You are on page 1of 20

Penyakit Akibat kekurangan Yodium

Gaky merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan retardasi mental, namun
sebelumnya sangat mudah dicegah. Penyakit ini bisa disebut defisiensi yodium atau
kekurangan yodium. Penyakit ini sangat sedikit diketahui oleh masyarakat dan mungkin
masih merupakan problem yang ditelantarkan. Saat ini diperkirakan 1.6 miliar penduduk
dunia mempunyai risiko kekurangan yodium, dan 300 juta menderita gangguan mental
akibat kekurangan yodium. Kira-kira 30.000 bayi lahir mati setiap tahun, dan lebih dari
120.000 bayi kretin, yakni retardasi mental, tubuh pendek, bisu tuli atau lumpuh.
Sebagian besar dari mereka mempunyai IQ sepuluh poin di bawah potensinya. Di antara
mereka yang lahir normal, dengan konsumsi diet rendah yodium akan menjadi anak yang
kurang intelegensinya, bodoh, lesu dan apatis dalam kehidupannya. Sehingga, kekurangan
yodium akan menyebabkan masyarakat miskin dan tidak berkembang, sementara pada
anak menyebabkan kesulitan belajar.
Risiko itu karena kekurangan yodium dalam dietnya, dan berpengaruh pada awal
perkembangan otaknya. Yodium merupakan elemen yang sangat penting untuk
pembentukan hormon tiroid.
Hormon itu sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan mental dan fisik,
baik pada manusia maupun hewan. Efek yang sangat dikenal orang akibat kekurangan
yodium adalah gondok, yakni pembesaran kelenjar tiroid di daerah leher.
Di Indonesia telah diadakan penelitian pada anak sekolah dasar antara tahun 1980-1982 di
26 provinsi, didapatkan prevalensi goiter lebih dari 10% apda 68,3% dari 966 kecamatan
yang diperiksa, dan di beberapa desa lebih dari 80% penduduknya dengan gondok.
Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000 anak sekolah dari 878 kecamatan
yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan data terdahulu prevalensi gondok
yang terlihat (visible goiter prevalences) menurun sekitar 37,2 sampai 50%.
Tahun 1991, dilakukan survei di Indonesia bagian Timur (Maluku, Irian Jaya, NTT, Timor
Timur) pada 29.202 anak sekolah dan 1749 ibu hamil, didapatkan gondok pada anak
sekolah 12-13% dan ibu hamil 16-39%. Kemudian pada tahun 1996, dilakukan survei di 6
propinsi, didapatkan gondok 3,1-5%, di Maluku 33%.
Pada tahun 1998, mulai ada Thyro Mobile, yang memproses data ukuran kelenjar gondok
dan kadar yodium dalam urin.
Berdasarkan data survei pada tahun 1980-1982, diperkirakan 75.000 menderita kretin, 3,5
juta orang dengan gangguan mental, bahkan di beberapa desa 10-15% menderita kretin.

Dari data hasil penelitian pada anak sekolah dasar. maka pengertian tentang kekurangan
yodium sudah jauh dari hanya menyebabkan gondok saja. Yakni menyebabkan pada
tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan otaknya, sehingga istilahnya saat ini
disebut sebagai ''Gangguan Akibat Kekurangan Yodium'' atau disingkat GAKY.
Ekologi Kekurangan Yodium
Sebagian besar yodium berada di samudera / lautan, karena yodium (melalui pencairan
salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan
banjir ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di seluruh dunia,
walau dapat juga terjadi di lembah sungai.
Yodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh
sinar matahari menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap
tahun kira-kira 400.000 ton yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air
laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter kubik.
Yodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar
dalam rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung selama
ini.
Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan saat
lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan yodium
tersebut akan terus berkurang kadar yodiumnya.
Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi yodium akan menetap. Akibatnya, populasi
manusia dan hewan di daerah tersebut yang sepenuhnya tergantung pada makanan yang
tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan yodium.
Melihat hal tersebut maka sangat banyak populasi di Asia yang menderita kekurangan
yodium berat karena mereka hidup dalam sistem mencari nafkah dengan bertani di daerah
gunung atau lembah.
Kekurangan yodium akan menimpa populasi di daerah tersebut yang dalam makanannya
tidak ada suplemennya yodium atau tidak ada penganekaragaman dalam makanannya
dengan makanan dari daerah lain yang tidak kekurangan yodium.
Akibat Kekurangan Yodium
Istilah GAKY menggambarkan dimensi baru dari pengertian spektrum kekurangan yodium.
Berakibat sangat luas dan buruk pada janin bayi baru lahir, anak dan remaja serta orang
dewasa dalam populasi yang kekurangan yodium tersebut. Akibat hal itu dapat dikoreksi
dengan pemberian yodium
Kebutuhan Yodium
Kebutuhan yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah:

50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama)

90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun)

120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun)

150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)

200 mikrogram untuk ibu hamil dan meneteki

Ada beberapa pendapat yang salah dan kenyataan yang berbeda. Pendapat yang salah,
misalnya, garam beryodium dapat mengobati GAKY seperti kretin, namun kenyataan GAKY
tidak dapat diobati kecuali hanya dicegah. Juga pendapat yang salah, bahwa mengkonsumsi
yodium sangat berbahaya, kenyataannya mengkonsumsi yodium, melalui garam beryodium
dalam jangka lama tidak berbahaya.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada
setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan
oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus
berlangsung terus menerus.
Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta rumput untuk
makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk
setempat, maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat
tinggi angka keberhasilannya.
Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan
suplementasi minyak beryodium.
Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan
teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis,
sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah
pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih ruwet.
Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga
perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan
tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan.
Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan
multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang
terjamin dan mudah penerapannya. GAKY yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya
sebagai puncak gunung es.
Di daerah endemik, gondoklah yang terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut, namun
efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen yang
tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini.
Sehingga problem dari GAKY ini sebenarnya adalah pada perkembangan otak, tidak hanya
pembesaran kelenjar tiroid atau gondok. Dengan melihat besarnya populasi yang
mempunyai risiko seperti diatas, pantas bila GAKY menjadi problem nasional maupun
internasional.
Dengan diadakannya pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001 yang tema ''Perkembangan
Mutakhir tentang Masalah GAKY dalam rangka Indonesia Sehat 2010'' harapan kita
tentunya dapat mendapatkan konsep, pemikiran serta semangat baru dalam
menanggulangi GAKY.
Kekurangan Yodium pada Janin
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini akan
menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang
semuanya dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih berat pada
janin yang kekurangan yodium adalah kretin endemik.

Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai dengan
retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang
agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon
tiroid dan kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat
penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal
kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin
berfungsi.
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester
pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada
rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga
kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena kekurangan
yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan hormon
tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.
Kekurangan Yodium pada Saat Bayi Baru Lahir
YANG sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir
berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru lahir,
otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua
tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan yodium, dan
hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak normal.
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini
dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera
setelah bayi lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme
neonatal, bila didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk
mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg per gram kreatinin, kejadian
hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada
daerah yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada
kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran.
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka
hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi
perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi di
daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat
mencolok.
Kekurangan Yodium pada Masa Anak
Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan
prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang
berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan
yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di
daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat
menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas.
Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan
memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar
hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada hati,

ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang
kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi normal kembali
bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu,
hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat
kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi
di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan,
walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali normal.
Kekurangan Yodium pada Dewasa
Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi
adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada
kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek tersebut, peningkatan ambilan
kelenjar tiroid yang disebabkan oleh kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya
kanker kelenjar tiroid bila terkena radiasi.

