You are on page 1of 41

RS.

POLRI

CATATAN SINKAT
ILMU PENYAKIT MATA
Nova anggar K.N
Tegar wibawa R
Ayu wijayanti
Rahmandika
Wan asmaul
Miza vito P
Zulkarnain

2014

[ k e l o m p o k k e - 2 s t a s e m a t a u n i v. YA R S I ]

REFRAKSI
Pengertian refraksi
Fisika
Pembiasan lintasan berkas cahaya saat melewati satu medium transparan ke
medium lain yang berbeda indeks biasnya
Oftalmologi
Pemeriksaan tajam pengelihatan (visus) dengan atau tanpa koreksi
Sumbu pengelihatan
Sumbu yang melewati dua titik (titik fovea dan refleks korena (pupil distance))
ditambah satu titik tambahan (titik fokus kacamata)
Pemeriksaan refraksi
1. Cara objektif
a) oftalmoskop

Gambar. Oftalmoskop

a. Retinoskop
Gambar. Retinoskop
b. Keratometer/oftalmometri mengukur kelengkungan permukaan anterior
kornea,terutama untuk mengetahui axis astigmatisma

Gambar. keratometer

2. Cara subjektif
a. Snellen chart

Gambar. Snellen chart

b. Trial lens

Gambar. Trial lens


Gambar. Trial lens box
Ruang refraksi
- Ruangan 6 meter atau 3 meter (minimal 2.5 meter dengan cermin datar)
- Snellen chart
- Trial lens
- Pinhole untuk membedakan kelainan refraksi atau non-refraksi

Gambar. Pinhole occluder

Stenopicslit untuk mencari aksis (menentukan astigmatisme)

Gambar. stenopicslit
-

PD meter pupil distance

Gambar. PD

Lensometer untuk menentukan power & axis lensa

Gambar. Lensometer
-

Trial frame

Gambar. Trial frame

Jaeger card

Gambar. Jaeger card

Amsler grid untuk menentukan kelainan macula

Gambar. Amsler grid

Matt glass

Emetropia
Sinar datang sejajar sumbu utama bola mata, tanpa akomodasi dibiaskan oleh media
refraksi, jatuh tepat pada retina
Sumbu utama bola mata adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik pada
refleks kornea dengan fovea
Semua definisi refraksi harus tanpa akomodasi, karena orang normal harus hidup
tanpa akomodasi. Pada saat akomodasi, mata akan terus bekerja
Komponen-komponen akomodasi antara lain:
o Akomodasi, karena kontraksi m.siliaris
o Miosis, karena kontraksi m.sfingter pupil
o Konvergen, karena kontraksi m.rectus medialis

Gambar. emetropia
AMETROPIA
Sinar datang sejajar sumbu utama bola mata, tanpa akomodasi dibias oleh media
refraksi, jatuh tidak tepat pada retina.
Ametropia terdiri dari kelainan refraksi dan non-refraksi.

Gambar. ametropia
Miopia
Sinar datang sejajar sumbu utama bola mata, tanpa akomodasi dibiaskan oleh media
refraksi jatuh di depan retina.

Koreksi dengan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan pengelihatan terbaik
tanpa akomodasi
Miopia disebut juga rabun jauh, dan apabila pasien melihat dekat akan lebih jelas
Apabila orang myopia berakomodasi, maka pengelihatan akan semakin buram
karena lensa semakin cembung dan kekuatan refraksi semakin positif dan bayangan
akan jatuh semakin ke depan
Miopia terbagi menjadi tiga:
o Stasioner menetap setelah dewasa
o Progresif bertambah terus pada usia dewasa karena panjang bola mata
yang bertambah
o Maligna yang berjalan progresif (bisa terjadi ablasio retina, terutama pada
yang >6D)
Bisa juga terbagi menjadi:
o Refraktif lensa yang lebih cembung pembiasan lebih kuat
o Aksial karena panjang sumbu bola mata bertambah
Dibagi menurut derajat: Ringan (1-3D), sedang (3-6 D), berat (>6D)
Pada myopia setelah di cek trial and error maka dites Duke Elder (DE) ditambah S
+0.25 bila membaik maka DE + berarti lensa perbaikannya blom bener. Tapi kalau
mkn burem (DE-) udah bener perbaikannya

