Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal
sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap
infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan
lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi organisme dari mata. 1
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa
jenis obat yang digunakan, salah satunya adalah antibiotik yaitu zat yang dihasilkan
oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi
mikroba jenis lain. Banyak antibiotik yang dibuat secara semisintetik atau sintetik
penuh. Namun dalam praktek sehari-hari antimikroba sintetik yang tidak diturunkan
dari produk mikroba (misalnya sulfonamide dan kuinolon) juga sering digolongkan
sebagai antibiotik. Sedangkan antimikroba adalah obat yang digunakan untuk
memberantas infeksi mikroba pada manusia.2
Saat ini, antibiotika merupakan golongan obat yang paling besar
penggunaanya di dunia.3 Biaya produksi yang semakin murah menyebabkan semakin
banyak macam antibiotika tersedia di pasaran. Begitu banyak macamnya sehingga
kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang ingin menggunakannya. Apalagi
dengan adanya tekanan promosi yang sangat gencar, tidak jarang merangsang
pemakaian antibiotika yang menjurus ke arah ketidakrasionalan.4,5
Penggunaan secara tidak rasional dan berlebihan merupakan fenomena yang
terjadi di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang.5 Pada tahun 2004,
World Health Organization melaporkan tingkat penggunaan antibiotika yang tidak
perlu mencapai 50%.6 Studi lain menunjukkan penggunaan antibiotika secara
berlebihan di Indonesia sebesar 43%.5 Hal ini menjadi penyebab utama terjadinya
resistensi antibiotika. Di samping itu, penggunaan secara tidak rasional ini akan
berakibat meningkatnya risiko efek samping, mahalnya biaya pengobatan, dan pada
akhirnya menurunkan kualitas pelayanan kesehatan.7
Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penggunaan antibiotika secara
rasional antara lain tepat indikasi, tepat penderita, tepat pemberian jenis antibiotikaa,
tepat dosis, waspada terhadap efek samping, tepat kombinasi bila diperlukan, serta
mempertimbangkan aspek ekonomi.4,8
Salah satu bentuk sediaan obat yang digunakan untuk mata adalah tetes mata.
Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan bola mata.
Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai anestetik topikal, anestetik
lokal untuk suntikan, midriatik & sikloplegik, obat-obat yang dipakai dalam
pengobatan glaukoma, kortikosteroid topikal, campuran kortikosteroid & obat antiinfeksi, obat-obat lain yang dipakai dalam pengobatan konjungtivitis alergika, dan
obat mata anti-infeksi.2,9 Dibawah ini akan dibahas mengenai obat antibiotik yang
digunakan pada mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Aminoglikosida,
kloramfenikol,
kanamisin,
dan
Tetrasiklin,
streptomisin,
misalnya
tetrasiklin,
gentamisin,
oksitetrasiklin,
eritromisin, azitromisin
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomisin, tunikamisin
2.2
Tetrasiklin
1. Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri
pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya antibiotik ke
dalam ribososm bakteri. Pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua
melalui sistem transpor aktif. Setelah masuk antibiotik berikatan secara reversibel
dengan ribosom 30S dan mencegah ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks mRNAribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh
dan berakibat terhentinya sintesis protein. Tetrasiklin termasuk antibiotika broad
spektrum. Spektrum golongan tetrasiklin umumnya sama, sebab mekanisme kerjanya
sama, namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat
b. Kontra Indikasi
c. Interaksi Obat
Bila tetrasiklin diberikan dengan metoksifluoran maka dapat menyebabkan
nefrotoksisk.
Bila
dikombinasikan
dengan
penisilin
maka
aktivitas
antimikrobanya dihambat. 2
d. Efek samping
Sensasi terbakar pada mata. 2
e. Sediaan
Suspensi 10mg/cc dan salep mata tetrasiklin hidroklorida 1% 10mg/g. 11
f. Dosis
Lapisan tipis salep mata tiap 2-4 jam atau 1 tetes suspensi tiap 6-12 jam (dapat
digunakan lebih sering); dosis tunggal digunakan untuk pencegahan oftalmia
neonatorum. 10
2.3 Kloramfenikol
1.
