You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini
dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan
dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan
untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus
menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95%
kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit
hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena
penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta
kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus
hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan
kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak
menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi
sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas,
mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari
air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan
akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya
baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen
Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar
orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang meninggal dunia
akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 1015 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang
terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak
90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis.
Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.

Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah


kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah
ditularkan,

memiliki

morbiditas

yang

tinggi

dan

menyebabkan

penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama.
60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa
dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk
mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan
turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya.
(Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini
mengalami Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini
diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk
melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah
mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik
sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang
didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila
penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak
mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi
enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak
mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat
dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik
atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan
enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit
dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes,
1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila
ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota
keluarga dan klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis
beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan
pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih
yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene

secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit
sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya.
Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga
dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan
dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan
keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga
akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang
Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan,
penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi dari Penyakit Hepatitis dan Sirosis Hepatis ?
2. Bagaimana Etiologi Terjadinya Penyakit Hepatitis dan Sirosis Hepatis ?
3. Bagaimana Manifestasi klinis dari Penyakit Hepatitis dan Sirosis
Hepatis ?
4. Apa saja Komplikasi yang Terjadi pada Penyakit Hepatitis dan Sirosis
Hepatis ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang Dilakukan pada Pasien dengan
Penyakit Hepatitis dan Sirosis Hepatis ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara penyakit hepatitis dengan penyakit
sirosis hepatis dan asuhan keperawatan yang dilakukan pada penyakit
tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit hepatitis dan sirosis
hepatis
b. Untuk mengetahui etiologi terjadinya penyakit hepatitis dan serosis
hepatis
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada penyakit hepatitis dan
serosis hepatis
d. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan dari penyakit
hepatitis dan sirosis hepatis

D. MANFAAT PENULISAN
1. Penulis
Menambah pengetahuan tentang penyakit hepatitis dan sirosis hati, dan
memahani asuhan keperawatan pada pasien penyakit hepatitis dan
sirosis hati. Sebagai tambahan reverensi belajar.
2. Pembaca
Menambah pengetahuan tentang penyakit hepatitis dan sirosis hati, dan
memahani asuhan keperawatan pada pasien penyakit hepatitis dan
sirosis hati.

BAB II
PEMBAHASAN

A. HEPATITIS
1. Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai


nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
2. Etiologi
a. Virus
Metode

Type A
Fekal-oral

Type B
Parenteral

Type C
Parenteral

Type D
Parenteral

Type E
Fekal-

transmisi

melalui

seksual,

jarang

perinatal,

oral

orang lain

perinatal

seksual,

memerlukan

orang ke

koinfeksi

orang,

dengan type B

perinatal
Menyebar

Peningkatan

Sama

ikterik

luas, dapat

insiden kronis

dengan D

dan

berkem-bang

dan gagal hepar

asimto-

sampai kronis

akut
Melalui darah

Keparah-an

Tak

Parah

Sumber

matik
Darah,

Darah, saliva,

Terutama

virus

feces,

semen,

melalui darah

saliva

sekresi
vagina

b. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol
sirosis.
c. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis
toksik dan hepatitis akut.
3. Manifestasi Klinis
a. Malaise, anoreksia, mual dan muntah
b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan
mialgia
c. Demam ditemukan pada infeksi HIV
d. Ikterus didahului dengan kemunculan urine berwarna gelap
e. Pruritus ( biasanya ringan dan sementara )

Darah,
feces,
saliva

f. Nyeri tekan pada hati


g. Splenomegali ringan
h. Limfadenopati.
4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan
oleh infeksi virus oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahanbahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini
unik

karena

memiliki

suplai

darah

sendiri.

Seiring

dengan

berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar


terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat
masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh
respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.
Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal.Inflamasi pada hepar karena
invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan
dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam
hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli
empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi)
dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin,tinja tampak pucat (abolis).


Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat
dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
5. Komplikasi

Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang


disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan
stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati

yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih


banyak ditemukan pada alkoholik.

B. SEROSIS HEPATIS
1. Definisi
Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati akibat tersumbat saluran
empedu serta pus sehingga timbul jaringan baru yang berlebihan yang
tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut ( Brunner and
Suddarth ).
Sirosis Hepatis adalah Ditandai dengan adanya lokus peradangan
,daerah daerah yang beregenerasi dan penumpukan jaringan ikat yang di
fus. (www.google.co.id) tanggal 15 Juli 2007.
Sirosis Hepatis adalah Penyakit hati yang di karakteriskan oleh
gangguan struktur dan perubahan degenerasi gangguan fungsi selular dan
selanjutnya aliran darah ke hati. ( Marillyn E. Doengoes 1999 )
Sirosis Hepatis adalah Penyakit menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. ( Soeparman
1996 )
Dari beberapa pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa
Sirosis Hepatis adalah Penyakit kronis menahun ditandai dengan adanya
gangguan struktur hati yaitu timbulnya jaringan baru yang berlebihan dan
tidak saling berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut serta
gangguan aliran darah ke hati.
2. Etiologi
Penyebab sirosis hepatis antara lain:
a. Malnutrisi
b. Alkohol
c. Virus hepatis
d. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
e. Zat toksik
3. Manifestasi Klinis

a. Keluhan pasien
Pruritis
Urin berwarna gelap
Ukuran lingkar pinggang meningkat
Turunnya selera makan dan turunnya berat badan
Ikterus (kuning pada kulit dan mata) muncul belakangan
b. Tanda klasik
Telapak tangan merah
Pelebaran pembuluh darah
Ginekomastia bukan tanda yang spesifik
Peningkatan waktu protombin adalah tanda yang lebih khas
Ensefelopati hepatitis dengan hepatitis fulminan akut dapat
terjadi dalam waktu singkat dan pasien akan merasa

mengantuk, delirium, kejang dan koma dalam waktu 24 jam


Onset enselopati hepatitis dengan gagal hati kronik lebih
lambat dan lemah
(Yuliana elin, 2009)

4. Patofisiologi
Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor
utama terjadinya sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol,
penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada
hati, Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang
tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya
normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu
(karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau
infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan
mayoritas pasien sirosis berusia 40 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang
melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan
penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur
digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati
yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa
dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian

10

yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan


gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance)
yang khas.
5. Komplikasi
Komplikasi menurut Brunner (2000) ada dua yaitu :
a. Perdarahan dan hemorargia
b. Ensefalopati hepatic
Komplikasi menurut Mansjoer (2001) ada dua yaitu :
a. Hematemisis melena
b. Koma hepatikum
Komplikasi menurut Engram (2000) ada empat yaitu :
a. Encefalo hepatik yang disebabkan oleh peningkatan kadar amonia
darah.
b. Asites ruang disebabkan oleh ekstravasase cairan serosa ke dalam
rongga peritoneal yang disebabkan oleh peningkatan hipertensi
portal, peningkatan reabsorpsi ginjal terhadap natrium dan
penurunan albumin serum.
c. Sindrom hepatorenal yang disebabkan oleh dehidrasi atau infeksi.
d.
Gangguan endokrin yang disebabkan oleh depresi sekresi
gonadotropin

11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEPATITIS
1. PENGKAJIAN

12

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan


hati
a. Aktivitas
- Kelemahan
- Kelelahan
- Malaise
b. Sirkulasi
- Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
- Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
- Urine gelap
- Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Mual dan muntah
- Peningkatan oedema
- Asites
e. Neurosensori
- Peka terhadap rangsang
- Cenderung tidur
- Letargi
- Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada kuadran kanan
- Mialgia
- Atralgia
- Sakit kepala
- Gatal ( pruritus )
g. Keamanan
- Demam
- Urtikaria
- Lesi makulopopuler
- Eritema
- Splenomegali
- Pembesaran nodus servikal posterior
h. Seksualitas
- Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :

13

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,


perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
c. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar .
d. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
e.

hepatitis.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam

empedu.
f. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus.
3. INTERVENSI
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas
dari tanda-tanda malnutrisi.
-

Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan


Rasional : keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi


sering dan tawarkan pagi paling sering
Rasional : adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro
intestinal dan menurunkan kapasitasnya.

Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah


makan
Rasional : Resiko akumulasi partikel makanan di mulut dapat

14

menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu


makan.
-

Anjurkan makan pada posisi duduk tegak


Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan

Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak


Rasional : glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme
sehingga akan membebani hepar.

b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar


yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku
dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis
intensitas dan lokasinya).
-

Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat


digunakan untuk intensitas nyeri
Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
Akui adanya nyeri
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang
nyerinya
Rasional : klien yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri .

Berikan informasi akurat dan


Jelaskan penyebab nyeri
Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui .
Rasional : Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui
penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan).

Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek


hepatotoksi.

15

Rasional : kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik


untuk mengurangi nyeri.
c. Hypertermi berhubungan dengan invasi agen dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan : tidak terjadi peningkatan suhu
- Monitor tanda vital : suhu badan .
Sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
- Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 I/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
Rasional : dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang
memicu
timbulnya dehidrasi.
-

Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur


Rasional :

menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga

terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk


mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
- Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
Rasional : kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan
klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
d. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
- Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
Rasional : dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan
klien cenderung lebih tenang.
-

Sarankan klien untuk tirah baring


Rasional : tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan
sehingga

metabolisme

penyembuhan penyakit.

16

dapat

digunakan

untuk

Bantu

individu

untuk

mengidentifikasi

kekuatan-kekuatan,

kemampuan-kemampuan dan minat-minat


Rasional :

memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-

kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi


untuk kegiatan yang kurang penting.
-

Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu


puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan
Rasional : keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.

Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap


asertif, teknik relaksasi)
Untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis.

e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan


pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam
empedu
Hasil yang diharapkan :jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
-

Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering


Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan

(kadtril, lanolin)
Keringkan kulit, jaringan digosok

Rasional : kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan


merangsang ujung syaraf
-

Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu


ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
Rasional : penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi

Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan


tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.
Rasional : penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan
lebih banyak pruritus

17

Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin


Rasional : pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan.

f. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan


intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :pola nafas adekuat
Intervensi :
-

Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan


Rasional : pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia
atau akumulasi cairan dalam abdomen

Auskultasi bunyi nafas tambahan


Rasional : kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan

Berikan posisi semi fowler


Rasional : memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada
diafragma dan meminimalkan ukuran sekret

Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif


Rasional : membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak

Berikan oksigen sesuai kebutuhan


Rasional : mungkin perlu untuk mencegah hipoksia.
g. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus
Hasil yang diharapkan : tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
-

Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat


untuk menangani semua cairan tubuh
Rasional : pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi

virus hepatitis
Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan
yang terkontaminasi
Rasional : teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak
dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit

18

Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga


dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
Rasional : mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak

rantai transmisi infeksi


Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen

kesehatan yang tepat.


Rasional : rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber
pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA SEROSIS HEPATIS


1. Pengkajian menurut (Doenges, dkk 2000)
a. Identitas meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa, alamat dan tanggal masuk Rumah Sakit
b. Data dasar pengkajian klien secara biopsikososiospiritual.
- Aktivitas atau istirahat, adanya kelemahan, kelelahan, letargi,
-

penurunan masa otot atau tonus


Sirkulasi
Riwayat perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker (tidak

berfungsinya hati menyebebkan gagal hati), disritmia, distensi pembuluh


darah perut
-

Eliminasi
Flatus, distensi abdomen, hepatomegali, splenomegali, asites,

penurunan atau tidak adanya peristaltik usus, feses warna tanah liat,
melena, urine gelap dan pekat
-