Gambar. myopia
Hipermetropia
Sinar datang sejajar sumbu utama bola mata, tanpa akomodasi dibias oleh media
refraksi, jatuh di belakang retina
Koreksi dengan lensa sferis positif terbesar yang memberikan pengelihatan terbaik
tanpa akomodasi
Hipermetropia disebut juga rabun jauh dan dekat. Saat orang tersebut melihat jauh,
pengelihatan akan buram, dan apabila melihat dekat, pengelihatan juga buram.
Apabila orang hipermetropia tidak memakai kacamata, orang tersebut akan terus
menerus berakomodasi. Akomodasi yang terus menerus ini akan menimbulkan gejala
berupa kelelahan pada mata. Gejala ini disebut juga astenopia

gambar. hipermetropia
Astigmatisme
Sinar datang sejajar sumbu utama bola mata, tanpa akomodasi, dibias oleh media
refraksi, jatuh pada lebih dari 1 bidang retina
Terbagi menjadi dua:
o Astigmatisme reguler
Astigmatisme yang kekuatan pembiasannya bertambah / berkurang secara
teratur dari 1 meridian ke meridian lainnya. Dapat dikoreksi dengan
pemakaian lensa kontak jika penyebabnya adalah permukaan kornea yang
tidak rata/tidak beraturan. Tetapi apabila penyebabnya adalah lensa mata
yang tidak beraturan, maka tidak dapat dikoreksi.
o Astigmatisme ireguler
Astigmatisme yang tidak mempunyai dua meridian yang saling tegak lurus.
Bisa karena kelengkungan kornea berbeda, atau karena infeksi kornea,
trauma, atau distrofi.

Gambar. astigmatisme

Astigmatisme terdiri dari:


o Miopikus simpleks
Astigmatisme dimana 1 bayangan jatuh di depan retina, dan 1
bayangan lain jatuh tepat di retina
Koreksi dengan lensa silinder negatif sesuai dengan aksisnya
o

Miopikus kompositus
Astigmatisme dimana seluruh bayangan jatuh di depan retina

Koreksi dengan lensa sferis negatif agar bayangan H jatuh di retina,


dan lensa silinder negatif sesuai aksisnya agar bayangan V jatuh tepat
pada retina

Hipermetropikus simpleks
Astigmatisme dimana 1 bayangan jatuh tepat pada retina, dan 1
bayangan lain jatuh di belakang retina
Koreksi dengan lensa silinder positif sesuai dengan aksisnya

Hipermetropikus kompositus

Astigmatisme dimana seluruh bayangan jatuh di belakang retina


Koreksi dengan lensa sferis positif agar bayangan H jatuh di retina, dan
lensa silinder positif sesuai dengan aksisnya agar bayangan V jatuh
tepat pada retina

Astigmatisma miktus
Astigmatisme dimana 1 bayangan jatuh di depan retina, dan 1
bayangan lain jatuh di belakang retina
Koreksi ada 2 macam, yaitu:
Lensa sferis negatif agar bayangan V jatuh di retina, dan lensa
silinder positif sesuai aksisnya agar bayangan H jatuh tepat
pada retina
Lensa sferis positif agar bayangan H jatuh di retina, dan lensa
silinder negatif sesuai aksisnya agar bayangan V jatuh tepat
pada retina

Presbiopia
Sinar datang dari titik baca (punctum proksimum), dibiaskan oleh media refraksi,
jatuh di belakang retina karena tanpa akomodasi
Biasa terjadi pada orang tua karena pada orang tua lensa lebih kaku dan otot-otot
siliaris lebih lemah (proses degeneratif).
Koreksi dengan lensa sferis positif terkecil yang memberikan pengelihatan dari titik
baca terbaik tanpa akomodasi
Koreksi sesuai dengan usia:
o S (+) 1D usia 40 tahun; S (+) 1.5D usia 45 tahun; dst
o Setiap 2-3 tahun ditambah +0.25D

Gambar. presbiopia
Anisometropia
Perbedaan koreksi refraksi antara mata kanan dan mata kiri yang lebih dari 3D
Keadaan ini dapat menyebabkan aniseikonia, yaitu pembentukan bayangan di retina
antara mata kanan dan kiri yang tidak sama
Aniseikonia selanjutkan akan memberikan keluhan binokular pusing. Apabila terjadi
pada masa perkembangan akan menyebabkan ambliopia, dan apabila terjadi pada
saat dewasa dapat menyebabkan supresi akibat kegagalan fusi dan dapat pula
menyebabkan strabismus
Ambliopia adalah tidak berkembangnya fungsi pengelihatan secara maksimal karena
rangsang yang tidak adekuat. Pada ambliopia, visus tidak bisa dikoreksi dengan
koreksi lensa, tanpa adanya kelainan anatomis atau defek pada jalur pengelihatan.
Ambliopia terjadi hanya pada anak usia di bawah 6 tahun, karena pada anak di atas 6
tahun perkembangan reseptor untuk cahaya sudah selesai atau sudah lengkap.
Koreksi
o Lensa kontak. Lensa kontak menghilangkan vertex distance, yaitu jarak antara
lensa koreksi dan kornea sehingga bayangan yang terbentuk hampir sama
besar atau bahkan sama besar. Efek pembesaran bayangan akibat vertex
distance ditiadakan. Efek samping lensa kontak antara lain iritasi, infeksi,
penurunan sensibilitas kornea
o LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis). pembuatan flap kornea
dengan keratotomy lalu dilakukan penipisan korena dgn laser kemudian flap
ditutup tanpa jahitan. Prinsip kerja dari LASIK adalah mengurangi daya
refraksi kornea. Daya refraksi normal kornea adalah 40D.
o Kacamata toleransi dan latihan
Kacamata toleransi adalah kacamata dengan perbedaan lensa koreksi yang
tidak lebih dari 3D.
Pada penggunaan kacamata latihan, salah satu mata ditutup dengan matt
glass (kaca buram) dan mata yang lain memakai lensa sesuai dengan koreksi
refraksinya. Kacamata dipakai selama 1 jam kemudian dilepas selama 15-30
menit, kemudian dipakai lagi