KEKURANGAN YODIUM
OKTOBER 12, 2009
oleh clupst3r
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium:
GAKY, atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium merupakan salah satu masalah yang
muncul sejak lama. Pada awalnya, hubungan unsur yodium dengan gondok endemik dilihat
sebagai hubungan secara langsung yang ditunjukkan dengan praktek kedokteran Cina yang
menggunakan biji ganggang Sargassum dan Laminaria japonica yang kaya yodium sebagai
obat gondok.
Akan tetapi, mulai tahun 1960-an pandangan para ahli terhadap defisiensi yodium berubah
dari memandang defisiensi yodium berakibat pada gondok endemik dan kretin endemik saja
ke perubahan yang lebih luas.
Dengan demikian istilah defisiensi yodium dahulu yang diidentikkan dengan gondok
endemik digantikan dengan gangguan akibat kekurangan iodium yang efeknya amat luas,
dapat mengenai semua segmen usia sejak dikandung ibu hingga pada orang dewasa.
Neonatus dan Ibu hamil
Ketika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses pertumbuhan
fetus intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan otak dan intelegensi
tepat mutlak perlu untuk manifestasi yang sempurna di kemudian hari.
Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan perkembangan
fetus ibu hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium. Patofisiologi yang jelas
dan tegas belum terbukti hingga sekarang, sebab model binatangnya belum ditemukan.
Sumbangan pengetahuan di atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami
peristiwa yang terjadi di daerah dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI,
lebih-lebih mekanisme terjadinya kretin endemik baik miksudematosa maupun kretin tipe
nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan.
Langkah Preventip
Untuk pencegahan, dibutuhkan informasi yang cukup tentang sebab. Bagi yang bersebab
tunggal pencegahannya tunggal (cf :vaccinasi). Bagi bersebab banyak, multifaktorial
pencegahan juga menghilangkan faktor risiko tersebut. Bagi GAKI upayanya dengan
memberikan unsur yodium.
Bagaimana peran pemberian unsur yodium dalam bentuk garam beryodium dalam berbagai
bentuk (garam curai, garam briket, shelf-lifenya, penyebarannya, harga, tingkat
konsumsinya) perlu diteliti lebih lanjut. Juga larutan yodium dalam minyak diberikan secara

oral (OIO, oral iodinated oil) maupun suntikan, efek obat ini berjangka panjang: oral dapat
diberikan setiap 6-12 bulan sekali sedangkan suntikan 3-4 tahun sekali. Di daerah tertentu
melarutkan yodium (bentuk tetesan atau slow-release products) dalam air minum atau
sumur.
Pemberian suntikan lipiodol sebelum diproduksi yodiol pun sebenarnya memberi hasil baik
dan terlihat dari menurunnya prevalensi gondok, tercegahnya variabel kretin, misalnya EEG
bayi dan sebagainya. Meskipun demikian masih ditemukan gejala sisa di replete area.
Walaupun begitu dengan dosis yang diberikan sekarang ini, dan dengan kriteria beratnya
masalah dinilai dari prevalensi anak sekolah, masih cukup banyak ibu hamil yang rawan
GAKI bagi anak yang dikandungnya. KIE. Penanggulangan GAKI sering dilupakan orang
adalah KIE ini. Meskipun nampaknya sebab GAKI telah diketahui dan juga sarana
pencegahannya dikuasai, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Dalam bidang
public health, litbang gizi telah melihat berbagai aspek baik dalam hubungannya dengan
program pencegahan gangguan gizi lain, misalnya kadar yodium dalam ASI ibu menyusui
yang mendapat yodiol, kestabilan yodium dalam garam di pelbagai masakan Indonesia dan
pengaruh yodium tinggi pada reaksi vaksinasi.
Berhasil tidaknya upaya penanggulangan masalah GAKY di masyarakat, di samping sistem
penanggulangan sendiri di tingkat program, tidak kalah pentingnya adalah masalah
lingkungan dan sosial budaya yang ada di masyarakat.
Secara terperinci, menjelaskan bahwa dampak kekurangan yodium, di samping kretin
endemik adalah (1) kemampuan mental dan psikomotor berkurang (2) angka kematian
perinatal meningkat, demikian gangguan perkembangan fetal dan pasca lahir (3)
hipotiroidisme neonatal banyak ditemukan di daerah dengan endemik berat (4) pada
penduduk normal ditemukan hipotiroidisme klinis dan biokimiawi (5) di daerah gondok
endemic kadar yodium air susu ibu lebih rendah dibandingkan dengan daerah non endemic
(0,44 vs 10,02 ug/dl) (6) pada otak terlihat kalsifikasi ganglion basal, hipofisis membesar,
tetapi arti klinik belum diketahui (7) terdapat minimal brain damage di daerah yang terkesan
sudah iodine replete, dengan IQ point yang terlambat 10-15 point meskipun status tiroid
sudah kembali normal (8) ada keterlambatan per-kembangan fisik anak, misalnya lambatnya
mengangkat kepala, tengkurep, berjalan, hiporefleksi, strabismus konvergen, hipotoni otot.
Upaya Preventip Terkait dengan Sosial Budaya
Setelah melalui pengkajian yang seksama baik dari segi teknis maupun operasional,
ditetapkan bahwa garam merupakan bahan makanan yang paling cocok dan memenuhi
kriteria untuk dilakukan fortifikasi.
Di Indonesia, penggunaan garam beryodium dengan kadar yodium 40 ppm, dengan
anggapan konsumsi garam 10 gram sehari, sehingga konsumsi 400 g potassium iodine per
hari dan ini sesuai dengan 237 gram iodide.
Konsumsi dalam keluarga juga dipengaruhi oleh faktor persepsi dan aseptasi terhadap
penanggulangan kekurangan yodium dalam masyarakat.
Persepsi merupakan hasil proses pengamatan yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi
dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, wawasan, pemikiran dan
pengetahuannya. Proses pembentukan persepsi meliputi proses konseptualisasi dan
abstraksi.
Pada tahap ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan, bahasa
merupakan alat untuk menyederhanakan dan mengkategorisasikan berbagai stimulus yang
sampai kepada individu. Melalui bahasa, kognisi individu dan segala sesuatu digambarkan
dan dikomunikasikan. Proses kognisi akan mempengaruhi pembentukan persepsi. Reaksi
tiap individu terhadap seseorang atau segala sesuatu yang ada di sekitarnya dibentuk oleh
apa yang dia lihat atau dunia kognisinya.
Sebenarnya Health Belief Model dikembangkan dari teori perilaku, yang antara lain
berasumsi bahwa perilaku seseorang tergantung pada: (1) nilai yang diberikan individu pada
suatu tujuan; dan (2) perkiraan individu terhadap kemungkinan bahwa perilakunya akan
dapat mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan hasil temuan di Jawa Tengah diketahui bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap lipiodol suntik dan garam beryodium sangat rendah. Pada umumnya

