejala Osteoarthritis seperti nyeri sendi, kaku, dan
deformitas.6,7,8
Pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal dan mengalami fibrosis
serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan
aktivitas

fibrinogenik

dan

penurunan

aktivitas

fibrinolitik.

Proses

ini

menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh


darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan
subkondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti
prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat
subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat
menghantarkan rasa sakit.6
Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator
kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi,
peregangan tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat
kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit
9

yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta
kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses
remodelling pada trabekula dan subkondral.
Sinovium mengalami keradangan dan akan memicu terjadinya efusi serta
proses keradangan kronik sendi yang terkena. Permukaan rawan sendi akan retak
dan terjadi fibrilasi serta fisura yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak
kehilangan rawan sendi fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang
subkhondral berupa penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada
ujung tulang dapat dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat
sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini memberikan gambaran
seolah persendian yang terkena itu bengkak.5,7

Gambar 2.1 Osteoarthritis


Sumber: www.emedicine.com
2.7 Gejala Klinis
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang
dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut
adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan
tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini ( secara
radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai
sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat
konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan
10

saja).7
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi
tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri
yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago.7
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi,
dan edema sumsum tulang.
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan
nyeri.6
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat
sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan
sindrom iliotibial band.7,8
b.

Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan

dengan pertambahan rasa nyeri.7


c.

Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau

tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.7
d.

Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala

ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu.7
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.7
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
11

permukaan sendi berubah.7


g. Tanda tanda peradangan
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena
adanya synovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA
lutut.7
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut
usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut.7

2.8 Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta
klinis dan laboratoris (JH Klippel, 2001) :10
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi < 30 menit
3. krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang sendi lutut
6. tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
b. Klinis, dan radiologis:
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
12

1. umur > 50 tahun


2. kaku sendi <30 menit
3. krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
c. Klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
1. usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang
6. tidak teraba hangat pada sendi terkena
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
9. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.
Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan, ngilu atau
kaku dan disertai 3 atau 4 kriteria berikut:10
1.

pembengkakan jaringan keras > 2 diantara 10 sendi tangan

2.

pembengkakan jaringan keras > 2 sendi distal interphalangea (DIP)

3.

pembengkakan < 3 sendi metacarpo-phalanea (MCP)

4.

deformitas pada 1 diantara 10 sendi tangan

Catatan: 10 sendi yang dimaksud adalah: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3 dan CMC 1
masing-masing tangan. Sensitivitas 94% dan spesifisitas 87%.
2.9 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
gambaran radiologis, yaitu menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya
osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis subchondral.

10

13

Gambar 2.2. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis lutut.

Sumber : LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of


Osteoarthritis. American Family Physician. 64 (2) : 279-286
Keterangan :
a. Gambar atas kiri : pandangan anteroposterior menunjukkan menyempitnya
celah sendi (tanda panah)
b. Gambar bawah kiri : pandangan lateral menunjukkan sklerosis yang
ditandai terbentuknya osteofit (tanda panah)
c. Gambar atas kanan : menyempitnya celah sendi (tanda panah putih)
menyebabkan destruksi padapada kartilago dan sunchondral (tanda panah
terbuka)
d. Gambar bawah kanan : ditemukan kista subchondral (tanda panah)

Gambar 2.3 Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari kaki.


Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis
14

:Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.

Keterangan

gambaran

menunjukkan menyempitnya

radiologis

celah sendi

anteroposterior

metatarsophalangeal

kaki
pertama,

sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah).9


b. Pemeriksaan Laboratorium dan MRI
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas batas normal. Pemeriksaan
imunologi masih dalam batas batas normal. Pada OA yang disertai peradangan
sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan
peningkatan nilai protein. 10
Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu
untuk mengetahui derajat patologisnya, namun pemeriksaan

ini jarang

dilakukan sebagai penunjang diagnostik dalam osteoarthritis, karena sebagian


besar gambaran penyakit ini sudah bisa dinilai berdasarkan pemeriksaan
sinar-x.
2.10 Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh
letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing
serta kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi
dan pasiennya secara keseluruhan, agar pengelolaannya aman, sederhana,
memperhatikan edukasi pasien serta melakukan pendekatan multidisiplin atau
holistic.11
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:11
1. Meredakan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas
hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
15

Penatalaksanaan pada pasien dengan osteoarthritis yaitu:


I.