Gambar. anisometropia

PALPEBRA
Kongenital
Ptosis kongenital
Kelopak mata tidak dapat dielevasi sejak lahir.
Dapat disebabkan oleh paralisis m.levator palpebra, akibat kelumpuhan n.okulomotor
Berat ringannya ptosis kongenital bergantung pada seberapa luas palpebra menutupi
pupil. Bisa terjadi keadaan emergency bila ptosis menutupi pupil lebih dari setengah
sehingga bisa menimbulkan ambliopia karena tidak berkembangnya retina dan
makula akibat rangsang cahaya yang tidak adekuat.
Bisa unilateral atau bilateral
o Ptosis unilateral
Lebih berbahaya karena tidak terjadi defense mechanism sehingga mata yang
menderita ptosis tidak menerima rangsang cahaya yang adekuat sehingga
dapat menimbulkan ambliopia, bahkan kebutaan. Tidak ada mekanisme
tersebut karena pada mata yang sehat masih memberikan pengelihatan yang
baik

Gambar. Ptosis unilateral


o

Ptosis bilateral
Terjadi defense mechanism akibat adanya ptosis yang menutupi kedua pupil.
Mekanisme berupa ekstensi leher (kepala mendongak ke atas) dan
pengangkatan alis mata sebagai usaha untuk dapat melihat, walaupun sering
juga diikuti dengan myopia. Makula dan retina kedua mata masih normal
karena menerima rangsang cahaya yang adekuat (visus kedua mata normal).

Gambar. Ptosis bilateral

Tatalaksana
o Membuka mata 4-5x/menit selama 15-30 menit atau 1 jam (orang normal
berkedip 4-5x/menit) untuk merangsang makula agar tidak terjadi ambliopia

Reseksi atau memperpendek m.levator palpebra. Tetapi hal ini dapat


menimbulkan lagoftalmos karena mata tidak dapat menutup dengan
sempurna.

Koloboma
Kelainan kongenital dimana terdapat celah/notch pada margo palpebra. Bisa terjadi
di 1/3 tengah, atau 1/3 nasal (lebih sering).
Bila berat, kelainan sampai ke belakang dan menimbulkan gangguan visus karena
ada gangguan pada lapisan ectoderm yang akan membentuk jaringan saraf.
Keadaan ini dapat membuat kornea kering karena pada saat menutup mata, celah
makin besar akibat kontraksi m.orbicularis oculi

Gambar. Koloboma

Tatalaksana:
o Pemerataan air mata pada saat mata menutup, palpebra superior dipijat
dengan telunjuk dari temporal ke nasal agar air mata keluar dan merata ke
seluruh permukaan mata. Lalu mata dibuka lagi. Hal ini harus sering
dilakukan.
o Rekonstruksi lekukan disambung lapis demi lapis. Sambungan yang
terbentuk ditarik ke arah bawah dengan benang tepat di bawah lekukan awal
agar tidak terjadi lekukan lagi karena sikatriks.

Kelainan posisi palpebra


Entropion
Posisi margo palpebra yang mengarah ke dalam bola mata (inversion margo
palpebra)
Etiologi: kelemahan otot-otot mata, trakoma
Menimbulkan trikiasis (inverse bulu mata) sehingga bulu mata mengenai kornea
erosi kornea
2 tipe:
o Sikatriks (palpebral superior)Terapi: tarsotomi
o Spastik (palpebral inferior)Terapi: Whiller

Gambar. Entropion
Ektropion
Posisi margo palpebra yang mengarah ke luar bola mata (eversio margo palpebra)
Etiologi: sikatrik (sering), relaksasi m.orbikularis okuli karena usia atau kelumpuhan
Terapi: reseksi margo palpebral

Gambar. Ektropion
Infeksi palpebra
Hordeolum
Infeksi supuratif akut kelenjar palpebral (biasanya oleh
staphylococcus)
Hordeolum dibagi menjadi dua, yaitu:
o Hordeolum internum: mengenai kelenjar Meibom
o Hordeolum eksternum: mengenai kelenjar Zeiss dan Moll
2 stadium:
o Inflamasi: ada rasa nyeri, batas tidak tegas,
o Supuratif: sudah tidak nyeri, batas tegas, ada pus

streptococcus

dan

Tatalaksana:
o Kompres air hangat 10-15 menit selama 3-4x/hari untuk vasodilatasi
o Antibiotik topical dan sistemik (salep mata tiap 3 jam)
o Apabila dalam stadium supuratif (terdapat abses) dilakukan insisi dan
kuretase
Hordeolum internum: insisi vertical untuk mencegah enteropion dan
agar tidak mengenai kelenjar Meibom lainnya