Makanan atau cairan


Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah,

penurunan BB, edema umum pada jaringan, nafas berbau, perdarahan


gusi.
-

Neurosensori
Perubahan kepribadian, penurunan mental, bingung, bicara lambat,

tidak jelas atau koma


-

Nyeri atau kenyamanan

19

Nyeri tekan abdomen atau nyeri dikuadran kanan atas, pruritis,


neuronefritis perifer
-

Pernapasan
Dispneaa, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi nafas tambahan,

ekspansi paru terbatas, hipoksia


-

Keamanan
Pruritus, demam, ikterik, eritema palmaris, ptechie

Seksualitas
Gangguan menstruasi, impotens, atrofi testis, ginekomastia,

kehilangan rambut pada dada, bawah lengan dan pubis.


c. Aspek psikologis
Konsep diri, keadaaan emosional, pola interaksi, mekanisme kopping.
d. Aspek sosial
Hubungan yang berarti, budaya keluarga, lingkungan keluarga
e. Aspek spiritual
Agama, keyakinan tentang sehat dan sakit, nilai kegiatan agama
f. Tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
g. Pemeriksaan fisik
Pada

klien

dengan

sirosis

hepatis

dapat

dilakukan

dengan

pemeriksaaan, observasi adanya asites, ikterus pada kulit dan sklera, terdapat
spider nevi terutama pada kulit dan punggung, bahu, leher, dada, dan
ekstrimitas bawah serta adanya eritema palmaris. Selain itu dilakukan pada
pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar perut
h. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada klien dengan sirosis hepatis
diantaranya adalah urine akan ditemukan urobilirubinogen dan bilirubin.
Sedangkan pada feses ditemukan adanya peningkatan sterkobilinogen. Pada
pemeriksaan darah ditemukan adanya leukopenia, trombositopenia, dan
waktu

protrombim

yang

memanjang.

Pemeriksaan

lain

ultrasonografi, endoskopi, esofaguskopi, dan dilakukan biopsi hati.


2. Diagnosa keperawatan
Menurut Doenges (2000) terdapat 8 diagnosa keperawatan yaitu :

20

melalui

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet tidak


adekuat, ketidakmampuan untuk memproses atau mencerna makanan ,
anoreksia, mual atau muntah.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi, kelebihan natrium atau masukan cairan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi, adanya
edema, asites.
d. Resiko terhadap pola nafas tidak efektif berhubungan terhadap cairan
intrabdominal, penurunan ekspansi paru.
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan hipertensi portal dan gangguan
faktor pembekuan darah
f. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan psikologis,
peningkatan kadar amonium serum.
g. Gangguan body image berhubungan dengan gangguan penampilan fisik.
h. Kekurangan pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengolahan berhubngan dengan ketidakbiasaan terhadap sumber-sumber
informasi atau kekurangan informasi
3. Perencanaan
Menurut Doenges (2000) perencanaan keperawatannya yaitu :
a. Perubahan nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan diet tidak adekuat,
kemampuan untuk memproses dan mencerna makanan, anoreksia
Tujuan : Kebutuhan klien terpenuhi dengan kriteria klien menunjukkan
kenaikan berat badan dan tidak ada tanda malnutrisi
Intervensi :
-

Hitung diet makanan dengan jumlah kalori


Rasional : Menyediakan informasi tentang kebutuhan dan kekurangan
intake

Bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat sebelumnya dengan


pengukuran kulit trisep
Rasional : Sulit untuk menggunakan indikator berat langsung maka,
indikator status nutrisi dapat dilihat adanya edema dan
asites, lipatan kulit trisep diukur untuk membantu
perubahan tonus otot dan cadangan lemak subkutan

Jelaskan klien tentang alasan tipe diet yang diberikan


Rasional : Makanan penting untuk mendukung kesembuhan dan

21

mungkin berbeda dengan selera


-

Berikan makanan porsi kecil dan sering


Rasional : Toleransi kurang untuk makanan yang banyak, mungkin
tiba-tiba dapat meningkatkan tekanan abdominal atau asites

Batasi intake kopi, produksi gas, berbumbu, terlalu panas dan terlalu
dingin
Rasional : Mengurangi iritasi lambung atau atau diare dan
ketidaknyamanan perut yang mungin kelemahan
pencernaan.