Nonfarmakologis: 11

a. Modifikasi pola hidup


b. Edukasi
c. Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada sendi
d. Modifikasi aktivitas
e. Menurunkan berat badan
f. Rehabilitasi medik/ fisioterapi
o Latihan statis dan memperkuat otot-otot
o Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan
otot, dan menambah luas pergerakan sendi
g. Penggunaan alat bantu (Mairunzi, 2010).
II.

Farmakologis

1. Sistemik
a. Analgetik
- Non narkotik: parasetamol
- Opioid (kodein, tramadol)
b. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
- Oral
- injeksi
- suppositoria
c. Chondroprotective
Yang dimaksud dengan chondoprotectie agent adalah obat-obatan
yang dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tuamg rawan
sendi pada pasien OA, sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan
tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau
Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat
ini yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam
hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide
desmutase dan sebagainya.

16

a. Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai efek menghambat kerja


enzime MMP. Salah satu contohnya doxycycline. Sayangnya obat
ini baru dipakai oleh hewan belum dipakai pada manusia.
b. Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang
berperan dalam degradasi tulang rawan, antara lain: hialuronidase,
protease, elastase dan cathepsin B1 in vitro dan juga merangsang
sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan
sendi. Pada penelitian Rejholec tahun 1987
c. pemakaian GAG selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan
dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja
(mangkir), yang secara statistik bermakna.
d. Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan
kelompok

vertebra,

dan

terutama

terdapat

pada

matriks

ekstraseluler sekeliling sel. Menurut penelitian Ronca dkk (1998),


efektivitas kondroitin sulfat pada pasien OA mungkin melalui 3
mekanisme utama, yaitu : 1. Anti inflamasi 2. Efek metabolik
terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan. 3. Anti degeneratif
melalui hambatan enzim proteolitik dan menghambat oksigen
reaktif.
e. Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas
enzim lisozim dan bermanfaat dalam terapi OA
f. Superoxide Dismutase, dapat diumpai pada setiap sel mamalia dam
mempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan
hydroxyl radicals. Secara in vitro, radikal superoxide mampu
merusak asam hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang
hydrogen peroxyde dapat merusak kondroitin secara langsung.
Dalam percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide
dismutase dapat mengurangi keluhan-keluhan pada pasien OA.
2. Topikal
a. Krim rubefacients dan capsaicin.
1

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja

pada umumnya bersifat counter irritant.


17

b. Krim NSAIDs
Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu
diperhatikan

campuran yang dipergunakan untuk penetrasi kulit.

Salah satu yang dapat

digunakan adalah gel piroxicam, dan sodium

diclofenac

3. Injeksi intraartikular/intra lesi


Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan
pilihan utama dalam penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian
dan selektifitas dalam penggunaan modalitas terapi ini, mengingat efek
merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya ada
2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan
steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk modifikasi
perjalanan

penyakit.

Dengan

pertimbangan

ini

yang

sebaiknya

melakukan tindakan, adalah dokter yang telah melalui pendidikan


tambahan dalam bidang reumatologi.
a. Steroid: ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri
dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian NSAIDs, tak
dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang merupakan kontra
indikasi terhadap pemberian NSAIDs. Teknik penyuntikan harus aseptik,
tepat dan benar untuk menghindari penyulit yang timbul. Sebagian besar
literatur tidak menganjurkan dilakukanpenyuntikan lebih dari sekali
dalam kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar
penyangga tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi,
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg.
b. Hyaluronan: high molecular weight dan low molecular weight
Di Indonesia terdapat 3 sediaan injeksi Hyaluronan.
Penyuntikan intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling
sering), sendi bahu dan koksa. Diberikan berturut-turut 5
sampai 6 kali dengan interval satu minggu masing-masing 2
18

sampai 2,5 ml Hyaluronan. Teknik penyuntikan harus aseptik,


tepat dan benar. Kalau tidak dapat timbul berbagai penyulit
seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses steril. Perlu
diperhatikan

faktor

alergi

terhadap

unsur/bahan

dasar

hyaluronan misalnya harus dicari riwayat alergi terhadap telur.


Ada 3 sediaan di Indonesia diantaranya adalah Hyalgan, dan
Osflex.

4. Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya.
Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
1

1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

2 2. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan


rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement
joint
1. Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan
merubah sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang
sehat menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan
dengan ligamen atau meniscus repair (Thomas, 2000).
2. . Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi
yang baru ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam
yang berada dalam high-density polyethylene (Thomas, 2000).
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :
a. Partial replacement/unicompartemental
b. High tibial osteotmy : orang muda
c. Patella &condyle resurfacing

19

d. Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan


sebagian oleh ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.
e. Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang&severe
instability
Indikasi dilakukan total knee replacement apabila didapatkan nyeri,
deformitas,

instability

akibat

dari

Rheumatoid

atau

osteoarthritis.