Gambar. Hordeolum internum

Hordeolum eksternum: insisi horizontal sesuai garis Langer


Post op diberi salep antibiotic dan dibalut kemudian diresepkan
antibiotic oral, analgetik oral dan salep antibiotic

Gambar. Hordeolum eksternum


Kalazion
Peradangan granulomatosa kronik kelenjar Meibom yang tersumbat
Kelopak mata sedikit merah, tanda radang ringan
Tatalaksana:
o Kompres air hangat 10-15 menit 3-4x/hari sambil diurut ke arah muara
o Insisi dan kuretase: insisi vertical

Gambar. Kalazion
Blefaritis
Infeksi margo palpebra
Ada dua jenis blefaritis:
o Blefaritis ulseratif: terdapat krusta pada pangkal bulu mata, apabila krusta
diangkat, terdapat ulkus. Bulu mata rontok dan tidak digantikan dengan yang
baru karena adanya destruksi folikel

Gambar. Blefaritis ulseratif


Blefaritis skuamosa: terdapat skuama-skuama halus seperti ketombe

Gambar. Blefaritis skuamosa

Blefaritis dapat disebabkan oleh Demodex folliculorum. Untuk memeriksanya, bulu


mata dicabut sampai ke akarnya, diberikan minyak imersi, dilihat di bawah mikroskop
dengan pembesaran 100x
Keluhan: di pagi hari mata terasa lengket, panas dan gatal, tidak tahan cahaya
Tatalaksana:
o Pada waktu membersihkan margo palpebral dgn kapas, kelenjar ditekan-tekan
untuk mengeluarkan isi
o Krusta dan skuama dibuang dengan memakai larutan AgNO2 1-2%
o Beri salep kortikosteroid dan antibiotic d pinggir kelopak mata
o Tipe skuamosa: beri medicating shampoo tiap hari
o Kl disebabkan oleh Demodex folliculorumdibersihkan dengan wash benzene
atau alkohol 70%

KONJUNGTIVITIS

Oftalmia neonatorum

Gambar. Konjungtivitis neonatorum

Infeksi konjungtiva pada bayi baru lahir sampai dengan usia 3 hari yang terjadi pada
saat bayi melewati jalan lahir
Etiologi: gonokokus, stafilokokus, chlamydia, pneumokokus
Pemeriksaan:
o Swab konjungtiva.(sediaan apus dari sekret konjungtiva yang kemudian diberi
pewarnaan gram)
Gram negatif: gonokokus (biji kopi, diplococcus, intraseluler-akut,
warna merah)= BLENORRHEA
Gram positif: stafilokokus, pneumokokus.
o Tes reduksi gula
Tidak dapat mereduksi gula(maltose -): gonokokus,
Dapat mereduksi gula: stafilokokus
o Kultur dan tes resistensi: dilakukan untuk mengetahui apakah kuman sudah
resisten terhadap obat. Hasil pemeriksaannya lama (1-2 minggu)

Tatalaksana
o Rawat dalam ruang isolasi
o Sekret dibersihkan setiap 15 menit dan diberikan salep penisilin setiap 15
menit
o Injeksi penisilin 50.000 IU/kgBB selama 3 hari, 2 kali sehari
Penisilin 300.000 IU = 1 cc; 150.000 IU = cc (bila resisten beri kuinolon atau
sesuai tes resistensi. Kontra indikasi kuinolon: anak yg epifisinya blom nutup)
o Evaluasi setelah 3 hari Boleh pulang apabila pemeriksaan gram hasilnya
negatif selama 3 hari berturut-turut
Apabila tidak membaik, maka harus dipikirkan:
o Resistensi obat
o Kesalahan cara pemberian (salep tidak sampai ke forniks)
Komplikasi: oftalmia neonatorum akibat gonokokus dapat menyebabkan perforasi
kornea karena enzim proteolitik yang
dimiliki bakteri tersebut

konjungtivitis vernal
gambar. Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis yang terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe 1
Hipersensitivitas tipe 1:
o Tahap inisial
Antigen masuk ke dalam tubuh. Dikenali oleh sistem imun, kemudian dibentuk
antibody terhadap antigen tersebut
o Tahap elisitasi
Paparan kedua terhadap antigen. Antibodi dalam tubuh (IgE) mengikat
antigen tersebut. IgE kemudian akan mengikat sel mast dan memicu
degranulasi dan pengeluaran histamine serta slow-reacting substances
lainnya

Gambar. Perkembangan konjungtivitis vernal

Gejala:
o Gatal
o Secret putih dan lengket
o Cobble stone appearance ( papil besar dgn permukaan rata pada konjungtiva
tarsal yang berisi eosinophil)
o Senang di tempat panas atau berdebu