Farmakodinamik
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang memiliki mekanisme kerja
menghambat sisntesis protein bakteri pada tingkat ribosom. Obat ini terikat pada
ribosom
subunit
50S.
Kloramfenikol
menyekatkan
ikatan
2.
Farmakokinetik
Setelah
pemberian
kloramfenikol
melalui
mata,
absorpsi
obat
melalui kornea dan konjunctiva, selanjutnya menuju humor aquos. Absorpsi terjadi
lebih cepat bila kornea mengalami infeksi atau trauma. Absorpsi sistemik dapat
terjadi melalui saluran nasolakrimal. Jalur ekskresi kloramfenikol utamanya melalui
urin. Obat ini mengalami inaktivasi di hati. Proses absorpsi, metabolisme dan
ekskresi dari obat untuk setiap pasien, sangat bervariasi, khususnya pada anak dan
bayi. Resorpsinya dari usus cepat. Difusi kedalam jaringan, rongga, dan cairan tubuh
baik sekali, kecuali ke dalam empedu. Plasma-t1/2-nya rata-rata 3 jam. Didalam hati,
zat ini dirombak 90% menjadi glukoronida inaktif. Bayi yang baru dilahirkan belum
memiliki enzim perombakan secukupnya maka mudah mengalami keracunan dengan
akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal, terutama sebagai metabolit inaktif dan lebih
kurang 10% secara utuh. 2
3.
Penggunaan Klinik
a. Indikasi
Untuk terapi infeksi superficial pada mata yang disebabkan oleh bakteri,
blepharitis, post operasi katarak, konjungtivitis bernanah, traumatik keratitis,
trakoma dan ulseratif keratitis. 2
b. Kontraindikasi
Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol dan pada neonatus. 2
c. Interaksi Obat
Dapat menghambat respon terhadap terapi vitamin B12 atau asam folat. 2
d. Efek Samping
Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada
mata. Reaksi hipersensitivitas dan inflamasi termasuk mata merah, dan edema.
Neuritis optikus, penglihatan kabur selama beberapa menit setelah penggunaan.
Pada terapi jangka panjang ditemukan kasus anemia aplastik. 2
e. Sediaan
f. Dosis
Tetes mata 1-2 tetes atau sedikit salep mata setiap 3-6 jam. 2
2.4 Gentamicin
1. Farmakodinamik
Aktivitas antibakteri terutama tertuju pada basil gram Negatif yang aerobik.
Aktivitas terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif dalam kondisi
anaerobik rendah sekali. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan kenyataan bahwa
transpor gentamisin (golongan aminoglikosida) membutuhkan oksigen (trasnpor
aktif). Aktivitas terhadap bakteri Gram-positif sangat terbatas. Gentamisin aktif
terhadap enterokokus dan streptokokus lain tetapi efektivitas klinis hanya dicapai bila
digabung dengan penisilin. Walaupun in vitro 95% galur S. aureus sensitif terhadap
gentamisin tetapi manfaat klinik belum terbukti sehingga sebaiknya obat ini jangan
digunakan tersendiri untuk indikasi tersebut. Galur resisten gentamisin cepat timbul
selama pajanan tersebut. 10
Mekanisme kerja aminoglikosida berdifusi lewat kanal air yang dibentuk oleh
porin protein pada membran luar dari bakteri gram negatif masuk ke ruang
periplasmik. Sedangkan transpor melalui membran dalam sitoplasma membutuhkan
energi. Fase transpor yang tergantung energi ini bersifat rate limitting, dapat di blok
oleh Ca2+ dan Mg2+, hiperosmolaritas, penurunan pH dan anaerobik suatu abses
yang bersifat hiperosmolar. Setelah masuk sel, aminoglikosid terikat pada ribosom
30S dan menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosid pada ribosom ini
mempercepat transpor aminoglikosid ke dalam sel, diikuti dengan kerusakan
membran sitoplasma, dan disusul kematian sel. Yang diduga terjadi adalah miss
reading kode
genetik
yang
mengakibatkan
terganggunya
sintesis
protein.