Sedangankan kontraindikasi meliputi non fungsi otot ektensor, adanya


neuromuscular dysfunction, Infeksi, Neuropathic Joint, Prior Surgical fusion.1

BAB 3
METODE

3.1 Rancangan Mini Project


Sebelum kegiatan penyuluhan, diberikan pretes sebanyak 5 pertanyaan
tentang Penyakit Osteoarthritis. Setelah kegiatan penyuluhan, diberikan posttest
dengan pertanyaan yang sama dengan pretest kemudian kita evaluasi hasil
penyuluhannya.
3.2 Lokasi dan Waktu Kegiatan
Waktu
: Sabtu, 16 Mei 2015
Lokasi
: Posyandu Lansia di Griya Indah Jombang.
3.3 Populasi Mini Project
Populasi mini project ini adalah seluruh peserta posyandu lansia di Griya
Indah Jombang.
3.4 Subyek Mini Project
Subyek mini project ini adalah seluruh peserta yang hadir pada posyandu
lansia di Griya Indah Jombang.

20

BAB 4
HASIL
4.1 Data Geografis & Demografis
Luas wilayah

: 473.844 km2

Jumlah desa/kelurahan

: 4 desa/kelurahan

Jumlah penduduk

: 35.341 jiwa

Rata-rata jiwa/rumah tangga

: 4,34 jiwa

Kepadatan penduduk/km2

: 0,07 jiwa/km2

Rasio beban tanggungan

: 46,64

Rasio jenis kelamin

: 96,98

4.2 Sumber Daya Kesehatan


Jumlah dokter umum

: 2 orang

Jumlah dokter gigi

: 1 orang

Jumlah bidan

: 7 orang

Jumlah perawat

: 5 orang

Jumlah tenaga farmasi

: 1 orang

Jumlah tenaga sanitasi

: 1 orang

Jumlah tenaga teknisi medis

: 1 orang

4.3 Sarana Pelayanan Kesehatan


Jumlah RSU

:1
21

Jumlah apotek

:3

Sarkes yang memiliki lab

: 100%

Jumlah posyandu

: 27 posyandu

Posyandu aktif

: 70,37%

Jumlah desa siaga

: 4 desa

Desa siaga aktif

: 100%

4.4 Hasil Pretest dan Posttest


Peserta progam penyuluhan penyakit Osteoarthritis di posyandu lansia
Griya Indah Jombang terdiri dari 17 orang yang hadir dalam posyandu lansia
Griya Indah Jombang pada hari Sabtu 21 Februari 2015. Berikut adalah hasil pre
dan post test peserta.
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

NAMA
Ny.A
Ny.S
Ny.I
Tn.W
Ny.E
Ny.S
Ny.H
Ny.N
Ny.R
Ny.M.
Ny.UK
Ny.UJ
Ny.SE
Ny.K
Ny.R
Ny.SH
Ny.Y
JUMLAH
RATA-RATA

PRETEST
100
40
70
40
80
40
90
60
70
80
50
50
70
70
50
50
60
1070
62,94

POSTEST
100
100
90
100
90
90
100
100
100
90
70
90
90
90
90
100
90
1580
92,94

22

BAB 5
DISKUSI
Selama progam penyuluhan penyakit Osteoarthritis seluruh peserta tampak
sangat antusias dalam menyimak materi. Berdasarkan data tabel hasil pretest dan
posttest, sebanyak 17 peserta telah mengikuti mini project penyuluhan penyakit
Osteoarthritis dan telah mengisi kuisioner sebagai pretest dan posttest untuk
mengevaluasi tingkat pengetahuan peserta tentang penyakit Osteoarthritis. Dari
hasil pretest didapatkan rerata sebesar 62,94 sedangkan rerata posttes sebesar
92,94. Dari data tersebut dapat disimpulkan terdapat peningkatan dalam
pengetahuan peserta mengenai penyakit Osteoarthritis.

23

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan
perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi
tulang rawan/kartilago hialin. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup
tinggi, terutama pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan
penyebab kecacatan paling banyak pada orang tua. Etiologi osteoarthritis
belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia sepertinya
merupakan faktor terpenting
Ketidakseimbangan

dalam

proses

terjadinya

osteoarthritis.

antara pembentukan dan penghancuran matriks-matriks

kartilago merupakan kata kunci dalam perjalanan penyakit ini. Osteoarthritis


menyerang

sendi-sendi tertentu terutama sendi-sendi yang mendapat beban

cukup berat dari aktivitas sehari-hari.


Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis
dan atau

gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang sering

muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas
dan gejala akan mereda setelah istirahat.
Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x sebagai
penunjang/pemastian diagnosis.Gambaran yang ditemukan pada foto sinar-x
pasien dengan osteoarthritis adalah menyempitnya
terbentuknya

osteofit,

terbentuknya

kista,

dan

celah
sklerosis

antar

sendi,

subchondral.

Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk
mengetahui derajat patologisnya, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan
sebagai penunjang diagnostik dalam osteoarthritis, karena sebagian

besar

gambaran penyakit ini sudah bisa dinilai berdasarkan pemeriksaan sinar-x.


Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati osteoarthritis.
Terapi yang sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
meminimalisasi hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan cara membantu pasien agar tetap bisa melakukan
24

aktivitas sehari-hari.
6.2 Saran
Penyakit Osteoarthritis dapat menyerang kepada siapa saja, terutama pada
usia pre menopause dan lansia jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit
berbahaya ini maka kita harus mualai dengan berperilaku hidup sehat, dari mulai
pola makan yang sehat dan teratur hingga mulai membiasakan untuk teratur
berolahraga.

DAFTAR PUSTAKA
25

1. Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoarthritis. Dalam : Harrisons


Principles Of Internal Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill
Companies.
2. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al. 2008. Estimates of the
prevalence of arthritis and other rheumatic conditions in the United States.
Part II. Arthritis Rheum. 58(1):2635.
3. Christine G, 1922, Bones and Joint. A Guide for student, second edition,
Tokyo, Churchill Livingstone.
4. Dillon CF, Rasch EK, et al. 2006. Prevalence of knee osteoarthritis in the
United States: arthritis data from the Third National Health and Nutrition
Examination Survey 19911994. J Rheumatol. 33(11):22712279.
5. David, T. 2006. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of
Medicine.
6. Lozada, Carlos J. 2009. Osteoarthritis. http://emedicine.medscape.com.
Diakses tanggal 15 maret 2013.

7. Iannone F, Lapadula G. 2003. The pathophysiology of osteoarthritis.


Aging Clin Exp Res. 15(5):364372.
8. Tjokroprawiro, Askandar, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Airlangga University Press.
9. Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3):737747.
10. LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001.
Radiographic
Assessment
of Osteoarthritis. American Family Physician. 64(2):279286
11. Kasmir, Yoga. 2009. Penatalaksanaan Osteoartritis. Sub-bagian
Reumatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Jakarta

LAMPIRAN
26

PRETEST

1. Penyakit jantung koroner adalah


a. Penyakit jantung akibat usia tua
b. Penyakit jantung akibat penyumbatan pembuluh darah jantung
c. Penyakit jantung yang disebabkan oleh kuman
2. Penyakit jantung koroner banyak dideritai oleh
a. Orang tua
b. Remaja
c. Anak-anak
3. Penyakit jantung koroner terjadi karena
a. Merokok berlebihan
b. Penyumbatan pembuluh darah
c. Kurang olah raga
4. Sumbatan pembuluh darah jantung dibentuk oleh
a. Udara
b. Darah beku
c. Timbunan lemak
5. Faktor yang menyebabkan terjadinya PJK adalah (jawaban boleh lebih dari satu)
Tekanan darah tinggi
Kegemukan
Kencing manis
Merokok
Stress
6. Gejala yang dialami seseorang bila terkena PJK adalah
a. Mual muntah, pusing (vertigo)
b. Nyeri dada
c. Nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri dan leher
7. Bagaimana cara untuk memastikan jantung dalam keadaan sehat
a. Melakukan pemeriksaan jantung secara berkala
b. Cukup sekadar mengamalkan gaya hidup sehat
c. Apabila ada gejala, segera mendapatkan pelayanan kesehatan

8. Gaya hidup sehat yang dapat mencegah PJK (jawaban boleh lebih dari satu)
Menghindari merokok dan alcohol
27

Aktivitas fisik yang teratur


Pola makan yang sehat
Menjaga berat badan ideal
Hindari stress
9. Upaya pencegahan PJK antara lain (jawaban boleh lebih dari satu)
Berhenti merokok
Memeriksa tekanan darah dan gula darah secara teratur
Menjaga berat badan ideal
Menghindari makanan berlemak
Olah raga teratur
10. Pembuluh darah yang tersumbat dapat diatasi dengan obat-obatan dan
pembedahan
a. Ya
b. Ragu-ragu
c. Tidak

28

You might also like