responden dalam studi tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% belum pernah
mendengar suntikan lipiodol baik di daerah gondok endemik sedang maupun berat.
Rendahnya pemahaman mengenai kapsul yodium disebabkan karena rendahnya
pelaksanaan penyuluhan akan manfaat kapsul yodium di dalam masyarakat. Penggunaan
garam beryodium dalam rangka iodisasi juga ada masalah, mengingat bahwa penguapan
kadar yodium dalam garam menyebabkan turunnya kadar yodium. Tidak satupun
kebudayaan di dunia ini yang bebas dari pantangan terhadap makanan tertentu. Biasanya
pantangan tersebut diberlakukan terhadap golongan masyarakat atau individu berdasarkan
umur, jenis kelamin, agama, yang ada di dalam sistem sosial.
Ibu yang sedang hamil atau menyusui merupakan individu yang biasanya diberlakukan
terhadap pantangan makanan yang sukar diterangkan secara alamiah yang akan
berpengaruh pada bayi. Biasanya jenis makanan yang dilarang adalah susu, telur, ikan asin,
ikan segar, dan sebagainya. Ikan, susu, telur, merupakan makanan sumber protein yang
sangat baik dan diperlukan bagi ibu hamil maupun menyusui.
Penilaian Masalah GAKY di Indonesia
Hasil survei nasional membuktikan bahwa status GAKY di sebagian besar daerah di
Indonesia membaik secara nyata. Kriteria diatas didasarkan atas TGR anak sekolah, namun
TGR wanita hamil selalu lebih tinggi. TGR anak sekolah yang baik (non-endemik / ringan)
belum menjamin bahwa wanita hamil di daerah tersebut bebas dari rawan GAKY, untuk ini
diperlukan tolok ukur tambahan. Di daerah lain ( Maluku, NTB, NTT dsb) masih termasuk
endemi berat. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gondok ini, tetapi faktor utama
masih tetap defisiensi yodium.
Faktor-faktor yang Dianggap Berkaitan dengan Kejadian Gondok pada Siswa SD di Daerah
Dataran Rendah
Spektrum GAKY seluruhnya terdiri dari gondok dalam pelbagai tingkat (stadium), kretin,
terhambatnya pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa,
kejadian lahir mati meningkat, demikian juga dengan kematian bayi. Kekurangan unsur
Iodium terutama dipengaruhi faktor lingkungan yang keadaan tanah dan airnya amat miskin
unsur iodium, akibatnya penduduk yang tinggal di daerah tersebut akan selalu kekurangan
iodium. Di Jawa Timur, penanggulangan GAKY merupakan prioritas utama dalam
penanggulangan masalah gizi. Masalah GAKY di Jawa Timur berdasarkan survei GAKY
nasional yang dilakukan pada tahun 1998, prevalensi gondoknya cukup tinggi (16,3 %).
Prevalensi GAKY Berdasarkan Hasil Palpasi Kelenjar Gondok
Pemeriksaan kelenjar gondok (palpasi) dilakukan pada seluruh anak SD Negeri Kejayan I
(kelas 1 sampai dengan kelas 6) sejumlah 203 (dua ratus tiga) anak sesuai jumlah yang
hadir.
Sebagian besar anak yang menjadi sampel (97,96%) adalah penduduk asli di daerah
penelitian (tinggal di daerah penelitian sejak lahir) dan hanya 2,04% yang bukan berasal
dari daerah penelitian, namun mereka sudah tinggal di daerah penelitian selama minimal 7
(tujuh) tahun. Sebagian besar anak (55,10%) berada pada kisaran umur 11 12 tahun,
dengan ratarata umur 10,86 tahun dan SD = 1,21. Berdasarkan jenis kelamin 36,7% laki-laki
dan 63,3% perempuan. Semua anak (100%) tidak pernah mendapat suntikan lipiodol.
Sebagian besar (91,8%) anak pernah mendapat kapsul minyak beriodium, hanya 8,2% tidak
pernah mendapat kapsul minyak beriodium.
Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Goitrogenik
Diketahui bahwa sebagian besar anak (73,5%) di daerah penelitian tidak pernah
mengkonsumsi ikan tawar basah dan 100% anak SD juga tidak mengkonsumsi ikan tawar
kering (dalam satu tahun terakhir). Ikan laut basah hanya dikonsumsi kurang dari tiga kali
per minggu (18,4%) dan dikonsumsi 3-5 kali per minggu (4,1%). Hanya 12,2% anak SD
mengkonsumsi ikan laut basah dalam frekuensi 1 kali per hari, 6,1% mengkonsumsi 2 kali
sehari dan 4,1% mengkonsumsi 3 kali sehari. Tampaknya ikan laut basah/segar belum
masuk dalam pola konsumsi harian anak SD. Faktor lain yang diduga ikut berperan dalam
menimbulkan kejadian gondok adalah miskinnya Iodium dalam air minum (dan tanah) 22.
Sumber air minum keluarga pada umumnya (40,8%), berasal dari Air PAM, mata air (34,8%)
dan 20,4 % air sumur. Sebelum mengkonsumsi air minum pada umumnya responden