Gambar. Cobble stone appearance

Tatalaksana:
o Memperkuat dinding sel mast agar tdk pecah: kompres dingin, vitamin C,
kalsium, sodium kromoglikat
o Obat utama: steroid topikal
o Nasihat:
Hindari allergen
Jangan bermain di tempat panas atau berdebu
Pakai topi kacamata
Kompres air dingin setelah bermain atau kalau gatal
Banyak makan sayur dan buah
Tes alergi
Pindah ke tempat dingin

Konjungtivitis hemoragik akut

Gambar. Konjungtivitis hemoragik akut


Konjungtivitis yang ditandai dengan adanya perdarahan subkonjungtiva.
Biasanya musiman, dapat mengenai satu keluarga, visus normal dengan sekret
banyak, sangat gatal tetapi tidak boleh dipegang karena sangat infeksius, edema
palpebra
Dapat disebabkan oleh pikornavirus, enterovirus , coxsakie virus
Tatalaksana:
o Kompres air dingin
o Antibiotik+steroid untuk atasi infeksi sekunder
o Salep acyclovir di malam hari
o Steroid: tidak dianjurkan diberikan pada hari pertama karena dapat
menurunkan imunitas dan merusak kornea
Komplikasi yang sering terjadi akibat penggunaan steroid infeksi HSV dgn
manifestasi berupa
o Keratitis pungtata superfisialis.
Pada KPS, ditemukan sensibilitas kornea menurun. Pemeriksaan dengan
memakai ujung kapas yang sangat tipis, kemudian digoreskan pada kornea
dan dilihat refleks mengedipnya. Apabila ada mata normal, dicoba pada mata
normal dahulu. Tatalaksananya dengan antivirus (Acyclovir), antibiotik untuk
profilaksis infeksi sekunder, sikloplegik untuk anti-inflamasi
o Erosi kornea steroid hrs stop lalu berikan salep acyclovir (cendo Hervis) atau
SVU serta antibiotic tetes

Injeksi Konjungtiva (A. konj. Posterior)


Pembuluh darah berkelok-kelok, besar
ada anastomosis
Dari perifer ke sentral
Pada pemberian epinefrin atau penekanan
bisa ilang
Dapat digerakkan

KORNEA

Injeksi siliar (A. Siliaris Anterior)


Lurus
Tidak ada anastomosis
Dari sentral ke perifer
Tidak ilang
Tidak dapat digerakkan

5 lapisan kornea:

Gambar. Lapisan kornea


1. Epitel
a. lapisan terluar, epitel gepeng berlapis tanpa sel tandu
b. daya regenerasi cukup besar
2. Membran Bowman:
a. membran tipis homogen yang terletak di bawah epitel.
b. Terdiri dari serat kolagen yg kuat dan mempertahankan bentuk kornea.
c. Jika rusak akan muncul jaringan parut. Tidak memiliki daya regenerasi
3. Stroma: lapisan paling tebal di kornea dan bersifat higroskopis
4. Membran Descemet:
a. Lapisan bening tipis, kuat, kenyal, tidak berstruktur
b. Bila rusak akan menimbulkan kekeruhan kornea
5. Endotel:
a. mempertahankan deturgenscence korneaAtur cairan dlm stroma
b. tidak punya daya regenerasi

Infeksi pada kornea

Keratitis

Perjalanan penyakit:
Kornea bersifat avaskuler shg respon pertahanan tidak cepat. Sehingga wandering cell
(sel mast,macrofag) yg ada di stroma segera bekerja lalu disusul dgn vasodilatasi
pembuluh darah pada limbus shg tampak injeksi siliar. Kemudian terjadi penumpukan
dari sel PMN, plasma dan mononuclear yang berakibat munculnya infiltrat yg
berkembang dengan terjadinya kerusakan epitel dan muncul ULKUS KORNEA

Keratitis berdasarkan kedalamannya dapat dibagi menjadi dua:


o Keratitis superfisialis: mengenai epitel atau di atas membrane
bowman

Keratitis pungtata superfisial: bintik-bintik putih pada perumakaan


korena biasanya karena rx hipersensitivitas terhadap fokal infeksi di
tempat lain
Keratitis Flikten: benjolan putih yg bermula pada limbus dan cenderung
menyerang kornea (Rx hipersensitivitas 4)
Keratitis Sika: keratitis yang disebabkan oleh sekresi kelenjar lakrimalis
yang kurang atau komposisi air mata tidak baik
TERAPI: artificial tear, antibiotic topikal, sulfas atropine
Keratitis Dendritik: oleh HSV tipe 1, KHAS: muncul saat daya tahan
tubuh rendah, bilateral
TERAPI: acyclovir (Hervis, Poviral) atau IDU (Iodo2dioxyundin), sulfas
atropin
Biasa disebabkan oleh infeksi, sehingga tatalaksananya dengan memberikan
antibiotik, antivirus
Keratitis profunda : mengenai lapisan di bawah membrane bowman
terutama endotel
Kebanyakan krn imunologis
contoh: keratitis disiformis, keratitis numularis
Terapi: Steroid
Biasa disebabkan oleh proses autoimun, sehingga tatalaksana diberikan
steroid