Sediakan subtansi garam jika diizinkan, menghindari amonium.


Rasional : Subtansi garam menambah rasa makanan dan
meningkatkan nafsu makan. Amoniak memeberi resiko
encefalopati

Sediakan makanan lembut atau terlalu kasar jika diindikasikan


Rasional : Hemorargi dari varises esofagus dapat terjadi dalam
kemajuan sirosis

Sediakan perawatan mulut sebelum makan


Rasional : Klien cenderung cemas, gusi berdarah dan gigi busuk yang
menambah anoreksia

Monitor laboratorium seperti serum glukose, albumin, protein dan


amoniak
Rasional : Mengetahui gangguan metabolisme

Konsul dengan ahli gizi untuk menyediakan diet tinggi kalori,


karbohidrat sederhana, rendah lemak, sedang sampai tinggi protein,
pembatasan garam dan cairan
Rasional : Tinggi kalori karena klien kekurangan intake dan selalu
terbatas. Lemak sedikit diabsorbsi karena disfungsi hati
menyebabakan rasa tidak nyaman di perut. Protein untuk
memperbaiki serum protein untuk mengurangi edema dan
regenerasi sel hati

22

Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti suplemen dan vitamin,


tiamin, Fe, Zn dan anti emetik
Rasional : Klien selalu kekurangan vitamin karena diet sedikit dan
kerusakan hati sehingga menyebabkan anemia. Zn dapat
meningkatkan stimulasi sklera. Anti emetik digunakan
dengan hati-hati untuk mengurangi dan meningkatkan
intake oral

Anjurkan menghentikan merokok


Rasional : Menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan resiko iritasi
dan perdarahan.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme


regulasi, kelebihan natrium dan berkurangnya protein plasma
Tujuan : Keseimbangan volume cairan terpenuhi dengan kriteria turgor
kulit baik, elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
-

Ukur input dan output, menimbang setiap hari dan mencatat


peningkatan lebih dari 0,5 kg /hari
Rasional : Mengetahui keadaan volume cairan

Monitor tekanan darah


Rasional : Tekanan darah yang meninggi selalu berhubungan dengan
berlebihnya volume.

Menilai suhu perifer atau edema


Rasional : Perubahan cairan jaringan, hasil dari sodium dan retensi,
penurunan albumin dan peningkatan ADH.

Ukur lingkar perut


Rasional : Menggambarkan akumulasi cairan atau karena kehilangan
protein plasma

Monitor serum albumin dan elektrolit (potasium partikel dan sodium)


Rasional : Penurunan serum albumin, mempengaruhi tekanan plasma
koloid osmotik menyebabkan edema

23

Batasi cairan dan sodium sesuai indikasi


Rasional : Sodium dibatasi untuk mengurangi retensi cairan dalam
ekstra vaskuler. Pembatasan penting untuk koreksi cairan
natremi

Atur garam albumin bebas atau perluasan sesuai indikasi


Rasional : Albumin digunakan untuk meningkatkan tekanan osmotik
koloid dalam vaskuler (pengambilan cairan dari ruang
vaskuler), menurunkan bentuk asites

Atur pengobatan seperti spirolakton, potasium, obat inotropik


Rasional : Penggunaan spironolakton yang hati-hati untuk mengontrol
edema dan asites, berefek menghalangi aldosteron dan
meningkatkan ekskersi air. Potasium biasa habis karena
penyakit hati hilang bersama urin. Obat inotropik
meningkatkan kardiak output memperbaiki fungsi dan
aliran darah ginjal, teerapi mengurangi kelebihan cairan.