(65,3%) merebus air sampai mendidih. Berdasarkan palpasi kelenjar gondok, ditemukan
Total Goiter Rate sebesar 23,65% dan Visible Goiter Rate sebesar 0,98%, daerah penelitian
tergolong daerah endemik sedang. Bila ditinjau dari nilai median Iodium urin (253 ug/l),
maka daerah penelitian belum termasuk daerah endemik gondok (masih di atas 100 ug/l).
Perlu dilakukan upaya membudayakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) agar anak SD
dapat memenuhi kecukupan gizinya, terutama meningkatkan konsumsi pangan sumber
energi dan Iodium yang masih kurang dari kecukupan yang dianjurkan.
Diperkirakan prevalensi gondok dunia adalah 12%. Dari 5 milyar lebih penduduk dunia,
sebanyak 38% atau sekitar 2.2 milyar penduduk berisiko kekurangan iodium karena
bertempat tinggal di daerah kekurangan iodium dimana TGR lebih dari 5%.
Data yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa dari 6 milyar lebih penduduk 159 negara,
sekitar 50% kekurangan iodium dan 3% kelebihan iodium.
Daerah basis kekurangan iodium di Indonesia ditemukan di seluruh kepulauan mulai dari
Sumatera di bagian barat hingga Papua di bagian timur. Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKY) di masa lalu identik dengan gondok yaitu pembesaran kelenjar tiroid.
Total Goiter Rate
TGR anak sekolah untuk tingkat nasional tahun 1996/1998 adalah 9.8% sedangkan tahun
2003 adalah 11.1%. Propinsi dengan TGR tertinggi tahun 1996/1998 maupun tahun 2003
adalah Maluku yaitu 33.39% dan 31.6%. Propinsi dengan TGR yang terendah tahun
1996/1998 adalah Riau yaitu 1.1% sedangkan tahun 2003 Sulawesi Utara yaitu 0.7%.
Intensitas dari kekurangan yodium dapat dilihat dari pembesaran kelenjar gondok.
Hubungan TGR Anak Sekolah dengan Konsumsi Garam Beriodium Rumah Tangga Hubungan
antara TGR dan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dalam suatu
daerah adalah negatip, berarti semakin tinggi proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi
garam beriodium semakin rendah TGR.
Indikator TGR telah sejak lama digunakan di Indonesia dalam survei maupun sebagai dasar
penetapan kebijakan program penanggulangan GAKY. TGR tidak menunjukkan penurunan
dalam 1998-2003 walaupun dilaksanakan program penanggulangan intensif. Masalah yang
sering dijumpai pada palpasi kelenjar tiroid adalah inter-observervariation (variasi antar
palpator) demikian juga nilai sensitivitas dan spesifisitas. Sebagian pakar dan lembaga yang
kompeten di bidang GAKY yang tidak lagi merekomendasikan penggunaan indikator TGR
untuk memantau kemajuan eliminasi GAKY.
Faktor yang Berhubungan dengan Ketersediaan Garam Beryodium di Rumah Tangga: Sebuah
Studi Kasus di Probolinggo.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden memilih atau menyediakan bentuk
garam beryodium dengan alasan beryodium penting bagi kesehatan sebesar 67,2%.
Responden yang tidak pernah membeli atau menyediakan garam beryodium sebesar 32,8%.
Diantara 32,8% responden yang tidak pernah membeli atau menyediakan garam beryodium
tersebut beralasan: karena hanya tersedia bentuk garam itu saja (42,9%), harga garam
beryodium lebih mahal (19,0%) dan dengan alasan tidak tahu (28,6%). Adapun tempat
membeli garam konsumsi sehari-hari responden adalah toko/warung dekat rumah (98,4%)
dan dari tambak sebesar 1,6%.
Sebagian besar pedagang garam setuju jika garam non yodium tidak beredar di pasaran
(66,7%) atau ada peraturan larangan menjualnya (83,3%). Oleh karena garam non yodium
banyak beredar di pasaran dan dengan alasan untuk memenuhi permintaan konsumen,
maka sebagian besar pedagang juga menyediakan garam non yodium (terutama dalam
bentuk krosok). Sebagian besar pedagang sebenarnya sudah mendengar dan mengetahui
manfaat garam beryodium, yaitu: untuk mencegah gondok (76,7%).
Tingkat pengetahuan responden tentang garam beryodium masih kurang. Sikap responden
terhadap ketersediaan garam beryodium di rumah tangga sebagian besar mendukung,
namun karena pada umumnya pedagang masih menyediakan garam non yodium di tingkat
pasar, maka hal ini berdampak pada rendahnya ketersediaan garam beryodium di tingkat
rumah tangga. Hanya sebesar 34,8% garam di tingkat pasar kan-dungan yodiumnya cukup,
Warung/toko yang termasuk kriteria baik hanya 20%. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan
garam yodium di tingkat pasar kurang. Tingkat pendidikan responden, tingkat pengetahuan

dan sikap responden tentang garam beryodium serta ketersediaan garam beryodium di
tingkat pasar berhubungan dengan ketersediaan garam beryodium di tingkat rumah tangga.
Sumber Jurnal: Internet
Djoko Kartono, dkk. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 5, N0; 1 April 2006. Indikator Total Goiter Rate
(TGR) Anak Sekolah Sebagai Dasar Kebijakan Program GAKY di Indonesia.
Triyono dan Inong Retno Gunanti. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 3, N0; 1-3 April, Agustus dan
Desember 2004. Identifikasi Faktor yang Diduga Berhubungan dengan Kejadian Gondok
pada Anak Sekolah Dasar di Daerah Dataran Rendah.
Sri Rusminah dan Inong Retno Gunanti. Jurnal GAKY Indonesia. Faktor yang Berhubungan
dengan Ketersediaan Garam Beryodium di Tingkat Rumah Tangga.
R. Djokomoeljanto. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 3, N0; 1 Desember 2002. Evaluasi Masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia.
R. Djokomoeljanto, dkk. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 1, N0; 1 April 2002. Aspek Sosio-Kutural
Pada Program Penanggulangan GAKY.
R. Djokomoeljanto. Jurnal GAKY Indonesia. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium:
Pengamatan Selama Seperempat Abad Terbukanya Kemungkinan Penelitian.
http://gudangmadu.blogspot.com/2008/06/gangguan-akibat-kekurangan-yodium.html
GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium)

Apa itu GAKY ?


Sekumpulan gejala ditimbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara
terus-menerus dalam waktu cukup lama.
Berdasarkan survei GAKY tahun 2001 Bondowoso termasuk daerah endemik sedang,
dengan TGR 22,04%.
TGR (Total Goitre Rate) adalah angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan
seluruh stadium pembesaran kelenjar gondok, baik yang teraba, maupun terlihat.
Apa itu Yodium ?
Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air,
merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup.
Yodium diperlukan tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari
janin sampai dewasa.
Apakah Garam Beryodium ?
Garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk membuat
hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan kecerdasaan.
Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 80 ppm.
Faktor-faktor penyebab GAKY
Keadaan geografis dan lingkungan
Kandungan yodium dalam tanah sedikit karena adanya erosi, overeksploitasi tanah,
struktur tanah.
Zat goitrogenik (penggangu)
1.
Zat goitrogen alamiah yaitu; lignamarin (pada ubi kayu), getah (pada labu siam),
kulit ari kacang tanah, Kubis, dan belerang.
2.
Pencemar yaitu; Kelebihan pupuk urea, kelebihan pestisida, Bakteri Coli, Limbah
industri dan rumah.

Pada Anak-anak

Kemunduran mental.

Bodoh.

Akibat GAKY

Gangguan sistem otak.


Gangguam bicara, tuli.
Gangguan pertumbuhan (cebol).
Lemah.
Pembesaran Kelenjar.

Pada Ibu Hamil

Keguguran.

Bayi lahir mati.

Bayi meninggal sebelum umur 1 tahun.

Pertumbuhan otak mengakibatkan kretein (bisu, tuli, cebol).


Pada Orang Dewasa

Pembesaran kelenjar gondok.

Lemas dan cepat lelah.

Produktifitas rendah
Akibat lebih luas dari GAKY adalah gangguan / kelainan sistem syaraf (otak) yang
selanjutnya mempunyai dampak terhadap kecerdasaan, perkembangan sosial dan ekonomi
Klasifikasi Tingkat Pembesaran Gondok
Tingkat Ringan

Keindahan / kecantikan menurun.

Pembesaran kelenjar gondok.


Tingkat Sedang

Pembesaran kelenjar gondok.

Cepat lelah.

Menstruasi tidak teratur.

Gangguan Kesuburan.

Keguguran.
Tingkat Berat

Pembesaran kelenjar gondok.

Perkembangan mental menurun.

Tuli / Bisu.

Gangguan Pertumbuhan.

Gangguan Syaraf Penggerak.

Gangguan syaraf mata.


Pembesaran kelenjar gondok, dapat diketahui dengan cara palpasi (meraba sekitar leher
dengan menggunakan jari apakah terdapat benjolan atau tidak).
Usaha Penanggulangan GAKY

Jangka Panjang
1.

Penggunaan garam beryodium. Program ini dirintis sejak tahun 1975

2.
Iodisasi air minum
Jangka Pendek
Pemberian kapsul minyak beryodium kepada penduduk terutama yang tinggal di daerah
(desa) endemik berat dan sedang yang dimulai pada tahun 1992.