Ulkus Kornea= Hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan


kornea (Ciri: ulkus yang menggaung)
Ulkus marginal
o Biasa di limbus, karena pada limbus sering terjadi pertukaran antigen-antibodi
o Sering disebabkan oleh autoimun
o Terapi: steroid, Antibiotik broad spectrum untuk infeksi lokalnya
o Contoh: ulkus Mooren-ulkus menahun superfisial yg berawal di tepi kornea
dan bgn tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan
perforasi (tatalaksana: peritomi-lepasin konjungtiva yg nempel pada sklera)

Gambar. Ulkus kornea marginal

Ulkus sentral
o Disebabkan oleh:
Bakteri
Jamur: ada lesi satelit yang aktif
o Tatalaksana: amfoterisin (harus fresh), ketokonazol, scraping, spooling
betadine

UVEA: Iris, Badan siliar, Koroid


Uveitis= radang dengan lokal infeksi berupa luka, TBC, infeksi pada gigi, telinga, hidung,
tenggorokan, dll
Gejala:
- Mata merah
- Mata nyeri
- Lakrimasi
- Fotofobia
- Visus turun
Klasifikasi:
Uveitis anterior iris, badan siliar (Iridosiklitis)
Uveitis posterior koroid (koroiditis
Panuveitisanterior+posterior
UVEITIS ANTERIOR (mata merah visus turun mendadak)
Pada pemeriksaan dapat ditemukan:
o Injeksi siliar: pembuluh darah kecil, lurus, radier
o Sekret
o Flare: (terlihat perjalanan cahaya dari kornea ke iris) kekeruhan pada COA
krn efek tyndall (terjadi pelepasan protein pada COA
Hipopion: pengendapan sel radang pada COA
Sinekia posterior (perlekatan iris dengan lensa), sinekia anterior
(perlekatan iris dengan kornea)
o Sel PMN/limfosit pada COA (limfosit menandakan infeksi kronis
o Keratitik presipitat: pengendapan sel radang pada endotel kornea

Gambar. Uveitis anterior

Tatalaksana:
o Kortikosteroid topical untuk peradangan
o Sulfas atropine (Siklopegik, lama kerja 2 minggu) untuk anti inflamasi,
mencegah serta melepaskan sinekia ; Midriatikum contoh midriatil, efrisel
(lama kerja 4 jam)
o Antibiotik sistemik broad spectrum untuk infeksi local (pada gigi, paru, THT)

UVEITIS POSTERIOR
Kelainan pada fundus lesi pada koroid
Mata rekatif tenang, banyak sel radang di vitreus
Prognosis buruk karena banyak strain2 (benang2 di vitreus) traksi dan ablasi retina

Gambar. Uveitis posterior


HIFEMA
Adanya darah pada COA
Dapat terjadi akibat trauma yang menyebabkan pecahnya sirkulus iridis mayor
Jika membeku disebut koagulum
Rubeosis iridis neovaskularisasi (biasa pada glaucoma)

Gambar. Hifema

Tatalaksana:
o Rawat minimal 5 hari, karena setelah hari kelima bisa terjadi rebleeding atau
perdarahan sekunder
o Kepala dielevasi 30-45o agar darah dapat turun/mengendap dengan adanya
gravitasi sehingga tidak menutupi pupil, karena apabila menutupi pupil, bisa
terjadi pupillary block, dan dapat menyebabkan glaucoma. Bila terjadi
pupillary block maka diberi midriatikum
o Antifibrinolitik (transamine) untuk mencegah lisisnya koagulum
o Antibiotic topikal
o Kortikosteroid topikal apabila hifema penuh, untuk menyelamatkan macula
dari Berlins Edema, karena keadaan makula tidak diketahui
o Vit C
o Parasentesis dilakukan apabila mulai ada tanda-tanda awal komplikasi atau
bila TIO tidak turun dalam 24 jam
o Boleh pulang bila hifema sudah hilang (koagulum tidak menghalangi pasien
untuk pulang, pada hari ke-5 hati2 dapat terjadi hifema sekunder)

Monitor TIO dan hifema TIO yg naik akan mengganggu pompa endotel
sehingga aqueous bocor (di aqueous ada hemosiderin) dan masuk ke stroma
Imbibisio kornea
Komplikasi:
o Glaukoma akibat pupillary block (darah membeku di pupil) beri atropine
untuk mencopot perlengketan di pupil atau iris
o Bekuan darah pada sudut COA dapat menyebabkan glaucoma beri anti
glaucoma dan trebekulektomi
o Imbibisio kornea: masuknya hemosiderin ke dalam kornea (staining)
o