10
3.
Penggunaan Klinik
a. Indikasi
Konjungtivitis, Blefaritis, Keratitis, Keratokonjungtivitis, Dakriosistitis, Ulkus
Kornea, Meibomianitis akut, Episkleritis akut, Blefarokonjungtivitis. 10 mg dapat
disuntikan secara subkonjungtiva untuk infeksi mata yang berat. 11
11
b. Kontra Indikasi
Alergi terhadap Gentamisina serta penderita yang hipersensitif terhadap salah
satu antibiotik golongan aminoglikosid. 11
c. Efek Samping
Hipersensitivitas dan alergi dapat terjadi meskipun jarang, iritasi. 10
d. Interaksi Obat
Gentamisin mengalami inaktivasi jika dicampur dengan karbenisilin. 2
e. Sediaan
Larutan steril dalam vial atau ampul 60 mg/1.5 mL, 80 mg/2mL, 120 mg/3
mL, 280 mg / 2mL. 11
f. Dosis
12
Tetes mata 1-2 tetes setiap 2-4 jam, dinaikkan 2 tetes setiap jam untuk
infeksi berat. 10
2.5 Tobramicin
1. Farmakodinamik
Tobramisin tidak jauh berbeda sifatnya dengan gentamisin, termasuk
spektrum antimikrobanya. Karena itu, tobramisin digunakan sebagai pengganti
gentamisin. Aktivitas tobramisin yang superior terhadap P. aeruginosa dibanding
gentamisin menyebabkan obat ini terpilih untuk mengatasi infeksi oleh kuman
tersebut. Obat ini tidak memperlihatkan sinergisme dengan penisilin terhadap
enterokok dan inaktif terhadap mycobacterium. Dibandingkan terhadap gentamisin,
terdapat petunjuk bahwa tobramisin bersifat kurang nefrotoksik, tetapi hal ini belum
terbukti secara klinis. 2
2.
Farmakokinetik
a. Absorbsi
Diabsorpsi dengan baik setelah pemberian intramuscular (IM). Absorpsi
minimal setelah pemberian topikal. 2
b. Distribusi
Didistribusikan secara luas ke cairan ekstrasel setelah pemberian IM atau IV,
dapat menembus plasenta dan penetrasi buruk ke CSS. 2
13
Penggunaan Klinik
a. Indikasi
Pengobatan infeksi mata superficial, seperti konjungtivitis, Blefaritis,
Keratitis, Keratokonjungtivitis, Dakriosistitis, Ulkus Kornea, Meibomianitis akut,
Episkleritis akut, Blefarokonjungtivitis. Intramuskular dan intravena dapat
digunakan untuk pengobatan infeksi basiler gram negatif dan infeksi akibat
stafilokokus
bila
penisilin
atau
obat
yang
kurang
toksik
lainnya
b. Kontra Indikasi
Alergi terhadap Tobramisin serta penderita yang hipersensitif terhadap salah
satu antibiotik golongan aminoglikosid. 2
c. Efek Samping
Hipersensitivitas dan alergi dapat terjadi meskipun jarang, rasa terbakar atau
tersengat pada mata. Pada ginjal dapat menyebabkan nefrotoksik. 10
d. Interaksi Obat
14
e. Sediaan
f. Dosis
Dewasa dan anak-anak : 1 cm lapisan salep 2-3 kali sehari (tiap 3-4 jam
untuk infeksi berat) atau 1-2 tetes larutan tiap 4 jam (tiap 30-60 menit
untuk infeksi berat).