Sasaran dan Dosis Pemberian

Wanita usia subur


= 2 kapsul/tahun
Ibu Hamil
.
= 1 kapsul/masa ibu hamil
Ibu Meneteki.
= 1 kapsul / selama masa nifas
Anak SD/MI (kelas 1-6)
= 1 kapsul / tahun
Cara pemberian kapsul beryodium

Pemberian sesuai dengan dosis yang dianjurkan dengan cara yang ditelan.
Untuk yang tidak bisa di telan dengan cara kapsul ditusuk dengan jarum pentul,
dipencet dan isinya langsung dimasukkan dalam mulut sasaran.
Berapa Banyak Garam Beryodium yang dianjurkan setiap hari ?

Dianjurkan setiap orang mengkonsumsi garam beryodium sekitar 6 gram atau satu
sendok teh setiap hari.
Dalam kondisi tertentu, dimana keringat keluar berlebihan, dianjurkan untuk
mengkonsumsi garam beryodium 2 sendok teh per hari.
Seseorang yang harus mengurangi konsumsi garam beryodium walaupun dalam
konsumsi sedikit dan dianjurkan mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya akan
yodium seperti ikan, udang, ganggang laut, kerang-kerangan.

Bagaimana cara menyimpan garam yodium yang benar ?


w
w

Disimpan dalam wadah yang kering dan tertutup rapat.


Letakkan di tempat yang sejuk, sebaiknya jauhkan dari panas api dan
hindari sinar matahari langsung.
w
Gunakan sendok yang kering untuk mengambil garam.
w
Tutup kembali wadah dengan baik setiap kali pengambilan garam.
Bagaimana mengetahui garam yang dibeli beryodium ?
w
w
w

Pada kemasan garam beryodium harus tertera tulisan garam beryodium.


Pengujian mutu garam beryodium menggunakan cairan uji Iodina.
Pengujian mutu garam beryodium secara sederhana menggunakan cairan iodina test
dan tradisional menggunakan ; singkong segar, garam yang akan diuji, asam cuka 25%.

Vitamin A bukan hanya berguna untuk mencegah kebutaan, tapi sanggup memicu
pertumbuhan balita dan sebagai menangkal radikal bebas.
Vitamin A juga penting untuk pemeliharaan rambut dan kulit serta berguna membantu
hormon yang berperan dalam proses reproduksi.
Dulu orang menduga bahwa untuk mencapai gizi normal, tubuh hanya memerlukan protein,
lemak, karbohidrat, dan mineral. Pendapat itu berlangsung terus, sampai akhirnya di awal
abad ke-20, seorang ahli membuktikan bahwa orang tidak dapat hidup normal hanya
dengan zat-zat gizi tersebut.
Pada tahun 1911 diusulkan suatu zat pelengkap yang disebut vitamin. Vitamin adalah zat
organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit, tapi sangat dibutuhkan dalam
usaha mempertahankan gizi normal.
Semua mahkluk hidup membutuhkan vitamin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tumbuh-tumbuhan dapat mensintesis sendiri vitamin untuk memenuhi kebutuhannya,
sedangkan manusia dan hewan mendapatkan hampir semuanya dari makanan.
Dalam beberapa hal, tubuh manusia dapat membuat vitamin, misalnya dari provitamin A
(karoten) yang diubah menjadi vitamin A. Ada juga beberapa vitamin yang dapat disintesis
dengan pertolongan bakteri yang terdapat di dalam usus manusia.

Vitamin dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu yang larut di dalam air dan
lemak. Contoh vitamin yang larut di dalam air adalah B kompleks dan C, sedangkan yang
larut lemak vitamin A, D, E, dan K. Dari semua vitamin tersebut, vitamin A paling banyak
menimbulkan masalah.
Salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi penduduk Indonesia dewasa ini adalah
kekurangan vitamin A (KVA). Vitamin A merupakan vitamin yang paling tua dipelajari,
terutama dalam hubungannya dengan masalah kebutaan.
Multimanfaat
Secara garis besar, manfaat vitamin A adalah sebagai berikut:
1.
Proses penglihatan. Vitamin A dalam bentuk retinal akan bergabung dengan opsin
(suatu protein) membentuk rhodopsin, yang merupakan pigmen penglihatan. Adanya
rhodopsin itulah yang memungkinkan kita dapat melihat. Rendahnya konsumsi
menyebabkan menurunnya simpanan vitamin A di dalam hati dan kadarnya di dalam
darah. Akibat lebih lanjut adalah berkurangnya vitamin A yang tersedia untuk retina.
2.
Mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas). Sistem kekebalan membantu
mencegah atau melawan infeksi dengan cara membuat sel darah putih yang dapat
menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya. Vitamin A dapat membantu
limposit (salah satu tipe sel darah putih) untuk berfungsi lebih efektif dalam melawan
infeksi.
3.
Mencegah kebutaan. Defisiensi vitamin A menyebabkan kelenjar tidak mampu
mengeluarkan air mata, sehingga film yang menutupi kornea mengering. Selanjutnya
kornea mengalami keratinisasi dan pengelupasan, sehingga menjadi pecah. Infeksi
tersebut menyebabkan mata mengeluarkan nanah dan darah. Dampak lebih lanjut
adalah munculnya titik bitot (putih pada bagian hitam mata) serta terjadi gangguan
yang disebut xerosis conjunctiva, xerophthalmia, dan buta permanen.
4.
Menangkal radikal bebas. Vitamin A dan betakaroten terbukti merupakan antioksidan
yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas untuk mencegah timbulnya
berbagai penyakit kronis, seperti jantung dan kanker.
5.
Memicu pertumbuhan. Defisiensi vitamin A menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan karena gangguan pada sintesis protein. Gejala ini sering tampak pada
anak balita. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa proses
pertumbuhan akan terhenti jika kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi.
6.
Memelihara kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan. Defisiensi atau
kekurangan vitamin A menyebabkan sel-sel epitel tidak mampu mengeluarkan mucus
(lendir) dan membentuk cilia (semacam rambut) untuk mencegah akumulasi bahan
asing pada permukaan sel. Karena itu, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan infeksi
saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
7.
Membentuk dan memelihara pertumbuhan tulang dan gigi. Defisiensi vitamin A
terbukti dapat menghambat pemanjangan tulang dan terbentuknya gigi yang sehat.
Karena itu, kecukupan konsumsi vitamin A sangat penting diperhatikan untuk anakanak yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
8.
Memelihara kesehatan kulit dan rambut. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan
kulit dan rambut menjadi kasar dan kering.
9.
Mendukung proses reproduksi. Vitamin A diperlukan dalam produktivitas hormon
steroid (hormon seks) dan proses spermatogenesis (pembentukan sel sperma) yang
sangat vital dalam proses pembuahan sel telur untuk menghasilkan keturunan. Karena
itu, defisiensi vitamin A menyebabkan kemandulan.
Penyakit Infeksi
Gejala awal dari defisiensi vitamin A adalah anak tidak lagi dapat melihat dengan jelas di
sore hari, disebut sebagai buta senja. Tahapan selanjutnya jika defisiensi vitamin A terus
berlanjut adalah xerosis konjungtiva (bagian putih mata kering, kusam, tidak bersinar),
bercak bitot (bercak seperti busa sabun), xerosis kornea (bagian hitam mata kering, kusam,
dan tidak bersinar), keratomalasia (sebagian dari hitam mata melunak seperti bubur),
ulserasi kornea (seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur), xeroftalmia scars (bola
mata mengecil atau mengempis), dan akhirnya menjurus buta permanen

Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar setelah katarak.