c. Resiko tinggi terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan faktor


pembekuan, hipertensii portal
Tujuan : Menurunkan resiko perdarahan dan mempertahankan
homeostasis dengan tanpa perdarahan
Intervensi
-

Observasi warna, konsistensi dan banyaknya tinja


Rasional : Mendeteksi adanya perdarahan saluran perdarahan

Observasi gejala cemas, lambung penuh dan kelemahan


Rasional : Mungkin mengindikasikan tanda yang lambat dari
perdarahan dan syok

Observasi

perdarahan

seperti

ekimosis,

epitaksis,

ptekie

perdarahan gigi
Rasional : Untuk mengindikasikan mekanisme pembekuan darah
-

Laporakan tanda-tanda vital dengan dengan interval tertentu

24

dan

Rasional : Sebagai dasar menjelaskan hipovolemi dan syok


-

Jaga ketenangan dan batasi aktivitas


Rasional : Meminimalkan resiko perdarahan dan ketegangan

Beri Vitamin K sesuai order


Rasional : Meningkatkan pembekuan yang berasal dari Vitamin dalam
lemak yang penting untuk mekanisme pembekuan

Beri intake makanan tinggi Vitamin C


Rasional : Meningkatkan proses penyembuhan

Gunakan sikat gigi lunak atau lembut


Rasional : Mencegah trauma mukosa mulut sampai terjadi pererbaikan
oral higiene

Gunakan ukuran jarum suntik kecil untuk injeksi


Rasional : Meminimalkan kehilangan darah dari pengulangan injeksi

d. Gangguan body image gambaran diri berhubungan dengan gangguan


fisik, perubahan fungsi peran
Tujuan : Body image klien meningkat dengan kriteria secara verbal
mengerti perubahan diri dan menerimanya
Intervensi :
-

Diskusikan keadaanya dan jelaskan penyakit serta gejalanya


Rasional : Klien sensitif terhadap perubahan tubuhnya dan merasa
bersalah jika penyebabnya berhubungan dengan alkohol,
dengan penjelasan itu ia akan paham dan mengerti

Beri support dan perawatan dengan sikap bersahabat


Rasional : Membantu klien merasa bernilai seperti orang dan lebih
bersahabat

Libatkan keluarga dalam perawatan


Rasional : Membantu merasa berguna dan meningkatkan kepercayaan

Libatkan konselor atau psikistri


Rasional : Membantu memecahkan klien

e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


turgor kulit buruk, penonjolan tulang, adanya edema dan asites, akumulasi
garam empedu pada kulit, gangguan sirkulasi atau status metabolic.

25

Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit, mengidentifikasi


faktor resiko dan menunjukkan faktor perilaku atau teknik untuk
mencegah kerusakan kulit
Intervensi :
-

Lihat permukaan kulit atau tekanan secara rutin.


Rasional : Edema jaringan lebih cenderung untuk mengalami
dekubitus asites dapat juga meregangkan kulit sampai pada
titik robekan pada Sirosis hepatis

Tinggikan ekstrimitas bawah


Rasional : Menurunkan aliran darah balik vena dan menurunkan
edema pada ekstrimitas

Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan


Rasional : Kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan
resiko kerusakan kulit

Gunting kuku jari pendek, berikan sarung tangan bila diinsikasikan

26

BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia.
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati akibat tersumbat saluran
empedu serta pus sehingga timbul jaringan baru yang berlebihan yang tidak
berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.
B. SARAN
Bagi perawat, perlu mengembangkan pengetahuan dalam melaksanakan
tindakan keperawatan di era globalisasi.
Bagi pembaca, menjaga kesehatan khususnya organ hati sangatlah penting.
Selalu berperilaku hidup bersih dan sehat tubuh kita sehat . Lakukan vaksinasi
hepatitis B untuk anak anda dan keluarga terhindar dari Hepatitis B yang apabila
berkelanjutan dapat menyebabkan Serosis Hepatis.

27

You might also like