GLAUKOMA
Trias glaucoma:
o Peningkatan TIO (>20mmHg)
o Ekskavasi glaukomatosa (periksa dengan funduskopi untuk melihat
degenerasi papil) C/D ratio >0,4
o Penyempitan lapangan pandang (periksa dengan tes konfrontasi dan
kampimetri)
Aliran aqueous humor: dihasilkan oleh prosesus siliar COPpupil COA Sudut
COA menuju uveoscleral track atau ke trabecular meshworkkanal schlemm
keluar dr bola mata
Klasifikasi glaucoma:
o Primer
Glaukoma sudut sempit
Glaukoma sudut terbuka masalah di trabecular meshwork
o Sekunder karena katarak imatur, uveitis, hifema
Glaukoma sudut sempit
Akut
Ditentukan dgn Gonioskopi
Terjadi krn iris terdorong ke depan shg menghambat jalannya aqueous. Hal ini dipicu
oleh emosi, cuaca gelap
Menimbulkan gejala yang lebih nyata (mata nyeri, injeksi siliar, blefarospasme)
karena perjalanan penyakitnya akut dan tidak ada proses adaptasi.

Gambar. Glaukoma sudut tertutup


Glaukoma sudut terbuka
Berlangsung lama tanpa tanda yang jelas dari luar dan tekanan bola mata yg
meningkat. Gejala kurang menonjol dibandingkan sudut tertutup. Karena proses
berlangsung lambat maka telah alami adaptasi.

Gambar. Glaukoma absolut

Gambar. nervus optikus


keadaan
normal
dan
keadaan glaukoma.

pada
pada

Tatalaksana:
(AKUT)
o Topikal
Pilokarpin 2% (miotikum) gtt 1 tiap menit selama 5 menit, tiap jam
selama 6 jam, maintenance 6x/hari
Timolol 0,5% (beta-blocker) 2x/hari untuk mengurangi produksi
aqueous humor
o Oral
Acetazolamide (carbonic anhidrase inhibitor, mengurangi produksi
aqueous humor) 4x250 mg, ditambah dengan pemberian suplementasi
kalium (Aspar K 3x1) atau makan buah yg kaya Kalium (pisang)
Cairan hiperosmotik: Gliserin 50% (glycerin oral solution) 1 ml/kgBB
minum ini dengan sirup, coca cola krn E.S nya mual
SETELAH 1-2X24 JAM AKAN EVALUASI
KL HASIL BAIK : Operasi iridektomi perifer
o Yg dimaksud baik: TIO normal, hasil Gonioskopi : sudut jd terbuka,
outflow >100 (liat dgn tonografi)
KL HASIL BURUK:

Parenteral: Manitol 20% 20-30 tetes/menit biasa selesai dlm 8 jam


sblm op
Bedah
Trabekulektomi: prinsip trabekulektomi adalah filtrasi (buat
saluran dr COP ke COA dan COA ke subkonjungtiva kl op
berhasil maka ada bleb di konjungtiva)
Iridektomi perifer
MATA 1 lagi juga diiridektomi perifer profilaktik.

(KRONIS): antara medic(pilokarpin, acetazolamide) atau op op dilakukan bila medik


gagal, minum obat tdk disiplin, ketergantungan dgn acetazolamide tp ada mslh ginjal

ABLASIO RETINA

Lepasnya sel batang dan sel kerucut dari sel epitel pigmen retina
Terdapat 3 jenis:
o Ablasio retina regmatogenosa
Terdapat robekan pada retina, menyebabkan cairan vitreus dapat masuk ke
ruang subretina
o Ablasio retina eksudatif
Terjadi penimbunan eksudat di bawah retina sehingga retina terangkat
o Ablasio retina traksi
Lepasnya jaringan retina akibat tarikan dari jaringan parut pada badan kaca
Sebagai dokter umum, berikan sikloplegik
Tatalaksana:
o A. R. Regmatogenosa Diatermi dan laser dan Scleral buckle
o A. R. Traksi Vitrektomi

KATARAK= kekeruhan lensa karena proses degenerasi atau sebab lain (trauma,
kongenital, masa pertumbuhan, sekunder)
Katarak menurut konsistensi:
o Liquid: <1tahun
o Soft: 1-35 tahun
o Hard >35 tahun
Katarak menurut umur:
o Yuvenilis: <20 tahun
o Presenilis: 20-50 tahun
o Senilis: >50 tahun
KATARAK SENILIS (>50 tahun) perubahan lensa yg terjadi krn proses degenerasi
dmn nucleus menebal dan lapisan korteks berkembang
Berdasarkan maturitasnya:
o Katarak insipient
Kekeruhan lensa tidak teratur seperti bercak bentuk gerigi dengan
basis di perifer dan ada daerah jernih di antaranya
Hanya terliat jika pupil dilebarkan
Ukuran lensa normal
Shadow test: negatif
o Katarak imatur=intumescent
Kekeruhan lensa menebal namun belum mengenai seluruh lensa
Shadow test: positif
Terjadi hidrasi korteks sehingga lensa mencembung mata jd myopia,
iris terdorong ke depan, COA jd sempit dan bs jd glaucoma