Defisiensi vitamin A tingkat sedang dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan
sistem imunitas (kekebalan) terhadap serangan penyakit infeksi.
Di dunia, sekarang ini sekitar 40 juta anak-anak menderita defisiensi vitamin A dan 13 juta
anak menunjukkan gejala klinis gangguan pada mata. Sekitar sepertiga kematian anak-anak
juga disebabkan oleh kekurangan vitamin A.
Di Indonesia, sekitar separuh anak balita menunjukkan defisiensi vitamin A subklinis
(Malaspina, 1998). Selain itu, paling sedikit tiga juta anak di seluruh dunia menderita
xeropthalmia yang dapat merusak kornea mata, dan 250.000 sampai 500.000 menderita
buta setiap tahunnya akibat defisiensi vitamin A.
Kebanyakan penderita tinggal di negara-negara sedang berkembang. Dari berbagai studi
terungkap bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan seperempat dari kematian anak di
negara berkembang.
Di dunia, tidak kurang dari dua juta anak meninggal setiap tahun karena kekurangan vitamin
A. Hal tersebut terjadi karena selain menyebabkan kebutaan, kekurangan vitamin A juga
menurunkan daya pertahanan tubuh.
Dengan kondisi seperti itu, anak-anak akan mudah terserang penyakit infeksi, seperti
campak, diare, dan tuberkulosa paru. Padahal, konsumsi vitamin A yang cukup akan
meningkatkan sistem imun tubuh, sehingga terhindar dari penyakit tersebut.
Penyebab utama defisiensi vitamin A adalah konsumsi yang kurang pada makanan seharihari. Penyebab lainnya adalah meningkatnya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi pada
kondisi fisiologis tertentu (seperti ketika sedang hamil dan menyusui), terganggunya proses
penyerapan (malabsorpsi), atau diare dan penyakit liver kronis.
Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A dapat dibedakan atas preformed vitamin A (vitamin A bentuk jadi) dan
provitamin A (bahan baku vitamin A). Vitamin A bentuk jadi atau retinol bersumber dari
pangan hewani, seperti daging, susu dan olahannya (mentega dan keju), kuning telur, hati
ternak dan ikan, minyak ikan (cod, halibut, hiu).
Provitamin A atau korotenoid umumnya bersumber pada sayuran berdaun hijau gelap
(bayam, singkong, sawi hijau), wortel, waluh (labu parang), ubi jalar kuning atau merah,
buah-buahan berwarna kuning (pepaya, mangga, apricot, peach), serta minyak sawit merah.
Sayangnya, pada proses pengolahan lebih lanjut, banyak betakaroten yang hilang, sehingga
kadarnya hanya tinggal sedikit pada minyak goreng.
Betakaroten merupakan provitamin A yang paling efektif diubah oleh tubuh menjadi retinol
(bentuk aktif vitamin A). Karotenoid lainnya, seperti lycopene (tomat dan semangka),
xanthopyl (kuning telur dan jagung), zeaxanthin (jagung), serta lutein, walaupun memiliki
aktivitas untuk peningkatan kesehatan, bukan merupakan sumber vitamin A.
Tergantung Lemak
Tingkat penyerapan vitamin A oleh tubuh, antara lain dipengaruhi oleh konsumsi lemak dan
sumber bahan pangannya. Dalam kondisi konsumsi lemak yang tepat, tingkat penyerapan
vitamin A asal hewani dapat mencapai sekitar 80 persen.
Kemampuan penyerapan karotenoid sangat tergantung pada keberadaan garam empedu,
umumnya mencapai sekitar separuh dari penyerapan vitamin A asal hewani. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber vitamin A hewani jauh lebih baik daripada
nabati.
Mengingat tingkat penyerapan vitamin A sangat tergantung pada kecukupan konsumsi
lemak, upaya pengolahan sayuran menjadi sayur bersantan (sayur bobor atau lodeh) dan
yang ditumis dengan sedikit minyak (oseng-oseng) akan jauh lebih baik dibandingkan
dengan sayur bening atau lalap. Diet rendah lemak yang terlalu ketat, karena alasan takut
kegemukan atau untuk menghindari penyakit jantung, perlu ditinjau ulang.
Kehadiran lemak dalam makanan sehari-hari tetap diperlukan untuk menjaga kesehatan
tubuh. Yang perlu diperhatikan adalah jenis dan jumlah lemak dalam menu harian. Lemak
dengan kandungan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA), lebih bermanfaat bagi kesehatan
daripada lemak dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi.

Kontribusi lemak dalam makanan sebaiknya tidak melebihi 30 persen total kebutuhan energi
per hari. Sumbangan energi terbesar tetap diharapkan berasal dari karbohidrat, yaitu sekitar
50-60 persen total kebutuhan energi, sisanya protein, yaitu sekitar 10-20 persen. @ Prof.
DR. Ir. Made Astawan, MS Dosen di Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IP
Cegah
Kekurangan
Vitamin
A
Gizi.net - Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) gizi merupakan
salah satu faktor penentunya. Kekurangan gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan
fisik dan perkembangan kecerdasan. Itu juga termasuk kurangnya vitamin A pada anakanak.
''Gangguan terjadi pada fisik, menurunkan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja,
dan daya tahan tubuh. Itu berakibat pada peningkatan angka kesakitan dan angka
kematian,'' ujar Dirjen Bina Kesehatan Masyarat Depkes, Prof Dr Azrul Azwar di Jakarta,
beberapa
waktu
lalu.
Menurut Azrul, kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin masih
dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Saat ini
masalah gizi utama di Indonesia yang perlu ditanggulangi adalah gangguan akibat
kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), anemia gizi besi (AGB), dan kurang
energi
protein
(KEP).
''Keempat masalah gizi tersebut banyak diderita oleh golongan rawan terutama bayi,
balita, wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu nifas. Di samping itu, masalah gizi
cenderung
lebih
meningkat,
terutama
di
perkotaan,''
sambungnya.
Di Indonesia sekitar 10 juta balita, dari jumlah populasi target sebesar 20 juta balita,
berisiko KVA. Prevalensi KVA, menurut survei vitamin A tahun 1992, antara lain
pada xerophtalmia sebesar 0,33 persen. Namun, secara subklinis, prevalensi KVA
terutama pada kadar serum retinol dalam darah (kurang dari 20 mikrogram/DL) pada
balita
sebesar
50
persen.
Vitamin A merupakan zat gizi yang diperlukan manusia agar proses fisiologis dalam
tubuh berlangsung secara normal. Vitamin A penting untuk pertumbuhan sel,
meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan,
dan
mencegah
pertumbuhan
sel-sel
kanker.
Sekitar 40-60 persen konsumsi vitamin A berasal dari makanan sehari-hari. Sisanya
harus dipenuhi dari luar. Depkes bekerja sama dengan Helen Keller Indonesia (HKI)
menanggulangi KVA bagi balita 6-59 bulan. Ini dilakukan dengan pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita, dan ibu nifas. Vitamin A diberikan dua kali
setahun dengan dosis 100.000 IU (bayi 6 bulan) dan 200.000 IU (anak 12-59 bulan dan
ibu
nifas).
Survei pada 1972 mengidentifikasi kasus-kasus KVA di Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalem. Survei nasional pada xerophtalmia pertama pada 1978 menunjukkan
angka xerophtalmia di Indonesia sebesar 1,34 persen atau sekitar hampir tiga kali lebih
tinggi
dari
ambang
batas
yang
ditetapkan
WHO
(x1b<0,5%).
Pada 1992 prevalensi KVA mampu diturunkan secara berarti dari 1,34 persen menjadi
0,33 persen. Artinya, xeropthalmia di Indonesia tak lagi merupakan masalah kesehatan
masyarakat.
Penanggulanan KVA dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kasus-kasus gizi
mikro. Atas keberhasilan tersebut pada 1994 Indonesia memperoleh piagam Helen Keller
Award.