IM, IV (Dewasa) : 0,75-1,25 mg/kg tiap 6 jam atau 1-1,7 mg/kg tiap 8 jam
(sampai 8 mg/kg/hari dalam dosis terbagi)
IM, IV (Bayi dan anak-anak) : 1,5-1,9 mg/kg tiap 6 jam atau 2-2,5 mg/kg
tiap 8-16 jam. 10
15
mata dari bola mata. Tetes mata adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang
terluka atau kecelakaan atau pembedahan dan mereka kemudian secara potensial
lebih berbahaya daripada injeksi intavena. Tetes mata adalah cairan steril atau larutan
berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus
conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik,
bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau
obat midriatik seperti atropin sulfat.10
Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid
garam-garam alkaloid, antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk
dimasukkan ke dalam mata. Larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk
antibakterial, anstetik, midriatikum, atau miotik. Larutan ini disebut juga tetes mata
dan collyria (singular collyrium).10
Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan
dengan pertimbangan yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan
sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan karena kornea dan jaringan bening ruang anterior
adalah media yang bagus untuk mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang
terkontaminasi ke dalam mata yang trauma karena kecelakaan atau pembedahan
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.9
Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur
dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata. Selain steril preparat tersebut
memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi seperti
kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang
cocok.10
1.
16
Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama
2.
dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg
obat-obatnya larut dalam air.Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan.Dengan
definisi, semua bahan-bahan adalah lengkap dalam larutan, keseragaman tidak
menjadi masalah, hanya sedikit pengaruh sifat fisika dengan tujuan ini.Salep mata
menghasilkan bioavailabilitas yang lebih besar daripada larutan berair.12
3. Kerugian Tetes Mata
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif
singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi.
Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara
topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan
melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat,
pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat. 12
4. Penggunaan Tetes Mata
Cuci tangan
Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes
17
Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan
ke bawah
Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun
Jangan mencuci penetes
Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika
dipindahkan
Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri
farmasi uunutk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari
kontaminasi
Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan
warna
Jika mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu
botol saja
Jika menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu
cermin
Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak
berkedip lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat
kerjanya.12
1.
19
4. Tonisitas
a. Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika
magnefudosifat
koligatif
larutan
adalah
sama.
larutan
mata
ini
tidak
dibutuhkan
ketika
total
stabilitas
produk
dipertimbangkan. 11
5. Viskositas
a. USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan
hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas. 11
b. Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu
kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang
signifikan meningkat lama kontak dalam mata. 11
6. Additives/Tambahan
a. Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun
demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya
Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai
0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin.
Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan.
Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi
epinefrin. 10
b. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama.
surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan
20
dengan
karakteristik
bahan-bahah.
surfaktan
nonionik,
Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus
steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat
aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan
antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan.2
Obat antiinfeksi untuk mata dibagi lagi dalam beberapa bagian yakni
antibakteri, antijamur, dan antivirus, yang masing-masing golongan tersebut ada
spesialisasi tersendiri khusus untuk obat-obatnya.1
Golongan senyawa obat khusus untuk antibakteri dan antijamur yakni: asam
fusidat, firamisetin sulfat, gentamisin, kloramfenikol, levofloksasin, neomisin sulfat,
polimiksin B sulfat, ciprofloxacin, tobramisin, dibekasin, oxitetrasiklin, sulfasetamid,
dan tetrasiklin. Sementara golongan senyawa obat yang termasuk antivirus yakni:
asiklovir dan idoksuridin untuk infeksi herpes simpleks seperti ulcer kornea.1
2.6.1
1. Gentamisin
Indikasi
Konjungtivitis
Keratitis
Keratokunjungtivitis
22
Tukak kornea
Blefaritis
Efek Samping
Pandangan kabur dan iritasi sementara. Jarang terjadi mata kering, nyeri
okular.2
Dosis
1 tetes pada mata yang sakit diberikan 3 kali sehari. Gunakan berselang
minimal 10 menit. 2
Mekanisme Kerja
Golongan aminoglikosida efektif untuk menghambat bakteri penyebab infeksi
pada mata. 2
23
Sagestam (Sanbe Farma) tetes mata dan tetes telinga 3mg/ml (K)
2. Ciprofloxacin
Indikasi
Ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri/ virus. Dan juga untuk
Konjungtivitis (radang selaput ikat mata) yang disebabkan oleh strain bakteri
yang rentan terhadap ciprofloxacin atau golongan kuinolon lainnya. 10
Efek Samping
Rasa terbakar atau rasa tidak enak setempat, gatal-gatal, edema kelopak mata,
mata berair. 10
24
Dosis
Konjungtivitis : 1-2 tetes tiap 2 jam selama 2 hari & 1-2 tetes tiap 4 jam
selama 5 hari berikutnya
Ulkus kornea : 2 tetes tiap 15 menit selama 6 jam pertama, lalu 2 tetes
tiap 30 menit selama sisa hari pertama. Hari kedua : 2 tetes tiap jam. Hari
ke-3 sampai hari ke-14 : 2 tetes tiap 4 jam. 10
Mekanisme Kerja
Ciprofloxacin bekerja dengan cara menghambat subunit A pada DNA-gyrase
(topoisomerase) yang merupakan bagian esensial dalam proses sintesa DNA
bakteri. Ciprofloksasin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan grampositif.10
3. Kloramfenikol
25
Indikasi
Blepharitis, catarrhae, conjunctivitis, traumatic keratitis, trachoma, ulcerative
keratitis. 11
Efek Samping
Rasa pedas sementara, laporan yang jarang mengenai anemia aplastic, pasien
yang hipersensitif terhadap golongan obat ini. 2
Dosis
1 tetes pada mata yang sakit 3 kali sehari gunakan berselang minimal 10 menit
dari penggunaan obat penurun tekanan okular yang lain. 2
Mekanisme Kerja
Kloramfenikol memiliki spektrum yang luas sebagai antibakteri sehingga dapat
mengatasi infeksi akibat mikroba/bakteri patogen. 2
Sediaan yang Beredar
Cendofenicol (Cendo) salep mata 1%; tetes mata 0.25%, 0.5%, 1% (K)
26
4. Tobramicin
Indikasi
Terapi infeksi bagian luar mata dan adneksanya disebabkan bakteri yang peka. 10
Efek Samping
Hipersensitif, gatal dan bengkak pada kelopak mata, eritema konjungtiva,
toksisitas okular lokal. 10
27
Dosis
Mekanisme Kerja
Antibiotika kelompok aminoglikosida yang larut dalam air dan spektrum luas
yang aktif terhadap bakteri patogen Gram-negatif dan Gram-positif pada mata. 10
Sediaan yang beredar
5. Dibekasin/Dibekasin Sulfat
28
Indikasi
Ulkus kornea, infeksi glandula tarsal, kordeolum, blefaritis, dakriosistitis,
konjungtivitis, keratitis, episkleritis. 9
Efek Samping
Iritasi atau sensitisasi.10
Dosis dan Mekanisme kerja
Sehari 4 kali diberikan sebanyak 2 tetes dan bersifat sebagai antimikroba dan
antibiotik. 9
Sediaan yang beredar
6. Oksitetrasiklin/Oksitetrasiklin HCL
29
7. Sulfasetamid/Sulfasetamid Natrium
30
Indikasi
Tukak
kornea,
blefaritis,
blefarokonjungtivitis,
konjungtivitis
kronik,
Cendocetamide (Cendo) salep mata 100mg/g, tetes mata 10%, 15% (T)
8. Tetrasiklin/Tetrasiklin HCL
Indikasi
Infeksi superfisial oleh bakteri gram positif dan negatif, protozoa, virus dan
ricketsia.2
Efek Samping
Pada individu tertentu dapat menimbulkan reaksi alergi seperti urtikaria, edema
palpebra serta menjadi peka terhadap cahaya (fotosensitasi kulit). 2
Dosis
Sehari 3-4 kali, dioleskan pada bagian mata yang sakit. 2
Mekanisme Kerja
Menghambat sintesis protein bakteri dan bersifat bakteriostatik, bersifat
menghambat baik untuk bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. 2
Sediaan yang Beredar
32
Untuk terapi hordeolum, konjungtivitis flikten, KI: infeksi jamur sistemik, ibu
menyusui atau ibu hamil.1
33
BAB III
PENUTUP