Gambar. Katarak imatur


o

Katarak matur
Terjadi pengeluaran cairan kembali shg ukuran lensa dan posisi iris
kembali normal, sudut COA kembali normal namun kekeruhan di
seluruh lensa
Warna sangat putih karena perkapuran dan deposit kalsium
Shadow test: negative

Gambar. Katarak matur

Katarak hipermatur
Degenerasi lebih lanjut dimana korteks lensa mencair dan dapat keluar
dari kapsul lensa. Lensa mengkerut dan berwarna kekuningan.
Bisa ada katarak morgagni
Shadow test: Pseudopositif

Gambar. Katarak hipermatur

KATARAK KONGENITAL
o Polaris anterior terjadi saat kornea belum melepaskan lensa seluruhnya
pada saat perkembangan embrional shg perkembangan COA terlambat
o Polaris posterior menetapnya selubung vascular lensa

Gambar. Katarak kongenital

OPERASI KATARAK
o ECCE

ICCE

Phacoemulsification

SICS

Indikasi Op katarak:
o Indikasi optic: terjadi penurunan visus (buta menurut WHO adl bila visus
<3/60)
o Indikasi medis ada komplikasi seperti glaucoma, uveitis, dislokasi lensa
o Indikasi sosial mengganggu pekerjaan dan aktivitas
o Indikasi kosmetik
Evaluasi post op: edema kornea, perdarahan konj, COA ada, sisa korteks ada ga,
posisi lensa, bila jahitan kendur akan diangkat
Pseudofakia: penyisipan IOL
Afakia: tidak ada lensa post op (visus 1/60 maka dikoreksi dengan S+10D, COA
dalam, pupil lebih gelap, iris tremulans)
KOMPLIKASI (glaucoma, uveitis, endoftalmitis)
o Yang dapat menyebabkan glaukoma:
o Katarak imatur
Terjadi hidrasi lensa, sehingga lensa semakin cembung di bagian
anteroposterior dan menyebabkan blok pupil, sehingga menyebabkan
glaucoma [Glaukoma Fakomorfik]
o Katarak hipermatur
Korteks lensa mencair dan keluar dari kapsul akibat proses degeneratif.
Lensa ini bersifat toksik dan mengaktifkan makrofag. Makrofag akan
menyumbat sudut COA sehingga terjadi glaukoma.[Glaukoma Fakolitik,
Fakotoksik]
Tatalaksana komplikasi: ECCE (sebelum ECCE, berikan manitol)

ENDOFTALMITIS dan PANOFTALMITIS


Endoftalmitis : infeksi intraokuler

Gambar. Endoftalmitis

Panoftalmitis : infeksi intra dan ekstraokuler

Gambar. Panoftalmitis
Pada panoftalmitis terdapat oftalmoplegi karena ada kerusakan otot. Untuk
memeriksa, dilakukan tes gerak bola mata
Tatalaksana
o Endoftalmitis : eviserasi dan enukleasi
o Panoftalmitis : eviserasi karena enukleasi dapat menyebabkan penyebaran
hematogen (menjadi meningitis)
Bedah:
Eviserasi : pengeluaran isi bola mata sampai sklera
Enukleasi : pengeluaran bola mata
Eksenterasi
: pengeluaran isi rongga orbita termasuk periosteum dan
palpebra, biasa dilakukan pada kasus tumor ganas

Gambar. Endophthalmitis candida


Endophthalmitis bacterial

Gambar.

TRAUMA PADA MATA


Fisik
. tajam

.tumpul (hifema)

Kimia
o Asam
o Basa
Cahaya
Trauma Fisik
Bisa disebabkan luka tembus baik perforasi single maupun double
- Single perforation

Double perforation

Terapi: Selain antibiotik, diberikan ATS untuk mencegah tetanus, karena tetanus
bersifat anaerob sehingga dapat berkembang di tempat luka.

Trauma Kimia
o Asam
Terjadi proses koagulasi pada jaringan yg terkena
Terapi: Irigasi dgn NaCl fisiologis
o Basa

Terjadi proses saponifikasi. Proses dapat berlanjut terus dengan adanya pelepasan Ca
dari sel yg rusak dmn Ca menjadi katalisator enzim kolagenase yg berperan dalam
saponifikasi.
Terapi:
o Irigasi dgn NaCl fisiologis
o EDTA tetes (ethylene diamine tetraacetic acid) 4 dd1 untuk ikat Ca (diberikan
hingga sembuh)
Trauma Cahaya
Sinar infra merah keratitis, katarak, koagulasi koroid
Sinar UV rusak di kornea
Sinar ionisasi atau X katarak, retina rusak

You might also like