Sumber: www.republika.co.id/ASP/online_detail.asp?id=171140&kat_id=255
AntriDong.Com - Bogor: Dr. Drajat Martianto, staf pengajar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
(FEMA) IPB, masih ada 2 milyar orang di dunia yang mengalami defisiensi zat besi, sebanyak 1,6 milyar defisiensi
iodine dan 0,8 milyar orang defisiensi vitamin A. Dampaknya mengurangi IQ, energi dan daya tahan tubuh melemah.
Yang lebih mengejutkan lagi, 4000 balita di dunia meninggal karena kekurangan vitamin A. Di Indonesia sendiri, 1
dari 2 anak balita kemungkinan besar mengalami Kurang Vitamin A (KVA).
Lebih dari 100 juta orang Indonesia mengalami defisiensi zat gizi dan 10 juta balita mengalami KVA. KVA adalah
ancaman daya saing bangsa. Bila ada krisis ekonomi maka KVA cenderung meningkat, ujarnya saat menjadi
narasumber dalam Diskusi Ilmiah Kelayakan Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Goreng yang di gelar Seafast Center
LPPM IPB di Ruang Belimbing Seafast Center Kampus IPB Baranang Siang
Menurutnya, target pemerintah pada 2015 tercapai defisiensi anemia, eliminate defisiensi Vitamin A dan defisiensi
Iodine. Beberapa langkah yang perlu dilakukan yakni dengan diversifikasi konsumsi pangan, uplementasi vit A dosis
tinggi (kapsul merah dan kapsul biru) dan fortifikasi pangan.
Menurutnya kapsul yang diedarkan itu hanya mampu memenuhi kebutuhan vitamin A selama 3 bulan. Walaupun
pemerintah sudah mengupayakan dengan pemberian kapsul vitamin A, menurut pakar Gizi dari Puslitbang Gizi
Bogor, masih ada 15% penduduk Indonesia yang kurang vitamin A.
Pemberian kapsul setiap 6 bulan sekali sangat membebani pemerintah karena harganya yang sangat mahal. Selain
itu, jika tidak dicari alternatif lain, kita akan terus bergantung pada industri farmasi, ujarnya. Oleh karenanya
pelaksanaan fortifikasi vitamin A pada minyak goreng diharapkan mampu bertahan lebih lama dari itu.
Sebenarnya dalam Crude Palm Oil (CPO) yang belum mengalami proses pembeningan (bleaching) banyak
mengandung beta karoten (sumber vitamin A). Namun harganya mahal karena teknologi untuk mempertahankan
beta karoten pada minyak goreng relatif mahal. Selain itu, minyak dengan kadar beta karoten yang tinggi
memmberikan after taste yang kurang diminati konsumen (getir), jelas Dr. Drajat.
Lalu, layakkah minyak goreng (lebih ditekankan kepada minyak curah) untuk difortifikasi dengan vitamin A?.
Sebanyak 70% minyak yang dikonsumsi masyarakat adalah minyak curah karena jumlah produsennya yang relatif
besar.
Dr. Drajat sudah melakukan penelitian tentang kelayakannya. Hasilnya minyak goreng berfortifikasi mempunyai umur
simpan sampai 6 bulan. Sampai penggorengan ketiga kalinya, 60-70% vitamin A-nya masih bisa dipertahankan.
Dari survei rumah tangga yang kita lakukan, umumnya pemakaian minyak goreng ibu-ibu rumah tangga 2-3 kali
sehingga kekhawatiran kehilangan banyak vitamin A bisa berkurang. Bila harga minyak per kilo nya Rp.9000,- maka
biaya tambahan untuk fortifikasi hanya 0,36%nya. Jika ditambah dengan biaya lainnya maka menjadi Rp. 50 sampai
Rp 60 sekitar 0,5% kenaikannya, ujarnya.
Pelaksanaan program fortifikasi vitamin A pada minyak goreng pada tahun 2011 perlu di dukung semua pihak.
Dalam diskusi hadir Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerjasama, Dr.Ir. Anas Miftah Fauzi, Prof. Soekirman, (Guru
Besar Ilmu Gizi IPB, yang juga Ketua Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI)), Kepala Seafast Center, Prof.Dr. Purwiyatno
Hariyadi, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Dr.Ir. Dahrul Syah, mantan Rektor yang juga staf pengajar
di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Prof. Aman Wirakartakusuma serta peneliti-peneliti IPB di bidang
pangan dan gizi. (dio)

KRETINISME

Posted on 31 March 2009 by chapurple


1.
DEFINISI
Hipotiroid merupakan suatu keadaan klinik yang ditandai dengan menurunnya sekresi dari salah satu
atau kedua hormontiroid yang terjadi akibat berbagai kelainan struktur dan fungsional. Keadaan ini
merupakan suatu gangguan kelenjar endokrin yang biasanya terjadi sejak janin maupun pada masa
kanak-kanak. Salah satu akibat dari kurangnya hormone tiroid dalam tubuh dapat mengakibatkan
pertumbuhan yang lambat dengan perawakan pendek (cebol) atau disebut kretinisme.

2.
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
a)
Bawaan (kretinisme)
1)
Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
2)
Kelainan hormogenesis :
a.
Kelainan bawaan enzim (inborn error)
b.
Defisiensi iodium (kreatinisme endemic)
c.
Pemakaian obat-obatan anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
b)
Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang sebelumnya
normal. Penyebabnya ialah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Idiopatik (autoimunisasi)
Tiroidektomi
Tiroiditis (Hashimoto, dll)
Pemakaian obat anti tiroid
Kelainan hipofisis
Defisiensi spesifik TSH
Penyebab paling sering dari kekurangan hormone tiroid adalah akibat kurangyna bahan baku
pembuat. Bahan baku terpenting untuk produksi hormone tiroid adalah yodium. Kretinisme dapat
terjadi bila kekurangan berat unsur yodium terjadi selama masa kehamilan hingga tiga tahun pertama
kehidupan bayi.hormon tiroid bekerja sebagai penentu utama laju metabolic tubuh keseluruhan,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi saraf. Sebenarnya gangguan pertumbuhan timbul
karena kadar tiroid yang rendah mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan, hanya saja ditambah
gangguan lain terutama pada susunan saraf pusat dan saraf perifer. Bila kekurangan hormone tiroid
terjadi sejak janin, maka gejalanya adalah retardasi mental (IQ rendah) disertai salah satu atau kedua
gejala dibawah ini :
1)
gangguan pendengaran (kedua telinga dan nada tinggi) dan gangguan wicara, gangguan
cara berjalan (seperti orang kelimpungan) ,mata juling, cara berjalan yang khas, kurangnya massa
tulang, terlambatnya perkembangan masa pubertas dll.
2)
cebol dan hipotiroidisme
3.
PATOFISIOLOGI
Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara kontinyu selama masa pertumbuhan, demikian juga
faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan. Pertumbuhan janin, tampaknya sebagian besar tidak
bergantung pada control hormon, ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik dan
lingkungan. Faktor hormon mulai berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir. Faktor
genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.

Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat diproduksinya hormon
tireotropik. Hormone ini mengatur produksi hormone tiroid, yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3).
Kedua hormone tersebut dibentuk dari monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam
proses metabolic didalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang
sintesis protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini juga
diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Hormone tiroid esensial juga sangat penting
untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri tidak secara langsung bertanggung jawab menimbulkan efek
hormone pertumbuhan. Hormone ini berperan permisif dalam mendorong pertumbuhan tulang, efek
hormone pertumbuhna akan maksimum hanya apabila terdapat hormone tiroid dalam jumlah yang
adekuat. Akibatnya, pada anak hipotiroid pertumbuhan akan terganggu, tetapi hipersekresi hormone
tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan.
Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang
mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk
tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan
kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme.
4.
MANIFESTASI KLINIS
Hipotiroidisme merupakan suatu keadaan klinik ditandai dengan :
1)
Gangguan perkembangan fisik dan mental
2)
Sukar berkonsentrasi
3)
Letargi
4)
Anoreksia
5)
Kulit kasar, kering dan pucat
6)
Rambut kepala kasar dan rapuh
7)
Konstipasi
Suara serak atau parau
9)
Wajah lembam
10) Sensitif terhadap dingin
11) Kelainan di rongga mulut erupsi gigi desidui, gigi permanen terlambat, terjadinya open bite,
cenderung mengalami karies dan penyakit periodontal yang lebih cepat.
5.
DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi dan
percobaan dengan pulvus tiroid. Kalau diagnosis meragukan maka dapat dicoba dengan jalan
memberikan pulvus tiroid. Dalam kasus hipotiroid akan terlihat suatu hasil pengobatan.
6.
1)
2)
3)
4)
5)

DIAGNOSIS BANDING
Mongolisme
Hipopituitarisme
Akondroplasia
Osteogenesis imperfekta
Penyakit penimbunan glikogen

7.
PENATALAKSANAAN
1)
Terapi yang paling baik untuk kretinisme adalah pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan
dengan :
a)
Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein

b)
Mengkonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian suplemen yodium untuk
merangsang produksi hormon.
c)
Kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral
2)
Pemberian obat khusus, yaitu hormon tiroid (tiroid desikatus). Diberikan mulai dari dosis kecil,
lalu dinaikan sampai kita mendekati dosis toksik (gejala hipertiroidisme), lalu diturunkan lagi. Penilaian
dosis yang tepat ialah dengan menilai gejala klinis dan hasil laboratorium.
8.
PROGNOSIS
Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, maka makin baik prognosisnya. Kalau terapi dimulai
sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak akan tercapai IQ yang normal. Pertumbuhan badan dapat baik.
Pada kretinisme didapat dengan pengobatan yang baik, prognosisnya akan lebih baik.

Gangguan gizi yang dapat diakibatkan oleh:


Masukan nutrisi yang tidak cukup jumlah atau macamnya yang disebabkan oleh
asupan makanan yang kurang, gangguan pencernaan atau absorbsi.
Kelebihan makanan
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat 3 jenis malnutrisi, yaitu:
a.Malnutrisi mikronutrien, yang
terpenting adalah kekurangan
vitamin A, kekurangan yodium dan kekurangan zat besi
b. Kekurangan gizi
c. Kelebihan gizi (obesitas)
MALNUTRISI MIKRONUTRIEN
Malnutrisi mikronutrien adalah asupan nutrien seperti vitamin A, zat besi
dan yodium yang tidak cukup. Keadaan ini secara fisik sering tidak
terdeteksi tetapi mempengaruhi kesehatan lebih dari 2 milyar orang di
seluruh dunia. Anak-anak serta wanita adalah golongan yang paling rentan

Defisiensi Vitamin A
Defisiensi vitamin A keadaan kekurangan kadar vitamin A di dalam tubuh.
Penyebab kekurangan vitamin A
Penyebab kekurangan vitamin A terutama pada balita adalah konsumsi makanmakanan yang kurang mengandung cukup vitamin A. Sumber makanan yang kaya
Vitamin A adalah sebagai berikut:

daun singkong

bayam

tomat

kangkung

daun pepaya

daun katuk

pepaya

wortel

telur

ikan

hati
Akibat kekurangan vitamin A
Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi (misalnya sakit
batuk, diare, dan campak).
Rabun senja (anak tak dapat melihat suatu benda, jika ia tiba-tiba berjalan dari
tempat yang terang ke tempat yang gelap).
Rabun senja dapat berakhir dengan kebutaan.
Wanita usia subur juga rentan terhadap defisiensi vitamin A
Cara mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A:
Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung sumber vitamin A.
Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna
Sebaiknya sayuran ditumis atau dimasak dengan santan, sebab vitamin A larut
dalam minyak santan
Kapsul Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak setiap 6 bulan. Kapsul dapat
diperoleh di Posyandu setiap pada bulan February dan Agustus.
Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada ibu yang segera setelah melahirkan.

Penyebab defisiensi Yodium


Penyebab GAKY adalah:
Makanan dan air yang setiap hari digunakan tidak atau kurang mengandung zat
yodium. Kebiasaan keluarga yang tidak menggunakan garam beryodium dalam
makanannya sehari-hari, khususnya keluarga yang tinggal di daerah gondok
endemik.
Akibat GAKY
Perkembangan kemampuan dan tingkat kecerdasan anak terhambat (IQ nya rendah)
Gangguan perkembangan fisik, seperti: tinggi badan terhambat, gangguan pada
syaraf gerak sehingga gerakan anak sangat lamban, gangguan pendengaran
sehingga penderitanya tuli.
Anak yang kekurangan zat yodium berat dapat menjadi anak yang kerdil
(kretinisme).
Pada orang dewasa sering terjadi pembesaran kelejar gondok pada leher
Wanita usia subur sering sulit mempunyai anak.
Jika ibu hamil menderita GAKY, kemungkinan dapat mengalami keguguran atau bayi
mati saat dilahirkan
Cara mencegah GAKY

Setiap kali memasak, selalu gunakan garam beryodium di rumah tangga.


Untuk daerah gondok endemik, anak-anak 1-5 tahun diberi kapsul yodium selama 1
tahun
Bila ada anak dengan gejala pembesaran kelenjar gondok atau kerdil segara laporkan
pada petugas kesehatan di Puskesmas.

You might also like